Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH MUHAMMADIYAH
Dosen : Ainun Jariyah S.Ag., M.A

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

SITTI NURUL FAUZIAH (105401106822)


SELVI (105401106722)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas membuat makalah ini. Pada kesempatan kali ini kami
menulis makalah dengan tema “ Sejarah Muhammadiyah”.
Makalah ini ditujukan sebagai pertanggungjawaban atas tugas yang diberikan. Dalam
makalah ini penulis mencoba untuk menguraikan mengenai pendidikan kewarganegaraan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ainun Jariyah S.Ag., M.A selaku
dosen mata kuliah AIK 2 . Dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata lengkap dan sempurna untuk menjangkau pengetahuan-
pengetahuan yang semakin hari semakin banyak berkembang. Menyadari kekurangan yang ada
pada makalah yang kami tulis ini, dengan kerendahan hati penyusun sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun agar makalah yang kami tulis akan datang lebih baik dan sempurna.
Kami sebagai penyusun berharap semoga makalah yang telah ditulis ini bermanfaat bagi pembaca.
Amiin.

Makassar, 05 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
C. Tujuan Makalah.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................3
A. Latar Belakang Berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah...................................................3
B. Profil dan Pemikiran KH Ahmad Dahlan Tentang Islam dan Umatnya................................4

BAB III PENUTUP...........................................................................................................................9


A. Kesimpulan............................................................................................................................9
B. Saran......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan merupakan pendiri
Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, bertepatan pada tanggal 18 November
1912, di kampung Kauman Yogyakarta. Pada tahun itu, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan
organisasi Muhammadiyah untuk melakukan cita-cita dalam pembaharuan Islam di
Indonesia. K.H.Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir
dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam di Indonesia
untuk kembali hidup menurut tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sejak pertama didirikan, telah ditegaskan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi
yang bergerak dibidang politik, namun bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.
Hasil pemikiran K.H.Ahmad Dahlan yang dilakukan secara mendalam dan sungguh-sungguh
tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan pembaharuan yang merupakan
operasionalisasi dan pelaksanaan dari hasil pemahaman dan pemikirannya terhadap ajaran
Islam. Di Indonesia lahir beberapa organisasi atau gerakan islam, diantaranya adalah
Muhammadiyah yang lebih dari 30 tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya yang
bergerak di bidang politik, sosial dan pendidikan.
Muhammadiyah adalah organisasi yang berdiri bersamaan dengan kebangkitan
masyarakat Islam Indonesia pada dekade pertama yang sampai hari ini bertahan dan
membesar yang sulit dicari persepadanannya. Jika dilihat dari amal usaha dan gerakan
Muhammadiyah dibidang sosial kemasyarakatan,khususnya di bidang pendidikan dan dan
kesehatan, maka Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang terbesar di
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :
A. Latar belakang berdirinya persyarikatan Muhammadiyah?
B. Profil dan pemikiran KH Ahmad Dahlan tentang islam dan umatnya?

1
C. Tujuan Makalah
Tujuan penelitian makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui latar belakang berdirinya persyarikatan muhammadiyah.
2. Mengetahui profil dan pemikiran KH Ahmad Dahlan tentang islam dan umatnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah


Pendirian Muhammadiyah berawal dari kegelisahan KH Ahmad Dahlan ketika
berhadapan dengan kondisi umat Islam yang terpapar ajaran agama kaku dan mistik. KH Ahmad
Dahlan kemudian memberikan ajaran Islam yang murni berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits.
Latar Belakang Pendirian Muhammadiyah Keberadaan Muhammadiyah tidak dapat
dilepaskan dari sosok pendirinya yaitu Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis yang
berasal dari kota santri Kauman di Yogyakarta. Gagasan tersebut diperoleh Kyai Haji Ahmad
Dahlan setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada
tahun 1903.
Ide gerakan tersebut didapatkan beliau setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia
yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari
Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang. Beliau juga
membaca pemikiran-pemikiran para pembaharu Islam seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad bin
Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.
Awal mula lahirnya Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi adalah hasil interaksi Kyai
Haji Ahmad Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo yaitu R. Budihardjo dan R.
Sosrosugondo. Gagasan pendirian Muhammadiyah juga merupakan saran dari salah seorang
siswanya di Kweekscholl Jetis yang menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dirintis beliau
tidak diurus sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah beliau
wafat.
Menurut Adaby Darban, gagasan pendirian organisasi Muhammadiyah tersebut selain
bertujuan untuk mengaktualisasikan pikiran-pikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan juga secara
praktis-organisatoris untuk mewadahi dan memayungi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah
Islamiyah, yang didirikan pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut adalah rintisan lanjutan dari
kegiatan Kyai Dahlan dalam memberikan pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan
pengetahuan umum di beranda rumahnya. Sementara dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma,
sekolah yang didirikan pada tahun 1911 di kampung Kauman Yogyakarta tersebut merupakan
”Sekolah Muhammadiyah”, yakni sebuah sekolah agama yang tidak diselenggarakan di surau
seperti pada umumnya, tetapi bertempat di dalam sebuah gedung milik ayah Kyai Dahlan
dengan menggunakan meja dan papan tulis, untuk mengajarkan agama dengan dengan cara baru
serta ilmu-ilmu umum.

3
Muhammadiyah Resmi Berdiri sebagai Organisasi Selanjutnya pada tanggal 18 November
1912 atau 8 Dzulhijjah 1330 H selalu diingat sebagai momentum penting lahirnya
Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai organisasi kemudian diajukan pengesahannya pada
tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah” (Anggaran Dasar
Muhammadiyah). Muhammadiyah kemudian disahkan sebagai organisasi oleh Gubernur
Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Asal Usul Nama Muhammadiyah Nama
”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad” yang dimaksudkan untuk
menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW.
Dalam catatan Adaby Darban, seorang ahli sejarah dari UGM, nama ”Muhammadiyah” pada
mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama
Muhammad Sangidu.
Muhammad Sangidu adalah seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh
pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, Usulan nama tersebut
kemudian diputuskan Kyai Haji Ahmad Dahlanan setelah melalui shalat istikharah. Sementara
menurut H. Djarnawi Hadikusuma, nama Muhammadiyah memiliki maksud untuk menjelaskan
bahwa pendukung organisasi itu adalah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi
Muhammad SAW, yaitu Islam. Lebih lanjut,dengan nama tersebut maka tujuan pendirian
Muhammadiyah adalah untuk memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai ajaran yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW agar dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang
kemauan agama Islam. Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi
nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.
B. Profil dan Pemikiran KH Ahmad Dahlan Tentang Islam dan Umatnya
Kiyai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang pahlawan nasional yang merupakan pendiri
muhammadiyah. K.H. Ahmad Dahlan. K.H. Ahmad Dahlan dilahirkan di kampung kauman kota
Yogjakarta pada tahun 1869 miladiyah dan wafat di daerah kelahirannya pada tahun 1923 pada
umur 54 tahun. Nama asli Kiyai Haji Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis sebelum
belajar di makkah. K.H. Ahmad Dahlan bersaudara sekandung dengan 5 orang wanita, semua
bersuami. Sulungnya kawin dengan K.H. Khatib Arum di Kauman. Kedua, kawin dengan K.H.
Muhsin dari Pasar Gede ( Kota Gede ) Yogjakarta. Ketiga, kawin dengan K.H. Muhammad
Saleh. Keempat KHA. Dahlan sendiri. Kelima, kawin dengan K.H. Muhammad Faqih, Kauman
Yogjakarta dan bungsu kawin dengan K.H. Abdulrahman bin Abdullah, Pakualaman
Yogjakarta.
Nama Ayah K.H Ahmad Dahlan adalah K.H. Abu Bakar yg merupakan seorang ulama
dan khatib termuka di Masjid Besar Kesultanan Yogjakarta pada masa itu, dan Nama Ibu K.H
Ahmad Dahlan adalah siti aminah yang merupakan puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat
4
penghulu kesultanan yogyakarta hadinigrat pada masa lalu. K.H. Ahmad Dahlan juga memiliki
hubungan silsilah nasab dengan Nabi SAW. Berikut ini silsilah nasab K.H Ahmad Dahlan :
 Nabi Muhammad SAW
 Fatimah Az-Zahra
 Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib dan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad
 Al-Imam Sayyidina Hussain
 Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin bin
 Sayyidina Muhammad Al Baqir bin
 Sayyidina Ja’far As-Sodiq bin
 Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin
 Sayyid Muhammad An-Naqib bin
 Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi bin
 Ahmad al-Muhajir bin
 Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin
 Sayyid Alawi Awwal bin
 Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin
 Sayyid Alawi Ats-Tsani bin
 Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin
 Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
 Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
 Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India) bin
 Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khan bin
 Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin Al-Khan bin
 Sayyid Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Al-Khan bin
 Sayyid Maulana Malik Ibrahim Asmoroqandi / Syech Samsu Tamres bin
 Adipati Andayaningrat / Kyai Ageng Penging Sepuh / Syarif Muhammad Kebungsuan II
 Kyai Ageng Kebo Kanigoro bergelar Kyai Ageng Banyu Biru bergelar Kyai Ageng Gribig I
bergelar Sunan Geseng
 Ki Ageng Gribig II .
 Ki Ageng Gribig III / Kyai Getayu
 Ki Ageng Gribig IV
 Ki Demang Juru Sapisan
 Ki Demang Juru Kapindo

5
 Kyai Ilyas
 Kyai Murthada
 KH. Muhammad Sulaiman
 KH. Abu Bakar
 KH Ahmad Dahlan Pendiri PP Muhammadiyah.
Pada usia 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekkah selama lima tahun. Pada periode
ini, ia mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu Islam, seperti Muhammad
Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridho, dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke Indonesia
pada 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Sepulang dari Mekkah, ia menikahi Siti Walidah, anak Kiai Penghulu H. Fadhil, yang
kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya, K.H.
Ahmad Dahlan mempunyai enam orang anak, yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan
Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi
Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir
Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah
(adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan
Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta. Di samping aktif dalam menuangkan gagasan tentang
gerakan dakwah Muhammadiyah, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup
berhasil. Ia termasuk orang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-
gagasan cemerlang. Oleh karena itu, ia dengan mudah diterima dan dihormati di tengah
kalangan masyarakat. Bahkan, ia dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi Jam'iyatul
Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam, dan Komite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad saw.
Sebagai tokoh pergerakan Islam yang merupakan founding father dari pergerakan
Muhammadiyah tentunya KH. Ahmad Dahlan memiliki pemikiran yang khas ( state of mind )
terkait Islam yang beliau pelajari dan beliau amalkan sehingga sampai hari ini menjadi salah
satu organisasi massa terbesar di Indonesia yang mewarnai kancah pergerakan dakwah di
Indonesia bahkan internasional. Pemikiran khas yang dapat menggerakkan, merubah sebuah
keadaan yang dulunya dalam kejahiliyahan menuju cahaya terang agama Islam di Indonesia.
Sebagaimana Prof. Syahrin Harahap mengatakan, bahwa seorang tokoh selalu memiliki corak
dalam pemikirannya. Ada tiga corak yang paling mendasar dalam pemikiran seorang tokoh
yaitu, natural, tradisional dan rasional. Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh pembaharu
Islam Indonesia, oleh sebab itu corak pemikiran Ahmad Dahlan bisa mengarah kepada rasional
ataupun tradisional.
Tidak banyak naskah tertulis dan dokumen yang dapat dijadikan bahan untuk mengkaji
dan merumuskan pemikiran KH Ahmad Dahlan. Naskah agak lengkap terdapat dalam
6
penerbitan Hoofbestuur Taman Pustaka pada tahun 1923 sesaat setelah beliau wafat. Majlis
Taman Pustaka menyatakan bahwa naskah di atas sebagai buah pikiran KH Ahmad Dahlan. KH
Ahmad Dahlan tidak meninggalkan tulisan yang tersusun secara sistematis, maka tidak mudah
untuk melacak pemikirannya. Sehingga sebagian para pengamat berpendapat bahwa pemikiran
KH Ahmad Dahlan tidak dapat dipisahkan dari ide-ide pembaharuan yang berkembang di Timur
Tengah pada akhir abad ke-XIX, seperti pemikiran Djamaluddin alAfghani, Muhammad Abduh,
dan Rasyid Ridla. Akan tetapi, tidak dapat disimpulkan bahwa pembaharuan yang dilakukannya
itu sepenuhnya dipengaruhi oleh pembaharu Timur Tengah, misalnya Muhammad Abduh, KH
Ahmad Dahlan dan pembaharu lainnya di Indonesia juga menggali lebih dalam dari sumber-
sumber lain, misalnya Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim. Mereka juga menafsirkan sendiri Alquran
dan Hadits sesuai konteks permasalahan yang dihadapi di Indonesia.
Oleh karena itu, lebih tepat dikatakan bahwa KH Ahmad Dahlan hanya menyerap
semangat pembaharuan para pembaharu Timur Tengah khususnya Muhammad Abduh, dengan
menggalakkan ijtihad, menghilangkan taqlid, dan kembali kepada Alquran dan sunnah. Dilihat
dari materi pendidikan agama dan falsafah ajaran KH Ahmad Dahlan yang diajarkan kepada
murid-muridnya, yang terekam dalam tulisan K.R.H. Hadjid, ajaran KH Ahmad Dahlan dengan
17 kelompok ayat Alquran dan Falsafah ajaran KH Ahmad Dahlan, tidak banyak
memperdebatkan masalah teologi/ kalam klasik, bahkan secara eksplisit dikemukakan ketidak
senangannya mengungkit perdebatan antara aliran teologi.
Pemikiran KH Ahmad Dahlan tentang Islam tentunya tidal lepas dari latar belakang
berdirinya yaitu ingin menjawab tantangan kemiskinan struktural masyarakat muslim orban
penindasan sistem Tanam Paksa yang berlangsung 93 tahun ( 1245 – 1338 M / 1830 – 1919 M).
Target aktivitas Muhammadiyah awalnya adalah anak-anak yatim piatu.
Pemikiran KH Ahmad Dahlan tentang politik dituangkan dalam butiran khittah Muhammadiyah,
diantaranya:
1. Muhamadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan negara merupakan
salah satu aspek dari ajaran Islam dan urusan keduniawian yang harus selalu dimotivasi,
dijiwai dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama dan moral yang utama.
2. Muhamadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun kehidupan
berbangsa dan bernegara baik melalui perjuangan politik maupun melalui pengembangan
masyarakatnya.
3. Muhamadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui
usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya masyarakat
madani (sivil society) yang kuat sebagai mana tujuan Muhamadiyah untuk mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
7
4. Muhamadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang bersifat praktis atau
berorientasi pada kekuasaan (real politics) untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan
lembaga formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya, menuju terciptanya sistem politik
yang demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara.
5. Muhamadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud dari dakwah
amar ma’ruf nahi munkar dengan jalan mempengaruhi proses dan kebijakan negara agar
tetap berjalan sesuai dengan konstitusi dan cita-cita luhur bangsa.
6. Muhamadiyah tetap tidak berafilasi dan tidak mempunyai hubungan organisatoris
dengan kekuatan politik manapun. Muhamadiyah senantiasa mengembangkan sikap
positif dalam memandang perjuangan politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai
dengan prinsip amar ma’ruf nahi munkar demi tegaknya sistem politik kenegaraan yang
demokratis dan berkeadaban.
7. Muhamadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota persyarikatan untuk
menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani masing-masing.
8. Muhamadiyah meminta kepada segenap anggota yang aktif dalam politik untuk benar-
benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara sungguh-sungguh dengan
mengedepankan tanggung jawab (amanah) akhlak mulia, keteladanan dan perdamaian.
9. Muhamadiyah senantiasa bekerja sama dengan pihak atau golongan manapun
berdasarkan prinsip kebijakan dan kemaslahatan dan bertujuan untuk membangun
kehidupan berbangsa dan bernegara kearah yang lebih baik, maju, demokratis dan
berkeadaban.

8
BAB III
PENUTU
P

A. Simpulan
K.H. Ahmad Dahlan lahir di Kauman (Yogyakarta) pada tahun 1868 dan meninggal pada
tanggal 23 Februari 1923. Pada 18 November 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di Kauman,
Yogyakarta. Ia mendirikan Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di
bumi nusantara. Ia juga ingin mengadakan pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal
menurut tuntunan Islam. Ia ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut
tuntunan Alquran dan hadits. Pemikiran KH Ahmad Dahlan sangat luas mencakup pendidikan,
politik, sosial, keorganisasian, akidah, akhlak, ibadah dan lainnya yang merupakan manifestasi
dari keilmuwan beliau. Beliau memahami bahwa ilmu harus di implementasikan ke tengah-
tengah masyarakat. Demikian pula dengan Islam, yang bukan sekedar agama yang berisi nilai-
nilaia doktrinitas yang membuat manusia berhayal, namun agama adalah ajaran yang
menggerakan manusia dalam beramal. Dengan demikian islam nyata dirasakan kehadirannya
sebagai satusatunya solusi bagi semua permasalahan manusia.

B. Saran
Demikian makalah yang saya buat. Saya menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu kritik dan saran senantiasa saya tunggu guna
perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, Aamiin Ya
Rabbal’alamin.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah, Bumi Aksara,
1990

Agus Miswanto, S.Ag, Sejarah Islam dan Kemuhammadiyahan, Pusat Pembinaan Dan
Pengembangan Studi Islam UM Malang, 2012

Arbiyan Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh, Bulan Bintang,


Jakarta, 1993

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Indonesia 1900-1942, LP3S, Jakarta, 1982 Dwi Puspa

Khoirunnisa, Pemikiran Pendidikan KH Ahmad Dahlan, Skripsi, 2017

H. M. Syoedja', Riwayat Hidup Kiyai Haji Ahmad Dahlan, in Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad
dahlan, tt

Hasan Al-Banna, Risalah Ta’alim, Era Intermedia, Jakarta, 2006

Hasyim Muhammad, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi, Telaah Atas Pemikiran Psikologi
Humanistik Abraham Maslow, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002

Hery Sucipto, KH Ahmad Dahlan Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri


Muhammadiyah, Media Utama, 2010

M. Febriansyah dkk, Muhammadiyah 100 Tahun Menyinari Nusantara, Majlis Pustaka dan
Informasi PP Muhammadiyah, tt

Mansur Surya Negara, Api Sejarah Jilid. I, CV. Tria Pratama, Cet.I, 2014

Syahrin Harahap, dalam Tesis Maria Ulfa Siregar, Pemikiran Teologis


Badiuzzaman Said Nursi, tt

N. Burhani, Muhammadiyah Studies, 18 maret 2016. [Online].Didapatkan :


http://muhammadiyahstudies.blogspot.com/2016/03/silsilah-nasab-kh- ahmad-dahlan-
pendiri.html. [Diakses 18 oktober 2020]

10

Anda mungkin juga menyukai