Anda di halaman 1dari 12

]MAKALAH

ISLAM NUSANTARA

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam Nusantara


Dosen Pengampu : Dr. Winarto S. Sos. I, M. Pd. I

Nama Penulis:
M. Zainul Ashfiyak 1745201008
Tutut Triono 1744201021
Wahyu Febrianto 1721201044

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR

MARET 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah yang
berjudul “Islam Nusantara” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya kami mendapatkan tantangan dan


hambatan. Oleh karena itu, kami mengucap terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Makalah yang berjudul “Islam Nusantara” akan membahas tentang Islam


Nusantara dengan lebih kompleks dan disusun secara ringkas sehingga lebih
menyegarkan pembaca. Makalah ini juga dapat menjadi sumber inspirasi tentang
Islam Nusantara.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini.


Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Blitar, 8 Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 1
1.3 Tujuan.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................……. 2
2.1 Lahirnya konsep Islam Nusantara……………………………..... 2
2.2 Konsep islam nusantara………………………………………... 3
2.3 Karakteristik Islam Nusantara...................................................... 3
BAB III PENUTUP....................................................................................... 6
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 6
3.2 Saran .......................................................................................... 6
Daftar Pustaka ............................................................................................. 7

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamiin yang bersifat universal.
Artinya, misi dan ajaran Islam tidak hanya ditujukan kepada satu kelompok
atau negara, melainkan seluruh umat manusia, bahkan jagat raya. Namun
demikian, pemaknaan universalitas Islam dalam kalangan umat muslim
sendiri tidak seragam. Ada kelompok yang mendefinisikan bahwa ajaran
Islam yang dibawa Nabi Muhammad yang nota-bene berbudaya Arab adalah
final, sehingga harus diikuti sebagaimana adanya. Ada pula kelompok yang
memaknai universalitas ajaran Islam sebagai yang tidak terbatas pada waktu
dan tempat, sehingga bisa masuk ke budaya apapun.

Islam Nusantara lebih menengahi keduanya, yaitu islam dan budaya.


yang menyatakan, bahwa ada dari sisi Islam yang bersifat substantif, dan ada
pula yang literal. Artinya Islam Nusantara lebih ingin menghadirkan sebuah
kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat di seluruh daerah tempat
persebaran islam.

Berdasarkan hal tersebut maka disini kami akan membahas tentang


konsep lahirnya Islam Nusantara, konsep Islam Nusantara, dan karakteristik
Islam Nusantara.

1.2. Rumusan Masalah


Melihat latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana lahirnya konsep Islam Nusantara?
2. Apa yang dimaksud konsep islam nusantara?
3. Bagaimana karakteristik Islam Nusantara?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui lahirnya konsep Islam Nusantara.
2. Untuk mengetahui konsep islam nusantara.
3. Untuk mengetahui karakteristik Islam Nusantara.

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Lahirnya Islam Nusantara.


Islam yang dipercayai sebagai ajaran yang turun di Mekah lalu tersebar ke
Madinah dan ke daerah-daerah lain seperti negara Yaman, Mesir, Irak, India,
hingga sampai ke Indonesia dan seluruh dunia. Dari persebaran Islam tersebut
maka dapat kita ketahui pasti Islam bertemu dengan budaya-budaya di daerah
tempat persebarannya tersebut. Dengan demikian Islam pastinya akan
menerima banyak permasalahan dalam mengatasi akan adanya keberagaman
budaya di setiap tempat, maka memunculkan banyak pendapat. Quraish Shihab
dalam Rahmat (2015) mengemukakan bahwa akulturasi antara budaya dan
agama kemudian oleh Islam dibagi menjadi tiga. Pertama, adakalanya Islam
menolak budaya setempat. Kedua, Islam merevisi budaya yang telah ada.
Ketiga, Islam hadir untuk menyetujui budaya yang telah ada tanpa menolak
dan tanpa merevisinya.

Kesimpulan dari pendapat tersebut ialah jika ada budaya yang


bertentangan dengan Islam maka ditolak atau direvisi, dan jika sejalan maka
akan diterima. Inilah prinsip Islam dalam beradaptasi dengan budaya. Jadi
Islam bermacam-macam akibat keragaman budaya setempat. Menurut Said
Aqil Siraj dalam Rahmat (2015) menyatakan bahwa Islam Nusantara
sesungguhnya hanya penyerdehanaan dari tipologi Islam Indonesia hasil
perpaduan antara Islam dengan kebudayaan Nusantara. Maka dari pendapat
tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa Nusantara bukan sebuah konsep
geografis melainkan sebuah konsep filosofis dan wawasan sebuah pola pikir,
tata nilai dan cara pandang dalam melihat dan menghadapi budaya yang
datang.

Islam Nusantara merujuk pada fakta sejarah penyebaran Islam di


Nusantara dengan cara pendekatan budaya, tidak dengan doktrin yang kaku
dan keras. Islam di Nusantara di dakwahkan dengan cara merangkul budaya,
meyelaraskan budaya, menghormati budaya, dan tidak menghilangkan budaya

2
yang telah ada. Semua itulah yang kemudian disebut dengan Islam Nusantara,
yaitu Islam yang telah melebur dengan tradisi budaya Nusantara.

2.2 Konsep Islam Nusantara


Daja (2004) menyatakan bahwa Wujud-wujud kebudayaan asli masih tetap
terjaga, dimodifikasi dan diselaraskan dengan nilai-nilai keagamaan, tentu saja
dalam proses transformasi ini berlaku penerapan pendekatan selektif, dalam
arti bahwa unsur-unsur kebudayaan yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai
Islam dan tradisi yang terjaga dengan baik.
Maka dapat kita pahami bahwa Suatu tradisi Islam Nusantara
menunjukkan suatu tradsisi Islam dari berbagai daerah di Indonesia yang
melambangkan kebudayaan Islam di daerah tersebut. Dengan demikian, corak
Islam Nusantara tidaklah homogen karena suatu daerah dengan daerah lainnya
memiliki ciri khasnya masing-masing tetapi memiliki nafas yang sama yaitu
Islam.

2.3 Karakteristik Islam Nusantara


Menurut istilah, Islam Nusantara harus bermula memahami pola dan
karakter keislaman masyarakat muslim nusantara yang memang mempunyai
karakter yang sangat berbeda dengan corak keislaman Timur Tengah, tempat
asal islam itu berkembang. Gagasan islam nusantara bukan sebuah aliran baru
sebagaimana sempalan dan firqah, tetapi adalah sebagai upaya yang mencoba
memotret keislaman dalam domain kawasan, sebagaimana yang pernah
disarankan oleh Gusdur yang menantang para ilmuan islam untuk membuat
teoritik apa yang disebut dengan studi islam berdasarkan kawasan. Gusdur
telah membuat hipothesa bahwa ada enam studi kawasan islam :
kawasan TimurTengah, Afrika, daratan India, Asia Tengah termasuk
Rusia, Nusantara dan Eropa. Menurut Gusdur masing-masing memiliki
karakteristik yang menonjol. Dalam konteks karakteristik islam nusantara
dapat dilihat setidaknya dengan delapan ciri-ciri menonjol yaitu :

Pertama islam nusantara adalah hasil produk dari dakwah yang kemudian
dikenal tokoh-tokohnya sebagai wali songo, yaitu proses pengislaman dengan
cara damai melalui akulturasi budaya dan ajaran inti islam. Karenanya islam
dapat berkembang dengan cepat tanpa kekerasan. Keadaan ini dinilai oleh
pengkaji islam diantara Anwar Ibrahim, sebagai sebuah proses pengislaman
yang terbaik.

3
Kedua, penganut setia faham Ahlusunnah dengan watak moderat. Ini ciri
yang menonjol dalam diri Islam Nusantara. Hal ini sangat bertolak belakang
dengan cara berpikir islam timur tengah.

Ketiga, para ulama atau masyarakat islam nusantara dalam memilih


mazhab bukan sembarangan dan asal pilih. Selama ini yang dipilih atau
dijadikan panutan adalah mereka yang mempunyai kapabilitas intelektual yang
memadai dan teruji daam sejarah sserta mereka yang mempunyai integritas,
sosok ulama yang benar-benar independen, sehingga hasil ijtihadnya
merupakan hasil dari pengetahuan yang lengkap dan hati yang jernih tanpa
diintervensi kepentingan nafsu. Masyarakat islam nusantara dalam bidang fiqih
mengikut salah satu mazhab fiqih yaitu hanafi, maliki, syafi’i dan hanbali.
Namun demikian yang paling populer dan yang diajarkan dan menjadi pilihan
faforit adalah mazhab syafi’i, sehingga wajar jika kitab-kitab literatur daam
lingkungan masyarakat Islam Nusantara didominasikan kita-kitab mazhab
syafi’i.

Keempat, mayoritas masyarakat islam nusantara adalah pengamal ajaran


tasawuf karena itu tarekat berkembang dengan subur. Tokoh-tokoh tasawuf
yang menjadi panutan antara lain Imam Ghazali, Syaikh Abdul Qadir Jailani,
Imam Syazili dan lain sebagainya yang sangat populer dikalangan islam
nusantara. Dari sanalah kemudian islam nusantara menjadi islam yang sangat
harmoni, toleran, dan menghargai pluralitas sebagai watak asli ajaran tasawuf.

Kelima, dalam bermasyarakat mengutamakan kedamaian, harmoni dan


toleran. Masyarakat islam nusantara telah mengamalkan sikap toleran atau
tasamuh ini sebagia bagian dari landasan ajaran islam yang memberi
kebebasan beragama. Islam bukan saja mengecam pemaksaan agama, tetapi
lebih dari itu sangat menjunjung tinggi hak-hak non muslim dalam
pemerintahan kerajaan islam, karena hubungan islam dan non islam adalah
hubungan damai, kecuali jika terjadi perkara-perkara yang dapat menyebabkan
pertentangan antara kedua belah pihak

Keenam, adaptasi budaya secara alami masyarakat islam nusantara


berpandangan keartitan lokal tidak dapat dihilangkan begitu saja, ia perlu
dilestarikan sebagai jati diri sebuah bangsa selama tidak bertentangan dengan
syariat dan ini dibenarkan daam alquran bahwa allah menciptakan manusia
dalam berbagai suku (qobail) dan berbangsa bangsa (syu’uba) lita’taarafu
untuk saling ta’aruf (saling pengertian) tentang suku bangsa, tentu juga dengan
budaya.

Ketujuh, visi islam rahmatan lil’alamin mendominasi pemikiran ke


islaman nusantara masyarakat islam berusaha mengusung visi islam rahmatan
lil’alamin sebagai misi utama dalam mengimplementasikan ajaran islam dalam
kehidupan. Dalam hal ini selalu merujuk kepada tugas utama mulia Nabi

4
Muhammad SAW, yaitu tugas yang suci, tugas yang sempurna dan tugas yang
meyeluruh dari ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi. Karena itu jelas bahwa
risalah islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw adalah memberi rahmat
sebagaimana firman Allah artinya “Tiada kami utus engkau Muhammad
melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam” Al Anbiya 107. Tidak diragukan
lagi bahwa islam sebagai rahmat dan hidayah, cahaya yang akan membawa
keselamatan. Hal ini bermaksud rahmat akan membawa keselamatan baik
dunia maupun diakhirat.

Kedelapan, dalam memahami nash menggunakan pendekatan literal dalam


hal yang bersifat Qath’i, seperti wajibnya solat serta tata cara ibadah mahdhah,
rukun islam, rukun iman, dan sebagainya. Oleh karena itu pendekatan literal
dalam menggunakan nash lebih terfokus pada hal-hal yang bersifat ibadah
mahdhah dan persoalan teologi. Sedangkan dalam kaitan kemasyarakatan lebih
menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan ini tidak hanya mengambil
makna teks tetapi lebih banyak mengambil substansi atau nilai-nilai yang
terkandung dalam nash.

5
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lahirnya konsep Islam Nusantara ini dilatar belakangi dengan adanya
keberagaman budaya di daerah negara-negara persebaran agama islam. Dengan
adanya hal itu maka banyak jalan yang diambil seperti: adakalanya Islam
menolak budaya setempat, Islam merevisi budaya yang telah ada, Islam hadir
untuk menyetujui budaya yang telah ada tanpa menolak dan tanpa merevisinya.
Namun demi memberikan suatu kenyamanan dan kedamaian, maka Islam di
Nusantara di dakwahkan dengan cara merangkul budaya, meyelaraskan
budaya, menghormati budaya, dan tidak menghilangkan budaya yang telah
ada. Semua itulah yang kemudian disebut dengan Islam Nusantara, yaitu Islam
yang telah melebur dengan tradisi budaya Nusantara.
Islam Nusantara harus bermula memahami pola dan karakter
keislaman masyarakat muslim nusantara yang memang mempunyai karakter
yang sangat berbeda dengan corak keislaman Timur Tengah, tempat asal
islam itu berkembang. Gagasan islam nusantara bukan sebuah aliran baru
sebagaimana sempalan dan firqah, tetapi adalah sebagai upaya yang mencoba
memotret keislaman dalam derah-daerah yang memiliki keberagaman
budaya.
Maka dari itu muncullah delapan karakteristik islam nusantara, yaitu:
proses pengislaman dengan cara damai melalui akulturasi budaya dan ajaran
inti islam, penganut setia faham Ahlusunnah dengan watak moderat, para
ulama atau masyarakat islam nusantara dalam memilih mazhab bukan
sembarangan dan asal pilih, mayoritas masyarakat islam nusantara adalah
pengamal ajaran tasawuf karena itu tarekat berkembang dengan subur, dalam
bermasyarakat mengutamakan kedamaian, harmoni dan toleran, adaptasi
budaya secara alami masyarakat islam nusantara berpandangan keartitan
lokal, memegang visi yang tidak diragukan lagi bahwa islam sebagai rahmat
dan hidayah, cahaya yang akan membawa keselamatan, dalam memahami
nash menggunakan pendekatan literal dalam hal yang bersifat Qath’i.

6
DAFTAR PUSTAKA

Latif, Rahmat. 2015. Jurnal Islam Nusantara. pdf. Surabaya: Uinsby.


Daja, Burhanuddin. 2004. Agama Dialog: Merenda Dialektika Idealita dan
Realita Hubungan Antar Agama. Yogyakarta:Lintas Budaya.
Murodi. 2011. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT. Karya Toha Putra.

7
Daftar Pertanyaan :
1. Fathiah Salma Era (Prodi Pendidikan Bahasa Inggris)
Apa saja perbedaan dari 4 imam mahzhab tentang fiqih?
2. Abdul Aziz (Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia)
Apa yang dimaksud watak moderat? Dan berikan contohnya dalam
kehidupan sehari-hari?
3. Umi Habibah ( Prodi Matematika)
Mengapa Islam tidak merevisi budaya dan tidak menolak budaya?

Jawab
1. perbedaan dari 4 imam mahzhab tentang fiqih:
 dalam hal solat:
membaca surat Al-fatihah dalam solat fardu menurut imam mahzhab
Maliki, Syafi’I dan Hambali adalah wajb dalam semua rakaat, sedangkan
menurut Hanafi tidak wajib. Dalam hal salam Maliki, Syafi’i dan Hambali
adalah wajib, menurut Hanafi tidak wajib.
 dalam hal perkawinan:
akad nikah tanpa wali menurut Syafi’I dan Hambali adalah batal,
sedangkan menurut Maliki dan Hanafi adalah sah. Adanya saksi dalam
akad nikah menurut Hambali, Syafi’i dan Hanafi adalah wajib. Sedangkan
menurut Maliki tidak wajib.
 dalam masalah lain:
air mani menurut Hambali dan Syafi’i adalah suci. Sedangkan menurut
Maliki dan Hanafi adalah najis. Wudlu kemudian muntah menurut Maliki
dan Syafi’I tidak batal, sedangkan menurut Hanafi batal jika muntahannya
memenuhi mulut dan menurut Hambali adalah batal.
2. Watak moderat adalah suatu sikap yang berusaha mencari jalan tengah dan
menghindari perilaku yang kurang adil atau tidak bersikap terlalu memihak
ke satu sisi atau cenderung netral.
Contoh; Penegak hokum yang mengadili seadil-adilnya antara kasus
masyarakat dan pejabat pemerintahan.

8
3. Karena Islam ingin bersaudara dengan budaya tempat perkembangannya,
dan Islam toleran terhadap budaya. Namun dalam hal ini Islam berusaha
mengambil budaya yang memang masih sejalan dengan ajaran agama
Islam, dan Islam juga berusaha merevisi jika tidak sesuai dengan ajaran
Islam. Dalam hal ini Islam berusaha bercampur dengan budaya, atau yang
lebih kita kenal sebagai Islam nusantara.

Anda mungkin juga menyukai