Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH SEJARAH DAN PERAN SERTA

MUHAMMADIYAH DALAM BERBAGAI RANAH


KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas UAS

Mata kuliah : Kemuhammadiyahan

Dosen Pengampu :Iqbal Noor,S.Ag.,MM

Disusun Oleh :

Anisya Trisya (2032311038)

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2020/2021


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Sejarah
dan Peran Serta Muhammadiyah Dalam Berbagai Ranah Kehidupan Bangsa
Indonesia ”. Berkat petunjuk dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
ini dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Bapak Iqbal


Noor,S.Ag.,MM, pada mata kuliah Kemuhammadiyahan yang berjudul “Makalah
Sejarah dan Peran Serta Muhammadiyah Dalam Berbagai Ranah Kehidupan
Bangsa Indonesia ". Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Pengertian Muhammadiyah dan Perannya Di Indonesia bagi
para pembaca dan juga saya pribadi sebagai penulis.

Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih


kepada semua pihak yang memberikan bantuan berupa bimbingan, arahan
,motivasi, dan do’a selama proses penulisan makalah ini terutama kepada: Bapak
Iqbal Noor,S.Ag.,MM selaku dosen mata kuliah Kemuhamadiyahan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karna itu, saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi dalam menyusun makalah
di masa mendatang.

Sukabumi, 16 Januari
2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................. 5

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 5

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 5

BAB II ................................................................................................................................ 7

PEMBAHASAN ................................................................................................................ 7

2.1 Sejarah Muhammadiyah .................................................................................. 7

2.1.2 Organisasi Muhammadiyah ........................................................................... 10

2.1.3 Profil K.H Ahmad Dahlan................................................................................ 7

2.2 Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah .......................... 10

2.3 Kepribadian Muhammadiyah ....................................................................... 10

2.4 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid dan Tajrid ................................ 10

2.4.1 Latar Belakang Munculnya Tajdid dan Tajrid ........................................... 10

2.4.2 Model-Model dan Makna Gerakan Keagamaan Muhammadiyah ............ 10

2.5 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial ..................................................... 10

2.6 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan ........................................... 10

2.6.1 Faktor Yang Melatar Belakangi Gerakan Muhammadiyah Di Bidang


Pendidikan ................................................................................................................... 10

2.6.2 Tujuan Pendidikan Muhammadiyah ............................................................ 10

2.6.3 Perkembangan Pendidikan Muhammadiyah Di Indonesia ........................ 10

2.7 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pemberdayaan Perempuan ................ 10

2.8 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Ekonomi ............................................... 10

2.9 Peran Kebangsaan Muhammadiyah Di Indonesia ...................................... 10

BAB III............................................................................................................................. 30

PENUTUP........................................................................................................................ 30

A. Simpulan .......................................................................................................... 30

B. Saran ................................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 32
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Muhammadiyah adalah organisasi kemasyarakatan (ORMAS) yang
berbasis Agama yang didirikan pada tahun 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan,
yang membuatnya berbeda dengan organisasi-organisasi yang lain adalah
da’wah, artinya da’wah menjadi inti dari gerakannya, karena itu semenjak
didirikan, muhammadiyah sudah melibatkan diri dalam berbagai aktivitas
da’wah di mana ia dilahirkan. Da’wah yang dilakukan oleh Muhammadiyah
adalah da’wah Pencerahan menuju Islam berkemajuan, hal ini ditunjukkan
dalam Statuen (Anggaran Dasar) Muhammadiyah pertama kali pada tahun 1912
disebutkan tujuan Muhammadiyah adalah “Memajoekan hal Igama kepada
anggauta-anggautanya”.

Muhammadiyah selalu bergerak membawa ide-ide pembaharuan yang


berdasarkan sumber ajaran Al-Islam yakni Al-Qur’an dan Sunnah Maqbulah
untuk kemajuan umat islam – khususnya Indonesia - secara keseluruhan dan
dapat dirasakan efeknya oleh seluruh umat manusia, inilah Islam yang
Rohmatan Lil’alamiin, dengan demikian diharapkan akan melahirkan
peradaban yang unggul karena memiliki system religi, nilai, pengetahuan,
teknologi,, karya seni, yang selalu terikat oleh nilai-nilai islami.

Secara kronologis terbentuknya Indonesia sebagai sebuah bangsa dan


Negara tidak lepas dari peran sejarah besar umat islam khususnya tokoh islam
Muhammadiyah, maka menjadi wajar jika Muhammadiyah memiliki idealisasi
ketika memainkan peranya di Indosensia dalam berbagai ranah kehidupan
bangsa (Sosial, Politik, Ekonomi, Pendidikan, dan Keagamaan). Idealisasi itu
menyatakan :

1. Bahwa Indonesia dijadikan sebagai Daarul ‘Ahdi dan Da Al-Syahadah,


karena peran tokoh Muhammadiyah yang integral dalam pendirian bangsa
2. Bahwa akan menjadikan indonesia menjadi bangsa Baldatun thoyyibatun
wa rabbun ghafur. (tertuang dalam MKCH).
Dua alasan inilah mengapa Muhammadiyah ingin tampil dan terus berjuang
dalam rangka da’wah Amar ma’ruf Nahyi Munkar sebagai inti dari
perjuangannya.

1.1 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang menjadi pembahasan makalah ini adalah :


1. Bagaimana sejarah terbentuknya Muhammadiyah?
2. Apa itu Matan keyakinan dan cita-cita hdup Muhammadiyah?
3. Bagaimana kepribadian Muhammadiyah itu?
4. Bagaimana gerakan Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid dan tajrid?
5. Bagaimana geakan Muhammadiyah di bidang sosial, ekonomi, pendidikan,
dan pemberdayaan perempuan?
6. Apa Peran Muhammadiyah pada Bangsa Indonesia?
1.2 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Muhammadiyah,menambah


pengetahuan tentang apa saja gerakan Muhammadiyah di segala bidang
kehidupan dan dapat mengetahui peran kebangsan Muhammadiyah di
Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Mampu mengetahui sejarah terbentuknya Muhammadiyah dan gerakan apa
saja yang sudah dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan

2. Mengetahui peran kebangsaan Muhammadiyah di Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Muhammadiyah


Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912
M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran
sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan
atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk
terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim,
cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad
Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.

Kata ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”.


Penggunaan kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan
(menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.
Penisbahan nama tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma mengandung
pengertian sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan
bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran
Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan
melaksanakan agama Islam sebagai yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw,
agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam.
Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi
kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.”
Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan
merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji
Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah
menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada
tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air.
Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-
ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari
Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan
Kyai Fakih dari Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para
pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin
Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan
dirinya serta interaksi selama bermukim di Ssudi Arabia dan bacaan atas karya-
karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide
pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai
Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi
konservatif.Adapun faktor-faktor yang menjadi pendorong lahirnya
Muhammadiyah ialah antara lain:
1) Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi,
sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang
mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat
dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar
kemurniannya lagi.
2) Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak
tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;

3) Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam


memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan
zaman;

4) Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid
buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme,
formalisme, dan tradisionalisme;

5) dan Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan


pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending
Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan
rakyat (Junus Salam, 1968: 33).

2.1.2 Organisasi Muhammadiyah

1. Jaringan Kelembagaan Muhammadiyah

- Pimpinan pusat,daerah,wilayah,cabang,ranting

- Jamaah Muhamadiyah

2. Pembantu Pimpinan Pesyarikatan


- Majelis Tarjih dan Tajdid

- Majelis tabligh

- Majelis wakaf dan kehartabendaan,dll.

3. Lembaga

- Lembaga pengembangan cabang dan ranting

- Lembaga pembina dan pengawasan keuangan

- Lembaga penelitian dan pengembangan,dll.

4. Organisasi otonon

- Aisiyah

- Pemuda muhammadiyah

- Hizbul wathan,tapak suci,dll.

2.1.3 Profil K.H Ahmad Dahlan

Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868,


Nama kecil KH Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis.Beliau
merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan
saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya.Pendiri Muhammadiyah ini
termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah
seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran
agama Islam di Jawa.

Pada umur 15 tahun, beliau pergi haji dan tinggal di Mekah selama
lima tahun. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, beliau
berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, beliau bertolak
kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Sepulang dari Mekkah,
beliau menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai
Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan,
seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah.Dari perkawinannya
dengan Siti Walidah, KH Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu
Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti
Zaharah. Disamping itu KH Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai
Abdullah, janda H. Abdullah.
Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan
masuk Boedi Oetomo – organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh
nasionalis. Di sana beliau memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi
keperluan anggota.Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi
anggota Boedi Oetomo sehingga para anggota Boedi Oetomo ini
menyarankan agar ia membuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan
didukung oleh organisasi yang bersifat permanen. Saran itu kemudian
ditindaklanjuti Kiai Dahlan dengan mendirikan sebuah organisasi yang
diberi nama Muhammadiyah pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah
1330).Organisasi ini bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan.
Melalui organisasi inilah beliau berusaha memajukan pendidikan dan
membangun masyarakat Islam.

Beliaulah ulama Islam pertama atau mungkin satu-satunya ulama


Islam di Indonesia yang melakukan pendidikan dan perbaikan kehidupan
um’mat, tidak dengan pesantren dan tidak dengan kitab karangan,
melainkan dengan organisasi.Sebab selama hidup, beliau diketahui tidak
pernah mendirikan pondok pesantren seperti halnya ulama-ulama yang lain.
Dan sepanjang pengetahuan, beliau juga konon belum pernah mengarang
sesuatu kitab atau buku agama.

Pada usia 54 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923, Kiai


Haji Akhmad Dahlan wafat di Yogyakarta. Beliau kemudian dimakamkan
di kampung Karangkajen, Brontokusuman, wilayah bernama Mergangsan
di Yogyakarta. Atas jasa-jasa Kiai Haji Akhmad Dahlan maka negara
menganugerahkan kepada beliau gelar kehormatan sebagai Pahlawan
Kemerdekaan Nasional. Gelar kehormatan tersebut dituangkan dalam SK
Presiden RI No.657 Tahun 1961, tgl 27 Desember 1961.

2.2 Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah(MKCH)


1) Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi
Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah,
bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil,
makmur yang diridhai Allah SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi
manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.

2) Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang


diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa,
Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW,
sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa,
dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan
ukhrawi.

3) Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan :

a. Al-Qur'an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad


SAW.

b. Sunnah Rasul: Penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur'an


yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan
akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.

4) Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang


meliputi bidang-bidang :

a. Aqidah, Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang


murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah dan khufarat,
tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.

b. Akhlak, Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak


mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah
rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia

c. Ibadah, Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang


dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari
manusia.

d. Muamalah duniawiah, Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya


mu'amalat duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat)
dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan dalam
bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.

5) Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah


mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber
kekayaan, kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang
berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha
bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan
diridhoi Allah SWT:
"BALDATUN THAYYIBATUB WA ROBBUN GHOFUR"(Keputusan
Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo). Rumusan Matan tersebut telah
mendapat perubahan dan perbaikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah
atas kuasa Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta dan disesuaikan dengan
Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta.

2.3 Kepribadian Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan Gerakan Islam.


Maksud gerakanya ialah Dakwah Islam dan Amar Ma'ruf nahi Munkar yang
ditujukan kepada dua bidang: perseorangan dan masyarakat . Dakwah dan Amar
Ma'ruf nahi Munkar pada bidang pertama terbagi kepada dua golongan: Kepada
yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid), yaitu mengembalikan kepada
ajaran Islam yang asli dan murni; dan yang kedua kepada yang belum Islam,
bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam. Adapun da'wah Islam
dan Amar Ma'ruf nahi Munkar bidang kedua, ialah kepada masyarakat, bersifat
kebaikan dan bimbingan serta peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan dengan
dasar taqwa dan mengharap keridlaan Allah semata-mata. Dengan
melaksanakan dakwah Islam dan amar ma'ruf nahi munkar dengan caranya
masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan masyarakat
menuju tujuannya, ialah "Terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya".

Dalam perjuangan melaksanakan usahanya Muhammadiyah


mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas prinsipprinsip yang
tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar, yaitu: 1. Hidup manusia harus
berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah. 2. Hidup manusia
bermasyarakat. 3. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan berkeyakinan
bahwa ajaran Islam itu satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban
bersama untuk kebahagiaan dunia akhirat. 4. Menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada
Allah dan ikhsan kepada kemanusiaan. 5. Ittiba' kepada langkah dan perjuangan
Nabi Muhammad SAW. 6. Melancarkan amal usaha dan perjuangannya dengan
ketertiban organisasi.

Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara sifat-sifatnya,


terutama yang terjalin di bawah ini: 1. Beramal dan berjuang untuk perdamaian
dan kesejahteraan. 2. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah
Islamiyah. 3. Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran
Islam. 4. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan. 5. Mengindahkan segala
hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah. 6.
Amar ma'ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan
yang baik. 7. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan
pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam. 8. Kerjasama dengan golongan
Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam
serta membela kepentingannya. 9. Membantu pemerintah serta bekerjasama
dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara untuk
mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah SWT. 10. Bersifat
adil serta kolektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.(Keputusan

Muktamar ke 35).

2.4 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid Dan Tajrid

Istilah tajdid berasal dari bahasa Arab yaitu jaddala, yudaddidu,


tajdidan yang berarti memperbarui atau menjadikan baru. Bisa juga ia
memiliki makna sebagai membangkitkan, menjadikan (muda, tangkas,
kuat). Kata ini berarti pula memperbaharui, memperpanjang izin,
dispensasi, dan kontrak (Ali dan Muhdhar, 2003: 656) sedangkan orang
yang melakukan pembaruan disebut mujaddid.
Tajdid menurut Muhammadiyah bukan sekedar pemurnian, dan juga
tidak memadai lagi. Tajdid yang dimaksud Ahmad Dahlan bukan sekedar
pemurnian seperti meluruskan arah kiblat, tetapi juga memperbarui cara
paham beragama dan mendirikan lembaga-lembaga sosial baru yang
bersifat pembaruan dalam rangka pengembangan. Sebenarnya, sejak tahun
1968 rumusan tajdid di kalangan Muhammadiyah telah ada, dan bahkan
tidak pernah ada warga Muhammadiyah yang menggugatnya. Akan tetapi,
rumusan tersebut sangat sederhana, tanpa disertai penjelasan yang
memadai. Masalah tersebut baru dibahas pada musyawarah Tarjih ke-22 di
Malang tahun 1989. Hasil muktamar tersebut ditanfizkan tahun 1990
menyebutkan bahwa tajdid secara bahasa berarti pembaruan dan dari segi
istilah memiliki 2 arti yaitu: pemurnian dan peningkatan, pengembangan,
modernisasi dan yang semakna dengannya.Selama ini, Muhammadiyah
dikenal telah banyak melakukan perubahan dalam kehidupan keagamaan,
sosial, budaya, dan politik. Pada perempat pertama abad ke-20,
Muhammadiyah dikenal sebagai simbol perubahan, kemajuan dan
karenanya dikenal sebagai gerakan modern. Streotipe keagamaan yang
menempel pada diri seorang Muslim sebagai eksklusif, tertutup, dan kolot
terpatahkan oleh seorang anggota Muhammadiyah yang memiliki watak
rasional dan terbuka.

Sedangkan istilah tajrid berasal dari bahasa Arab yang berarti


pengosongan, pengungsian, pengupasan, pelepasan atau pengambil alihan
(Ali, 1999: 410). Tajrid dalam bahasa Indonesia berarti pemurnian. Isltilah
ini tidak sepepuler istilah tajdid, sekalipun yang dimaksudkan adalah
memurnikan hal-hal yang bersifat khusus. Istilah ini dipopulerkan oleh Din
Saymsuddin ketua PP Muhammadiyah melalui bukunya Muhammadiyah
untuk semua. Dikatakan bahwa Muhammadiyah berada antara tajrid dan
tajdid. Dalam ibadah kita tajrid, hanya ikut Nabi SAW dan tidak ada
pembaruan, sedangkan dalam muamalah kita tajdid, yakni melakukan
modernisasi dan pembaruan (Syamsuddin, 2014: 14). Lebih lanjut
dikatakan bahwa Islam berkemajuan yang dimaksud oleh Muhammadiyah
adalah Islam yang tidak sekedar muncul dalam nilai ibadah semata, tetapi
menjadi penyeimbang antara pemurnian dan kemajuan. Misalnya shalat
harus dilakukan dengan penghayatan dan pemaknaan walaupun singkat.
Karena itu, Muhammadiyah menghendaki agar ada keseimbangan antara
pemurnian dan kemajuan (Syamsuddun, 2014: 24).
2.4.1 Latar Belakang Munculnya Tajdid dan Tajrid

Sebagaimana dipahami, Islam modernis muncul sebagai respon


terhadap bewrbagai keterbelakangan yang dialami oleh umat Islam, seperti
keterbelakangan dalam bidang ekonomi, pendidikan, ilmu pengetahuan,
kebudayaan, politik dan lain sebagainya. Keadaan seperti ini dinilai tidak
sejalan dengan Islam sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.
Keterbelakangan tersebut disadari setelah abad ke 18, tepatnya ketika Mesir
jatuh di tangan Barat (Perancis), yang secara serentak mengagetkan
sekaligus mengingatkan umat Islam bahwa ada perbedaan antara Barat yang
maju dan dunia Muslim yang terbelakang dan hal ini merupakan ancaman
bagi umat Islam. Ini juga menandai adanya kontak politik dan intelektual
dengan Barat. Pada waktu itu, disadari atau tidak, secara politis maupun
secara intelektual umat Islam telah mengalami kermunduran, sedangkan
Barat dianggap telah maju dan modern. Kemunduran tersebut, disebabkan
oleh kekeliruan dan kesalahan dalam memahami al-Qur’an dan al-Sunnah.

Jalan untuk memperbaiki keadaan umat Islam ialah melenyapkan


pengertian-pengertian salah yang dianut umat pada umumnya, dan kembali
kepada ajaran-ajaran dasar yang sebenarnya. Hati mesti disucikan, budi
pekerti luhur dihidupkan kembali, termasuk kesetiaan berkorban untuk
umat. Dengan berpedoman pada ajaran-ajaran dasar, umat Islam akan dapat
bergerak mencapai kemajuan.Selanjutnya, corak pemerintahan yang
otokratis harus diubah jadi corak pemerintahan yang demokratis.
Persaudaraan umat Islam mesti diwujudkan kembali. Untuk menolong umat
Islam dari ketersesatan dan keterbelakangan itu, mereka harus dijauhkan
dari paham bid’ah, tahyul dan khurafat. Umat harus dibawah kembali
kepada ajaran-ajaran Islam yang semula, yaitu sebagaimana terdapat di
zaman salaf, zaman sahabat dan ulama-ulama besar.

Berdasarkan uraian tersebut, terlihat latar belakang timbulnya ide


dan gerakan pembaruan dalam Islam merupakan respon kepedulian
terhadap upaya untuk mengatasi berbagai keterbelakangan umat Islam.
Upaya tersebut dilakukan dengan terlebih dahulu mencari sebab-sebab
kemunduran dan keterbelakangan trsebut, kemudian mencari solusi terbaik
dengan cara reinterpretasi atas al-Qur’an dan al-Sunnah, revitalisasi posisi
umat Islam, dan reformulasi berbagai produk pemikiran ulama masa lalu.

2.4.2 Model-Model dan Makna Gerakan Keagamaan Muhammadiyah

Tindakan nyata atau model gerakan keagamaan yang dilakukan KH.


Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut:

1) Kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadits melalui gerakan pemurnian


dalam bidang aqidah dan ibadah mahdhah. Dalam bidang muamalah
duniawi, Muhammadiyah melakukan reinterpretasi terhadap al-
Qur’an dan al-Hadits untuk menyeleraskannya dengan krmajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
2) Melakukan gerakan dakwah dan tajdid yang bersifat pencerahan
(tanwir) diwujudkan dalam gerakan pembaruan pemahaman agama,
reformasi sistim pendidikan Islam, pengembangan pranata pelayanan-
pelayanan sosial dan pemberdayaan masyarakat berbasis penolong
kesengsaraan umum, memajukan peranan perempuan muslim
(Aisyiyah) di ranah public, pengorganisasian zakat dan haji, merintis
taman pustaka dan publikasi, tablig yang mencerdaskan dan
mengembangkan amaliah Islami yang memajukan kehidupan. Dalam
kehidupan nasional, Muhammadiyah telah berkiprah untuk pergerakan
kebangkitan bangsa, meletakkan fondasi Negara bangsa yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, menegakkan Negara Republik
Indonesia agar tetap berada dalam koridor konstitusi dan cita-cita
kemerdekaan, melakukan kerja-kerja kemasyarakatan dan usaha-usaha
modernisasi sosial untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

3) Membentuk dan memberdayakan organisasi otonom Muhammadiyah


sebagai salah satu asset sumber daya manusia dalam rangka bahu-
membahu demi tercapainya tujuan Muhammadiyah.
4) Mengkaji kembali model dan semangat yang dilakukan oleh
generasi awal Muhammadiyah.
2.5 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial

Muhammadiyah sebagai gerakan sosial adalah wujud dakwah Islam


yang dilaksanakan sejak awal oleh KH. Ahmad Dahlan. Sedari awal KH.
Ahmad Dahlan memilih dakwah Islam dengan mengimplementasikan ayat-
ayat Al Qur’an yang mempunyai dimensi sosial. Ayat-ayat tersebut yang
utama dan pertama dilaksanakan oleh KH. Ahmad Dahlan adalah surat Al
Ma’un ayat 1-7.

‫ض َع َل َٰى‬
ُّ ‫و ََل َي ُح‬.
َ ‫يم‬ ُّ ُ‫فَ َٰذَ ِل َك الَّذِي يَد‬. ‫ِين‬
َ ‫ع ْاليَ ِت‬ ُ ‫ْت الَّذِي يُ َكذ‬
ِ ‫ِب ِبالد‬ َ ‫أ َ َرأَي‬

َ ‫ص ََلتِ ِه ْم‬
‫سا ُهون‬ َ ‫فَ َو ْي ٌل ِل ْل ُم‬. ‫ين‬
َ ‫الَّذِينَ ُه ْم َع ْن‬. َ‫ص ِلين‬ ِ ‫طعَ ِام ْال ِم ْس ِك‬
َ

َ‫ويَ ْمنَعُونَ ْال َماعُون‬.


َ َ‫الَّذِينَ ُه ْم يُ َرا ُءون‬
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 2. Itulah orang
yang menghardik anak yatim 3. dan tidak menganjurkan memberi makan
orang miskin. 4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat 5.
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, 6. orang-orang yang berbuat
riya, 7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna”.

Surat Al Ma’un mengandung pembelajaran yang dalam tentang


pentingnya beragama dengan melaksanakan gerakan sosial, sehingga agama
tidak hanya berupa ritual ibadah mahdloh saja seperti sholat, puasa dan haji
namun juga mempunyai dimensi sosial. Beragama dalam wujud ritual saja
masih belum dianggap oleh Alloh SWT bahkan dianggap sebagai tindakan
dusta manakala tidak diikuti tindakan sosial yaitu menyantuni orang-orang
miskin dan anak yatim. Orang yang shalat pun masih dianggap lalai dalam
shalatnya karena masih mempunyai sifat riya’ dan enggan menolong dengan
barang berguna.

Surat Al Ma’un ini menjadi terkenal karena kisah KH. Ahmad


Dahlan yang berkali-kali mengajak para muridnya untuk mempelajarinya
hingga mereka bertanya mengapa tidak mengaji surat yang lainnya. Setelah
itu KH. Ahmad Dahlan memerintahkan para muridnya untuk mencari
orang-orang miskin di sekitar kampung Kauman untuk mengamalkan Surat
Al Ma’un tersebut. Kepada para muridnya KH. Ahmad Dahlan
memerintahkan para muridnya jika sudah dapat orang-orang miskin untuk
membawa mereka pulang, memandikan dengan sabun yang baik, memberi
mereka pakaian yang bersih, memberi makan dan minum, serta tempat tidur
di rumah masing-masingJadi Jejak kearifan praktik sosial kemasyarakatan
itu ditandai oleh sikap terbuka Ahmad Dahlan menyerap puncak peradaban
tanpa memandang bangsa dan agama pengemban peradaban itu. Berbagai
aksi sosial yang dikembangkan banyak terinspirasi pengalaman orang
Kristiani dan warga Belanda, Inggris, atau Portugis. Pendirian rumah sakit,
panti sosial, taman pustaka, penerbitan, serta sekolah modern merupakan
karya yang terinspirasi oleh pengelolaan kehidupan sosial dan kesehatan
kaum non-Muslim (Abdul Munir Mulkhan, 2010).

Peran sosial inilah yang dirasakan masyarakat Indonesia dengan


tidak memilah dan memilih orang yang boleh menikmati peran
Muhammadiyah dalam Negara republic Indonesia. Secara terbuka
muhammadiyah memberi ruang kepada seluruh bangsa Indonesia untuk
masuk dilembaga – lembaga sosial yang didirikan muhammadiyah.

2.6 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan

Khusus dalam bidang pendidikan dan pengajaran pondok pesantren


yang lebih menitik beratkan pengembangan “ilmu pengetahuan Islam” yang
berorientasi kepada keakhiratan, sementara pendidikan yang
diselenggarakan pemerintah Hindia Belanda menitik beratkan pada “ilmu
pengetahuan umum” yang berorientasi pada masalah keduniaan(sekuler)
yang dipersiapkan untuk membantu memantapkan kekuatan kolonial di
Indonesia. Keadaan pendidikan dan pengajaran yang berkutuk dengan
segala aspek dan prospeknya yang tidak menguntungkan bagi bangsa
Indonesia merupakan salah satu dorongan yang kuat bagi kelahiran
pergerakan Muhammadiyah pada tahun 1912 di Yogyakarta oleh K.H.
Ahmad Dalan. Ada beberapa faktor yang diasaskan oleh Muhammadiyah,
yaitu: Umat Islam berada dalam keadaan jumud karena sudah
banyak menyimpang dari tuntutan agama berdasarkan Al- Quran dan
Sunnah dan juga Keadaan umat Islam yang lemah dalam berbagai aspek
kehidupan sebagai akibat penjajahan. . Selain dari adanya faktor sebagai
kenyataan yang diamati K.H. Ahmad Dahlan, beberapa kalangan menilai
pemikiran Muhamad Abduh mempunyai peran besar dalam mendorongnya
K.H Ahmad Dahlan untuk mengadakan pembaharuan. dan memprioritaskan
bidang pendidikan sebagai aktivitas pembaharuannya (Amurah,1990, ms
:15).

Muhammadiyah telah menyusun kurikulum pendidikan di sekolah –


sekolah yang mendekati rencana pelajaran sekolah – sekolah kerajaan. Di
pusat – pusat pendidikan Muhammadiyah, disiplin – sisiplin sekuler (ilmu
umum) diajarkan meskipun Muhammmadiyah memberi dasar sekolah –
sekolahnya pada masalah masalah agama.Dalam penyusunan kurikulum,
terlihat adanya pemisahan kedua macam disiplin ilmu, sehingga antara
keduanya terinci dalam pembagian. Misalnya : Kurikulum Madrasah
Mu’allimin Muhammadiyah terdiri atas 26 mata pelajaran
(M.Said,1959). Mata pelajaran tersebut dipisahkan menjadi mata pelajaran
umum sebanyak 21 mata pelajaran dan mata pelajaran agama sebanyak 5
mata pelajaran. Hal ini agar mampu menciptakan pribadi muslim yang baik,
semacam kombinasi antara seorang alim dan seorang intelektual, terkesan
tidak akan timbul kesulitan untuk dapat direalisasikan.Dalam pelaksanaan
pendidikannya Muhammadiyah merupakan sistem pendidikan yang
memadukan antara sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan
sekolah, menjadi sistem pendidikan madrasah atau sekolah agama. Sistem
seperti ini tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh jami’ah Al- Khair
sebelumnya. Tetapi dalam perkembangannya lebih lanjut, Muhammadiyah
lebih memperbanyak model sekolah agama dibanding madrasah.
2.6.1 Faktor Yang Melatar Belakangi Gerakan Muhammadiyah Di
Bidang Pendidikan
1) Faktor Internal

a. Kelemahan dan Praktek Ajaran Islam

Dapat dijelaskan melalui dua bentuk :

- Tradisionalisme, Ditandai dengan pengukuhan yang kuat terhadap


khasanah intelektual Islam masa lalu dan menutup kemungkinan untuk
melakukan ijtihad dan pembaharuan – pembaharuan dalam bidang agama.

- Sinkretisme, Pertemuan Islam dengan budaya lokal telah memperkaya


khasanah budaya Islam, percampuradukkan budaya ini tidak dapat
dihindari, namun kadang – kadang menimbulkan persoalan ketika
percampuradukkan itu menyimpang dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan dalam tinjauan aqidah Islam.Contohnya
Kepercayaan terhadap roh – roh halus, pemujaan arwah nenek moyang,
takut pada yang angker, kuwalat dan sebagainya menyertai kepercayaan
orang Jawa.

b. Kelemahan Lembaga Pendidikan Islam

Lembaga pendidikan tradisional Islam Pesantren, merupakan sistem


pendidikan Islam yang khas Indonesia. Salah satu kelemahan itu terletak pada
materi pelajaran yang hanya mengajarkan pelajaran agama Pesantren tidak
mengajarkan materi – materi pendidikan umum yang justru sangat diperlukan
bagi umat Islam untuk memahami perkembangan zaman dan dalam rangka
menunaikan tugas sebagai khalifah di muka bumi.

2) Faktor Eksternal

- Kristenisasi, yakni kegiatan – kegiatan yang terprogram dan sistematis


untuk mengubah agama penduduk asli, baik yang muslim maupun bukan,
menjadi Kristen. Agama Kristenisasi inilah yang terutama menggugah
K.H. Ahmad Dahlan untuk membentengi umat Islam dari pemurtadan.

- Kolonialisme Belanda, K.H. Ahmad Dahlan dengan mendirikan


Muhammadiyah berupaya melakukan perlawanan terhadap kekuatan
penjajahan melalui pendekatan kultural, terutama upaya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia melalui jalur pendidikan.
- Gerakan Pembaruan Timur Tengah. Tulisan – tulisan Jamaluddin al –
Afgani yang dimuat dala, majalah al-Urwatul Wutsqa yang dibaca oleh
K.H. Ahmad Dahlan. Tulisan – tulisan yang membawa angin segar
pembaharuan itu, ternyata sangat mempengaruhi K.H. Ahmad Dahlan, dan
merealisasikan gagasan – gagasan pembaharuan ke dalam tindakan amal
yang riil secara terlembaga.

2.6.2 Tujuan Pendidikan Muhammadiyah


Pada awal perkembangannya, tujuan yang diprogramkan Muhamadiyah yaitu :
Menyebarkan pengajaran agama Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera
residensi Yogyakarta dan memajukan agama kepada ahli-ahlinya (Amir Hamzah Wirjo
Soekarno, ms: 30). Tujuan yang dirumuskan dinilai dengan kondisi dan kebutuhan umat
Islam pada masa itu, terutama di Yogyakarta dan sekitarnya. K.H Ahmad Dahlan melalui
pengamatannya yaitu mengembalikan umat Islam kepada ajarannya yang murni. Usaha dan
pemurnian akan lebih efektif dilakukan dengan mengadakan pembaharuan di bidang
pendidikan.

Pada tahun 1977 dirumuskan tujuan pendidikan Muhamadiyah secara


umum: “Terwujudnya manusia muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri
sendiri, berguna bagi masyarakat dan negara”. Beramal menuju terwujudnya masyarakat
islam yang sebenar-benarnya. Memajukan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan untuk pembangunan dan masyarakat negara republik Indonesia yang berdasar
pancasila dan UUD 1945.

2.6.3 Perkembangan Pendidikan Muhammadiyah Di Indonesia


1) Perkembangan Secara Vertikal

Muhammadiyah telah berkembang ke seluruh penjuru tanah air. Akan


tetapi, dibandingkan perkembangan organisasi NU, Muhammadiyah sedikit
ketinggalan. Faktor utama dapat dilihat dari segi usaha Muhammmadiyah
dalam mengikis adat – istiadat yang mendarah daging di kalangan
masyarakat, sehingga banyak menemui tantangan dari masyarakat.

2) Perkembangan Secara Horizontal

Perkembangan Muhammadiyah dalam bidang keagamaan terlihat dalam


upaya – upayanya, seperti terbentuknya Majlis Tarjih (1927), yaitu lembaga
yang menghimpun ulama – ulama dalam Muhammadiyah yang secara tetap
mengadakan permusyawaratan dan memberi fatwa – fatwa dalam bidang
keagamaan, serta memberi tuntunan mengenai hukum. Dalam bidang
pendidikan usaha yang ditempuh Muhammadiyah meliputi:

- Mendirikan sekolah – sekolah umum dengan memasukkannya ke


dalamnya ilmu – ilmu agama.

- Mendirikan madrasah – madrasah yang juga diberi pendidikan


pengajaran ilmu – ilmu pengetahuan umum.

Dengan perpaduan tersebut, tidak ada lagi pembedaan mana ilmu agama
dan ilmu umum. Semuanya adalah perintah dan dalam naungan agama.

2.7 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pemberdayaan Perempuan

Pengertian kesetaraan gender merujuk kepada suatu keadaan setara


antara laki-laki dan perempuan dalam pemenuhan hak dan
kewajiban.Kesetaraan gender akan memperkuat kemampuan negara untuk
berkembang, mengurangi kemiskinan, dan memerintah secara efektif.
Dengan demikian mempromosikan kesetaraan gender adalah bagian utama
dari strategi pembangunan dalam rangka untuk memberdayakan masyarakat
(semua orang)-perempuan dan laki-laki-untuk mengentaskan diri dari
kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup mereka.

Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang cukup mapan


menempatkan perempuan setara dengan laki-laki. Kiai Ahmad Dahlan
dibantu Nyai Walidah menggerakkan perempuan untuk memperoleh ilmu,
melakukan aksi sosial di luar rumah yang bisa disebut radikal dan
revolusioner saat itu. Kaum perempuan didorong meningkatkan kecerdasan
melalui pendidikan informal dan nonformal seperti pengajian dan kursus-
kursus.

Sebelum kedatangan Islam hampir seluruh umat manusia


memandang hina kaum perempuan. Jangankan memuliakannya,
menganggapnya sebagai manusia saja tidak.Orang-orang Yunani
menganggap wanita sebagai sarana kesenangan saja. Kemudian cahaya
Islam pun terbit menerangi kegelapan itu dengan risalah yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW.. Pemberdayaan perempuan menjadi strategi
penting dalam meningkatkan potensi dan peran perempuan agar lebih
mampu mandiri dan berkarya.

Ahmad Dahlan, sang pendiri Muhammadiyah, adalah salah satu dari


sekian ulama terkemuka di awal abad ke-20 yang sangat memperhatikan
kepentingan perempuan. Jauh sebelum isu kesetaraan gender atau
feminisme berkembang di tanah air, beliau sudah bekerja untuk
menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang setara dengan pria
meskipun dengan tugas yang berbeda.. Ahmad Dahlan memposisikan
perempuan sebagai pilar penting untuk mendukung organisasinya itu. Itulah
kemudian, Ahmad Dahlan dan istrinya, Siti Walidah membentuk Aisyiyah
pada tahun 1914 yang bertujuan sebagai wadah pergerakan bagi perempuan
Muhammadiyah.

Pendirian ‘Aisyiyah berawal dari sebuah pertemuan yang


berlangsung di rumah KH Ahmad Dahlan pada 1917. Hadir di sana, antara
lain KH Fachrudin, KH Mochtar, Ki Bagus Hadikusumo, dan enam orang
gadis muslimah yang memang telah dikader sebelumnya melalui Sopo
Tresno. Yakni Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busjro, Siti
Wadingah, dan Siti Badilah. Hasil rapat memutuskan bahwa organisasi
perempuan Muhammadiyah akan segera terbentuk. Namanya, ‘Aisyiyah—
sesuai dengan usulan KH Fachrudin. ‘Aisyiyah didirikan bukan untuk
membedakan posisi antara laki-laki dan perempuan. Justru Ahmad Dahlan
menyadari bahwa Muhammadiyah sangat memerlukan peran dari kaum
hawa. ‘Aisyiyah menjadi tangan kanan Muhammadiyah untuk merespons
isu-isu perempuan dan sekaligus memberdayakannya melalui jalur
pendidikan dan pelayanan sosial. Bersama ‘Aisyiyah, Ahmad Dahlan
memobilisasi perempuan untuk memasuki peradaban yang modern,
termasuk menjadi pelopor bermunculannya juru dakwah perempuan yang
sebelumnya masih teramat langka. ‘Aisyiyah menjadi salah satu warisan
Ahmad Dahlan yang paling berharga, tentu saja juga dengan peran krusial
sang istri, Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan. Hingga tahun 1938,
Aisyiyah telah menghasilkan lebih dari 2.000 orang muballighah dan
mengelola banyak sekali sekolah perempuan.

Gerakan perempuan Muhammadiyah yaitu ‘Aisyiyah yang lahir


tahun 1917 hadir pada situasi dan kondisi masyarakat dalam
keterbelakangan, kemiskinan, tidak terdidik, awam dalam pemahaman
keagamaan, dan berada dalam zaman penjajahan Belanda. Kini gerakan
perempuan Indonesia menghadapi masalah dan tantangan yang kompleks
baik dalam aspek keagamaan, ekonomi, politik, maupun sosial-budaya.
Untuk menghadapi tantangan kompleks tersebut, maka gerakan ‘Aisyiyah
dituntut untuk melakukan revitalisasi baik dalam pemikiran maupun
orientasi praksis yang mana gerakannya mengarah pada pembebasan,
pencerahan, dan pemberdayaan menuju kemajuan yang utama, dan ini
dinyatakan secara visioner.

2.8 Muhammadiyah Sebagai Gerakan Ekonomi

Muhammadiyah sebagai gerakan selama ini dikenal hanya


beraktivitas pada bidang pendidikan, kesehatan dan keagamaan saja,gerakan
di bidang ekonomi yang dilakukan Muhammadiyah dari tingkat ranting sampai
tingkat wilayah, seperti MEK (Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan) yang
berfokus pada pengembangan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM); adanya
koperasi di berbagai jajaran jenis koperasi; BUMM (Badan Usaha Milik
Muhammadiyah) di berbagai bidang pariwisata, jasa, perikanan, perkebunan,
perdagangan, dan lain-lain. Salah satunya adalah PT. Solar Global Internasional
yang membangun usaha unggulan jama’ah berupa outlet dan grosir dinamakan
MARKAZ.
Kemudian adanya kegiatan sharing untuk membangun jaringan informasi
bisnis dan kerja sama; pembangunan infrastruktur ekonomi yakni JAMIAH
(Jaringan Ekonomi Muhammadiyah) dan Kartu Tabungan Muslim dinamakan
KATAM (dibuat sebagai pengganti kartu anggota sekaligus kartu asuransi
kesehatan dan kecelakaan); serta lembaga P3K2M (Pusat Pengembangan
Pengusaha Kecil dan Kewirausahaan Muhammadiyah) yang berfungsi untuk
menyelenggarakan pelatihan dan pendampingan bagi masyarakat baik dalam
pengelolaan kegiatan maupun pencarian dana.
Dalam amanat Muktamar Malang, Muhammadiyah didorong untuk
menyusun suatu konsep gerakan ekonominya, yang oleh Muktamar tersebut
disebut sebagai suatu cetak biru Muhammadiyah.Cetak biru tersebut
merupakan hasil pemikiran para pakar ekonomi dari dekan fakultas
ekonomi Universitas Muhammadiyah se-Indonesia yang mencoba
merumuskan agar Muhammadiyah pada abad ke-2 menjadi suatu kekuatan
ekonomi yang bisa memberikan kontribusi positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional.Dengan adanya cetak biru tersebut dapat
menjadi barometer bagi Muhammadiyah dalam mengembangkan kegiatan
ekonomi umat.? Selain itu dalam isi cetak biru tersebut dalam 10 tahun yang
akan datang Muhammadiyah fokus dalam pengembangan sektor riil
diantaranya adalah dengan membangun industi otomotif, pariwisata,
pangan, kelautan yang disenergikan dengan industri keuangan syariah.

Dengan prestasi yang telah dibangun selama satu abad,


Muhammadiyah memiliki potensi kuat untuk terus terlibat dan survive
dalam proses globalisasi ekonomi Muhammadiyah harus mampu
menggerakkan aktivitas amal usaha dan organisasinya melalui pemupukan
investasi, pembangunan industri sebagai penunjang amal usaha di bidang
pendidikan maupun kesehatan, serta membangun sistem ekonomi jamaah
sebagai bentuk konsolidasi warga, anggota, kader, dan simpatisan
Muhammadiyah.Upaya ini merupakan bentuk reinterpretasi pengamalan
teologi al-Maun dalam dimensi ibadah muamalah sebagai jalan
menciptakan kesejahteraan umat dan mengurangi tingkat kemiskinan
sebagaimana yang menjadi visi Muhammadiyah. Ini harus menjadi agenda
dan rencana aktivitas gerakan ekonomi Muhammadiyah dalam menapaki
abad kedua.

2.9 Peran Kebangsaan Muhammadiyah Di Indonesia

Muhammadiyah berpandangan bahwa berkiprah dalam kehidupan


bangsa dan negara merupakan salah satu perwujudan dari misi dan fungsi
melaksanakan da'wah amar ma'ruf nahi munkar sebagaimana telah menjadi
panggilan sejarahnya sejak zaman pergerakan hingga masa awal dan setelah
kemerdekaan Indonesia. Peran dalam kehidupan bangsa dan negara tersebut
diwujudkan dalam langkah-langkah strategis dan taktis sesuai kepribadian,
keyakinan dan cita-cita hidup, serta khittah perjuangannya sebagai acuan
gerakan sebagai wujud komitmen dan tanggungjawab dalam mewujudkan
"Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur".
Bahwa peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat
dilakukan melalui dua strategi dan lapangan perjuangan. Pertama, melalui
kegiatan-kegiatan politik yang berorientasi pada perjuangan
kekuasaan/kenegaraan (real politics, politik praktis) sebagaimana dilakukan
oleh partai-partai politik atau kekuatan-kekuatan politik formal di tingkat
kelembagaan negara. Kedua, melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
yang bersifat pembinaan atau pemberdayaan masyarakat maupun kegiatan-
kegiatan politik tidak langsung (high politics) yang bersifat mempengaruhi
kebijakan negara dengan perjuangan moral (moral force) untuk
mewujudkan kehidupan yang lebih baik di tingkat masyarakat dan negara
sebagaimana dilakukan oleh kelompok-kelompok kepentingan (interest
groups).
Perjuangan di lapangan kemasyarakatan diarahkan untuk
terbentuknya masyarakat utama atau masyarakat madani (civil society)
sebagai pilar utama terbentuknya negara yang berkedaulatan rakyat. Peran
kemasyarakatan tersebut dilakukan oleh organisasi-organisasi
kemasyarakatan seperti halnya Muhammadiyah. Sedangkan perjuangan
untuk meraih kekuasaaan (power struggle) ditujukan untuk membentuk
pemerintahan dalam mewujudkan tujuan negara, yang peranannya secara
formal dan langsung dilakukan oleh partai politik dan institusi-institusi
politik negara melalui sistem politik yang berlaku. Kedua peranan tersebut
dapat dijalankan secara objektif dan saling terkait melalui bekerjanya sistem
politik yang sehat oleh seluruh kekuatan nasional menuju terwujudnya
tujuan negara.
Muhammadiyah sebagai organisasi sosial-keagamaan (organisasi
kemasyarakatan) yang mengemban misi da'wah amar ma'ruf nahi munkar
senantiasa bersikap aktif dan konstruktif dalam usaha-usaha pembangunan
dan reformasi nasional sesuai dengan khittah (garis) perjuangannya serta
tidak akan tinggal diam dalam menghadapi kondisi-kondisi kritis yang
dialami oleh bangsa dan negara.Karena itu, Muhammadiyah senantiasa
terpanggil untuk berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
dengan berdasarkan pada khittah perjuangan sebagai berikut :
- Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa
dan negara merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam dalam
urusan keduniawian (al-umur addunyawiyat) yang harus selalu
dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama dan
moral yang utama. Karena itu diperlukan sikap dan moral yang
positif dari seluruh warga Muhammadiyah dalam menjalani
kehidupan politik untuk tegaknya kehidupan berbangsa dan
bernegara.
- Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha
membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, baik melalui
perjuangan politik maupun melalui pengembangan masyarakat,
pada dasarnya merupakan wahana yang mutlak diperlukan untuk
membangun kehidupan di mana nilai-nilai Ilahiah melandasi dan
tumbuh subur bersamaan dengan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan,
keadilan, perdamaian, ketertiban, kebersamaan, dan keadaban untuk
terwujudnya "Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur".
- Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara melalui usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan
masyarakat guna terwujudnya masyarakat madani (civil society)
yang kuat sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sedangkan hal-hal yang
berkaitan dengan kebijakan-kebijakan kenegaraan sebagai proses
dan hasil dari fungsi politik pemerintahan akan ditempuh melalui
pendekatan-pendekatan secara tepat dan bijaksana sesuai prinsip-
prinsip perjuangan kelompok kepentingan yang efektif dalam
kehidupan negara yang demokratis.
- Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik
yang bersifat praktis atau berorientasi pada kekuasaan (real politics)
untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan lembaga-lembaga
formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya
sistem politik yang demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-
cita luhur bangsa dan negara. Dalam hal ini perjuangan politik yang
dilakukan oleh kekuatan-kekuatan politik hendaknya benar-benar
mengedepankan kepentingan rakyat dan tegaknya nilai-nilai utama
sebagaimana yang menjadi semangat dasar dan tujuan didirikannya
negara Republik Indonesia yang diproklamasikan tahun 1945.
Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai
wujud dari dakwah amar ma'ruf nahi munkar dengan jalan
mempengaruhi proses dan kebijakan negara agar tetap berjalan
sesuai dengan konstitusi dan cita-cita luhur bangsa.
- Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan perekat bangsa dan
berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat menuju
kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban.
- Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan
organisatoris dengan kekuatan-kekuatan politik atau organisasi
manapun.
- Muhammadiyah senantiasa mengembangkan sikap positif dalam
memandang perjuangan politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai
dengan prinsip amar ma'ruf nahi munkar demi tegaknya sistem
politik kenegaraan yang demokratis dan berkeadaban.
Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota
Persyarikatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan
politik sesuai hati nurani masingmasing. Penggunaan hak pilih
tersebut harus merupakan tanggungjawab sebagai warga negara
yang dilaksanakan secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi
dan kepentingan Muhammadiyah, demi kemaslahatan bangsa dan
negara. Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang
aktif dalam politik untuk benar-benar melaksanakan tugas dan
kegiatan politik secara sungguh-sungguh dengan mengedepankan
tanggung jawab (amanah), akhlak mulia (akhlaq al-karimah),
keteladanan (uswah hasanah), dan perdamaian (ishlah). Aktifitas
politik tersebut harus sejalan dengan upaya memperjuangkan misi
Persyarikatan dalam melaksanakan da'wah amar ma'ruf nahi
munkar.
- Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau
golongan mana pun berdasarkan prinsip kebajikan dan
kemaslahatan, menjauhi kemudharatan, dan bertujuan untuk
membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih
baik, maju, demokratis dan berkeadaban.
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi yang keberadaannya tidak
diragukan lagi perannya dalam perjuangan Indonesia dan juga sebagai gerakan
dakwah yang memfokuskan pada agama Islam.Muhammadiyah didirikan oleh Kyai
Haji Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 masehi atau 8 Juli Jah 1330 Hijriyah
Muhammadiyah adalah gerakan islam amar ma’ruf nahi munkar yang bersumber
pada alquran dan as-sunnah.Hal yang melekat dengan arti dan ciri Muhammadiyah
sebagai organisasi atau gerakan ialah lambing atau symbol Muhammadiyah.Dalam
Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab II pasal 5 tahun 2005 disebutkan bahwa
“Lambang Muhammadiyah adalah matahari bersinar utama dua belas,ditengah
bertuliskan Muhammadiyah dan dilingkari dua kalimat syahadat”.
Muhammadiyah selalu bergerak membawa ide-ide pembaharuan yang
berdasarkan sumber ajaran Al-Islam yakni Al-Qur’an dan Sunnah Maqbulah untuk
kemajuan umat islam – khususnya Indonesia - secara keseluruhan dan dapat
dirasakan efeknya oleh seluruh umat manusia, inilah Islam yang Rohmatan
Lil’alamiin, dengan demikian diharapkan akan melahirkan peradaban yang unggul
karena memiliki system religi, nilai, pengetahuan, teknologi,, karya seni, yang
selalu terikat oleh nilai-nilai islami. Maka, gerakan da’wah kemajuan dalam
konteks Indonesia pada saat ini pertama-tama yang dilakukan adalah jihad
konstitusi yakni meluruskan kiblat bangsa, karena menurut Muhammadiyah bahwa
dalam kehidupan nasional, pada ranah social politik, social ekonomi, dan social
budaya sudah terjadi pergeseran dari cita-cita nasional atau telah mengalami
stagnasi, defiasi, dan distorsi. Dengan demikian menjadi lebih jelas peran serta
Muhammadiyah terutama dalam ranah social, politik, dan budaya dalam
mengembalikan bangsa dan Negara kepada khittah UUD 1945.

Secara kronologis terbentuknya Indonesia sebagai sebuah bangsa dan


Negara tidak lepas dari peran sejarah besar umat islam khususnya tokoh islam
Muhammadiyah, maka menjadi wajar jika Muhammadiyah memiliki idealisasi
ketika memainkan peranya di Indosensia dalam berbagai ranah kehidupan bangsa
(Sosial, Politik, Ekonomi, Pendidikan, dan Keagamaan).
B. Saran
Bagian akhir dari makalah ini, saya sarankan bahwa setelah mempelajari
Gerakan Muhammadiyah ini dalam kehidupan sehari-hari nantinya akan
diterapkan dan memperoleh spirit pencerahan dari gambaran pergerakan
kemuhammadiyahan awal,dengan mengetahui alasan-alasan konkrit dan tujuan
berdirinya Muhammadiyah.
DAFTAR PUSTAKA
- https://www.biografiku.com/biografi-kh-ahmad-dahlan.

- http://suara-muhammadiyah.com/

Anda mungkin juga menyukai