Anda di halaman 1dari 21

ISLAM DAN ETIKA

BERMEDIA

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Etika Politik Media Penyiaran Islam

DOSEN :
Dr. Rahmawati

DISUSUN OLEH :
Muhammad Arpin
NIM : 80800221010

PROGRAM MAGISTER KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan ke hadhirat Allah swt. yang atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya tulisan ini selesai disusun dengan baik. Shalawat
teriring salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan Nabi Besar Muhammad saw.
yang diutus sebagai teladan dan rahmat bagi sekalian alam. Tulisan ini berjudul
“Islam dan Etika Bermedia”, disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Etika Politik Media Penyiaran Islam
Tulisan ini dapat terselesaikan berkat arahan dan bimbingan berbagai pihak.
Untuk itu penulis sampaikan ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada
mereka semua yang telah membantu dan memfasilitasi sehingga tulisan ini dapat
diselesaikan dengan baik. Terutama kepada dosen pembina mata kuliah Etika
Politik Media Penyiaran Islam, Ibu Dr. Rahmawati
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kelemahan
dan kekurangan. Untuk itu, tegur sapa dan kritik yang membangun sangat Penulis
harapkan demi kesempurnaan dan perbaikan di masa mendatang. Akhirnya, hanya
kepada Allah-lah penulis memohon petunjuk dan pertolongan. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi segenap pembaca, terutama demi pengembangan ilmu
komunikasi di masa mendatang.

Penyusun

Muhammad Arpin

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………….………………………………………………….. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Kegunaan .................................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam dan Etika Bermedia …...……………........................... 3
B. Pandangan Islam tentang Etika Bermedia ..………………..................... 4
C. Pedoman Etika Islam dalam bermedia …...…………. ……................... 7
D. Fungsi Etika Islam dalam bermedia ……………………………...…… 12
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 14
B. Implikasi Penelitian ............................................................................... 15
DAPTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pergeseran paradigma berkomunikasi berkembang sangat pesat saat ini


seiring dengan perkembangan internet dan penggunaannya. Media saat ini menjadi
euphoria yang sangat luar biasa dalam berinteraksi dengan masyarakat dunia.
Mempertemukan ratusan orang yang awalnya tidak saling mengenal, tidak
memiliki kepentingan apapun, kemudian saling mengenal dan menjalin komunikasi
secara virtual, sehingga memiliki kepentingan yang sama. Keadaan ini tentu saja
mempengaruhi bentuk perilaku komunikasi masyarakat.
Saat ini masyarakat telah hidup dalam dua kehidupan dunia, yakni
kehidupan masyarakat nyata dan masyarakat maya atau biasa dinamakan dunia
nyata dan dunia maya . Berbeda dengan kehidupan masyarakat di dunia nyata,
kehidupan masyarakat di dunia maya tidak dapat langsung diindera, tetapi dapat
dirasakan sebagai sebuah realitas. Pembentukan kelompok-kelompok masyarakat
di dunia maya, yang tentunya terdiri dari individu-individu maya, memiliki aspek
latar belakang kehidupan yang beragam.
Keberadaan media di dunia maya memindahkan interaksi komunikasi
interpersonal di dunia nyata ke dunia maya. Melalui media, setiap pemilik akun
dapat mengesankan dirinya menjadi baik atau buruk, dimana pada umumnya setiap
orang ingin dikenal baik. Banyak orang yang kurang populer di lingkungan sosial
masyarakatnya, namun memiliki kebutuhan untuk populer, maka media sosial
sebagai alternatifnya. Di balik itu semua, ada sebagian orang yang
menyalahgunakan media untuk kepentingan tertentu, dan sebagian orang menjadi
korban atas penyalahgunaan itu.
Interaksi secara tidak langsung ini tentu saja memiliki dampak positif dan
juga negatif. Beberapa diantara yang positif itu adalah terbentuknya komunitas
bisnis, pelajar dan beberapa hal positif lain yang bisa dimanfaatkan. Meskipun

1
2
demikian, gejala-gejala perpecahan dan perselisihan yang ditimbulkan dari
interaksi di media juga tidak kalah sedikit.
Perselisihan atau paling tidak kekacauan yang terjadi di media telah
mengusik ketenangan berinteraksi dan bermasyarakat di dunia nyata. Beberapa
“perbuatan” yang dilakukan netizen, sebagai sebutan masyarakat dunia maya, kerap
membuat tidak nyaman orang-orang tertentu, baik dia seorang yang berpengaruh
atau bukan. Bahkan, bagi sebagian nitizen, dengan bermodalkan akun media sosial
yang dimiliki, mampu menjadi tokoh yang “terkenal”.
Berangkat dari masalah tersebut, maka perlu dikaji secara mendalam
bagaimana seharusnya etika bermedia yang bijak sehingga media yang sejatinya
berbahaya dapat menjadi sebuah anugerah bagi manusia.

B. Rumusan Masalah

Dari berbagai gambaran yang telah dipaparkan di atas tentang etika dan
Islam dalam bermedia, maka penulis mengangkat beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Apa pengertian Islam, etika dan media ?


2. Bagaimana pandangan Islam tentang etika bermedia ?
3. Bagaimana pedoman etika Islam dalam bermedia ?
4. Bagaimana fungsi etika Islam dalam bermedia ?

C. Kegunaan

Dalam berbagai referensi pengetahuan tentang Islam dan etika bermedia,


berguna untuk :

1. Dapat mengetahui arti dari Islam dan etika bermedia


2. Dapat mengetahui pandangan Islam tentang etika bermedia
3. Dapat mengetahui pedoman etika Islam dalam bermedia
4. Dapat mengetahui fungsi etika Islam dalam bermedia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam dan Etika Bermedia

Secara etimologis kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima (‫ﺳ ِﻠ َﻢ‬
َ ) yang
artinya selamat. Dari kata itu, terbentuk aslama (‫ )أَ ْﺳﻠَ َﻢ‬yang artinya menyerahkan
diri atau tunduk dan patuh. Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam (‫)إِﺳ َْﻼم‬.
menurut Abdalati, pengertian Islam adalah "penyerahan diri kepada kehendak
Tuhan dan ketundukkan atas hukum-Nya"1
Dari sisi etimologi etika berasal dari Bahasa Yunani, ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat, sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika
diartikan sebagai Ilmu tentang yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak)2.Sementara pengertian etika berdasakan terminologi
yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara adalah Ilmu yang mempelajari soal
kebaikan dan keburukan dalam kehidupan manusia, terutama yang berkaitan
dengan gerak-gerik manusia baik berupa pikiran ataupun rasa yang merupakan
bagian dari pertimbangan dan perasaan.3
Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak
kata medium. Secara harfiah, media berarti perantara, yaitu perantara antara
sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Media merupakan
alat yang dapat membantu dalam keperluan dan aktivitas, di mana sifatnya dapat
mempermudah bagi siapa saja yang memanfaatkannya.4
Dari uraian di atas maka dapat ditarik sebuah pengertian bahwa etika Islam
dalam menggunakan media adalah melakukan aktivitas di media dengan baik dan
benar sesuai dengan ajaran Islam yaitu dengan menyampaikan informasi dengan
benar dan tidak menebar fitnah, kebencian.

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia


Pustaka, 2008).. Hal. 721
2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Hal. 548
3 Edo Hendra Kusuma, Etika Islam Dalam Aktivitas Bermedia Sosial,
https://www.kompasiana.com, 14 Oktober 2018
4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal. 892
3
4

B. Pandangan Islam Tentang Etika Bermedia

Persoalan etika sangat erat berhubungan dengan agama, bahkan seringkali


perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari dilandasi oleh motivasi agama.
Orang sering menghubungkan suatu keputusan untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu perbuatan didasari keyakinan bahwa perbuatan tersebut
diperintahkan atau dilarang oleh agama. Tentu saja landasan perbuatan dan tingkah
laku manusia itu tidak hanya dilandasi oleh ketentuan-ketentuan dalam agama saja,
tetapi landasan-landasan berperilaku ini bisa berasal dari banyak sumber seperti
pemikiran filsafat dan adat-istiadat.
Sumber ajaran Islam yang paling pokok adalah berasal dari Al-Qur’an
sebagai wahyu dari Allah, dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Kehidupan manusia
diyakini oleh umat Islam bertujuan untuk mengabdi kepada Allah dan sekaligus
menjadi khalifah (co-worker) Allah dalam menciptakan kerahmatan di muka bumi.
Oleh karena itu Allah membekali manusia dengan Akal sebagai perangkat untuk
untuk memahami alam semesta ini, dan Al-Qur’an-As-Sunnah sebagai petunjuk
dalam menjalani kehidupan ini. Sehingga etika Islam pun mengacu kepada kedua
sumber ini untuk mendapatkan mendapatkan petunjuk dan model bagi landasan
filsafati dari perilaku, dan standar perbuatan baik dan buruk.
Dalam Pandangan Islam Dalam buku Akidah Akhlak Kelas VIII yang
diterbitkan Kementerian Agama, terdapat beberapa etika dalam bermedia menurut
pandangan Islam,5 yaitu:

1. Tabayyun (cek dan ricek)

Dalam (QS. Al-Hujurat [49]:6) disebutkan bagaimana etika serta tata cara
menyikapi sebuah berita yang kita terima, sebagai berikut:
ٍ َ ‫ي َ ٓ َﳞا ِ َن َءا َم ُو ۟ا ان َ آ َء ُ ْﰼ فَ ِاسق ِب َ َا فَ َ َب ُو ۟ا ن ت ُِصي ُبو ۟ا قَ ْوما ِ َﲜهَـ‬
‫فَ ُ ْص ِب ُحو ۟ا َ َ ٰﲆ َما فَ َﻌﻠْ ُ ْﱲ ن َ ِد ِم َﲔ‬
5 Kementerian Agama, Akidah Akhlak Kelas VIII , (2020)
6 Kementrian Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Diponegoro, 2010
5
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
(QS. Al-Hujurat [49]:6)

Quraish Shihab menerangkan ada dua hal yang dapat diperhatikan terkait
ayat tersebut. Pertama, tabayyun terhadap pembawa berita apakah orang fasiq
(orang yang aktivitasnya diwarnai dengan pelanggaran agama). Kedua,
menyangkut dengan isi berita bahwa perlu adanya penyelidikan kebenaran sebuah
berita. Kedua hal ini merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan. Islam tidak
membenarkan adanya share berita tanpa melakukan penyelidikan kevalidan secara
mendalam.7

2. Menyampaikan informasi dengan benar.

Islam mengajarkan opini yang jujur dan didasarkan pada bukti dan fakta
serta diungkapkan dengan tulus. Tidak menyebarkan informasi yang belum
diketahui kebenarannya di media. Istilah ini disebut qaul zur yang berarti perkataan
buruk atau kesaksian palsu. Firman Allah SWT:8

‫ٰذ ِ َ َو َم ْن ي َﻌ ِّظ ْم ُﺣ ُﺮ ٰم ِﺖ ا ٰ ّ ِ فَه َُو ْ ٌَﲑ ٗ ِﻋ ْﻨدَ َ ِرب ّ ٖ ۗﻪ َو ُا ِ ﻠ ْﺖ ﻟَ ُ ُﲂ ْ َاﻻنْ َﻌا ُم ِاﻻ َما يُ ْت ٰﲆ‬
‫ۙ َﻠَ ْي ُ ْﲂ فَا ْج َﻨِ ُبوا ا ّ ِﻟﺮ ْج َﺲ ِم َن ْ َاﻻ ْو َ ِن َوا ْج َﻨِ ُب ْوا قَ ْو َل اﻟز ْو ِر‬
Artinya: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan
apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di
sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak,
terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah
olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan
dusta.” (QS. Al-hajj [22]:30)
3. Haram menebar fitnah, kebencian, dan lainnya.

Dalam Fatwa MUI No 24 Tahun 2017,9 disebutkan juga mengenai Hukum

7 Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah. Vol. 15. Jakarta: Lentera Hati, 2011.
8 Kementrian Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Diponegoro, 2010
9 Wulandari Fajrina Eka. ―Hate Speech Dalam Pandangan Uu Ite Dan Fatwa Mui.‖
Ahkam: Jurnal Hukum Islam 5
6

dan pedoman bermuamalah melalui media. Hal ini berkaitan dengan perilaku
masyarakat dalam menggunakan media yang berdampak positif. Isi dari fatwa
tersebut adalah setiap muslim yang bermuamalah melalui media diharamkan untuk
sebagai berikut:
a. Melakukan ghibah; fitnah, namimah (adu-domba); dan menyebarkan
permusuhan.
b. Melakukan bullying, ujaran kebencian, dan permusuhan berdasarkan suku,
ras. atau antara golongan;
c. Menyebarkan hoax serta informasi bohong meskipun dengan tujuan baik,
seperti info tentang kematian orang yang masih hidup;
d. Menyebarkan materi pornografi, kemaksiatan, dan segala yang terlarang
secara syari;
e. Menyebarkan konten yang benar tetapi tidak sesuai dengan tempat atau
waktunya.

4. Media digunakan untuk amar ma’ruf nahi munkar yang menjamin dan mengatur
kebebasan ekspresi.

Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap insan. Namun, berpendapat


sering kali disalahgunakan untuk membuat fitnah, opini palsu, dan menebar
kebencian yang sering diutarakan melalui media sosial. Allah SWT meminta agar
setiap umat (manusia) membela apa yang baik benar, seperti diterakan dalam dalam
surah 10 berikut:

‫ۗ َو ْﻟتَ ُﻜ ْن ِّم ْ ُ ْﲂ ُام ٌة يدْ ُﻋ ْو َن ِا َﱃ اﻟْ ْ َِﲑ َوي َ ُم ُﺮ ْو َن ِ ﻟْ َم ْﻌ ُﺮ ْو ِف َو َﳯْ َ ْو َن َﻋ ِن اﻟْ ُم ْﻨﻜَ ِﺮ‬
‫َو ُاوﻟٰۤى َك ُ ُﱒ اﻟْ ُم ْﻔ ِﻠ ُح ْو َن‬
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali
Imran:104)

10 Kementrian Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Diponegoro, 2010


7
5. Tidak digunakan untuk mengolok-olok orang lain

Media tidak digunakan untuk mengolok-olok orang lain, seperti


disampaikan dalam firman Allah SWT 11:

‫ٰ ٓ َ َﳞا ا ِ ْ َن ٰا َم ُ ْوا َﻻ َْسخ َْﺮ قَ ْو ٌم ِّم ْن قَ ْو ٍم َﻋ ٰ ٓﴗ َا ْن ُﻜ ْون ُْوا ْ ًَﲑا ِّمﳯْ ُ ْم َو َﻻ ِ َس ۤا ٌء‬
‫اب‬ ۗ ِ َ‫ِّم ْن ِ ّ َس ۤا ٍء َﻋ ٰ ٓﴗ َا ْن ُﻜن ْ ًَﲑا ِّمﳯْ ُ ۚن َو َﻻ تَﻠْ ِم ُز ْوا َانْ ُﻔ َس ُ ْﲂ َو َﻻ تَﻨَا َ ُز ْوا ِ ْﻻَﻟْق‬
‫ﰟ اﻟْ ُﻔ ُس ْو ُق ب َ ْﻌدَ ْ ِاﻻيْ َم ِۚان َو َم ْن ﻟ ْم ي َ ُ ْب فَ ُاوﻟٰۤى َك ُ ُﱒ ٰ ّاﻟظ ِﻠ ُم ْو َن‬
ُ ْ ‫ِب ْ َﺲ ِاﻻ‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-
laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang
buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat [49]:11)
6. Larangan menebarkan kebencian dan berita palsu

Dalam (QS. An-Nur [24]:4) Allah SWT melarang untuk menebar kebencian
dan membuat berita palsu 12:

‫َوا ِ ْ َن َ ْﺮ ُم ْو َن اﻟْ ُم ْح َص ٰ ِﺖ ُﰒ ﻟَ ْم يَ ت ُْوا ِ َ ْرب َ َﻌ ِة ُﺷهَدَ ۤا َء فَا ْ ِ ُ ْو ُ ْﱒ ﺛ َ ٰمﻨِ ْ َﲔ َ ْ َ ًة و َﻻ‬


‫ۙتَ ْق َﻠُ ْوا ﻟَهُ ْم َﺷهَا َد ًة َابَدً اۚ َو ُاوﻟٰۤى َك ُ ُﱒ اﻟْ ٰﻔ ِس ُق ْو َن‬
Artinya: “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik
(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka
deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah
kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah
orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur [24]:4)

C. Pedoman Etika Islam Dalam Bermedia

Era modern tanpa batas membuat setiap orang mudah terhubung satu sama
lain. Namun di sisi lain, banyak kejelekan di balik kemajuan tersebut. Islam sebagai
agama akhir zaman selalu menuntun manusia pada kebaikan, pun dalam aktivitas

11 Kementrian Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Diponegoro, 2010


12 Kementrian Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Diponegoro, 2010
8

media. Oleh karenanya dalam hal ini, Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin
memberikan solusi dalam segala aspek kehidupan, khususnya dalam hal etika
berkomunikasi yang baik agar segala aktivitas komunikasi lewat media dapat
tercapainya tujuan dalam kemashlatan bersama, dan mampu terhindar dari segala
tindakan amoral dalam bermedia.
Ada etika yang harus diperhatikan ketika bermedia. Pasalnya, bermain
media ibarat menghunus sebuah pedang. Jika salah mengayunkannya, maka kita
sendiri yang akan tertebas. Sedikitnya ada 10 etika yang mesti diperhatikan agar tak
salah langkah dalam menjelajah akses internet yang canggih dewasa ini. 13 yaitu :

1. Muraqabah

Etika pertama yakni merasa selalu diawasi oleh Allah. Apapun yang kita
posting, termasuk niat dibalik postingan tersebut, sadarilah selalu bahwa semua itu
diketahui oleh Sang Maha Tahu. Dengan selalu merasa diawasi Allah, maka
pastilah kita takut melanggar batasan-batasan agama dalam memanfaatkan medsos.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Jika kamu menampakkan sesuatu
atau menyembunyikannya, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (QS. Al-Ahzab: 54).14

2. Hisab

Ingatlah selalu bahwa ada hisab atau perhitungan atas setiap apa yang kita
lakukan, meski seberat dzarrah. Setiap kalimat, foto, video yang kita unggah, akan
dipertanyakan kelak di akhirat.
Allah berfirman, “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat
Dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Barangsiapa mengerjakan kejahatan
sebesar Dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya.” (QS. Az-Zalzalah: 7-8). 15

13 Afriza Hanifa, Etika Bermedia Sosial Dalam Islam, 10 Tips Seputar Gadget Sesuai
Syariat”; buletin Syiar Tauhid edisi 09.
14 Kementrian Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Diponegoro, 2010
15 Kementrian Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Diponegoro, 2010
9

3. Istifadah

Yakni menggunakan sarana yang ada untuk diambil manfaatnya. Jika media
bermanfaat bagi kehidupan kita, maka tak ada salahnya untuk memanfaatkannya.
Namun jika media justru membawa lebih banyak kerugian daripada manfaatnya,
maka etika seorang muslim pastilah menghentikan aktivitas tersebut.
Rasulullah bersabda, “Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah
ia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. At Tirmidzi).16

4. Bertanggung jawab

Menggunakan medsos berarti kita bertanggung jawab atas semua yang


diposting ke publik, termasuk saat follow, share, Iike, retweet, repost, comment dan
lain sebagainya. Seorang muslim beretika baik akan berhati-hati dalam
menyampaikan sesuatu atau menanggapi sesuatu.
Alah, swt berfirman : “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak
kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati akan diminta pertanggung
jawabannya.” (QS. Al-Isra’: 36)17

5. Menjaga batasan pergaulan

Batasan ini terkhusus pada hubungan antara pria dan wanita. Meski tidak
bertatapan langsung, media mampu membawa jerat-jerat penyakit hati di setiap
interaksi lawan jenis. Maka batasilah interaksi dengan lawan jenis yang bukan
mahram dan yang tak ada keperluan penting dengannya.

6. Memperhatikan pertemanan

Berteman di media mestilah mempertimbangkan kebaikan dengan


timbangan ilmu syar’i. Jangan Bermudah-mudahan mengikuti status seseorang
yang tak jelas kebaikannya.

16 Afriza Hanifa, Etika Bermedia Sosial Dalam Islam, 10 Tips Seputar Gadget Sesuai
Syariat”; buletin Syiar Tauhid edisi 09.
17 Kementrian Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Diponegoro, 2010
10

Ibnu Mas’ud pernah memberikan nasihat, “Jika engkau sekedar menjadi


pengikut kebaikan, maka itu lebih baik daripada engkau menjadi panutan dalam
kejelekan.” (Kitab Al Ibanah).18

7. Wasilah

Etika muslim berikutnya yakni menjadikan media sebagai penghantar atau


sarana atau wasilah kepada kebaikan. Artinya, manfaatkanlah media untuk menebar
kebaikan. Sebagai contoh, memposting ayat-ayat Al-Qur’an, hadits, kata mutiara
para shahabat Rasulullah, permasalahan agama dan lain sebagainya.

8. Tidak lalai

Inilah yang sering luput jika sudah asyik bermain media. Kita mudah
terlalaikan hingga waktu yang berhaga terbuang begitu saja.

9. Mengumpulkan kebaikan

Etika muslim dalam bermedia sosial dengan menjadikannya sebagai sarana


pengumpul ilmu dan kebaikan.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang memberi teladan dalam agama ini
suatu kebaikan, maka baginya pahala setiap orang yang mengamalkannya hingga
hari Kiamat tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.”19

10. Ikhlas

Selalu menjaga keikhlasan menjadi salah satu etika yang harus dilakukan
muslimin saat bermedia. Termasuk didalamnya agar tidak memposting sesuatu
dengan maksud ria.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang mampu merahasiakan amal
salehnya, maka hendaknya ia lakukan.” (HR. Al Khatib)20
Ibnu Rajab pernah berkata, “Tidaklah seseorang yang ingin dilihat itu

18 Afriza Hanifa, Etika Bermedia Sosial Dalam Islam,


19 Afriza Hanifa, Etika Bermedia Sosial Dalam Islam,
20 Afriza Hanifa, Etika Bermedia Sosial Dalam Islam,
11
mencari perhatian makhluk. Akan tetapi mereka melakukannya akibat kejahilan
(kebodohan) diri akan keagungan Sang Khalik.”21
Etika Bermedia dalam Pandangan Islam oleh Juminem, terdapat beberapa
tuntunan dalam penggunaan media 22 sebagai berikut:

1. Menyampaikan informasi dengan benar


Menyampaikan informasi dengan benar, tidak merekayasa atau
memanipulasi fakta, serta menahan diri untuk tidak menyebarluaskan
informasi tertentu di media yang fakta atau kebenarannya belum diketahui
secara pasti.
2. Menghindari prasangka suudzon atau buruk sangka, gibah, fitnah, dan tajassus
Dalam bahasa hukum, penyampai informasi melalui media sosial
hendaknya memegang teguh "asas praduga tak bersalah". Prasangka yang tidak
berdasar dapat membahayakan, karena dapat memicu bullying dan
pembunuhan karakter.
3. Meneliti fakta
Untuk mencapai ketetapan data dan fakta, seorang muslim hendaknya
mengecek dan meneliti kebenaran fakta dengan informasi awal yang diperoleh
agar tidak terjadi gibah, fitnah, dan tajassus.
4. Menghindari namimah atau mengadu domba
Namimah atau mengadu domba maksudnya membawa suatu berita kepada
pihak tertentu dengan maksud untuk mengadu domba pihak tersebut dengan
pihak lain. Namimah juga dapat berarti provokasi untuk tujuan tertentu.
5. Menghindari Sukriyah
Sukriyah berarti merendahkan atau mengolok-ngolok orang lain.
Mengolok-ngolok, merendahkan orang lain, mencaci-maki, atau melakukan
tindakan penghinaan dapat menumbuhkan kebencian.
6. Bijak dalam bermedia

21 Afriza Hanifa, Etika Bermedia Sosial Dalam Islam,


22 Juminem. ―Adab Bermedia Sosial Dalam Pandangan Islam.‖ Geneologi PAI: Jurnal
Pendidikan Agama Islam 6
12
Setiap muslim hendaknya bijak dalam menggunakan media dengan
mengedepankan etika, logika, dan perasaan serta berbagi nasihat yang baik,
bijak, dan ikhlas.
7. Menghindari hal-hal negatif dalam media sosial
Setiap muslim hendaknya menghindari upload maupun membagikan foto
atau video berpose vulgar atau berkonten pornografi, berlebihan dalam bersuka
cita, mengeluh, hingga berdoa di media.

D. Fungsi Etika Islam dalam Bermedia

Konsekuensi dari besarnya jumlah pengguna Internet satu di antaranya akan


masuk arus budaya yang tidak bisa dihindari sebab di era ini pertemanan tidak lagi
melihat batas budaya, negara, bahkan agama. Tentunya efek dari besarnya
pengguna Internet hari ini memberikan dampak positif maupun negatif, dalam
aktivitas di media. Dampak positifnya user lebih cepat mengetahui segala sesuatu
yang berhubungan dengan informasi atau user umat muslim dapat cepat mengetahui
perkembangan dakwah di dunia ataupun isu keumatan. Dampak negatifnya
keragaman kultur dapat membuka peluang terbukanya perseteruan, permusuhan,
atau sampai konflik.
Fungsi etika Islam dalam melakukan aktivitas di media 23 adalah
1. Sebagai pedoman dalam melakukan aktivitas di media yang yang baik dan
benar
2. Sebagai filter aktivitas bermedia, secara khusus kepada user agar dapat
membedakan antara "benar" dan "salah".
3. Sebagai penyensor mana hal yang diharamkan dalam syariat Islam seperti
pornografi, kekerasan, dan penghujatan.

Dengan demikian media dapat mematuhi etika Islam dan teori etika lainnya
dengan mudah. Namun ini harus diterapkan pada tingkat yang berbeda mulai dari
undang-undang dan peraturan pemerintah hingga aplikasi media yang mengatur diri
sendiri atau oleh orang-orang yang menggunakan media.

23 Edo Hendra Kusuma , Etika Islam Dalam Aktivitas Bermedia Sosial 14 Oktober 2018
13

Orang-orang ini harus memutuskan apa yang salah atau benar menurut hati nurani
mereka sendiri dan menggunakan etika Islam untuk membimbing mereka untuk
membedakan anatara "benar" dan "salah".
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian bahwa etika Islam dalam menggunakan media adalah melakukan


aktivitas di nedia dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran Islam yaitu
dengan menyampaikan informasi dengan benar dan tidak menebar fitnah,
kebencian..

2. Pandangan Islam tentang etika bermedia ada 5 yaitu:


a. Tabayyun (cek dan ricek)
b. Menyampaikan informasi dengan benar.
c. Haram menebar fitnah, kebencian, dan lainnya
d. Media sosial digunakan untuk amar ma’ruf nahi munkar yang
menjamin dan mengatur kebebasan ekspresi.
e. Tidak digunakan untuk mengolok-olok orang lain
3. Etika Islam dalam bermedia ada 10 yaitu :
a. Muraqabah
b. Hisab
c. Istifadah
d. Bertanggung jawab
e. Menjaga batasan pergaulan
f. Memperhatikan pertemanan
g. Wasilah
h. Tidak lalai
i. Mengumpulkan kebaikan
j. Ikhlas
4. Fungsi etika Islam dalam bermedia yaitu :
a. Sebagai pedoman dalam melakukan aktivitas di media yang baik dan
benar

14
15
a. Sebagai filter aktivitas bermedia agar dapat membedakan antara "benar"
dan "salah"
b. Sebagai penyensor mana hal yang diharamkan dalam syariat Islam seperti
pornografi, kekerasan, dan penghujatan.

B. Implikasi

1. Dapat memberikan pemahaman yang konprehensip dan mendalam terhadap


arti dan makna Islam dan etika bermedia
2. Dapat mengenal dan memahami pandangan Islam tentang etika bermedia
3. Dapat mengenal dan memahami pedoman etika Islam dalam bermedia
4. Dapat mengenal dan memahami fungsi etika Islam dalam bermedia
5. Dapat dijadikan bahan referensi dan rujukan dalam penelitian dan
pengembangan ilmu pegetahuan dalam bidan komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ayyubi M. Zia. ―Etika Bermedia Sosial Dalam Menyikapi Pemberitaan


Bohong (Hoax) Perspektif Hadis.‖ Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur‘an dan
Hadis 9 no. 2 (13 Oktober 2019): 148.
https://doi.org/10.14421/qh.2018.1902- .
Cartono Cartono. ―Komunikasi Islam Dan Interaksi Media Sosial.‖ ORASI: Jurnal
Dakwah dan Komunikasi 9, no. 2 (15 November 2018): 59.
https://doi.org/10.24235/orasi.v9i2.3692.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka, 2008.
Bond, F. Fraser An Introduction to Journalism, Washington DC: Cq Press, 1961.
Briggs, Asa dan Burke, Peter, Sejarah Sosial Media (Terj. A.Rahman Zainuddin),
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2006.
Ini penyebab maraknya hoax di medsos/www.konfrontasi.com, diakses tanggal 8
Pebruari 2017
Ishak, Saidulkarnain, Jurnalisme Modern, Jakarta : Kompas Gramedia, 2014.
Kaplan, Andreas and Haenlein,Michael “User of the world, Unite! The Challenges
and Opportunities of Social Media”, Bussunes Horizons 53 (1).
Kementrian Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Diponegoro, 2010.
Muhammad Habibi Siregar, Kajian Fikih : Fikih Jurnalistik, dalam
www.habibisiregar.com, diakses tanggal 8 Pebruari 2017.
Noorika Retno Widuri, “Strategi Komunikasi dan Promosi Perpustakaan Melalui
Media Sosial”, Jurnal Perpustakaan Universitas Airlangga (JPUA), Vol.5
No.2 , Juli-Desember 2015.
Nur Hadi W, Etika Berkomunikasi di Dunia Maya dengan Netiquette, Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, 24 November 2006, 30.
PP No. 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga
Penyiaran Publik

16
17

Irhamdi Muhammad. ―Menghadirkan Etika Komunikasi Dimedia Sosial


(Facebook).‖ Komunike no. ( Desember 8): 39–52.
https://doi.org/10.20414/jurkom.v10i2.676.
Jamaluddin Abu al-Farji ‗Abdurrahman Bin ‗Ali Bin Muhammad Al-Jauziy.
Zaadul Masiiru Fii ‗Ulumut Tafsiir Juz . Beirut: Darul Kitab al-‗Arabiy .
Joko Susanto. ―Etika Komunikasi Islami.‖ Waraqat : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman
1, no. 1 (19 September 2020): 24. https://doi.org/10.51590/waraqat.v1i1. 8.
Juminem Juminem. ―Adab Bermedia Sosial Dalam Pandangan Islam.‖ Geneologi
PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam 6, no. 1 (30 Juni 2019): 23.
https://doi.org/10.32678/geneologipai.v6i1.1799.
Marwan M Ravii. ―Analisis Penyebaran Berita Hoax Di Indonesia ‖ t.t., 16.
Muhammad Aminullah, Etika Jurnalisme dan Pembentukan Masyarakat Sadar
Informasi, Book Series Jurnalisme Kontemporer: Etika dan Bisnis Dalam
Jurnalisme, (Banda Aceh: Syiah Kuala University Press, 2021) , hal. 63
Muhammad Aminullah, Etika Komunikasi Dalam Al-Qur`an (Studi Pendekatan
Tafsir Tematik Terhadap Kata As-Sidqu), Jurnal Al-Bayan: Media kajian
dan Pengembangan Ilmu Dakwah, Vol 25, No 1 (2019),
https://www.jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/bayan/article/view/5274
Muhammadin. ―Kebutuhan Manusia Terhadap Agama.‖ Jurnal Ilmu Agama:
Mengkaji Doktri, Pemikiran, 14, no. 1 (14 April 2016): 114.
Muslimah. ―Etika Komunikasi Dalam Perspektif Islam.‖ Jurnal Sosial Budaya 3
no. 2 (Desember 2016): 125.
Nurasih Wiji Mhd Rasidin dan Doli Witro. ―Islam Dan Etika Bermedia Sosial
Bagi Generasi Milenial: Telaah Surat Al-‘Asr.‖ Jurnal Al Mishbah 6 no.: 3
Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah. Vol. 15. Jakarta: Lentera Hati, 2011.
Taher Muhammad Syu‘aib dan Masrap Masrap. ―Pendidikan Etika Budaya
Komunikasi Melalui Media Sosial Berbasis Al-Qur‘an.‖ Alim | Journal of
Islamic Education 1, no. 1 (2 April 2019): 47–72.
https://doi.org/10.51275/alim.v1i1.119.
18

W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Jakarta


Timur: Balai Pustaka 7.
Wulandari Fajrina Eka. ―Hate Speech Dalam Pandangan Uu Ite Dan Fatwa Mui.‖
Ahkam: Jurnal Hukum Islam 5, no. 2 (1 November 2017): 251–71.
https://doi.org/10.21274/ahkam.2017.5.2.251- 7 .

Anda mungkin juga menyukai