Anda di halaman 1dari 12

ETIKA BERMEDIA SOSIAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Media dan Teknologi

Dosen Pengampu :
Eko Budi Hartanto, S. Hum., M.Pd.I

Disusun oleh :

1. Ahmad Najih Barilhaq (932505519)


2. Moh. Ainun Najib (932504019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
(IAIN KEDIRI)
2022
2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tema “Etika dalam Bermedia Sosial”.
Maksud dari penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu panduan mahasiswa dan
mahasiswi khususnya dalam mempelajari mata kuliah Media dan Teknologi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan, baik dari segi pengetikan, maupun materi yang disajikan. Oleh karena itu, saran
dan kritik dari semua pihak yang sifatnya memangun sangat diharapkan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya. Tidak lupa kami selaku penyusunan makalah menghaturkan permohonan
maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kata-kata yang
kurang berkenan dihati pembaca dan tidak sesuai, karena kami hanyalah manusia biasa dan
tidak luput dari salah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh

Kediri, 10 September 2022

Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi sudah sangat maju saat ini, khususnya media sosial.
Semua orang pasti memiliki media sosial, mulai dari kalangan remaja sampai dewasa
bahkan anak-anak sudah ada yang memiliki media sosial. Media sosial sudah menjadi
tempat mengemukakan pendapat, pemikiran dan wajah ekspresi baru bagi masyarakat
saat ini. Kehadiran media sosial menjadi pendorong lahirnya inovasi baru. Berbagai
aplikasi bermunculan untuk memenuhi kebutuhan sosialisai orang-orang. Aplikasi-
aplikasi sosial media yang dapat menghubungkan informasi dan orang-orang dari
berbagai negara. Berbagai sosial media seperti Facebook, Twitter, Instagram,
Youtube dan lain sebagainya dapat menyebarkan berbagai informasi dengan cepat ke
seluruh belahan dunia. Bahkan bisa mempertemukan orang-orang yang berbeda
negara dan Bahasa untuk dapat menjalin pertemanan.1
Mengontrol perilaku di media sosial sudah semestinya dilakukan, namun
masih ada saja orang-orang yang seenaknya menggunkan media sosial sebagai wadah
mengekspresikan emosi yang tidak sebaiknya di ekspresikan. Khususnya dikalangan
remaja sekarang ini. Sejak semakin perkembangnya berbagai jenis media sosial
semakin banyak pula kasus-kasus penyalahgunaan di media sosial. Seperti rasisme,
penggunaan kata-kata sarkas, cyber bully dan lain sebagainya. Salah satu kasus yang
paling sering ditemukan adalah cyber bully, dimana seseorang yang melalukan
kesalahan atau terlihat memiliki kesalahan akan “diserang” oleh orang-orang dengan
memberikan komentar yang berisi kata-kata makian, hinaan, ucapan kotor, hingga
merendahkan korban.2
Perbuatan ini sangat berdampak buruk bagi korban, walau hanya mendapat
serangan tidak langsung dari orang-orang yang bahkan ia tidak kenal, tapi itu dapat
melukai mental korban. Tidak sedikit kasus cyber bully yang mengakibatkan korban
bunuh diri karena tidak kuat menerima komentar jahat. Sebesar itu pengaruh dari
pengguna sosial media yang tidak bisa menjaga etikanya. Namun sayangnya walau
sudah banyak kasus seperti itu masih banyak pengguna media sosial yang tidak bisa
mengontrol perilakunya di media sosial. Hal seperti ini dapat terjadi karena tidak
adanya batasan dalam menyampainkan pendapat di media sosial. Memang sudah
1
Netizen Dalam Menerima Berita Dan Informasi Pada Halaman Facebook E100 Radio Suara Surabaya.”
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim 1 (1).
2
Putri Faizatul Cholilah, Etika Menggunakan Media Sosial Bagi Generasi Milenial. Program Studi Teknik
Informatika, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Hlm. 4
4
peraturan yang dituliskan dalam UU Nomer 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) yang mengatur tentang informasi serta transaksi
elektronik, atau teknologi informasi secara umum.3
Oleh karena itu harus ada kesadaran dari diri sendiri agar kasus seperti itu
tidak terjadi lagi. Tidak hanya dalam menuliskan komentar tapi juga harus bijak
dalam membuat postingan atau konten. Banyak konten di media sosial yang tidak
baik. Seperti melakukan hal-hal tidak senonoh, seakan-akan harga diri lebih rendah
daripada konten. Dan lagi itu kebanyakan lakukan oleh remaja bahkan anak-anak.
Peran orangtua untuk mengawasi anaknya di media sosial juga sangat penting.
Terkadang orangtua tidak mengetahui bagaimana perilaku anaknya di media sosial.
Karena itu perlu kesadaran diri sendiri, pengaruh lingkungan sekitar dan orangtua
untuk memperbaiki perilaku atau beretika di media sosial.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep etika dalam Media Sosial?
2. Bagaimana pelanggaran etika dalam bermedia sosial?
3. Bagaimana praktik etika dalam Media Sosial?
4. Bagaimana konsep bermedia sosial yang efektif?

C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep etika dalam Media Sosial
2. Mengetahui pelanggaran etika dalam bermedia sosial
3. Memahami praktik etika dalam Media Sosial
4. Memahami konsep bermedia sosial yang efektif

BAB II
PEMBAHASAN
3
Putri Faizatul Cholilah, Etika Menggunakan Media Sosial Bagi Generasi Milenial. Program Studi Teknik
Informatika, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Hlm. 5
5

A. Konsep Etika Bermedia Sosial


1. Pengertian Etika
Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin ethicus
yang berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila sesuai dengan
kebiasaan masyarakat. Pengertian lain tentang etika ialah sebagai studi atau ilmu
yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik
dan mana pula yang dinilai buruk. Etika juga disebut ilmu normatif, maka dengan
sendirinya berisi ketentuan-ketentuan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk
menilai tingkah laku yang baik atau buruk. Secara etimologis, kata “Etika” berasal
dari bahasa Yunani “ethos”. Kata yang berbentuk tunggal ini berarti “adat atau
kebiasaan”. Bentuk jamaknya “ ta etha” atau “ta ethe” artinya adat kebiasaan,
sehingga etika merupakan sebuah teori tentang perbuatan manusia, yang
ditimbang menurut baik dan buruknya atau sebuah ilmu yang menyelidiki mana
yang bak dan mana yang buruk, dengan memperhatikan akal pikiran.4
2. Konsep Dasar Etika Bermedia Sosial
Konsep dasar bermedia sosial dapat diketahui bahwa “etika” berhubungan
dengan tiga hal sebagai berikut:
1) Dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan
yang dilakukan oleh manusia.
2) Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.
Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak
pula universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan
sebagainya. Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang
memebahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi,
ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya.
3) Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan
penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu
apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan
sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap
sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu
kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.5

4
Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi; Manipulasi Media, Kekerasan, dan Pornografi. Yogyakarta: Kanisius.
5
Tuty Mutiah, ETIKA KOMUNIKASI DALAM MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL. Global Komunika Vol. 1
No. 1 2019, Jakarta. Hlm.16-17
6
Dalam kehidupan bersosial di masyarakat, istilah etika dikaitkan dengan
moralitas seseorang. Orang yang tidak memiliki etika yang baik sering disebut
tidak bermoral karena tindakan dan perkataan yang diambil tidak melalui
pertimbangan baik dan buruk. karena menyangkut pertimbangan akan nilai-nilai
baik yang harus dilakukan dan nilai-nilai buruk yang harus dihindari. Tidak
adanya filter pertimbangan nilai baik dan buruk merupakan awal dari bencana
pemanfaatan media sosial.

B. Pelanggaran Etika dalam Bermedia Sosial


Media sosial sekarang ini sudah berganti fungsi dimana fungsi utamanya
untuk berkomunikasi, berganti digunakan untuk tempat mengungkapkan marah,
berkata benci (hate spech), cyber bullying, bahkan sampai masalah SARA. Tidak
banyak juga dalam kasus-kasus lain kepada pihak yang melanggar kode etik dan
melanggar Undang-Undang ITE, ini sampai burujung pada hukum. Berbagai dampak
negatif pun muncul ,diantaranya berkurangnya penghargaan terhadap nilai-nilai
empati, simpati dan toleransi kepada sesama hingga kepada pengabaian terhadap
pelestarian nilai-nilai edukasi dan moral. Oleh karena itu untuk mencegah dampak-
dampak negatif itu kita seharusnya memehami dan melaksanakan etika-moral dalam
berkomunikasi. Etika-moral ini yang seharusnya dijadikan sebagai panduan dan
pedoman kita dalam menciptakan keseimbangan dalam berkomunikasi di media sosial
ini.6
Diharapkan dengan melaksankan kode etik dan undang-undang ITE ini
mampu membuat tegaknya kebebasan pers dalam arti kebebasan yang bertanggung
jawab. Kebebasan yang membuat hak-hak masyarakat terpenuhi dan terciptanya
media sosial yang harmonis. Dimana pengguna media sosial Instagram harus
melaksnakan sesuai fungsinya yaitu: menambah teman, memperbanyak jaringan
dengan orang lain, memberikan, fakta, informasi yang mendidik.
Oleh karena itu untuk mencegah dampak-dampak negatif itu kita seharusnya
memehami dan melaksanakan etika-moral dalam berkomunikasi. Etika-moral ini yang
seharusnya dijadikan sebagai panduan dan pedoman kita dalam menciptakan
keseimbangan dalam berkomunikasi di media sosial ini.
Demi terpenuhinya hak-hak masyarakat dalam menyampaikan informasi,
seharusnya media massa yang diantaranya adalah media cetak, eletronik, dan media
internet harus tetep menyajikan pesan tersebut berdasarkan fungsi komunikasi yang
6
Luqman Yuliant , PELANGGARAN KODE ETIK PADA PEMBERITAAN MEDIA SOSIAL INTAGRAM
(KONFLIK ETNIS ROHINGNYA. Journal Article  in  REPRESENTAMEN October 2018, Surabaya. Hlm. 56
7
dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam (Suprapto, 2009 : 144) agar menjadi media
yang baik. Fungsi komunikasi tersebut adalah menginformasikan (to inform),
mendidik (to educate), dan menghibur (to entertain).7
Selain itu media yang baik juga melakukan pengawasan social (social control)
kepada perilaku masyarakat dan para penguasa. Maka dari itu dari dampak-dampak
negatif dari meda sosial yang paparkan menjadi masalah. Diharapkan kepada
pengguna lebih bijak dan bereka dalam menggunakan media sosial.

C. Praktik etika dalam Media Sosial


Media sosial kini memiliki peranan penting dalam kehidupan, semula media
sosial hanya digunakan untuk bersosialisasi dan berinteraksi antar pengguna.Dalam
perkembangannya, media sosial digunakan untuk berbagai kepentingan, mulai dari
berbagi pengetahuan, kegiatan sosial, menyebar undangan hingga jualan.
Pesatnya perkembangan teknologi sekarang membuat banyak aplikasi media
sosial baru yang bermunculan di dunia maya. Kini dengan mengandalkan
Smartphone yang berhubungan dengan internet, seseorang sudah bisa mengakses
beberapa situs sosial media seperti, facebook, Youtube, Instagram, Twiter, dan lain
sebagainya itu semua bisa kita akses dimana saja dan kapan saja asalkan terhubung
dengan koneksi internet dan itu membuat arus informasi semakin besar dan pesat.
Perkembangan sosial media yang pesat ini tidak hanya terjadi pada negara negara
maju saja, di negara berkembang seperti Indonesia, banyak pengguna sosial media
dan perkembangan yang pesat ini bisa menjadi pengganti peran media massa
konvensiaonal dalam menyebarkan berita atau informasi.
Untuk penerapan etika dalam berkomunikasi di dunia maya, Shea (1994)
menjelaskan dalam etika berkomunikasi di internet (cyberspace) memberikan 10
peraturan ketika berinteraksi. Intinya sama dengan etika komunikasi dalam dunia
nyata, seperti jangan menyakiti, jangan menyinggung perasaan, berbicara efektif,
jangan sungkan minta maaf jika keliru, dan sebagainya.8
Berikut ini etika komunikasi di internet (Core Rule of Netiquette) aturan inti
beretika:
1. Remember the human. Jangan lupa, orang yang membaca email atau
posting Anda adalah manusia juga yang punya perasaan, bisa tersinggung
atau sakit hati. Jadi, jangan menyakiti hati orang lain. Jangan kirim email
7
Luqman Yuliant , PELANGGARAN KODE ETIK PADA PEMBERITAAN MEDIA SOSIAL INTAGRAM
(KONFLIK ETNIS ROHINGNYA. Journal Article  in  REPRESENTAMEN October 2018, Surabaya. Hlm. 56
8
Sri Desti Purwatiningsih, ETIKA KOMUNIKASI DALAM PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK
SEBAGAI SARANA MEDIA INTERAKSI, Jurnal Ikon Vol. XXVI No. 3 Desember 2020. Hlm. 248-250
8
atau posting yang sekiranya mempermalukan.
2. Adhere to the same standards of behavior online that you follow in real
life. Standar etika komunikasi internet sama saja dengan etika
komunikasi di dunia nyata, seperti etis, menghargai pendapat orang lain,
dan jangan dan melanggar hukum (breaking the law is bad Netiquette).
3. Know where you are in cyberspace. Setiap situs atau forum online
biasanya punya aturan main. Maka, taati aturan itu. Baca dulu aturan
sebelum bergabung. “Intai dulu sebelum melompat” (Lurk before you
leap). Sadari Anda ada di forum apa dan bagaimana.
4. Respect other people’s time and bandwidth. Posting pesan yang sesuai
dengan grup diskusi. Jangan ajukan pertanyaan bodoh. Baca dokumen
FAQ (Frequently Asked Questions) atau “Yang Sering Ditanyakan”
(YSD). Jangan posting hal yang sekiranya sudah diketahui anggota grup
(don’t waste expert readers’ time by posting basic information).
5. Make yourself look good online. Cek grammar dan ejaan (tata bahasa)
sebelum posting. Pahami yang Anda katakan dan pastikan ia masuk akal.
Know what you’re talking about and make sense.
6. Share expert knowledge. Bagi pengetahuan dan wawasan Anda. Jawab
pertanyaan yang ada jika Anda tahu.
7. Help keep flame wars under control. Kendalikan emosi Anda. Jangan
posting apa pun dalam keadaan marah. Jangan posting atau kirim
komentar yang bernada amarah tinggi.
8. Respect other people’s privacy. Hargai privasi orang. Jangan baca email,
pesan, atau inboks pribadi orang lain.
9. Don’t abuse your power. Jangan menyalahgunakan kekuasaan. Makin
besar kekuasaan yang Anda miliki, kian penting bagaimana
menggunakannya.
10. Be forgiving of other people’s mistakes. Jika orang lain salah, maafkan.
Kepatuhan atau pelanggaran atas netiket di atas akan menjadi cermin
beradab tidaknya seseorang di dunia maya, mungkin juga sekaligus
cermin moralitas dan perilakunya di dunia nyata.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas maka yang dimaksud dengan
penerapan etika komunikasi dalam penelitian ini adalah etika komunikasi yang harus
diterapkan denganmenjaga etiket, tata krama dan sopan santun dalam berinteraksi
melalui media sosial dengan memperhatikan antara lain:
9
1) mengingat kita adalah manusia
2) Mematuhi standar perilaku online
3) Mengetahui berada di dunia maya
4) Menghormati waktu dan bandwidth orang lain
5) Buatlah diri kita terlihat baik secara online
6) Menyebarkan pengetahuan yang berguna
7) Membantu menjaga tidak terjadi permusuhan
8) Menghormati privasi orang lain
9) Jangan menyalahgunakan kekuatan kita
10) Memaafkan kesalahan orang lain.9

D. Konsep bermedia sosial yang efektif


Berikut beberapa tips agar penggunaan sosial media dapat selalu menimbulkan
efek positif :
1. Ceking and Balancing
Informasi dengan cepat bisa disebar dan didapat oleh siapapun dan
kapanpun. Berita-berita bohong dan menjerumuskan sering menjadi isu hangat di
media sosial. Untuk menghindari hal itu alangkah baiknya kita sebagai pengguna
media sosial melakukan pengecekan kepada sumber terkait serta dari mana
informasi itu didapat. Jika informasi tersebut simpang siur lakukanlah penilaian
berbimbang agar kita tidak termakan isu tersebut.
2. Jangan mudah menyebarkan informasi
Seperti disinggung di atas, informasi yang didapat di media sosial harus
terlebih dahulu melalui proses cek and balancing. Proses tersebut dimaksudkan
untuk membuat kita tidak mudah termakan isu dan gampang menyebarkannya.
Sekiranya informasi yang didapat tidak lolos dari poin nomer 1, baiknya jangan
menyebarkan informasi tersebut.
3. Tampilkan diri kita yang terbaik tetapi asli
Media sosial berkembang menjadi wadah untuk menampilkan citra diri.
Tidak ada yang salah dengan itu, namun tetap menampilkan diri kita yang asli
serta menampilkan yang terbaik dari diri kita merupakan langkah aman untuk
menghindari dari efek buruk seperti perilaku hedonisme palsu dan bersikap
berpura-pura. Apa yang kita tampilkan selayaknya itu pula yang kita punya,
memaksakan tampil gaya dengan kemampuan yang sebenarnya tidak seperti
9
Sri Desti Purwatiningsih, ETIKA KOMUNIKASI DALAM PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK
SEBAGAI SARANA MEDIA INTERAKSI, Jurnal Ikon Vol. XXVI No. 3 Desember 2020. Hlm. 255-257
10
gaya di media sosial niscaya akan menimbulkan masalah dikemudian hari.
4. No Drama
Mempunyai masalah merupakan hal yang lumrah, tetapi mempublikasikan
masalah itu di media sosial akan menjadi masalah lainnya. Saling sindir di media
sosial atau melancarkan serangan-serangan verbal di media sosial merupakan hal
yang buruk, karena masalah tidak akan selesai dengan kita mempostingnya di
media sosial. Bahkan, kita bakal dapat masalah lain, seperti ada yang kontra
dengan kita atau minimal membuat orang tidak suka dengan kita karena kita ber-
drama. Stop Drama dengan niat mencari perhatian.
5. Tidak semua orang peduli dan suka kita
Untuk poin ini, kita harus didasarkan pada perasaan dimana tidak semua orang
peduli pada apa yang kita lakukan di media sosial. Jangan terlalu menggantungkan
perasaan kita pada seberapa banyak like atau komen yang kita dapat pada apa
yang kita muat. Karena nantinya jika perasaan itu tidak dihilangkan media sosial
akan menjadi obat penenang palsu buat kita. Hati senang, hidup semangat ketika
like banyak komen seru. Hidup suram dan hari menjadi buruk ketika tak ada yang
begitu peduli pada media sosial kita. Hidup kita lebih besar dari pada media
sosial.
6. Jangan Toxic
Media sosial memungkinkan kita berpendapat bebas tentang apapun. Namun,
beretika seperti yang diajarkan orang tua dan guru-guru kita harus tetap menjadi
pedoman.Selain akan menimbulkan konflik, Toxic ketika bermedia sosial juga
dapat mengantarkan kita ke jeruji besi dengan adanya UU ITE.10

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

10
Ivan Fauzani Raharja, BIJAK MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL DI KALANGAN PELAJAR MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.
JURNAL SELAT Volume. 6 Nomor. 2, Mei 2019. Hlm 243
11
Berdasarkan pemaparan di atas, adapun kesimpulan yang ada bahwasanya etika
komunikasi dalam menggunakan media sosial sangatlah diperlukan. Hal ini dapat
meminimalkan sesuatu negatif dari tanggapan dan cara pandang seseorang pembaca atau
masyaratat.
Selain itu, setiap gambar atau foto yang diupload haruslah dipilih yang dapat
dipublikasikan dan yang menjadi koleksi pribadi. Etika komunikasi dalam media sosial
memang sangat diperlukan, baik tuk mengupload gambar, menuliskan status ataupun
memberikan komentar.
Hal yang anda lakukan di ranah publik itu bersifat sosial. Semua khalayak masyarakat
terbuka dan berhak memberi komentar ataupun hal positif atau negatif lain tanpa ada
batasnya. Perlunya pengetahuan yang lebih aplikatif tentang etika komunikasi dalam media
sosial lainnya yang terus berkelanjutan melihat kemajuan teknologi dan informasi sangat
pesat.
Untuk mengoptimalkan etika berkomunikasi dalam media sosial, dianjurkan agar
setiap lembaga juga dapat meberikan pengajaran bagaimana berkomunikasi dalam media
sosial yang baik dan benar melihat kemajuan jaman yang mana setiap anak sekarang
menggunakan media sosial dalam berkomunikasi dengan siapa saja dimanapun mereka
berada dan kapan pun mereka ingin berkomunikasi. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai
etika berkomunikasi menjadi sangat penting

DAFTAR PUSTAKA
12
Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi; Manipulasi Media, Kekerasan, dan Pornografi.
Yogyakarta: Kanisius.
Ivan Fauzani Raharja, BIJAK MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL DI KALANGAN
PELAJAR MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG
INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. JURNAL SELAT Volume. 6 Nomor. 2, Mei
2019.
Luqman Yuliant , PELANGGARAN KODE ETIK PADA PEMBERITAAN MEDIA
SOSIAL INTAGRAM (KONFLIK ETNIS ROHINGNYA. Journal
Article  in  REPRESENTAMEN October 2018, Surabaya.
Netizen Dalam Menerima Berita Dan Informasi Pada Halaman Facebook E100
Radio Suara Surabaya.” Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim 1 (1).
Putri Faizatul Cholilah, Etika Menggunakan Media Sosial Bagi Generasi Milenial.
Program Studi Teknik Informatika, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Sri Desti Purwatiningsih, ETIKA KOMUNIKASI DALAM PENGGUNAAN MEDIA
SOSIAL FACEBOOK SEBAGAI SARANA MEDIA INTERAKSI, Jurnal Ikon Vol. XXVI No. 3
Desember 2020.
Tuty Mutiah, ETIKA KOMUNIKASI DALAM MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL.
Global Komunika Vol. 1 No. 1 2019, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai