Dosen Pengampu :
Noor Amirudin, S.Pd.I.,M.Pd.I
Disusun oleh :
Khurin’in (200402017)
Dewi Susanti (200402019)
Rif’atul Machmuda (200402016)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat, Taufik dan Karunia-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Dakwah
Islam Di usantara dan Asal Usul Muhammadiyah”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah AIK II: Kemuhammadiyahan di Fakultas Keguruan dan
Ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Gresik.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya penyusun mengalami beberapa
hambatan, akan tetapi bantuan serta dukungan berbagai pihak, penyusun dapat
mengatasi semua hambatan yang dialami dan makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik. Penyusun mengucapakan kepada pihak yang telah mendukung dan membantu
penyelesaian makalah ini. Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian
kalimat dan kesalahan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulis.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Sejarah Masuknya Islam di Nusantara........................................................3
2.2 Teori Masuknya Islam di Nusantara...........................................................3
2.3 Strategi Dakwah Islam di Nusantara...........................................................5
2.4 Sumber Peninggalan dan Kebudayaan Islam di Indonesia..........................8
2.5 Pengertian Muhammadiyah........................................................................9
2.6 Asal-usul Muhammadiyah..........................................................................9
2.7 Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Berdirinya Muhammadiyah.............10
2.8 Kedatangan dan Penjajahan Bangsa Barat di Indonesia..............................15
BAB III PENUTUP...............................................................................................18
3.1 Kesimpulan.................................................................................................18
3.2 Saran...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
tahun 671 telah melakukan perjalanan dari Canton menuju ke Sumatra dengan
menumpang kapal Iran.
Dalam catatan perjalanan Ma Huan yang melakukan perjalanan pada tahun 1413 –
1415 yang dituangkan dalam bukunya “Ying yai Sheng lan” disebutkan bahwa
terdapat tiga macam penduduk di Jawa, yaitu orang muslim dari Barat, orang China
yang diantaranya beragama islam dan orang Jawa yang menyembah berhala.
Beberapa pendukung teori ini diantaranya adalah H.J.De Graff, Slamet Mulyana, dan
Denys Lombard. Pendapat ini mengatakan bahwa agama islam dibawa dari China
oleh pedagang muslim China yang bermazhab Sunni Syafi’I, yaitu madzab yang
umum dianut oleh bangsa-bangsa muslim sapanjang jalur sutra. Argument lain yang
mengatakan bahwa islam datang dari China adalah ketika terjadi ekspedisi
Mongoluntuk menghukum Raja Kertanegara.
9
keluargamu dari api neraka.” Gerakan yang digetarkan oleh motivasi seperti itulah yang
nantinya barhak mempunyai landasan dan akar yang kuat.
Dalam gerakannya itu beliau dibantu oleh sahabat-sahabatnya. Ini membuktikan
bahwa untuk melaksanakan Islam tidak bisa sendirian, tetapi harus bersama-sama
dengan yang lain. Karenanya belakangan KH. Ahmad Dahlan memilih orang-orang
yang sepaham, yang juga mempunyai pikiran jangka jauh. Sebabnya karena gerakan ini
tidak cukup hanya untuk satu-dua tahun saja, melainkan untuk terus menerus. Untuk
itulah diangkat beberapa orang murid (santri). Kemudian pada tanggal 8 Dzulhijjah
1330 (bertepatan tanggal 18 november 1912) Muhammadiyah diresmikan menjadi
organisasi persyarikatan dan berkedudukan di Yogyakarta yang dipimpin langsung oleh
KH. Ahmad Dahlan. Jadi organisasi yang didirikannya merupakan penyempurnaan dari
pelaksanaan gerakan yang telah dilakukan sebelumnya.
12
yang diajarkan kepadanya. Dikala mudanya, beliau terkenal memiliki pikiran yang
cerdas dan bebas serta memiliki akal budi yang bersih dan baik.
Pendidikan agama yang diterimanya dipilih secara selektif. Tidak hanya itu, tetapi
sesudah dipikirkan, dibawa dalam perenungan-perenungan dan ingin dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Di sinilah yang menentukan KH. Ahmad Dahlan sebagai subjek
yang nantinya mendorong berdirinya Muhammadiyah. Namun faham dan keyakinan
agamanya barulah menemukan wujud dan bentuknya yang mantap sesudah menunaikan
ibadah hajinya yang kedua (1902 M) dan sempat bermukim beberapa tahun di tanah
suci. Waktu itu beliau sudah mampu dan berkesempatan membaca ataupun mengkaji
kitab-kitab yang disusun oleh alaim ulama yang mempunyai aliran hendak kembali
kepada al-Quran dan As-Sunnah dengan menggunakan akal yang cerdas dan bebas.
Faham dan keyakinan agama yang dilengkapi dengan penghayatan dan pengalaman
agamanya inilah yang mendorong kelahiran Muhammadiyah.
Profil KH. Ahmad Dahlan KH. Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir di
Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari1923 pada umur
54 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari
tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama
dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu
dari KH. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu
Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu. Latar Belakang Keluarga dan
Pendidikan Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan
anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan,
kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik
Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran
agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana
Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana
Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang
Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH.
Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (KH. Ahmad Dahlan). Pada umur 15 tahun, ia
pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, KH. Ahmad
Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti
Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang
kembali ke kampungnya tahun 1888. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah
dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad
Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia
mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta. Sepulang dari Mekkah,
ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil,
yang kelak dikenal dengan Nyai KH. Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan
pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan
mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj KH. Ahmad Dahlan, Siti Busyro,
Irfan KH. Ahmad Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Disamping itu KH. Ahmad Dahlan
pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai
Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari
perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama
13
Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta. KH.
Ahmad Dahlan dimakamkan di KarangKajen, Yogyakarta.
Pengalaman Organisasi Disamping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang
gerakan dakwah Muhammadiyah, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang
cukup berhasil dengan berdagang batik yang saat itu merupakan profesi wiraswasta
yang cukup menggejala di masyarakat.
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai
gagasangagasan cemerlang, KH. Ahmad Dahlan juga dengan mudah diterima dan
dihormati di tengah kalangan masyarakat, sehingga ia juga dengan cepat mendapatkan
tempat di organisasi Jam'iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela
Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Pada tahun 1912, KH. Ahmad Dahlan pun
mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam
di bumi Nusantara. KH. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara
berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam
Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunanalQur'an dan al-Hadits. Perkumpulan
ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 November 1912. Dan sejak awal KH. Ahmad
Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi
bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan. Gagasan pendirian Muhammadiyah
oleh KH. Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun
dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi
kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam.
Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang
Kristen, mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo
yang kebanyakan dari golongan priyayi, dan bermacam-macam tuduhan lain. Saat itu
KH. Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah OSVIA Magelang, yang
merupakan sekolah khusus Belanda untuk anak-anak priyayi. Bahkan ada pula orang
yang hendak membunuhnya. Namun ia berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan
perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut. Pada
tanggal 20 Desember 1912, Ahmad KH. Ahmad Dahlan mengajukan permohonan
kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu
baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal
22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini
hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul
kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya dibatasi.
Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari,
Imogiri dan lain-Iain telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan
dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad
Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar
Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di
Ujung Pandang, Ahmadiyah di Garut. Sedangkan di Solo berdiri
perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan
dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan
adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan
kepentingan Islam. KH. Ahmad Dahlan juga bersahabat dan berdialog dengan tokoh
14
agama lain seperti Pastur van Lith pada 1914-1918. Van Lith adalah pastur pertama
yang diajak dialog oleh KH. Ahmad Dahlan. Pastur van Lith di Muntilan yang
merupakan tokoh di kalangan keagamaan Katolik. Pada saat itu KH. Ahmad Dahlan
tidak ragu-ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya. Gagasan pembaharuan
Muhammadiyah disebarluaskan oleh KH. Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh
ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya.
Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai
kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk
menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin
berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921
KH. Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk
mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini
dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921. Sebagai
seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah
Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah
untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama
hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan dua
belas kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai istilah
AIgemeene Vergadering (persidangan umum). Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang
Islam dan Umatnya Aksi sosial Ahmad Dahlan bukan semata gerakan keagamaan
dalam arti ritual, melainkan bisa disebut sebagai “revolusi kebudayaan”. Berbagai
gagasan dan aksi sosial KH. Ahmad Dahlan tidak hanya mencerminkan nalar kritisnya,
melainkan juga menunjukkan kepedulian pada nasib rakyat kebanyakan yang
menderita, tidak berpendidikan dan miskin. Aktualisasi Islam tidak hanya secara
pribadi, manusia diwajibkan menegakkan Islam ditengah-tengah masyarakat. KH.
Ahmad Dahlan tidak menginginkan masyarakat Islam yang seperti dahulu, ataupun
masyarakat baru yang membentuk budaya Islam baru. Jalan yang ditempuh KH. Ahmad
Dahlan adalah dengan menggembirakan umat Islam Indonesia untuk beramal dan
berbakti sesuai dengan ajaran Islam. Bidang pendidikan misalnya, KH. Ahmad Dahlan
mengadopsi sistem pendidikan Belanda karena diangap efektif. Bahkan membuka
peluang bagi wanita Islam untuk sekolah, padahal di Arab, India dan Pakistan ini
menjadi masalah. Sedangkan dibidang sosial Ahmad Dahlan mendirikan panti asuhan
untuk memelihara anak yatim dan anak-anak terlantar lainnya. Yang kemudian banyak
berkembang Yayasanyayasan Yatim Piatu Muhammadiyah, Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah, dan tersbesar adalah lembaga pendidikan Muhammadiyah baik TK,
SD, SMP, SMU dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang jumlahnya terbesar di
Indonesia.
3.1 Kesimpulan
Islam masuk ke nusantara sekitar abad ke 7 masehi dan sebelum islam masuk di
nusantara , sudah banyak agama dan kepercayaan yang berkembang seperti animisme,
dinamisma,hindu, budha. Islam masuk di nusantara melalui berbagai macam cara yaitu
melalui perdagangan, kurtural, pendidikan, kekuasaan politik. Setelah islam masuk di
nusantara, islam langsung berkembang dengan sangat pesat dan semakin banyak orang
yang masuk islam karena cara penyebaran islam sangat bagus dan tanpa paksaan.
Karena semakin banyak orang yang memeluk agama islam sehingga hal ini
menyebabkan mulai banyak kerajaan kerajaan islam yeng berdiri di nusantara.
Kerajaan yang pertama berdiri di nusantara adalah samudera pasai, dan setelah itu
makin banyak kerajaan kerajaan yang berdiri seperti Demak, Cirebon, Ternate, Tidore,
Aceh, Perlak, Banten, dan lain-lain. Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan
K.H. Ahmad Dahlan menuntut ilmu di kota suci Makkah, dan hasil dari pendidikannya
itu kemudian beliau membentuk sebuah wadah perubahan untuk kembali kepada Al-
Qur’an dan As -unnah Rasullullah sesuai dengan arti Muhammadiyah yaitu pengikut
Nabi Muhammad SAW. Dari terbentuknya Muhammadiyah di kampung Kauman
Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H yang bertepatan pada 18 November 1912
M dan tersebar luas hampir seluruh Indonesia sehingga menjadi organisasi besar
sampai dengan sekarang tidak lepas dari buah pikiran K.H. Ahmad Dahlan.
3.2 Saran
Dari kesimpulan di atas, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Kita
sebagai umat Islam penerus bangsa ini harus senantiasa mengamalkan Islam dalam
kehidupan sehari-hari karna mulai dari masuknya Islam ke Nusantara ini sangatlah
penuh dengan proses dan perjuangan yang panjang dan munggkin saja kalau bukan
dengan perjuangan umat terdahulu hingga saat ini kita tidak dapat merasakan
nikmatnya beriman dan berislam 2. Sebagai umat Islam Muhammadiyah, kita harus
mempertahankan dan meneruskan perjuangan KH. Ahmad Dahlan dari segala bentuk
yang dapat menghancurkan agama Islam. 3. Sebagai umat Islam yang beriman dan
bertaqwa pada-Nya, kita tidak seharusnya melakukan hal-hal yang dilarang Islam
seperti tahayul, bid’ah, khurofat. Kita harus menjalankan dan mengamalkan seperti apa
yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist. 4. Sebagai umat Islam yang berilmu,
kita harus memperdalam ilmu dalam segala bidang seperti IPTEK dan ilmu yang
lainnya tanpa membedakan, dengan syarat kita tahu apa yang kita pelajari sesuai
18
dengan ajaran Islam. Untuk menjaga agama Islam dari pemusnahan orang-orang kafir,
kita sebagai umat Islam harus bersatu melindungi agama Islam.
19
DAFTAR PUSTAKA
Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia, cet.1, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1994. Fauzi, Mahmud.
2009. Pendidikan Kemuhammadiyahan. Yogyakarta : Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
Pasha, Musthafa Kamal & Ahmad Adaby Darban. 2003. Muhammadiyah sebagai Gerakan
Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset
http://ferigramesa.blogspot.com/2013/05/sosok-kepribadian-kyai-ahmaddahlan.html.
Diunduh tanggal 28 Oktober 2017
Arifin, MT. 1990. Muhammadiyah Potret yang berubah. IGPFSB & KS, Surakarta.
Ricklefs, M.C. 2009. Sejarah Indonesia Modern 1200 – 2008. Serambi, Jakarta
Noer, Deliar. 1996. Gerakan modern islam di Indonesia 1900 – 1942. LP3ES, Jakarta
Pasha, Musthafa Kamal. 2005. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Pustaka SM,
Yogyakarta
Yatim, Badri. 1998. Sejarah Islam Indonesia. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Departemen Agama, Jakarta.
20