Anda di halaman 1dari 7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Media Sosial: Pengertian, Peran dan Fungsi


2.1.1 Pengertian Media Sosial
Dizaman yang semakin modern ini, cara berkomunikasi manusia semakin berkembang,
perubahan ini tentunya dipengaruhi oleh kemajuan teknologi yang berkembang semakin
pesat. Salah satu cara berkomunikasi yang populer dikalangan masyarakat yaitu media sosial.
Hal ini bahkan menjadi salah satu kebutuhan penting bagi hampir setiap orang. Banyak
dampak positif yang bisa dihasilkan dari media sosial namun bukan berarti tidak ada dampak
negatif yang diberikan. Untuk itu perlu dipahami dengan baik apa sebernarnya media sosial
tersebut.
a. Media
Secara etimologis kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu ‘medius’ yang artinya tengah,
perantara, ataupun pengantar. Dalam bahasa Indonesia kata medium mengandung arti antara
(menyatakan posisi) atau sedang (menyatakan ukuran). Istilah media pada umunya merujuk
pada sesuatu yang dijadikan sebagai wadah, alat, atau sarana untuk melakukan komunikasi.
Menurut Arsyad (2002: 4), media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh
manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat, sehingga ide,
gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.
Dapat disimpulkan bahwa media adalah alat perantara atau pengantar untuk menyampaikan
informasi kepada penerima dan segala seuatu yang dapat digunakan untuk meyalurka pesan
dari pengirim kepada penerima, agar terjadi komunikasi yang efektif dan efisien.
b. Sosial
Kata sosial berasal dari bahasa Latin yaitu ‘socius’ yang berarti segala sesuatu yang lahir,
tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), sosial adalah hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat. Sudarno (dalam Salim,
2002) menekankan pengertian sosial pada strukturnya, yaitu tatanan dari hubungan-hubungan
sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, kelompok, kelas)
dalam posisi-posisi sosial tertentu berdasarkan suatu system berdasarkan nilai dan norma
yang berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu. Dapat disimpulkan bahwa sosial
merupakan segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, yang lahir, tumbuh, dan
berkembang dalam kehidupan bersama. Pembentukan struktur sosial, terjadinya proses sosial
dan kemudian adanya perubahan-perubahan sosial tidak lepas dari adanya aktivitas dan
interaksi sosial yang menjadi salah satu ruang lingkup sosiologi.
c. Media Sosial
Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisika media sosial sebagai
sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas ideologi dan teknologi web
2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content. Web 2.0 menjadi
platform dasar media sosial. Media sosial ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, termasuk
social network, forum internet, weblogs, micro blogging, social blogs, podcast, wikis, rating,
video, gambar, dan bookmark social. Kaplan dan Haenlein menjelaskan bahwa ada enam
jenis media sosial: proyek kolaborasi (contohnya: Wikipedia), blog dan microblogs
(contohnya: twitter), komunitas konten (contohnya: youtube), situs jaringan sosial
(contohnya: facebook, dan instagram), virtual game (contohnya: world of warcraft), dan
virtual sosial (contohnya: second life).
2.1.2 Peran Media Sosial
Banyak pihak yang begitu diuntungkan dengan adanya media sosial. Contohnya para
akademis, pemerintah, ataupun intansi-instansi besar, bahkan perusahaan-perusahaan
marketing. Berbagai informasi, jurnal, hasil penelitian, maupuun iklan promosi yang
dipulikasikan di media sosial begitu melimpah. Kehadiran media sosial menjadi pelengkap
atau sebagai media dalam mempermudah akses informasi dan komunikasi.
Adapun peran media sosial menurut McQuail (dalam Setiawan) ada enam, yaitu:
1) Media sosial sebagai window on event and experience, yakni dipandang sebagai
jendela yang memungkinkan masyarakat melihat apa yang sedang terjadi diuar sana.
Atau media merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa.
2) Media sosial sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful
reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada dimasyarakat dan dunia, yang
merefleksikan apa adanya. Karena para pengelola media sering merasa tidak
“bersalah” jika isi penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai
keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya demikian, media hanya
sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal sesungguhnya angle,
arah dan framing dari isi yang dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan
oleh para professional media, dan masyarakat tidak sepenuhnya bebas untuk
mengetahui apa yang mereka inginkan.
3) Media sosial sebagai filter atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi
perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih isu, informasi atau bentuk konten
yang lain berdasarkan standar pengelolanya. Disini masyarakat dipilihkan oleh media
tentang apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian.
4) Media sosial sering dipandang sebagai guide, petunjuk jalan, atau interpreter, yang
menerjemahkan dan menunjukan arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternatif
yang beragam.
5) Media sosial sebagai form untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide
kepada masyarakat, sehingga memungkinkan terjadinya tanggapan dan umpan balik.
6) Media sosial sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekedar tempat berlalu-lalangnya
informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi
interaktif.
Berdasarkan keenam peran media sosial, dapat disimpulkan peran dalam kehidupan
bukan sekedar sarana pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang
disajikan, mempunyai peran yang signifikan dalam proses sosial. Isi media sosial merupakan
konsumsi otak bagi masyarakatnya. Sehingga apa yang ada di media sosial mempengaruhi
realitas subjektif pelaku interaksi sosial. Selain memiliki peranan yang penting tentunya
media sosial memiliki dampak positif dan negatif, dalam penggunaanya dikehidupan sehari-
hari harus dengan cermat meilihat mana yang baik maupun mana yang tidak baik.
2.1.3 Fungsi Media Sosial
Media sosial sudah menjadi kebutuhan bagi banyak orang. Berbagai macam fungsi
dari media sosial sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Selain karena memudahkan interaksi,
banyak juga fungsi dari media sosial dalam kehidupan sehari-hari.
 Interaksi Sosial
Dalam dunia komunikasi, media sosial bermanfaat sebagai sarana untuk membangun
hubungan atau relasi. Bahkan media sosial membantu kita untuk berkomunikasi jarak
jauh karena media sosial memiliki jangkauan global. Media sosial mempermudah kita
untuk berinteraksi dimanaoun berada.
 Media Penghibur
Sudah banyak jenis media sosial sebagai media penghibur, contohnya youtube.
Berbagai macam hal baru untuk menghibur diri dapat ditemukan dalam jejaring media
sosial tersebut. Media ini menyediakan macam-macam tontonan yang dapat dilihat
sebagai hiburan bagi para penggunanya.
 Media Informasi
Sebagai pengguna, kita dapat mengunggah berita-berita terkini pada jaringan internet
untuk membantu mendapatkan banyak informasi. Tidak hanya berita, informasi lainya
juga dapat menjadi sumber pengetahuan.
 Penggali Kreativitas
Beragam bentuk media sosial yang ada dapat digunakan untuk menggali kreativitas
serta mengekspresikan diri para penggunanya. Misalnya dengan menulis artikel atau
berbagi pengalalaman di blog. Kreativitas yang dilahirkan dari penggunaan media
sosial ini dapat memperkaya kemampuan berpikir penggunanya untuk menjadi orang
yang kreativ.

2.1.4 Karakteristik Media Sosial


Media sosial merupakan salah satu plaform yang muncul di media cyber. Karena itu,
melihat media sosial yang padat tidak jauh berbeda dengan karakteristik yang dimiliki oleh
media cyber. Ada batasan-batasan dan ciri-ciri khusus tertentu yang hanya dimiliki oleh
media sosial dibanding dengan media lain. Salah satunya adalah media sosial beranjak dari
pemahaman bagaimana media tersebut digunakan sebagai sarana sosisal di dunia virtual.
Bukan berarti tidak ada karakter umum atau makro, hanya pembahasa karakteristik media
sosial ini dipandang perlu untuk melihat perbedaan dengan media lainya (Castells, 2004;
Talalay et al., 1997; Thurlow, Lengel, & Tomic, 2004). Pada akhirnya, bagaimana
karakteristik media sosial itu bisa dipergunakan untuk bidang seperti jurnalisme, hubungan
masyarakat, pemasaran, politik. Adapun karakteristik media sosial adalah:
a. Jaringan (Network)
Kata “jaringan” (network) bisa dipahami dalam terminologi bidang teknologi seperti ilmu
komputer yang berarti infrastruktur yang menghubungkan antara komputer dan perangkat
keras (hardware) lainya.
Media sosial memiliki karakter jaringan sosial. Media sosial terbangun dari struktur sosial
yang terbentuk di dalam jaringan atau internet. Jaringan yang terbentuk antar pengguna
(users) merupakan jaringan yang secara teknologi dimediaasi oleh perangkat teknologi,
seperti komputer, telepon genggam, atau tablet.
Karakteristik media sosial adalah membentuk jaringan diantara penggunanya. Tidak peduli
apakah di dunia nyata (offline) antar pengguna itu saling kenal atau tidak, namun kehadiran
media sosial memberikan medium bagi pengguna untuk terhubung secara mekanisme
teknologi.
Walaupun jaringan sosial di media sosial terbentuk melalui perangkat teknologi, internet
tidak sekedar alat (tools). Internet juga memberikan konstribusi terhadap munculnya ikatan
sosial di internet, nilai-nilai dalam masyarakat virtual, sampai pada struktur sosial secara
online. Tak mengherankan jika Manuel Castells (2002: xxxi) mengatakan bahwa “ the
network is the massage, and the internet is the massange”
Ketika berbicara masalah struktur sosial, tidak bisa dilepaskan dari kekuatan atau kekuasaan
(Fuchs, 2014: 78-79). Kekuatan terbagi menjadi kekuatan ekonomi, kekuatan politik, dan
kekuatan budaya sebagaimana dijelaskan di bawah ini.

TABEL TIGA BENTUK KEKUATAN


Dimensi dalam Defunisi kekuatan Struktur kekuatan dalam
masyarakat masyarakat modern
Penguasaan atau kontrol terhadap Kontrol terhadap uang
Ekonomi nilai guna dan sumber-sumber yang dan kapital.
diproduksi.didikastribusikan,maupun
dikonsumsikan.
Keterlibatan dalam keputusan kolektif Kontrol terhadap
yang mendeterminasi aspek-aspek pemerintahan,birokrasi,
Politik kehidupan dari anggota masyarakat parlemen, militer, partai
suatu komunitas dan sistem sosial politik, hingga grup
tertentu. masyarakat.
Definisi dari nilai-nilai moral dan Kontrol terhadap struktur
Budaya makna yang dianggap sebagai sesuatu yang mendefinisikan
yang enting memiliki reputas, dan makna dan nilai-nilai
bermanfaat dalam masyarakat. moral dalam masyarakat,
misalnya universitas,
komunitas keagamaan.

Fuchs memberika dua pernyataan singkat tentang bagaimana media juga media sosial dalam
masyarakat konteporer dipengaruhi oleh kekuatan tersebut.
Pertama, media sosial merupakan media yang memiliki struktur ke;emilikan yang spesifik.
Jika kekuatan ekonomi yang ada dimedia spsial terdistrubiusi secara asimetris, kelas atau
kelompok khusus khalayak dianggap sebagai pemilik media sosial.
Kedua, media sosial memiliki struktur keputusan yang sangat spesifik, jika kekuatan politik
di media sosial terdistribusi secara asimetris, kelas atau kelompok khusus memiliki kekuatan
untuk memutuskan. Namun apabila kekuatan politik di media sosial terdistrubusi secara
simetris, setiap pengguna atau setiap orang di edia sosial memiliki peluang terlibat dalam
menggambil keputusan.
Ketiga, media sosial memiliki mekanisme khusus terkait kepopukeran dan reputasi dari
generasi oenggunanya. Jika di media sosail kekuatan badaya berlangsung secara asimetris,
reputasi dan kehadiran penggunanya tergantung dari bagaiman pengguna tersebut
memberikan perhatian maupun memaknai kehadiran pengguna media sosial lainnya. Jika
berlangsung secara simetris, setiap pengguna media sosial memiliki peluang yang sama untuk
hadir dan diperhatikan.
b. Informasi (Information)
Informasi menjadi entitad yang penting dari edia sosial. Sebab tidak seperti media-media
lainnya di internet, pengguna media sosial mengkreasikan representasi identitasnya,
memproduksi konten, dan melakukan interaksi berdasarkan informasi. Informasi di produksi,
dipertukarkan, dan dikonsumsi yang menjadikan informasi itu komoditas bernilai sebagai
bentuk baru dari kapitalisme yang dalam pembahasan sering disebut dengan istilah, seperti
informational ( Castells, 2004), serta pengetahuan atau knowing ( Trift, 2005 dalam gane &
Beer, 2008).
2.2 Perkembangan Pariwisata
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan
disebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan
pemerintah daerah. Priwisata adalahh keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan (Karyono,
1997:15). Kegiatan pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia
baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah Negara lain. Kegiatan tersebut
menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainya yang diadakan oleh pemerintah
dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.
Definisi pariwisata menurut Yoeti (1996:108) adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud
bukan untuk berusaha atau atau mencari nafkah ditempat yang dikujungi tetapi semata-mata
untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan
yang beraneka ragam . The Ecotourism Society (1990) medefinisikan pariwisata adalah suatu
bentuk perjalan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi
lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.
Sebagaimana diketahui, pariwisata sudah ada sejak dimulainya peradaban. Manusia berpidah
dari suatu tempat ke tempat lain dengan motif tertentu. Kemdian seiring dengan
perkembangan zaman, pariwisata pun ikut berkembang. Sampai hari ini pariwisata telah
menjadi bagian dari industri besar yang mampu menghasilkan devisa bagi banyak Negara.
Pariwisata merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama
menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali oleh kegiatan yang semula hanya
dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relative kaya pada awal abad ke-20, kini telah
mejadi bagian hari hak asasi manusia. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi juga
mulai dirasakan di negara berkembang. UNWTO (United Nation of World Tourism
Organization) memprediksi bahwa industri pariwisata akan menjadi salah satu industri besar
di dunia yang berkembang dengan pesat.
Sektor pariwisata di Indonesia masih menduduki peranan yang sangat penting dalam
menunjang pembangunan nasional sekaligus merupakan salah satu faktor yang sangat
strategis untuk meningkatkan pedapatan masyarakat dan devisa negara. Perkembangan
pariwisata di Indonesia dapat dilihat dari mingkatnya angka kunjungan wisatawan, baik
wisatawan manca negara maupuun wisatawan lokal.
Ada lima hal penting yang mendasari kegiatan pariwisata:
1) Perjalanan wisata yang bertanggung jawab, artinya bahwa semua pelaku kegiatan
wisata harus bertanggung jawab terhadap dampak yang ditimbulkan dari kegiatan
pariwisata terhadap lingkungan alam dan budaya.
2) Kegiatan pariwisata yang dilakukan di daerah-daerah yang masih alami atau di
daerah-daerah yang dikelolah berdasarkan kaidah alam.
3) Tujuan pariwisata selain untuk menikmati pesona alam, juga untuk mendapatkan
tambahan pengatahuan dan berbagai fenomena alam dan budaya.
4) Memberikan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam
5) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Pariwisata di Indonesia yang begitu berkembang selain memberikan dampak yang positif
bagi masyarakat, diharapkan juga dapat meminimalisir dampak negatif bagi lingkungan alam
sekitar. Perubahan yang terjadi dari adanya perkembangan pariwisata di Indonesia sangat
rawan memberikan dampak negatif, contohnya polusi sampah ataupun pencemaran
lingkungan. Lingkungan fisik merupakan segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang
sifatnya tidak bernyawa, contohnya air, kelembaban udara, tanah, suhu, angina, serta benda
mati lainya (Faizun, 2009).
Pekembangan pariwisata juga tak lepas dari perkembangan infrastruktur. Infrastruktur ini
yaitu infrastruktur yang berkaitan dengan sarana dan prasarana penunjang pariwisata. Sarana
pariwisata merupakan fasilitas yang diperlukan ditempat tujuan wisata yang kemudian
digunakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang berkunjung (Suwantoro dalam
Batafor, 2016). Sarana pariwisata yang dimaksud yaitu hotel, atraksi wisata, gedung
pertunjukan, angkutan wisata, restaurant, hotel, tempat olahraga, serta toko cendramata
(Suwena, 2010).
Prasarana pariwisata merupakan semua jenis fasilitas yang diharapkan dapat memperlancar
proses perekonomian baik itu sumber daya alam maunpun manusia yang dapat memenuhi
kebutuhan wisatawan (Suwantoro dalam Batafor, 2016). Prasarana pariwisata ini yaitu jalan,
persediaan air bersih, pembangkit tenaga listrik, pengelolaan limbah, tempat pembuangan
sampah, bandara, pelabuhan (Suwena, 2010).
2.3 Daerah Tujuan Wisata
(Leiper dalam Gde Pitana, 2005:99) mengemukakan bahwa suatu daerah tujuan wisata
(destinasi wisata), adalah sebuah susunan sitematis dari tiga elemen. Seorang dengan
kebuthnan wisata adalah inti/pangkal (keistimewaan apa saja atau karakteristik suatu tempat
yang akan mereka kunjungi) dan sedikitnya satu penanda (inti informasi). Seseorang
melakukan perjalanan wisata dengan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menjadi daya tarik
yang membuat seseorang rela melakukan perjalanan yang jauh dan menghabiskan dana
cukup besar. Suatu daerah harus memiliki potensi daya tarik yang besar agar wisatawan mau
menjadikan tempat tersebut sebagai destinasi wisata.
Sebuah daerah yang berkembang menjadi sebuah destinasi wisata dipengaruhi oleh beberapa
hal penting seperti:
1) Menarik untuk klien
2) Fasilitas-fasilitas dan atraksi
3) Lokasi geografis
4) Jalur transportasi
5) Stabilitas politik
6) Lingkungan yang sehat
7) Tidak ada larangan/batasan pemerintah
Suatu harus memiliki berbagai fasilitas kebutuhan yang diperlukan oleh wisatawan agar
kunjungan seorang wisatawan dapat terpenuhi dan merasa nyaman. Tersedianya berbagai
fasilitas kebutuhan akan membuat kunjungan wisata meningkat. Salah satu yang menjadi
daya tarik pada suatu destinasi wisata adalah atraksi, baik itu berupa pertunjukan kesenian,
rekreasi atau penyajian suatu paket kebudayaan lokal yang khas dan dilestarikan. Atraksi
dapat berupa keseluruhan aktifikas keseharian penduduk beserta setting fisik dilokasi desa
yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai pertisipasi aktif seperti belajar tari,
bahasa, alat musik, kegiatan sawah, kegiatan air, dan kegiatan budaya masyarakat setempat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa destinasi wisata merupakan interaksi
antar berbagai elemen. Komponen yang harus dikelolah dengan baik oleh suatu destinasi
wisata adalah wisatawan, wilayah, dan informasi mengenai wilayah. Unsur pokok yang harus
mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata
menyangkut, perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya.

Anda mungkin juga menyukai