PENDAHULUAN
1
buruk dalam kehidupan kita, baik secara langsung maupun tidak langsung.
didapatkan, sehingga dalam bermedia sosial kita dituntut untuk memiliki etika.
Menurut Webster Dictionary, secara etimologis etika adalah suatu disiplin ilmu
yang menjelaskan sesuatu yang baik dan yang buruk, mana tugas atau kewajiban
moral, atau bisa juga mengenai kumpulan prinsip atau nilai moral 1. Etika adalah
cabang filosofi yang berkaitan dengan pemikiran, Simorangkir menilai etika
adalah hasil usaha yang sistematik menggunakan rasio untuk menafsirkan
pengalaman moral individu dan untuk menetapkan aturan dalam mengendalikan
perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk bisa dijadikan pedoman
hidup.
Komunikasi selalu menjadi kegiatan utama kita, mulai dari bangun tidur hingga
tidur kembali, entah itu komunikasi formal maupun non formal. Media sosial
sangat mempengaruhi kehidupan seseorang, oleh karena itu kita harus mampu
menyikapi dengan pandai sehingga kelak tidak melupakan kewajiban pada
kehidupan nyata. Selain itu, kita harus memenuhi etika dalam penggunaan media
sosial sehingga mendapat hal baik dan positif, minimal sebagai hiburan dan
sumber informasi faktual.
Kemajuan teknologi yang menyebabkan memudarnya kebudayaan timur dan
lunturnya norma-norma kesantunan dalam segala hal, sehingga memberikan
pengaruh buruk bagi masyarakat, khususnya kamu pelajar. Selain itu, kemajuan
teknologi juga menyebabkan rendahnya etika dan moral masyarakat, sehingga
bukan kesantunan berbahasa yang terjalin melainkan kekerasan fisik, yaitu
bertujuan mengatur tata cara kita bekomunikasi antar sesama tanpa menyakiti hati.
Memilih kata dalam berkomunikasi juga perlu di perhatikan agar sebuah kegiatan
atau tindakan membentuk dan menyelaraskan kata dalam kalimat dengan tujuan
untuk mendapatkan kata yang paling tepat dan sanggup mengungkapkan konsep
atau gagasan yang dimaksudkan oleh pembicara ataupun penulis. Akibat
1
Sofyan S Harahap, Op Cit, Halaman 15
2
kesalahan dalam memilih kata, informasi yang ingin disampaikan pembicara bisa
kurang efektif, bahkan bisa tidak jelas.
Memiliki etika tentunya merupakan suatu tatanan yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan kita. Tidak pandang bulu semua manusia dituntut untuk memiliki etika,
karena dengan beretika kita menjadi tahu batasan diri kita untuk dapat menghargai
harkat orang lain.
Berdasarkan latar belakang diatas pentingnya etika bermedia sosial merupakan
kunci dalam menyikapi era digital saat ini, untuk itu pada makalah ini akan di
bahas mengenai “Aplikasi Etika Media Sosial pada Kasus Unggahan Facebook
Istri Komandan Distrik Militer Kendari”
1.2 Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka fokus penelitian ini adalah
pemanfaatan media sosial berdasarkan nilai etika yang berlaku di masyarakat
Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah diatas maka rumusan masalah
penelitian ini adalah bagaimana pemanfaatan media sosial berdasarkan nilai etika
yang berlaku di masyarakat Indonesia.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah agar mengetahui etika dalam menggunakan
media sosial.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menunjukan bahwa etika dalam media sosial
dapat mempengaruhi tatanan kehidupan pengguna (user).
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai acuan agar pengguna lebih
bijak menggunakan media sosial.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Soergarda Poerbakawatja
Menurut Soergarda Poerbakawatja, pengertian etika adalah suatu ilmu
yang memberikan arahan, acuan, serta pijakan kepada suatu tindakan
manusia.
2. H. A. Mustafa
Menurut H. A. Mustafa, pengertian etika adalah ilmu yang menyelidiki
terhadap suatu perilaku yang baik dan yang buruk dengan memerhatikan
perbuatan manusia sejauh apa yang diketahui oleh akan serta pikiran
manusia.
3. K. Bertens
Menurut K. Bertens, definisi etika adalah nilai dan norma moral yang
menjadi suatu acuan bagi umat manusia secara baik secara individual atau
kelompok dalam mengatur semua tingkah lakunya.
4. DR. James J. Spillane SJ
Menurut DR. James, etika adalah memperhatikan suatu tingkah laku
manusia di dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan moral.
Etika lebih mengarah ke penggunaan akal budi dengan objektivitas guna
menentukan benar atau salahnya serta tingkah laku seseorang terhadap
lainnya.
4
5. Drs. H. Burhanudin Salam
Menurut Drs. H. Burhanudin Salam, etika adalah sebuah cabang ilmu
filsafat yang membicarakan perihal suatu nilai-nilai serta norma yang dapat
menentukan suatu perilaku manusia ke dalam kehidupannya.
6. W. J. S. Poerwadarminto
Menurut Poerwadarminto, arti etika adalah ilmu pengetahuan tentang suatu
perilaku atau perbuatan manusia yang dilihat dari sisi baik dan buruknya
yang sejauh mana dapat ditentukan oleh akal manusia.
B. Pengertian Media Sosial
Media sosial sendiri didefinisikan sebuah media online, dengan para
penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi
meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring
sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan
oleh masyarakat di seluruh dunia. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein
mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis
internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan
yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content".2
Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial.
Sosial media menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah
komunikasi menjadi dialog interaktif. Beberapa situs media sosial yang
populer sekarang ini antara lain: Blog, Twitter, Facebook, Instagram, Path, dan
Wikipedia. Definisi lain dari sosial media juga di jelaskan oleh Van Dijk media
sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna
yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena
2
Michael Haenlein, Users of the world, unite! The challenges and opportunities of
Social Media". (Business Horizons, 2010), hal. 59–68
5
itu, media sosial dapat dilihat sebagai fasilitator online yang menguatkan
hubungan antar pengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial.3
C. Pengertian Penggunaan Media Sosial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penggunaan memiliki arti
proses, cara perbuatan memakai sesuatu, atau pemakaian.4 Penggunaan
merupakan kegiatan dalam menggunakan atau memakai sesuatu seperti sarana
atau barang. Menurut Ardianto dalam bukunya yang berjudul Komunikasi
Massa, tingkat penggunaan media dapat dilihat dari frekuensi dan durasi dari
penggunaan media tersebut.5
Menurut Lometti, Reeves, dan Bybee penggunaan media oleh individu
dapat dilihat dari tiga hal, yaitu:
a. Jumlah waktu, hal ini berkaitan dengan frekuensi, intensitas, dan durasi
yang digunakan dalam mengakses situs;
b. Isi media, yaitu memilih media dan cara yang tepat agar pesan yang
ingin disampaikan dapat dikomunikasikan dengan baik.
c. Hubungan media dengan individu dalam penelitian ini adalah
keterkaitan pengguna dengan media sosial.6
3
Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), hal. 11
4
Depdiknas RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal.
852
5
Ardianto Elvinaro, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2004), hal. 125
6
Thea Rahmani, 2016, Penggunaan Media Sosial Sebagai Penguasaan Dasar-Dasar
Fotografi Ponsel, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, hal. 22
6
dilakukan seseorang dengan sebuah media yang dapat digunakan untuk
berbagi informasi, berbagi ide, berkreasi, berfikir, berdebat, menemukan
teman baru dengan sebuah aplikasi online yang dapat digunakan melalui
smartphone (telepon genggam).
D. Pengertian Etika Media Sosial
Menurut William Benton, dalam Encylcopedia Britannica yang terbit
tahun 1972, bahwa secara etimologi Etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos
yang berarti karakter. Dan definisi Etika menurut terminologi adalah studi
yang sistematis dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan
sebagainya atau tentang prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita dalam
penerapannya didalam segala hal, disebut juga filsafat moral (dari kata latin
“mores” yang artinya adat istiadat) (Karimah dan Wahyudin, 2010). Menurut
Richard J (Karimah dan Wahyudin, 2010) bahwa etika mencoba untuk meneliti
tingkah laku manusia yang dianggap merupakan cerminan dari apa yang
terkandung dalam jiwanya atau dalam hati nuraninya. Contohnya: manusia
dapat tertawa, padahal hatinya menangis. Ketiga pengertian etika berikut
berkaitan dengan perlunya etika komunikasi dalam menggunakan media
sosial.
a. Etika Deskriptif yaitu etika yang bersangkutan dengan nilai dan ilmu
pengetahuan yang membicarakan masalah baik dan buruknya tingkah
laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Etika Normatif yaitu etika yg sering dipandang sebagai suatu ilmu yang
mengadakan ukuran-ukuran atau norma yang dapat dipakai untuk
menanggapi atau menilai perbuatan dan tingkah laku seseorang dalam
bermasyarakat. Etika ini berusaha mencari ukuran umum bagi baik dan
buruknya tingkah laku
c. Etika Kefilsafatan yaitu analisa tentang apa yang dimaksudkan bilamana
mempergunakan predikat-predikat kesusilaan. Dalam etika ini
berhubungan dengan norma. Norma adalah peraturan atau pedoman
7
hidup tentang bagaimana seharusnya manusia bertingkah laku dan
berbuat dalam masyarakat.
Sedangkan secara aksiologis etika dalam berkomunikasi diharapkan
akan dapat mencari standar etika yang digunakan dalam berkomunikasi
melalui media sosial. Etika komunikasi akan mencoba mencari standar etika
apa yang harus digunakan oleh komunikator dan komunikan dalam menilai
diantara teknik,isi dan tujuan komunikasi. Penilaian etika komunikasi insani
meliputi:
1. Perspektif Politik ada 2 penilaiaan:
a. Penghormatan atau keyakinan akan wibawa dan harga diri
individual.
b. Keterbukaan atau keyakinan pada pemerataan kesempatan.
c. Kebebasan yang disertai tanggung jawab.
d. Keyakinan pada kemampuan setiap orang untuk memahami hakikat
demokrasi.
2. Perspektif Sifat Manusia
Sifat manusia yang paling unik adalah kemampuan berpikir dan
kemampuan menggunakan simbol. Etika komunikasi dinilai dari
kriteria:
a. Maksud si pembicara,
b. Sifat dari cara-cara yang diambil;
c. Keadaan yang mengiringi.
3. Perspektif dialogis
Komunikasi insani bukanlah jalur atu arah, melainkan transaksi dialog
dua arah. Dalam hubungan dialogis, sikap dan perilaku setiap partisipan
komunikasi ditandai oleh kualitas, seperti kebersamaan, keterbukaan
hati, kelangsungan, kejujuran, dan lain-lain.
Sungguhpun demikian, semua pihak pasti sepakat proses
berkomunikasi pada level mana pun tak mungkin berjalan tanpa etika. Tanpa
dilandasi etika, praktik bermedia akan mengarah pada kekacauan. Pada
8
akhirnya, masyarakat yang menanggung kerugian paling besar. Media yang
semestinya membantu masyarakat memahami persoalan sosial politik secara
jernih dan obyektif, justru jadi ajang persitegangan dan perseteruan tak
berujung (Sudibyo, 2016). Media sosial sebaiknya dapat menjadi wahana untuk
mendudukkan proses dialog yang sehat dalam berkomunikasi agar terwujud
harmonisasi. Media sosial sejatinya menempatkan proses dialog yang
memberikan ruang atas semakin meningkatnya kesejahteraan sebuah
komunitas masyarakat sekaligus menjadi platform dalam rangka menciptakan
diseminasi gagasan secara rasional dan menyejukkan. Dengan demikian,
diperlukan kajian etika komunikasi untuk mencari standar etika apa yang harus
digunakan oleh komunikator dan komunikan dalam menilai di antara teknik, isi
dan tujuan komunikasi di media sosial.
2.2 Kerangka Berpikir
Etika
Individu-individu
Individu-kelompok
Kelompok-kelompok
Komunikasi
Penjelasan:
Penelitian ini berangkat dari peran media sosial untuk melakukan interaksi
komunikasi. Komunikasi melalui dunia maya ini tak luput dari norma atau aturan
dalam bermedia sosial dimana terdapat etika yang perlu diterapkan dalam
9
bermedia sosial. Etika dalam bermedia sosial dapat mencerminkan sebuah
komunikasi antar individu dengan individu atau individu dengan kelompok atau
kelompok dengan kelompok. Dalam proses komunikasi terdapat efek yang
dihasilkan dari sebuah komunikasi.
10
BAB 3
METODE PENELITIAN
11
media sosial (facebook). Untuk mendapatkan data dibutuhkan alat bantu berupa
media elektronik dan media cetak mengenai pembahasan kasus tersebut.
12
4. Penarikan kesimpulan/ verifikasi.
Kesimpulan akhir akan diperoleh bukan hanya sampai pada akhir
pengumpulan data, melainkan dibutuhkan suatu verifikasi yang berupa
pengulangan dengan melihat kembali field note (data mentah) agar
kesimpulan yang di ambil lebih kuat dan bisa dipertanggung jawabkan.
Keempat komponen utama tersebut merupakan suatu rangkaian dalam proses
analisis data yang satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan, dimana
komponen yang satu merupakan langkah menuju komponen yang lainnya,
sehingga dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak bisa mengandung
salah satu komponen.
13
BAB 4
PEMBAHASAN
Sejak 1978, media sosial telah ditemukan, yakni berupa papan buletin yang
memungkinkan beberapa orang berhubungan menggunakan surat elektronik. Lalu
muncullah beberapa situs jejaring sosial, seperti geocities (1995), sixdegress.com
(1997), blogger (1999), friendster (2002), linkedIn (2003), MySpace (2003), Facebook
(2004), Wiser (2007), dan Google+ (2011). Perkembangan media sosial terbilang
sangat pesat karena setiap orang bisa mendaftarkan dirinya untuk memilik satu atau
semua jenis media sosial yang disebutkan diatas. Seorang pengguna media sosial bisa
mengakses media sosial, menggunakan jaringan internet dimanapun dan kapanpun.
Aktivitas yang dilakukan di masing-masing media sosial pun beragam, mulai dari
berbagai pemikiran dalam bentuk kata-kata, foto, video, dan model konten lainnya.
Pada Januari 2015, We are Social (sebuah agensi pemasaran sosial yang berbasis di
Singapura) melansir informasi penggunaan internet dan media sosial di Indonesia pada
tahun 2014.
Media sosial yang paling banyak di gunakan di Indonesia adalah Facebook
dengan persentasi 14%. Di lansir dari Blogw.wsj, pada September 2014, kepala
Facebook Indonesia mengatakan bahawa terdapat 69 juta pengguna aktif bulanan di
Indonesia. Kemudahan dalam mengakses pemberitaan melalui Facebook sudah tidak
diragukan lagi. Informasi mudah menyebar luas dalam waktu hitungan detik. Jarimu
harimaumu adalah peribahasa yang cocok diberikan untuk istri Dandim Kendari
bernama Irma Zulkifli Nasution yang belakangan ini ramai menjadi pemberitaan.
Akibat penggunaan Facebook yang dinilai menyebarkan unggahan kebencian melalui
akun Facebook miliknya, yang berimbas pada pencopotan jabatan suaminya sebagai
Dandim di Kota Kendari. Unggahan yang menyangkut mengenai kasus penusukan
Wiranto beberapa waktu yang lalu.
Para pakar berpendapat bahwa apa yang di posting oleh Irma tak cerminkan
Institusi. Menurut Pengamat Sosial Drajat Tri Kartono, kejadian tersebut tidak bisa
digeneralisirkan untuk menggambarkan kondisi batiniah TNI secara utuh karena tidak
14
mewakili korps Persatuan Istri Tentara (PERSIT). Dosen Sosiologi Universitas Sebelas
Maret (UNS) ini juga berpendapat bahwa tindakan itu dilakukan atas dasar emosi
seorang perempuan yang kemudian menular ke perempuan lain. sesungguhnya para
istri prajurit ini paham akan konsekuensi atas perbuatannya. Namun, karena sudah
terdapat faktor emosi yang bermain, maka rasionalitas pun sulit untuk dimenangkan.
Namun, dunia militer menerapkan sistem komando sehingga segala bentuk perlawanan
dan pembangkangan yang dilakukan dengan cara di luar prosedur, akan berakibat
sanksi tegas.
Unggahan yang dilakukan Irma, menjadi sinyal tertentu. Tentu hal ini
merupakan bagian dari komunikasi pula, dimana unggahan tersebut memiliki maksud
dan tujuan. Dalam dunia militer tentu terdapat aturan tersendiri, dimana setiap anggota
keluarganya harus bersikap netral tidak menumpahkannya melalui media sosial. Ia
mengatakan, hal ini menunjukkan secara moril, perilaku suami atau istri anggota TNI
memang juga terikat dengan aturan-aturan. Akan tetapi, bukan secara eksplisit tertera
dalam UU 25/2014, melainkan atas dasar Sapta Marga dan Sumpah Prajurit yang bisa
dinyatakan mengikat secara moril. Sikap reaktif itu dilakukan karena masalah moral
dan etika yang diduga menjadi pangkal persoalan. Irma sendiri terancam proses
peradilan umum atas dugaan melanggar UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
15
BAB 5
KESIMPULAN
Setiap menit, ratusan juta orang membuat, membaca (dan menonton) serta
membagikan konten digital yang tidak terhitung banyaknya dalam dunia online.
Komunikasi antar pribadi pun bukan lagi secara langsung dengan tatap muka
melainkan melalui new media, kita semakin mudah menyampaikan dan menuangkan
pemikiran dan aspirasi kita dalam berbagai bentuk.
Teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dari waktu ke waktu semakin
berkembang dengan pesat di seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Hal tersebut
menjadikan berita dan informasi menyebar dengan begitu cepatnya dan sangat mudah
didapatkannya. Hanya melalui akses internet dalam sepersekian detik, masyarakat
dapat mengetahui berita terkini dari belahan dunia yang berjarak ratusan mill dari
tempatnya. Bukan hanya itu, masyarakat pun dapat segera memberikan opini dan
reaksinya sesaat setelah kejadian tersebut berlangsung, baik opini positif maupun
negatif. Teknologi komunikasi ini berkembang dengan kecepatan yang mengagumkan.
Dalam satu dasawarsa pertama abad 21, jumlah orang yang terhubung ke internet di
seantero dunia melesat dari 350 juta ke 2 miliar lebih. Pada tempo yang sama, jumlah
pelanggan telepon seluler melambung dari 750 juta hingga 5 miliar (Schmidt and
Cohen, 2014, p.12). Pemanfaatan teknologi-teknologi ini merata sampai ke jangkauan
terjauh di dunia, bahkan disejumlah kota dan negara, laju pemerataannya makin cepat.
Pada dasarnya, setiap pengguna media sosial tanpa terkecuali dilarang
mengunggah hal negatif karena sifatnya yang tidak dapat disaring, sehingga beberapa
orang menelan utuh pemberitaan yang ada, dan bahkan menyimpulkannya sendiri,
maka perlu adanya etika dalam bermedia sosial merupakan kontrol yang perlu
diterapkan agar tidak melanggar aturan yang berlaku khususnya di Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui etika
berkomunikasi ditemukan lima tipe netizen yaitu (1) tipe peminta informasi, netizen
tipe ini tergolong memiliki etika berkomunikasi yang baik dan netral dengan
menggunakan kalimat tanya (2) tipe penyampaikan informasi, tipe ini juga tergolong
16
memiliki etika berkomunikasi yang baik dan netral dan bertujuan untuk menjawab
pertanyaan dari netizen lain maupun sekedar menyampaikan informasi (3) tipe
argumentator yang baik, tipe ini tidak bersifat netral tetapi memiliki etika yang baik
dalam menyampaikan opini yang dia anggap benar (4) tipe argumentator yang tidak
baik, tipe ini tidak bersifat netral dan senang menyerang netizen yang lain dengan kata-
kata yang kasar dan tidak baik sehingga seringkali memancing netizen lain untuk
menanggapi komentarnya (5) tipe pengikut yang mudah terpancing, tipe ini akan
muncul apabila ada pro kontra dalam merespon berita atau informasi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 852
Kartika, Mimi. 2019. Sanksi Terhadap Dandim Kendari, Pakar: Ada Asas yang
Dilanggar. (online) tersedia di https://nasional .republika. co.id/berita/
pzabky409/sanksi-terhadap-dandim-kendari-pakar-ada-asas-dilanggar (diakses
pada tanggal 30 November 2019 pukul 22.08 WIB)
Michael Haenlein, Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social
Media". (Business Horizons, 2010), hal. 59–68
Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), hal. 11
Sochoet, Hoeta. (2003). Media Komunikasi. Jakarta: Yayasan Kampis Tercinta IISIP
18