Anda di halaman 1dari 20

ISLAM DAN ETIKA

BERMEDIA

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Etika Politik Media Penyiaran Islam

DOSEN :
Dr. Rahmawati

DISUSUN OLEH :
Muhammad Arpin
NIM : 80800221010

PROGRAM MAGISTER KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan ke hadhirat Allah swt. yang atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya tulisan ini selesai disusun dengan baik. Shalawat
teriring salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan Nabi Besar Muhammad saw.
yang diutus sebagai teladan dan rahmat bagi sekalian alam. Tulisan ini berjudul
“Islam dan Etika Bermedia”, disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Etika Politik Media Penyiaran Islam
Tulisan ini dapat terselesaikan berkat arahan dan bimbingan berbagai pihak.
Untuk itu penulis sampaikan ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada
mereka semua yang telah membantu dan memfasilitasi sehingga tulisan ini dapat
diselesaikan dengan baik. Terutama kepada dosen pembina mata kuliah Etika
Politik Media Penyiaran Islam, Ibu Dr. Rahmawati
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kelemahan
dan kekurangan. Untuk itu, tegur sapa dan kritik yang membangun sangat Penulis
harapkan demi kesempurnaan dan perbaikan di masa mendatang. Akhirnya, hanya
kepada Allah-lah penulis memohon petunjuk dan pertolongan. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi segenap pembaca, terutama demi pengembangan ilmu
komunikasi di masa mendatang.

Penyusun

Muhammad Arpin

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………….………………………………………………….. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Kegunaan .................................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam dan Etika Bermedia …...……………........................... 3
B. Pandangan Islam tentang Etika Bermedia ..………………..................... 4
C. Pedoman Etika Islam dalam bermedia …...…………. ……................... 7
D. Fungsi Etika Islam dalam bermedia ……………………………...…… 12
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 14
B. Implikasi Penelitian ............................................................................... 15
DAPTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pergeseran paradigma berkomunikasi berkembang sangat pesat saat ini


seiring dengan perkembangan internet dan penggunaannya. Media saat ini menjadi
euphoria yang sangat luar biasa dalam berinteraksi dengan masyarakat dunia.
Mempertemukan ratusan orang yang awalnya tidak saling mengenal, tidak
memiliki kepentingan apapun, kemudian saling mengenal dan menjalin komunikasi
secara virtual, sehingga memiliki kepentingan yang sama. Keadaan ini tentu saja
mempengaruhi bentuk perilaku komunikasi masyarakat.
Saat ini masyarakat telah hidup dalam dua kehidupan dunia, yakni
kehidupan masyarakat nyata dan masyarakat maya atau biasa dinamakan dunia
nyata dan dunia maya . Berbeda dengan kehidupan masyarakat di dunia nyata,
kehidupan masyarakat di dunia maya tidak dapat langsung diindera, tetapi dapat
dirasakan sebagai sebuah realitas. Pembentukan kelompok-kelompok masyarakat
di dunia maya, yang tentunya terdiri dari individu-individu maya, memiliki aspek
latar belakang kehidupan yang beragam.
Keberadaan media di dunia maya memindahkan interaksi komunikasi
interpersonal di dunia nyata ke dunia maya. Melalui media, setiap pemilik akun
dapat mengesankan dirinya menjadi baik atau buruk, dimana pada umumnya setiap
orang ingin dikenal baik. Banyak orang yang kurang populer di lingkungan sosial
masyarakatnya, namun memiliki kebutuhan untuk populer, maka media sosial
sebagai alternatifnya. Di balik itu semua, ada sebagian orang yang
menyalahgunakan media untuk kepentingan tertentu, dan sebagian orang menjadi
korban atas penyalahgunaan itu.
Interaksi secara tidak langsung ini tentu saja memiliki dampak positif dan
juga negatif. Beberapa diantara yang positif itu adalah terbentuknya komunitas
bisnis, pelajar dan beberapa hal positif lain yang bisa dimanfaatkan. Meskipun

1
2
demikian, gejala-gejala perpecahan dan perselisihan yang ditimbulkan dari
interaksi di media juga tidak kalah sedikit.
Perselisihan atau paling tidak kekacauan yang terjadi di media telah
mengusik ketenangan berinteraksi dan bermasyarakat di dunia nyata. Beberapa
“perbuatan” yang dilakukan netizen, sebagai sebutan masyarakat dunia maya, kerap
membuat tidak nyaman orang-orang tertentu, baik dia seorang yang berpengaruh
atau bukan. Bahkan, bagi sebagian nitizen, dengan bermodalkan akun media sosial
yang dimiliki, mampu menjadi tokoh yang “terkenal”.
Berangkat dari masalah tersebut, maka perlu dikaji secara mendalam
bagaimana seharusnya etika bermedia yang bijak sehingga media yang sejatinya
berbahaya dapat menjadi sebuah anugerah bagi manusia.

B. Rumusan Masalah

Dari berbagai gambaran yang telah dipaparkan di atas tentang etika dan
Islam dalam bermedia, maka penulis mengangkat beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Apa pengertian Islam, etika dan media ?


2. Bagaimana pandangan Islam tentang etika bermedia ?
3. Bagaimana pedoman etika Islam dalam bermedia ?
4. Bagaimana fungsi etika Islam dalam bermedia ?

C. Kegunaan

Dalam berbagai referensi pengetahuan tentang Islam dan etika bermedia,


berguna untuk :

1. Dapat mengetahui arti dari Islam dan etika bermedia


2. Dapat mengetahui pandangan Islam tentang etika bermedia
3. Dapat mengetahui pedoman etika Islam dalam bermedia
4. Dapat mengetahui fungsi etika Islam dalam bermedia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam dan Etika Bermedia

Secara etimologis kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima ( ‫ﺳ ِﻠ َﻢ‬
َ ) yang
artinya selamat. Dari kata itu, terbentuk aslama ( ‫ ) أَ ْﺳﻠَ َﻢ‬yang artinya menyerahkan
diri atau tunduk dan patuh. Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam ( .( ‫إِﺳ َْﻼم‬
menurut Abdalati, pengertian Islam adalah "penyerahan diri kepada kehendak
Tuhan dan ketundukkan atas hukum-Nya"1
Dari sisi etimologi etika berasal dari Bahasa Yunani, ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat, sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika
diartikan sebagai Ilmu tentang yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak)2.Sementara pengertian etika berdasakan terminology
yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara adalah Ilmu yang mempelajari soal
kebaikan dan keburukan dalam kehidupan manusia, terutama yang berkaitan
dengan gerak-gerik manusia baik berupa pikiran ataupun rasa yang merupakan
bagian dari pertimbangan dan perasaan.3
Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak kata
medium. Secara harfiah, media berarti perantara, yaitu perantara antara sumber
pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Media merupakan alat yang
dapat membantu dalam keperluan dan aktivitas, di mana sifatnya dapat
mempermudah bagi siapa saja yang memanfaatkannya.4
Dari uraian di atas maka dapat ditarik sebuah pengertian bahwa etika Islam
dalam menggunakan media adalah melakukan aktivitas di media dengan baik dan
benar sesuai dengan ajaran Islam yaitu dengan menyampaikan informasi dengan
benar dan tidak menebar fitnah, kebencian.

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia


Pustaka, 2008).. Hal. 721
2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Hal. 548
3 Edo Hendra Kusuma, Etika Islam Dalam Aktivitas Bermedia Sosial,
https://www.kompasiana.com, 14 Oktober 2018
4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal. 892
3
4

B. Pandangan Islam Tentang Etika Bermedia

Persoalan etika sangat erat berhubungan dengan agama, bahkan seringkali


perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari dilandasi oleh motivasi agama.
Orang sering menghubungkan suatu keputusan untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu perbuatan didasari keyakinan bahwa perbuatan tersebut
diperintahkan atau dilarang oleh agama. Tentu saja landasan perbuatan dan tingkah
laku manusia itu tidak hanya dilandasi oleh ketentuan-ketentuan dalam agama saja,
tetapi landasan-landasan berperilaku ini bisa berasal dari banyak sumber seperti
pemikiran filsafat dan adat-istiadat.
Terdapat tiga pertimbangan mengapa etika dalam bermedia perlu diterapkan
secara mendesak5 adalah :

1. Karena banyak yang menyadari bahwa media memiliki kekuasaan dan efek
yang sangat dasyat kepada khalayak, media mudah memanipulasi dan
kemudia mengalienasi masyarakat dari dunia yang sesungguhnya.
2. Etika komunikasi diharapkan dapat menjaga keseimbangan antara
kebebasan berekspresi dan tanggung jawab media terhadap khalayaknya,
oleh karenanya media juga harus terbuka terhadap kritik.
3. Agar dampak negatif dari media dapat dihindari karena media seringkali
mengabaikan nilai dan makna hanya untuk mengikuti logika pasar.
(Haryatmoko, 2007:38–39).

Sumber ajaran Islam yang paling pokok adalah berasal dari Al-Qur’an
sebagai wahyu dari Allah, dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Kehidupan manusia
diyakini oleh umat Islam bertujuan untuk mengabdi kepada Allah dan sekaligus
menjadi khalifah (co-worker) Allah dalam menciptakan kerahmatan di muka bumi.
Oleh karena itu Allah membekali manusia dengan Akal sebagai perangkat untuk
untuk memahami alam semesta ini, dan Al-Qur’an-As-Sunnah sebagai petunjuk
dalam menjalani kehidupan ini. Sehingga etika Islam pun mengacu kepada kedua

5 Haryatmoko, P. Kuntoro. Pembangunan Aplikasi WEB Retail Komputer Dengan Ajax


Berbasis Teknologi. Net. Diss. UAJY, 2007. 2007:38-39
5
sumber ini untuk mendapatkan mendapatkan petunjuk dan model bagi landasan
filsafati dari perilaku, dan standar perbuatan baik dan buruk.
Dalam Pandangan Islam terdapat beberapa etika dalam bermedia menurut
pandangan Islam,6 yaitu:

1. Tabayyun (cek dan ricek)

Dalam (QS. Al-Hujurat [49]:6) disebutkan bagaimana etika serta tata cara
menyikapi sebuah berita yang kita terima, 7 sebagai berikut:

ٍ َ ‫ي َ ٓ َﳞا ِ َن َءا َم ُو ۟ا ان َ آ َء ُ ْﰼ فَ ِاسق ِب َ َا فَ َ َب ُو ۟ا ن ت ُِصي ُبو ۟ا قَ ْوما ِ َﲜهَـ‬


‫فَ ُ ْص ِب ُحو ۟ا َ َ ٰﲆ َما فَ َﻌﻠْ ُ ْﱲ ن َ ِد ِم َﲔ‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
(QS. Al-Hujurat [49]:6)

Quraish Shihab menerangkan ada dua hal yang dapat diperhatikan terkait
ayat tersebut. Pertama, tabayyun terhadap pembawa berita apakah orang fasiq
(orang yang aktivitasnya diwarnai dengan pelanggaran agama). Kedua,
menyangkut dengan isi berita bahwa perlu adanya penyelidikan kebenaran sebuah
berita. Kedua hal ini merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan. Islam tidak
membenarkan adanya share berita tanpa melakukan penyelidikan kevalidan secara
mendalam.8

2. Menyampaikan informasi dengan benar.

Islam mengajarkan opini yang jujur dan didasarkan pada bukti dan fakta
serta diungkapkan dengan tulus. Tidak menyebarkan informasi yang belum
diketahui kebenarannya di media. Istilah ini disebut qaul zur yang berarti perkataan

6 Kementerian Agama, Akidah Akhlak Kelas VIII , (2020)


7 Kementrian Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Diponegoro, 2010
8 Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah. Vol. 15. Jakarta: Lentera Hati, 2011
5

buruk atau kesaksian palsu. Firman Allah SWT:8

‫ٰذ ِ َ َو َم ْن ي َﻌ ِّظ ْم ُﺣ ُﺮ ٰم ِﺖ ا ٰ ّ ِ فَه َُو ْ ٌَﲑ ٗ ِﻋ ْﻨدَ َ ِرب ّ ٖ ۗﻪ َو ُا ِ ﻠ ْﺖ ﻟَ ُ ُﲂ ْ َاﻻنْ َﻌا ُم ِاﻻ َما يُ ْت ٰﲆ‬
‫ۙ َﻠَ ْي ُ ْﲂ فَا ْج َﻨِ ُبوا ا ّ ِﻟﺮ ْج َﺲ ِم َن ْ َاﻻ ْو َ ِن َوا ْج َﻨِ ُب ْوا قَ ْو َل اﻟز ْو ِر‬
Artinya: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan
apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di
sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak,
terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah
olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan
dusta.” (QS. Al-hajj [22]:30)

3. Haram menebar fitnah

Dalam Fatwa MUI No 24 Tahun 2017,9 disebutkan juga mengenai Hukum


dan pedoman bermuamalah melalui media yaitu bahwa setiap muslim yang
diharamkan untuk melakukan ghibah; fitnah, namimah (adu-domba); dan
menyebarkan permusuhan.

4. Media digunakan untuk amar ma’ruf nahi munkar yang menjamin dan mengatur
kebebasan ekspresi.

Allah SWT meminta agar setiap umat (manusia) membela apa yang baik
benar, seperti diterangkan dalam dalam alquran 10 berikut:

‫ۗ َوﻟْتَ ُﻜ ْن ِّم ْ ُ ْﲂ ُام ٌة يدْ ُﻋ ْو َن ِا َﱃ اﻟْ ْ َِﲑ َوي َ ُم ُﺮ ْو َن ِ ﻟْ َم ْﻌ ُﺮ ْو ِف َو َﳯْ َ ْو َن َﻋ ِن اﻟْ ُم ْﻨﻜَ ِﺮ‬
‫َو ُاوﻟٰۤى َك ُ ُﱒ اﻟْ ُم ْﻔ ِﻠ ُح ْو َن‬
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali
Imran:104)

8 Kementrian Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Diponegoro, 2010


9 Wulandari Fajrina Eka. ―Hate Speech Dalam Pandangan Uu Ite Dan Fatwa Mui.‖
Ahkam: Jurnal Hukum Islam 5
10 Kementrian Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Diponegoro, 2010
6
5. Tidak digunakan untuk mengolok-olok orang lain

Media tidak digunakan untuk mengolok-olok orang lain, seperti


disampaikan dalam firman Allah SWT 11:

‫ٰ ٓ َ َﳞا ا ِ ْ َن ٰا َم ُ ْوا َﻻ َْسخ َْﺮ قَ ْو ٌم ِّم ْن قَ ْو ٍم َﻋ ٰ ٓﴗ َا ْن ُﻜ ْون ُْوا ْ ًَﲑا ِّمﳯْ ُ ْم َو َﻻ ِ َس ۤا ٌء‬
‫اب‬ ۗ ِ َ‫ِّم ْن ِ ّ َس ۤا ٍء َﻋ ٰ ٓﴗ َا ْن ُﻜن ْ ًَﲑا ِّمﳯْ ُ ۚن َو َﻻ تَﻠْ ِم ُز ْوا َانْ ُﻔ َس ُ ْﲂ َو َﻻ تَ َﻨا َ ُز ْوا ِ ْﻻَﻟْق‬
‫ﰟ اﻟْ ُﻔ ُس ْو ُق ب َ ْﻌدَ ْ ِاﻻيْ َم ِۚان َو َم ْن ﻟ ْم ي َ ُ ْب فَ ُاوﻟٰۤى َك ُ ُﱒ ٰ ّاﻟظ ِﻠ ُم ْو َن‬
ُ ْ ‫ِب ْ َﺲ ِاﻻ‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-
laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang
buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat [49]:11)
6. Larangan menebarkan kebencian dan berita palsu

Dalam (QS. An-Nur [24]:4) Allah SWT melarang untuk menebar kebencian
dan membuat berita palsu 12:

‫َوا ِ ْ َن َ ْﺮ ُم ْو َن اﻟْ ُم ْح َص ٰ ِﺖ ُﰒ ﻟَ ْم يَ ت ُْوا ِ َ ْرب َ َﻌ ِة ُﺷهَدَ ۤا َء فَا ْ ِ ُ ْو ُ ْﱒ ﺛ َ ٰمﻨِ ْ َﲔ َ ْ َ ًة و َﻻ‬


‫ۙتَ ْق َﻠُ ْوا ﻟَهُ ْم َﺷهَا َد ًة َابَدً اۚ َو ُاوﻟٰۤى َك ُ ُﱒ اﻟْ ٰﻔ ِس ُق ْو َن‬
Artinya: “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik
(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka
deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah
kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah
orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur [24]:4)

C. Prinsip Etika Islam Dalam Bermedia

Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin memberikan solusi dalam segala
aspek kehidupan, khususnya dalam hal etika berkomunikasi yang baik agar segala
aktivitas komunikasi lewat media dapat tercapainya tujuan dalam kemashlatan

11 Kementrian Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Diponegoro, 2010


12 Kementrian Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Diponegoro, 2010
7

bersama, dan mampu terhindar dari segala tindakan amoral.


Dalam UU No 32 Tahun 2002 tentang penyiaran tidak lain adalah untuk
mengarahkan, menata, dan mengawasi isi siaran media elektronik, agar lembaga
penyiaran tersebut membimbing masyarakat ke arah memperkukuh integrasi
nasional, meningkatkan iman dan takwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
memajukan kesejahteraan umum.13
Prinsip etika penyiaran menurut pandangan Islam di antaranya14 adalah
sebagai berikut:

4. Menggunakan cara yang bijaksana (hikmah).

Dalam menyiarkan informasi, baik informasi keagamaan hendaknya dengan


cara yang bijaksana (QS. an-Nahl ayat 125). Yang dimaksud dengan hikmah dalam
konteks ini adalah memperhatikan waktu, tempat, dan kondisi masyarakat,
termasuk frame of reference mereka.

5. Pelajaran atau pendidikan yang baik.

Isi siaran hendaknya mengandung nilai pendidikan yang baik, mendorong


manusia untuk maju, hidup saleh, sejahtera, memiliki budi pekerti yang luhur, dan
lainlain sifat yang mulia, sebagaimana tersirat pada ayat di atas.

6. Bertukar pikiran.

Sesuai ayat di atas, orang menyampaikan informasi bisa juga dilakukan


melalui tukar pikiran (diskusi) dengan cara yang baik, misalnya melalui talks show.

7. Menyampaikan berita/informasi yang benar.

Berita /informasi yang disampaikan kepada masyarakat hendaknya sesuatu


yang benar, yang bersih dari penipuan dari kebohongan. Oleh karena itu para
peliput berita atau informasi hendaknya bertindak teliti dalam melaksanakan tugas

13 Tunggal, Setia Hadi, Undang – Undang Penyiaran Beserta Peraturan Pelaksanaannya.


(Jakarta: Harvarindo,2006)
14 Edo Hendra Kusuma, Etika Islam Dalam Aktivitas Bermedia Sosial,
8

jurnalistiknya. Kalau ada informasi yang belum jelas hendaknya diklarifikasi (QS
aI Hujurat ayat 6).

5. Memberikan hiburan dan peringatan.

Menyampaikan informasi keagamaan atau pun informasi umum, hendaknya


ada aspek hiburannya. Di samping itu hendaknya juga disertai peringatan kepada
audiens agar jangan sampai melakukan perbuatan tercela, atau melanggar aturan
yang berlaku (QS. al-Baqarah ayat 119).

6. Dilarang memfitnah.

Fitnah adalah ucapan, tulisan, atau gambar yang menjelekkan orang lain,
seperti menodai nama baik, atau merugikan kehormatan orang lain. Islam melarang
perbuatan memfitnah (QS. al-Baqarah ayat 191).

7. Dilarang membuka atau menyiarkan aib orang lain.

Jangan acara infotainment diungkap rahasia pribadi dari para selebritis,


yang tidak jarang dibeberkan kejelekan mereka. Dalam sebuah Hadis, Nabi
melarang penyampaian informasi yang demikian (ghibah), kecuali untuk
mengungkap kezaliman.

8. Dilarang mengadu domba.

Nabi juga melarang perbuatan mengadudomba (namimah) antara


seseorang/sekelompok orang dengan orang/ kelompok orang lain, karena dapat
menimbulkan perpecahan dan mala petaka lainnya.

9. Menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat jahat.

Intisari yang seharusnya menjiwai seluruh kegiatan komunikasi adalah


menyuruh orang untuk berbuat kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan
jahat, yang dikenal dengan istilah amar makruf nahi munkar (QS. ali lmran ayat
104).
9
Pada pasal 48 ayat 4 di undang - undang penyiaran tahun 2002 15 jelas
dikatakan pedoman perilaku penyiaran menentukan standar isi siaran yang
sekurang-kurangnya berkaitan dengan :
1. Rasa hormat terhadap pandangan agama.
2. Rasa hormat terhadap hal pribadi.
3. Kesopanan dan kesusialaan.
4. Pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadism.
5. Perlindungan terhadap anak – anak, remaja, dan perempuan.

D. Fungsi Etika Islam dalam Bermedia

Dalam pandangan fungsionalis media, media merupakan lembaga dalam


masyarakat dan memiliki fungsi tertentu bagi masyarakat. Peranan dan fungsi
media tersebut dapat dilihat pada efek dari media terhadap masyarakat (McQuail,
2011). McQuail menjelaskan beberapa fungsi media bagi masyarakat 16 yaitu:

1. Fungsi informasi, terutama tentang peristiwa dan kondisi yang terjadi dalam
masyarakat;
2. Fungsi korelasi, media menjelaskan, menafsirkan, memberi komentar atas
peristiwa;
3. Fungsi keberlanjutan, menampilkan budaya dominan yang berlaku dalam
masyarakat beserta perkembangannya;
4. Fungsi hiburan, media memberikan kesenangan, pengalihan, dan sebagai
sarana relaksasi;
5. Fungsi mobilisasi, media dapat mengkampanyekan tujuan-tujuan sosial dan
lainnya kepada masyarakat (McQuail, 2011:108).

Fungsi media penyiaran diakomodasi dalam Undang-Undang Penyiaran


antara lain sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol, dan
perekat sosial. Fungsi tambahan lainnya adalah fungsi ekonomi dan kebudayaan.

15 Tunggal, Setia Hadi, Undang – Undang Penyiaran Beserta Peraturan Pelaksanaannya.


(Jakarta: Harvarindo,2006)
16 MCQUAIL, Denis. Teori komunikasi massa. 2011.
10
Selain itu perlu dicermati bahwa tujuan penyiaran di Indonesia salah
satunya agar terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa. Oleh
karenanya isi siaran juga diwajibkan untuk sesuai dengan tujuan dan fungsi
tersebut. Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat
untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa,
menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya
Indonesia.
Hal yang paling penting adalah isi siaran wajib memberikan perlindungan
dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja.
Perlindungan ini dijabarkan antara lain bahwa lembaga penyiaran harus menyiarkan
mata acara pada waktu yang tepat, wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan
klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran.
Hal yang dilarang oleh undang-undang untuk ditampilkan dalam isi siaran
antara lain17 adalah

1. Memfitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong;


2. Menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan obat
terlarang atau narkotika;
3. Mempertentangkan suku, agama, ras, antargolongan;
4. Memperolok, merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai
agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional.

Suatu hal yang harus diketahui oleh umat muslim bahwa sesungguhnya
umat muslim sebagai agama dakwah diwajibkan agar dapat melakukan
internalisasi, transmisi, difusi, transformasi, dan aktualisasi syari’at Islam dengan
metode dan media yang bersumber pada al-Qur’an, sebagai kitab dakwah, dan
sunnah Rasulullah kepada mad’u (umat manusia.

Fungsi etika Islam dalam melakukan aktivitas di media 18 adalah

17 Tunggal, Setia Hadi, Undang – Undang Penyiaran Beserta Peraturan Pelaksanaannya.


(Jakarta: Harvarindo,2006)
18 Edo Hendra Kusuma , Etika Islam Dalam Aktivitas Bermedia Sosial 14 Oktober 2018
11

1. Sebagai pedoman dalam melakukan aktivitas di media yang yang baik dan
benar
2. Sebagai filter aktivitas komunikasi di media, agar dapat membedakan antara
benar dan salah.
3. Sebagai penyensor mana hal yang diperintahkan dan dilarang dalam syariat
Islam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian bahwa etika Islam dalam menggunakan media adalah melakukan


aktivitas di nedia dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran Islam yaitu
dengan menyampaikan informasi dengan benar dan tidak menebar fitnah,
kebencian..

2. Pandangan Islam tentang etika bermedia ada 5 yaitu:


a. Tabayyun (cek dan ricek)
b. Menyampaikan informasi dengan benar.
c. Haram menebar fitnah, kebencian, dan lainnya
d. Media sosial digunakan untuk amar ma’ruf nahi munkar yang
menjamin dan mengatur kebebasan ekspresi.
e. Tidak digunakan untuk mengolok-olok orang lain
3. Etika Islam dalam bermedia ada 10 yaitu :
a. Muraqabah
b. Hisab
c. Istifadah
d. Bertanggung jawab
e. Menjaga batasan pergaulan
f. Memperhatikan pertemanan
g. Wasilah
h. Tidak lalai
i. Mengumpulkan kebaikan
j. Ikhlas
4. Fungsi etika Islam dalam bermedia yaitu :
a. Sebagai pedoman dalam melakukan aktivitas di media yang baik dan
benar

12
13

a. Sebagai filter aktivitas bermedia agar dapat membedakan antara "benar"


dan "salah"
b. Sebagai penyensor mana hal yang diharamkan dalam syariat Islam seperti
pornografi, kekerasan, dan penghujatan.

B. Implikasi

1. Dapat memberikan pemahaman yang konprehensip dan mendalam terhadap


arti dan makna Islam dan etika bermedia
2. Dapat mengenal dan memahami pandangan Islam tentang etika bermedia
3. Dapat mengenal dan memahami pedoman etika Islam dalam bermedia
4. Dapat mengenal dan memahami fungsi etika Islam dalam bermedia
5. Dapat dijadikan bahan referensi dan rujukan dalam penelitian dan
pengembangan ilmu pegetahuan dalam bidan komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ayyubi M. Zia. ―Etika Bermedia Sosial Dalam Menyikapi Pemberitaan


Bohong (Hoax) Perspektif Hadis.‖ Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur‘an dan
Hadis 9 no. 2 (13 Oktober 2019): 148.
https://doi.org/10.14421/qh.2018.1902- .
Cartono Cartono. ―Komunikasi Islam Dan Interaksi Media Sosial.‖ ORASI: Jurnal
Dakwah dan Komunikasi 9, no. 2 (15 November 2018): 59.
https://doi.org/10.24235/orasi.v9i2.3692.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka, 2008.
Bond, F. Fraser An Introduction to Journalism, Washington DC: Cq Press, 1961.
Briggs, Asa dan Burke, Peter, Sejarah Sosial Media (Terj. A.Rahman Zainuddin),
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2006.
Ini penyebab maraknya hoax di medsos/www.konfrontasi.com, diakses tanggal 8
Pebruari 2017
Ishak, Saidulkarnain, Jurnalisme Modern, Jakarta : Kompas Gramedia, 2014.
Kaplan, Andreas and Haenlein,Michael “User of the world, Unite! The Challenges
and Opportunities of Social Media”, Bussunes Horizons 53 (1).
Kementrian Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Diponegoro, 2010.
Muhammad Habibi Siregar, Kajian Fikih : Fikih Jurnalistik, dalam
www.habibisiregar.com, diakses tanggal 8 Pebruari 2017.
Haryatmoko, P. Kuntoro. Pembangunan Aplikasi WEB Retail Komputer Dengan Ajax Berbasis
Teknologi. Net. Diss. UAJY, 2007. 2007:38-39
Noorika Retno Widuri, “Strategi Komunikasi dan Promosi Perpustakaan Melalui
Media Sosial”, Jurnal Perpustakaan Universitas Airlangga (JPUA), Vol.5
No.2 , Juli-Desember 2015.
Nur Hadi W, Etika Berkomunikasi di Dunia Maya dengan Netiquette, Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, 24 November 2006, 30.

14
15

PP No. 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga


Penyiaran Publik
Irhamdi Muhammad. ―Menghadirkan Etika Komunikasi Dimedia Sosial
(Facebook).‖ Komunike no. ( Desember 8): 39–52.
https://doi.org/10.20414/jurkom.v10i2.676.
Jamaluddin Abu al-Farji ‗Abdurrahman Bin ‗Ali Bin Muhammad Al-Jauziy.
Zaadul Masiiru Fii ‗Ulumut Tafsiir Juz . Beirut: Darul Kitab al-‗Arabiy .
Joko Susanto. ―Etika Komunikasi Islami.‖ Waraqat : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman
1, no. 1 (19 September 2020): 24. https://doi.org/10.51590/waraqat.v1i1. 8.
Juminem Juminem. ―Adab Bermedia Sosial Dalam Pandangan Islam.‖ Geneologi
PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam 6, no. 1 (30 Juni 2019): 23.
https://doi.org/10.32678/geneologipai.v6i1.1799.
Marwan M Ravii. ―Analisis Penyebaran Berita Hoax Di Indonesia ‖ t.t., 16.
Muhammad Aminullah, Etika Jurnalisme dan Pembentukan Masyarakat Sadar
Informasi, Book Series Jurnalisme Kontemporer: Etika dan Bisnis Dalam
Jurnalisme, (Banda Aceh: Syiah Kuala University Press, 2021) , hal. 63
Muhammad Aminullah, Etika Komunikasi Dalam Al-Qur`an (Studi Pendekatan
Tafsir Tematik Terhadap Kata As-Sidqu), Jurnal Al-Bayan: Media kajian
dan Pengembangan Ilmu Dakwah, Vol 25, No 1 (2019),
https://www.jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/bayan/article/view/5274
Muhammadin. ―Kebutuhan Manusia Terhadap Agama.‖ Jurnal Ilmu Agama:
Mengkaji Doktri, Pemikiran, 14, no. 1 (14 April 2016): 114.
Muslimah. ―Etika Komunikasi Dalam Perspektif Islam.‖ Jurnal Sosial Budaya 3
no. 2 (Desember 2016): 125.
Nurasih Wiji Mhd Rasidin dan Doli Witro. ―Islam Dan Etika Bermedia Sosial
Bagi Generasi Milenial: Telaah Surat Al-‘Asr.‖ Jurnal Al Mishbah 6 no.: 3
Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah. Vol. 15. Jakarta: Lentera Hati, 2011.
Taher Muhammad Syu‘aib dan Masrap Masrap. ―Pendidikan Etika Budaya
Komunikasi Melalui Media Sosial Berbasis Al-Qur‘an.‖ Alim | Journal of
16

Islamic Education 1, no. 1 (2 April 2019): 47–72.


https://doi.org/10.51275/alim.v1i1.119.
W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Jakarta
Timur: Balai Pustaka 7.
Wulandari Fajrina Eka. ―Hate Speech Dalam Pandangan Uu Ite Dan Fatwa Mui.‖
Ahkam: Jurnal Hukum Islam 5, no. 2 (1 November 2017): 251–71.
https://doi.org/10.21274/ahkam.2017.5.2.251- 7 .

Anda mungkin juga menyukai