Anda di halaman 1dari 16

PERS DAN JURNALISME ISLAM

DI INDONESIA

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Hukum dan Etika Komunikasi Penyiaran Islam

DOSEN :
Dr. H. Kamaluddin Tajibu, M.Si.

DISUSUN OLEH :
Muhammad Arpin
NIM : 80800221010
Muhammad Usman

PROGRAM MAGISTER KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan ke hadhirat Allah swt. yang atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya tulisan ini selesai disusun dengan baik. Shalawat
teriring salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan Nabi Besar Muhammad saw.
yang diutus sebagai teladan dan rahmat bagi sekalian alam. Tulisan ini berjudul
“Pers dan Jurnalisme Islam Di Indonesia”, disusun dalam rangka memenuhi tugas
Hukum dan Etika Komunikasi Penyiaran Islam
Ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua yang telah
membantu dan memfasilitasi sehingga tulisan ini dapat diselesaikan dengan baik.
Terutama kepada dosen pengampuh mata kuliah Hukum dan Etika Komunikasi
Penyiaran Islam, Dr. H. Kamaluddin Tajibu, M.Si
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kelemahan
dan kekurangan. Untuk itu, tegur sapa dan kritik yang membangun sangat Penulis
harapkan demi kesempurnaan dan perbaikan di masa mendatang. Akhirnya, hanya
kepada Allah-lah penulis memohon petunjuk dan pertolongan. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi segenap pembaca, terutama demi pengembangan ilmu
komunikasi di masa mendatang.

Penyusun

Muhammad Arpin
Muhammad Usman

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………….………………………………………………….. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Kegunaan ................................................................................................ 2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Pers dan Jurnalisme Persfektif Islam


B. Karakteristik Pers dan Jurnalisme Islam………..……..…………….........
C. Pers Dan Jurnalisme Islam di Indonesia ………………………
BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................
B. Implikasi Penelitian ....................................................................................

DAPTAR PUSTAKA ................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pers Islam sebagai media dakwah, penyebaran informasi, dan kontrol


sosial merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pers, sebagaimana fungsi pers
itu sendiri terhadap masyarakatnya. Ia tentunya tidak dibatasi pada sisi kepentingan
semata. Mengingat banyaknya lapisan kultur, budaya, dan agama di Indonesia maka
pers Islam cenderung menyesuaikan dengan pasarnya. Tetapi dewasa ini belum
terlihat pers islam yang benar-benar mencerminkan nilai islam secara penuh, baik
dari kemasan maupun isinya.

Keberadaan pers islam sebagai media dakwah sedikit banyak telah


berperan aktif dalam pembentukan karakter bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
berasaskan pancasila yang mana sila pertamanya berbunyi “ketuhanan yang maha
Esa”, yaitu Allah. Dan pers islam disini bukan hanya dilakukan oleh orang-orang
yang semata-mata memang berhaluan kesana, misalnya pesantren, ulama, dan
sebagainya.

Terlepas dari kemasan ataupun tampilan, keberadaan pers Islam di


Indonesia sebagai media dakwah sedikit banyaknya telah berperan aktif dalam
pembentukan karakter bangsa Indonesia. Dan pers Islam disini bukan hanya
dilakukan oleh orang-orang yang semata-mata memang berhaluan kearah sana,
misalnya pesantren, ulama, dan lain sebagainya. Maka kita harus membatasi, mana
yang memang membawa kepentingan umat Islam dan mana yang tidak. Dalam arti,
menghindari pers Islam yang hanya berorientasi pada kepentingan bisnis dan pasar
semata.

B. Rumusan Masalah

Dari gambaran yang telah dipaparkan di atas, maka penulis mengangkat


beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian pers dan jurnalisme dalam persfektif Islam?

1
2
2. Bagaimana Karakteristik pers dan jurnalistik Islam?
3. Bagaimana Tantangan pers dan jurnalistik Islam di Indonesia?

C. Kegunaan

Sebagai referensi pengetahuan tentang Pers dan Media, yang akan berguna
untuk :

1. Dapat mengetahui arti pers dan jurnalisme Islam


2. Dapat mengetahui karakteristik pers dan jurnalisme Islam
3. Dapat mengetahui tantangan pers dan jurnalistik Islam di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pers dan Jurnalistik Islam

Pers Islam ialah segala liputan dan tulisan lainnya yang senantiasa
mendasarkan pemberitaannya atas kebenaran Islam dengan cara dan metode yang
diatur agama Islam, yakni bi al-mau’izhah al-hasanah (pendekatan yang baik),
sehingga memungkinkan terjalinnya pembaca terhadap islam. 1

Jurnalistik Islami dapat dimaknakan sebagai “suatu proses meliput,


mengolah, dan menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai
Islam, khususnya yang menyangkut agama dan umat Islam kepada khalayak, serta
berbagai pandangan dengan perspektif ajaran Islam.2

Beberapa tokoh mendefinisikan jurnalistik Islam, antara lain 3:

1. Emha Ainun Nadjib, menyatakan: Jurnalistik Islam adalah sebuah teknologi


dan sosialisasi informasi (dalam kegiatan penerbitan tulisan) yang
mengabdikan diri kepada nilai agama Islam bagaimana dan kemana
semestinya manusia, masyarakat, kebudayaan, dan peradaban mengarahkan
dirinya.

2. A. Muis Jurnalistik Islam adalah menyebarkan, menyampaikan informasi


kepada pendengar, pemirsa atau pembaca tentang perintah dan larangan
Allah SWT (AlQur‘an dan Hadist Nabi).

3. Dedy Djamaluddin Malik Jurnalistik Islami adalah proses yang meliput,


mengolah, dan menyebarluaskan berbagai peristiwa yang menyangkut umat
Islam dan ajaran Islam kepada khalayak. Jurnalistik Islami adalah crusade

1 Asep Syamsul, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2006), h. 119
2 Asep Syamsul, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, h 120
3 Kasman, S., & Muid, A. (2004). Jurnalisme universal: menelusuri prinsip-prinsip da'wah
bi Al-Qalam dalam Al-Quran. Teraju. h 50-51

1
2

journalism, yaitu jurnalistik yang memperjuangkan nilai-nilai tertentu,


yakni nilai-nilai Islam.

4. Asep Syamsul Rami, Jurnalistik Islam ialah proses pemberitaan atau


pelaporan tetang berbagai hal; yang sarat dengan muatan nilai-nilai Islam.

Dari sejumlah definisi jurnalistik Islam yang telah dipaparkan,


menunjukkan bahwa jurnalistik Islam adalah suatu proses meliput, mengolah, dan
menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai Islam dengan
mematuhi kaidah-kaidah jurnalistik yang bersumber dari Al-Qur‘an dan Sunnah
Rasulullah SAW.

B. Karakteristik Pers Dan Jurnalsime Islam

Pers Islam merupakan salah satu upaya dakwah Islamiyah, harus dapat
dibedakan dengan pers pada umumnya. Dari sisi ideal sebuah media, pers Islam
harus mempunyai karakteristik sebagai berikut4:

a. Pers Islam sebagai upaya dakwah bil qalam yang utama harus mengemban
misi amar ma’ruf nahi munkar.

b. Menyebarkan informasi tentang perintah dan larangan Allah SWT.

c. Berusaha mempengaruhi khalayak agar berpihak sesuai ajaran Islam.

d. Senantisa menghindari gambar-gambar ataupun ungkapan-ungkapan yang


tidak islami (pornografi dan pornoaksi).

e. Mentaati kode etik jurnalistik.

f. Menulis dan melaporkan yang dilakukan secara jujur, tidak memutarbalikan


data dan fakta yang ada.

Untuk dapat menjadi jurnalis islami sebagaimana gambaran karakteristik di


atas maka di Indonesia disusunlah kode etik yang telah disepakati oleh semua
organisasi wartawan di insonesia, sebagai berikut :

4 Rahmaniar, Ulfa : Pers Islam Di Indonesia, Artikel online https://www.


kompasiana.com/ulfahrahmaniar/5517dade813311ae689de622/pers-islam-di-indonesia
3

1. Wartawan indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh


informasi yang benar. Wartawan indonesia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa melaporkan dan menyiarkan informasi
secara faktual dan jelas sumbernya, tidak menyembunyikan fakta serta
pendapat yang penting dan menarik yang perlu diketahui publik sebagai hak
masyarakt untuk memperoleh informasi yang benar.
2. Wartawan indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan
menyiarkan informasi, serta memberikan identitas keada sumber informasi.
Wartwan indonesia dalam memperoleh informasi dari sumber berita/
narasumber, termasuk dokumen dan memotret, dilakukan dengan cara-cara
yang dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum, dan kaidah-kaidah
kewartawanan, kecuali dalam hal investigasi reporting.
3. Wartawan indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak
mencampur fakta dan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran
informasi, serta tidak melakukan plagiat. Wartawan indonesia dalam
menyiarkan dan melaporkan informasi tidak untuk menghakimi atau
membuat kesimpulan kesalahan seseorang, terlebih lagi untuk kasus-kasus
yang masih dalam proses peradilan. Wartawan tidak memasukan opini
pribadinya. Wartawan sebaiknya dalam melaporkan dan menyiarkan
informasi perlu meneliti kembali kebenaran informasi.
4. Wartawan indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah,
sadis dan cabul, serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila.
Wartawan indonesia tidak melaporkan dan menyiarkan informasi yang tidak
jelas sumber dan kebenarannya, rumor atau tuduhan tanpa dasar yang
bersifat sepihak, informasi yang secara gamblang memperlibatkan aurat
yang bisa menimbulkan mafsu birahi tau mengundang kontroversi publik.
5. Wartawan indonesia tidak menerima suap dan tidak menyalahkan profesi.
Wartawan indonesia selalu menjaga kehormatan profesi dengan tidak
menerima imbalan dalam bentuk apapun sari narasumber yang berkaitan
tugas-tugas kewartawanannya, dan tidak menyalahgunakan profesi untuk
4
kepentingan pribadi atau kelompok.
6. Wartawan indonesia memilik hak tolak, menghargai ketentuan embargo,
informasi latarbelakang dan Off The Record sesuai kesepakatan. Wartawan
indonesia melindungi narasumber yang tidak bersedia disebut nama dan
identitasnya. Berdasarkan kesepakatan, jika narasumber meminta informasi
yang diberikan ditunda pemuatannya, harus dihargai. Hal ini berlaku juga
untuk informasi latarbelakang.
7. Wartawan indonesia segera mencabut dan meralat dalam pemberian serta
melayani hak wajib. Wartawan indonesia segera mencabut dan meralat
pemberitaan dan penyiaran yang keliru dan tidak akurat dengan disertai
permintaan maaf. Ralat ditempatkan pada halaman yang sama dengan
informasi yang salah dan tidak akurat. Dalam hal pemberitaan yang
merugikan seseorang atau kelompok, pihak yang dirugikan harus diberikan
kesempatan untuk melakukan klarifikasi. Pengawasan dan penetapan sanksi
terhadap pelanggaran kode etik ini, sepenuhnya diserahkan kepada jajaran
pers dan dilaksanakan oleh organisasi yang dibentuk untuk itu 5.[3]

Seorang wartawan muslim, harus dapat menempatkan dirinya sebagai


seorang muslim dalam profesinya sebagai wartawan. Selain mentaati kode etik
yang ada wartawan atau jusnalis muslim juga harus memegang prinsip-prinsip
jurnalistik islam yaitu dengan menjadikan Al quran dan Hadits sebagai pedoman
yang lebih utama.

Nurhaya Muchtar dkk, menyebutkan ada empat prinsip dasar yang dibentuk
oleh cara pandang dalam jurnalisme,6 yaitu

a. kebenaran (haqq) digali dari ajaran Islam yang melarang untuk


mencampurkan yang benar (haq) dengan yang salah (bathil). Mengutip
kembali konsep khabar shadiq dalam Islam, maka tampak bahwa

5 Masduki, Kebebasan Pers & Kode Etik Jurnalistik, 2005, hal.55-56


6 Wirdani, M. (2018). HAMKA, Jurnalisme Islam Sepanjang Hidup (Studi pemikiran Haji
Abdul Malik Karim Amrullah atau Prof. Dr. Buya Hamka sebagai tokoh Jurnalisme Islam di
Indonesia) (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
5

kebenaran dalam Islam merujuk pada kabar yang benar yaitu berdasarkan
Qur'an dan sunnah.

b. tabligh. Tabligh berarti menyebarkan kebenaran dan kebaikan kepada


publik. Dalam konteks jurnalisme, tabligh berarti jurnalis harus berperan
sebagai pendidik yang mempromosikan sikap positif kepada pembacanya
dan mendorong mereka berbuat kebaikan. Prinsip ini menyatu dengan
konsep amar ma'ruf nahi munkar.

c. maslahah, yang maknanya mencari kebaikan untuk publik. Disandarkan


pada hadist Rasulullah SAW yang mengajarkan agar kita mencegah
keburukan dengan tangan, lidah, atau terakhir hatinya, sebagai tanda
selemah-lemah iman. Prinsip ini memberi sandaran pada jurnalis untuk
memiliki sikap intervensionis dan parsitipatif.

d. wasatiyyah, yang berarti moderat. Sebuah konsep yang ditekankan dalam


Al-Quran, surah Al-Baqarah ayat 143. Menurut Al-Sa'di, umat
yang wasath (pertengahan) dalam Al-Qur'an berarti adil dan sempurna
agamanya.

C. Tantangan Pers Islam Di ndonesia

Pers Islam di Indonesia tidak berjalan secara profesional atau belum ada
yang berjalan secara profesional. Baik dilihat dari segi pemasaran, maupun
manajemennya. Meskipun masyarakat Indonesia mayoritas Muslim, namun
eksistensi pers umum lebih dominan daripada pers Islam. Menurut Dja’far H
Assegaf, faktor yang mengakibatkan lemahnya dan terpinggirkannya pers Islam
antara lain7 sebagai berikut:

1. Kurang dan lemahnya dukungan dana.

2. Lemahnya manajemen akibat atau kurang profesionalnya pengelola,


sehingga gaya bahasa, teknik penulisan, pemilihan dan pemilahan topik

7 Assegaf, Dja’far H. 1985. Jurnalistik Masa Kini : Pengantar Kepraktik Kewartawanan.


Jakarta: Ghalia Indonesia. h
6

serta tampilan produk yang kurang menarik perhatian dan minat pembaca.

3. Masih lemahnya kesadaran informatif umat Islam akan masalah-masalah


keislaman. Mereka lebih tertarik informasi non Islam atau lebih senang
membaca atau membeli pers umum daripada pers Islam.

Dan beberapa survei yang mengungkap, bahwa yang menjadi faktor


penghambat perjalanan pers Islam di Indonesia8 adalah sebagai berikut:

1. Masalah rendahnya kesadaran umat Islam akan informasi berkaitan dengan


tingkat pendidikan umat Islam, sebagai penduduk mayoritas Indonesia.

2. Trauma Historik-ideologis. Artinya sederetan peristiwa yang menamakan


dirinya gerakan Islam, seperti peristiwa Darul Islam di Jawa Barat dan
sebagainya yang terjadi waktu silam. Secara psikologis dan idio-kultural
menyebabkan tumbuhnya sikap dan perasaan takut, cemas dan khawatir
pada umat Islam sehinnga menjadikan sikap untuk hati-hati dan tertutup
dalam sepak terjangnya.

3. Masalah dana. Banyak pers Islam yang beroperasi dengan dana seadanya,
bahkan beberapa pers Islam mengaku bahwa kehidupan surat kabar mereka
sangatlah tergantung pada sumbangan pribadi, tokoh-tokoh, donatur dan
pengusaha Muslim yang bersimpati.

4. Masalah manajemen dan sumber daya. Rata-rata media massa Islam yang
masih mengandalkan menajemen dan pemasaran modern yang belum
dipraktekkan oleh sebagian besar pengelola pers Islam. Proses rekruitmen
sumber daya manusianya sangat menghawatirkan. Mengingat motif
idealisme lebih menentukan dari pada motif profesionalisme dalam
perekrutan seseorang menjadi wartawan atau reporter.

5. Mengenai penyajian beritanya. Beberapa pemerhati dan pembaca media


massa Islam mengeluhkan adanya kecenderungan yang berlebihan dalam

8 Sumadiria, AS Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media. h
7

menyajikan berita-berita yang bersifat menggugah. Sehingga berita lebih


mengedepankan kesadaran emosional ketimbang berita-berita yang
menyentuh rasionalitas. Selain itu rendahnya kualitas media massanya
dalam hal penulisan, bahasa, dan daya tarik lainnya. Akibatnya peminat
media massa Islam tidak berkembang.

Melihat realita tersebut, menuntut pengembangan profesionalisme pers


Islam di Indonesia, sehingga masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dan
disempurnakan dari pers Islam di Indonesia, khususnya dalam pengaktualisasikan
dan kemampuan menangkap angel (penyokong pergerakan) yang tepat serta
keterbukaan pers Islam menerima kekurangan yang ada, yang juga dapat berarti
menerima perkembangan kehidupan modern yang disesuaikandengan agama dan
budaya bangsa Indonesia. Sehingga dapat tercipta kondisi pers Islam, yang sehat,
aspiratif, professional dan kondusif bagi dinamika perkembangan umat Islam di
Indonesia dan tentunya agar dikonsumsi (dibaca, didengar dan dilihat) serta disukai
oleh khalayak.

Bila dilihat dari segi potensi umat Islam di Indonesia, terutama jumlahnya
yang besar, maka media pers Islam sebenarnya memiliki peluang relatif cerah.
Namun demikian, sudah barang tentu peluang cerah tersebut adalah tergantung
pada bagaimana cara pengelolaan media massa Islam itu sendiri. Diantaranya
adalah menyangkut idealisme yang diembannya, disamping tergantung pada
bagaimana manjemen yang ditetapkannya sesuai dengan kondisi sosial dan budaya
pembacanya. Maka dari itu, untuk menunjang eksistensi pers Islam di Indonesia,
pers Islam selain harus dikelola secara professional, hendaknya mampu
memerankan diri sebagai “media dan corong” kemajuan bangsa.

Dalam upaya pergerakan Pers Islam mencapai tujuan yang dicita-citakan,


kita perlu merealisasikan hal-hal berikut 9:

1. Memperhatikan urusan umat dengan menyebarkan pemikiran maupun

9 http://blogaryandi.wordpress.com
8
ideologi Islam dalam berbagai bentuk karya jurnalistik, yang dipublikasikan
melalui media.

2. Mendukung pihak-pihak yang berupaya membangun pers yang professional


dan bertangungjawab sosial.

3. Berusaha untuk meluruskan informasi-informasi yang berpotensi merusak


citra Islam.

4. Mengajak para Jurnalis muslim untuk berpihak kepada Islam dalam


membangun pemberitaannya di media massa.

5. Sementara untuk mengembangkan pergerakan ini, terdapat beberapa hal


yang harus dilaksanakan:

6. Memberikan pendidikan dan pelatihan jurnalistik kepada para pengemban


dakwah.

7. Mendorong organisasi-organisasi Islam untuk mendirikan media massa


modern.

8. Membangun jaringan antar jurnalis Muslim dan para pemimpin redaksi


media Islam professional maupun pergerakan.

9. Mendukung pihak-pihak yang hendak mendirikan sekolah-sekolah


jurnalistik Islami.

10. Mentarbiyah para jurnalis Muslim dari media massa umum agar memahami
Islam secara benar, integral, dan komprehensif.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pers Islam ialah segala liputan dan tulisan lainnya yang senantiasa
mendasarkan pemberitaannya atas kebenaran Islam dengan cara dan metode
yang diatur agama Islam, yakni bi al-mau’izhah al-hasanah (pendekatan
yang baik), sehingga memungkinkan terjalinnya pembaca terhadap islam,
Sedangkan Jurnalistik Islami dapat dimaknakan sebagai “suatu proses
meliput, mengolah, dan menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan
muatan nilai-nilai Islam, khususnya yang menyangkut agama dan umat
Islam kepada khalayak, serta berbagai pandangan dengan perspektif ajaran
Islam

2. Karakteristik Pers Islam sebagai berikut4:

a. Pers Islam sebagai upaya dakwah bil qalam yang utama harus
mengemban misi amar ma’ruf nahi munkar.

b. Menyebarkan informasi tentang perintah dan larangan Allah SWT.

c. Berusaha mempengaruhi khalayak agar berpihak sesuai ajaran Islam.

d. Senantisa menghindari gambar-gambar ataupun ungkapan-ungkapan


yang tidak islami (pornografi dan pornoaksi).

e. Mentaati kode etik jurnalistik.

f. Menulis dan melaporkan yang dilakukan secara jujur, tidak


memutarbalikan data dan fakta yang ada.

3. Tantangan pers Islam di Indonesia antara lain sebagai berikut:


a. Kurang dan lemahnya dukungan dana.

b. Lemahnya manajemen akibat atau kurang profesionalnya pengelola,


sehingga gaya bahasa, teknik penulisan, pemilihan dan pemilahan topik
serta tampilan produk yang kurang menarik perhatian dan minat
pembaca.

c. Masih lemahnya kesadaran informatif umat Islam akan masalah-


masalah keislaman. Mereka lebih tertarik informasi non Islam atau
lebih senang membaca atau membeli pers umum daripada pers Islam.

B. Implikasi Penelitian

1. Dapat memberikan pemahaman yang konprehensip dan mendalam


terhadap arti dan makna Pers dan Jurnalisme Islam
2. Dapat mengenal dan memahami Karakteristik Pers dan Jurnalisme
Islam.
3. Dapat mengenal dan memahami Tantangan Pers Islam Di Indonesia.
4. Dapat dijadikan bahan referensi dan rujukan dalam penelitian dan
pengembangan ilmu pegetahuan dalam bidan komunikasi
DAPTAR PUSTAKA

Ana Nadhya Abrar, Panduan Buat Pers Islam Indonesia, 1995, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,

Asep Syamsul, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, 2006, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya,

Akhmad Zaini, 1966 Kisah Pers Indonesia 1974, 1995, Yogyakarta: LkiS,

Anam, Khoirul Faris, Fikih Jurnalistik (Etika dan Kebebasan Pers menurut Islam),
Jakarta Timur: Pustaka Al Kautsar

Amir, Mafri. 1999. Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam. Jakarta: PT
Logos Wacana Ilmu.

Assegaf, Dja’far H. 1985. Jurnalistik Masa Kini : Pengantar Kepraktik


Kewartawanan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Effendy, Onong Uchyana. 1995. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, cet.
IX.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumadiria, AS Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature.


Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Masduki, Kebebasan Pers & Kode Etik Jurnalistik, 2005, Yogyakarta: UII Press
Yogyakarta

Shaffat, Idri., Kebebasan, Tanggungjawab & Penyimpangan Pers, 2008, Jakarta:


Prestasi Pustaka

Roslan Ellank, Makalah Pers, http://lpunrt.blogspot.com/2012/03/makalah-pers.


html#axzz27UOODOvT. Diakses pada 25 September 2012 pukul 21:03
WIB

Rahmaniar, Ulfa : Pers Islam Di Indonesia, Artikel online https://www.


Kompasiana .com/ulfahrahmaniar/5517dade813311ae689de622/pers-islam
- di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai