Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

Sejarah Berdirinya Muhammadiyah

Dosen Pengampu :
Antok Kurniawan,M.Pd

Disusun Oleh Kelompok III :


1. Widya
2. Ferioni

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI DAN REKREASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
TAHUN AJARAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan  MAKALAH
yangberjudul“Sejarah Berdirinya Muhammadiyah “
kami menyadari dalam menyeleaikan penyusunan MAKALAH telah mendapat
bimbingan,dan bantuan dari berbagai pihak oleh sebab itu pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang telah mendukung tersebut.
kami juga menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari
sempurna, sehubung dengan hal tersebut maka kami berharap kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kelancaran ilmu pengetahuan diwaktu yang akan datang.
Kami juga berharap bahwa makalah ini akan bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Bungo, Oktober 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
A. Biografi Dan Pemikiran KH. Ahmad Dahlan...................................................2
B. Sejarah Bedirinya Muhammadiyah..................................................................8
C. Rumusan Muhammadiyah...............................................................................10
D. Maksud Dan Tujuan Muhammadiyah..............................................................13
E. Identitas Perjuangan Muhammadiyah..............................................................15
BAB III PENUTUP.......................................................................................................17
A. Kesimpulan.....................................................................................................17
B. Saran...............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi bangsa indonesia nama Kiai Haji Ahmad Dahlan bukan merupakan
nama yang asing. Mereka mengenal beliau dalam hubungan dengan kegiatannya
selama hayatnya. Anak sekolah tingkat sekolah dasar, menengah, sampai
mahasiswa di perguruan tinggi niscaya tidak akan susah menjawabnya apabila
ditanyakan tentang Kiai Haji Ahmad Dahlan.
Mereka mengenal nama Kiai Haji Ahmad Dahlan dari buku plajaran
sejarah dan ilmu pengetahuan sosial. juga dari buku pendidikan dan agama, lebih-
lebih pada topik tentang kebangkitan Islam diIndonesia. Dibanyak kota di tanah
air terdapat jalan yang mengunakan nama KH Ahmad Dahlan.
Perjuangan KH Ahmad Dahlan tidak dapt dipisahkan dari perserikatan
Muhamadiyah yang sudah tersebar di pelosok tanah air. Kurun waktu dimana KH
Ahmad Dahlan hidup dan berjuang merupakan episode sejarah yang sungguh
besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan sejarah bangsa
Indonesia.
Sejarah kesuksesan KH. Ahmad Dahlan dalam menitik karier perjuangan
sehingga namanya harum dimana-mana,telah menarik perhatian untuk lebih
mengenal lebih jauh KH. Ahmad Dahlan khususnya dalam latar belakang
kehidupan, pemikiran dan perjuangan beliau.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Dan Pemikiran KH. Ahmad Dahlan?
2. Bagaimana Sejarah Bedirinya Muhammadiyah ?
3. Apa Rumusan Muhammadiyah ?
4. Apa Saja Maksud Dan Tujuan Muhammadiyah ?
5. Bagaimana Identitas Perjuangan Muhammadiyah?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui Bagaimana Biografi Dan Pemikiran KH. Ahmad Dahlan
2. Mahasiswa mengetahui Bagaimana Sejarah Bedirinya Muhammadiyah
3. Mahasiswa mengetahui Apa Rumusan Muhammadiyah
4. Mahasiswa mengetahui Apa Saja Maksud Dan Tujuan Muhammadiyah
5. Mahasiswa mengetahui Perjuangan Muhammadiyah

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Dan Pemikiran KH. Ahmad Dahlan
a. Biografi K.H. Ahmad Dahlan
Nama lengkap Ahmad Dahlan yaitu Muhammad Darwis bin K.H. Abu Bakar
Bin Kiai Sulaiman, beliau akrab dipanggil dengan sebutan Ahmad Dahlan, beliau
lahir pada tahun 1869 M di Kauman, Yogyakarta. Ahmad Dahlan lahir di
lingkungan keluarga yang berpendidikan agama dan hidup sederhana, beliau adalah
tokoh pendiri organisasi Muhammadiyah. Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar bin
K.H. Sulaiman, yaitu seorang Khatib di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta,
Darwis hidup dalam lingkungan yang tenteram dan masyarakat yang sejahtera.
Ibunya bernama Siti Aminah binti K.H. Ibrahim seorang penghulu kesultanan di
Yogyakarta.
Dalam silsilah keturunannya Darwis termasuk keturunan ke-12 dari Maulana
Malik Ibrahim, seorang wali terkemuka diantara Wali Songo yang merupakan
pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa. Adapun
silsilahnya ialah Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan) bin K.H. Abu Bakar bin
K.H. Muhammad Sulaiman bin Kiai Murtadha bin Kiai Ilyas bin Demang Djurung
Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan Maulana Sulaiman Ki Ageng
Gribig (Djatinom) bin Maulana Muhammad Fadlullah (Prapen) bin Maulana Ainul
Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim.Pada saat itu Ahmad Dahlan
tidak belajar di sekolah formal,hal ini karena sikap orang-orang Islam pada waktu
itu yang melarang anak-anaknya memasuki sekolah gurnamen.
Masa pendidikan Ahmad Dahlan,Semasa kecilnya Ahmad Dahlan diasuh dan
dididik mengaji oleh ayahnya sendiri. Kemudian, ia meneruskan pelajaran mengaji
mengaji tafsir dan hadis serta bahasa arab dan fiqih kepada beberapa
ulama,misalnya, K.H. Muhammad Saleh, K.H. Muhsin,K.H.R. Dahlan,K.H.
Mahfudz, Syaikh Khayyat Sattokh,Syaikh Amin, dan Sayyid Bakri. Dengan
ketajaman intelektualitasnya yang tinggi K.H. Ahmad Dahlan selalu merasa tidak
puas dengan disiplin ilmu yang telah dipelajarinya dan terus berupaya untuk lebih
mendalaminya.
Sebelum berdirinya Muhammadiyah pada tahun 1914 Ahmad Dahlan sempat
berdiskusi dengan Syekh Ahmad Al-Syurkati pembaruan dari Sudan dan pendiri

2
perkumpulan Al- Irsyad, Al-Syurkati memenuhi undangan Jamißah Al-Khair untuk
berceramah. Kembali pada proses lahirnya Muhammadiyah di Kauman hingga
sekarang terdapat pengajian malam selasa yang terkenal yang ada sejak zaman
K.H. Ahmad Dahlan, yang dahulu sering dihadiri oleh Panglima Besar Jenderal
Soedirman. Desa Kauman melahirkan empat pahlawan nasional yaitu: K.H. Ahmad
Dahlan, Nyai Ahmad Dahlan, K.H. Fachruddin, dan Ki Bagus Hadikoesoemo.
Muhammadiyah lahir pada 8 Dzulhijjah 1330 H/ 18 November 1912. K.H.
Ahmad Dahlan adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta, khatib, sekaligus
pedagang. Beliau juga perlu menanamkan tauhid kepada para pemuda agar dapat
menumbuhkan iman yang teguh untuk mengamalkan agama Islam yang bersifat
duniawi maupun ukhrawi. Riwayat pembaharuan Muhammadiyah sudah tampak
sekitar tahun1906, K.H. Ahmad Dahlan menyatakan bahwa ziarah kubur itu kufur,
musyrik, dan haram. Peluru yang mengenai sasaran sehingga kaum Muslim pun
gempar, termasuk di kalangan ulama. Kemudian mereka melakukan pertemuan
untuk membicarakan nama, tujuan organisasi, dan sosok yang bisa menjadi anggota
Boedi Oetomo. K.H. Ahmad Dahlan berkataßSoal nama, saya sudah berpikir sejak
lama, yaitu Muhammadiyah. Nama itu memang di ambil dari nama Nabi
Muhammad Saw. Saya menggunakan nama organisasi itu sesuai nama Nabi
Muhammad. Beliau berharap mudah-mudahan Muhammadiyah menjadi Jamiyah
akhir zaman, Sebagaimana Nabi Muhammad dan Rasul akhir zaman. Penambahan
kata iyah dimaksudkan agar siapa pun yang menjadi anggota Muhammadiyah bisa
menyesuikan diri dengan kepribadian Nabi Muhammad Saw.Muhammadiyah
mencita-citakan masyrakat Islam yang sebenar benarnya. Dalam arsip Anggaran
Dasar,ßMengembirakan dan memajukan pelajaran dan pengajaran Islam serta
memajukan dan mengembirakan hidup sepanjang kemauan agama Islam.
Muhammadiyah merupakan gerakan dakwah dengan lingkup kegiatan yang
mencakup semua aspek kehidupan sosial: agama, pendidikan, ekonomi, politik,
dan lain sebagainya. Muhammdiyah paling tidak memiliki peran dalam tiga
dataran, sebagai gerakan pembaruan, sebagai agen perubahan sosial, dan sebagai
kekuatan politik.Ketiga peran tersebut yang disematkan kepada Muhammadiyah
merupakan keniscayaan.
Sebagai gerakan pembaruan, Muhammadiyah berupaya menghadirkan
pemikiran- pemikiran inovatif dan kritis. Sekaligus membawa transformasi sosial,

3
terutama melalui modernisasi sistem pendidikan Islam. Pada tahun 1888, ia disuruh
orang tuanya menunaikan ibadah haji. Ia bermukim di mekkah selama 5 tahun
untuk menuntut ilmu agama Islam, seperti qiraat, tauhid, tafsir, fiqih, tasawuf, ilmu
mantik dan ilmu falak. Pada tahun 1903, ia berkesempatan kembali pergi ke
mekkah untuk memperdalam ilmu agama selama3 tahun. Ia banyak belajar dengan
Syekh Ahmad Khatib Minangkabau. Di samping itu, ia tertarik pada pemikiran
Ibnu Taimiyah, Jamaluddin Al-Afghani,Muhammad Abduh dan Muhammad
Rasyid Ridla. Di antara kitab Tafsir yang menarik hatinya adalah Tafsir Al-Manar.
Dari tafsir ini ia mendapat inspirasi dan motivasi untuk mengadakan perbaikan dan
pembaruan umat Islam di Indonesia. Beliau mengawali pendidikan di pangkuan
ayahnya dirumah sendiri dan ia mempunyai sifat yang baik, berbudi pekerti halus,
dan berhati lunak, tapi juga berhati cerdas.
Pada usia balita kedua orang tuanya Darwis sudah memberikan pendidikan
Agama.Ketika berusia delapan tahun, ia sudah bisa membaca Al-Qurßan dengan
lancar sampai khatam. Ketika dewasa beliau mulai mengaji dan menuntut ilmu
fiqih kepada K.H. Muhammad Saleh. Dia juga menuntut ilmu nahwu kepada K.H.
Muhsin. Kedua guru tersebut merupakan kakak ipar sekaligus tetangganya di
Kauman, dan beliau juga berguru kepada penghulu Hakim K.H. Muhammad Noor
bin K.H. Fadlil dan K.H.
Abdulhamid di kampung Lempuyang Wangi. Ketika berumur 18 tahun,
orang tuanya bermaksud menikahkannya dengan putri dari K.H. Fadlil yang
bernama Siti Walidah. Setelah orang tua dari kedua belah pihak berunding, maka
pernikahan dilangsungkan pada bulan Dzulhijjah tahun 1889 dalam suasana yang
tenang.
Siti Walidah adalah anak seorang ulama yang disegani oleh masyarakat, ia
pergaulannya sangat terbatas dan tidak belajar disekolah formal. Mengaji Al-Quran
dan ilmu agama dipandang cukup pada masa itu. Beliau belajar Al-Qurßan dan
kitab-kitab agama berbahasa arab-jawa. (pegon) Siti Walidah adalah sosok yang
sangat giat menuntut ilmu, ia hanya memperoleh pendidikan dari lingkungan
keluarganya, dan ia juga mempunyai pandangan yang luas, terutama ilmu-ilmu
keislaman. Setelah menikah dengan Muhammad Darwis ia merasa terpuaskan ia
mengikuti segala hal yang diajarkan oleh suaminya.
Secara umum, pembaharuan Ahmad Dahlan dapat diklasifikasi pada dua

4
dimensi, yaitu: pertama, berupaya memurnikan (purifikasi) ajaran Islam dari
Khufarat, takhayul, dan bidßah yang selama ini telah bercampur dalam akidah dan
ibadah umat islam. Kedua, mengajak umat Islam untuk keluar dari jaring pemikiran
tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin islam dalam rumusan dan
penjelasan yang dapat diterima oleh rasio. Sebelum mendirikan organisasi
Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan menjadi tenaga pengajar agama di
kampungnya. Ia juga mengajar di sekolah negeri, seperti Kweekschool (sekolah
pendidikan guru) di jetis (Yogyakarta) dan Opleiding School Voor Inlandhsche
Ambtenaren (OSVIA, sekolah untuk pegawai pribumi) di magelang. Ia juga
berdagang dan bertabligh. Beliau juga telah melakukan berbagai kegiatan
keagamaan dan dakwah.Pada tahun 1922, K.H. Ahmad Dahlan membentuk Badan
Musyawarah Ulama.
Tujuan di bentuknya badan ini ialah untuk mempersatukan ulama di seluruh
Hindia Belanda dan merumuskan berbagai kaidah hukum Islam sebagai pedoman
pengalaman Islam, khususnya bagi warga Muhammadiyah. Badan Musyawarah ini
diketuai K.H. Muhammad Chalil Kamaluddiningrat. Meskipun berbeda pendapat,
beliau mendorong para pimpinan Muhammadiyah membentuk Majelis Tarjih.
Majlis ini diketuai oleh Kiai Mas Mansur. Dengan tujuan dakwah ini manusia
berpikir dan tertarik pada kebagusan Islam melalui pembuktian jalan kepandaian
ilmu. Reformasi dan modernisasi di mata Ahmad Dahlan bukan ditujukan kepada
musuh yang berada diluar, melainkan justru di kalangan internal Muhammadiyah
sendiri. Sebab Muhammadiyah lebih mengutamakan aspek ibadah, akidah, syariah,
akhlak, muamalah, dan bukan politik yang berada diluar Muhammadiyah.
Kegagalan dipanggung politik bukan dari akhir segalanya, warga
Muhammahadiyah tetap berpegang teguh pada komitmen agama yang lebih pasti
menjanjikan kesejahteraan hidup dunia dan akhirat yang tidah mungkin mampu
dipenuhi oleh partai politik.
Perkumpulan Muhammadiyah berusaha mengembalikan ajaran Islam kepada
aslinya, yaitu Al-Qurßan dan Hadis. Hal ini diwujudkan melalui usaha memperluas
dan mempertinggi pendidikan Islam, serta memperteguh keyakinan agama Islam.
b. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan
Merasa prihatin terhadap perilaku masyarakat Islam di Indonesia yang
masih mencampur-baurkan adat-istiadat yang jelas-jelas bertentangan dengan

5
ajaran umat islam, inilah yang menjadi latar belakang pemikiran K.H. ahmad Dahla
untuk melakukan pembaruan, yang juga melatar belakangi lahirnya
Muhammadiyah. Selain faktor lain diantaranya, yaitu pengaruh pemikiran
pembaruan dari para gurunya di Timur Tengah.
Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari
keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang
tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan. Kondisi
ini semakin diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat merugikan
bangsa Indonesia.
1. Pemikiran Pendidikan Islam
Perkembangan pendidikan islam di Indonesia antara lain ditandai oleh
munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap, mulai dari yang amat
sederhana, sampi dengan tahap-tahap yang sudah terhitung modern dan
lengkap. Lembaga pendidikan islam telah memainkan fungsi dan perannya
sesuai dengan tuntutan masyarakat dan zamannya.
Sebagai kegiatan yang menekankan pada proses sebenarnya memberikan
sinyal bahwa persoalan-persoalan pendidikan Islam adalah sebagai persoalan
ijtihadiyah, yang banyak memberi peran kepada umat Islam untuk mencermati
dan mengkritisi. Masalah pendidikan adalah masalah duniawi, ajaran Islam
hanya memeberikan dasar dan garis-garis pokoknya, sedangkan detailnya
diserahkan kepada akal sehat,  modus bagaimana yang baik dan yang benar.
Oleh karena itu KH. Ahmad Dahlan merasa perlu untuk memberikan
pemikiran pendidikan Islam yang diperolehnya di Mekah sekembalinya ia ke
tanah air. Ia memulainya dengan dakwah dan ajaran-ajaran Islam melalui
khutbah. Bahkan ia dipercaya sebagai kahtib tetap di Masjid Agung.
Bahkan atas dorongan Budi Utomo, KH. Ahmad Dahlan berhasil
mendirikan sekolah di Yogyakarta pada tahun 1911. Sekolah yang didirikannya
ini menggunakan sistem modern, dengan memadukan pelajaran agama dan
pelajaran umum dalam satu paket. Tempat belajarnya menggunakan kelas ,
tidak surau, murid pria dan perempuan tidak lagi dipisah.
Bagi KH. Ahmad Dahlan, ajaran Islam tidak akan membumi dan
dijadikan pandangan hidup pemeluknya, kecuali dipraktikan. Betapapun
bagusnya suatu program, jika tidak diprakikan, tidak akan mencapai tujuan

6
bersama. Karena itu, KH. Ahmad Dahlan tak terlalu banyak mengelaborasi
ayat-ayat al-Qur’an, tapi ia lebih banyak mempraktikkan dalam amal yang
nyata Al-Qur’an surah 96 ayat 1 yang memberi arti pentingnya membaca,
diterjemahkan dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Dengan
pendidikan, buta huruf diberantas. Maka, setalah mendapat masukkan dan
dukungan dari berbagai pihak, pada 18 November 1912 KH. Ahmad Dahlan
mendirikan Muhammadiyah.
Berdirinya Muhammadiyah di Minangkabau tahun 1925 membuat
sekolah-sekolah agama semakin banyak jumlahnya. Bahkan, Muhammadiyah
memiliki paling banyak sekolah-sekolah agama di antara organisasi-organisasi
sosial keagamaan yang mempunyai sekolah agama. Muhammadiyah tercatat
memiliki jumlah sekolah sebanyak 122 sekolah dengan jumlah murid sebanyak
5.835 orang.
2. Pemikiran Sosial Keislaman
Sosial keislaman yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan diawali
dengan mengajar di Kweek School (sekolah raja) di Yogyakarta, dan
Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren, sebuah sekolah untuk pegawai
pribumi di Magelang. Ia juga menjadi khatib tetap di masjid Agung.
Pamornya segera terlihat karena kepiawaiannya berdakwah, berwawasan luas,
dan jujur.  Itu sebabnya pihak keraton Yogyakarta memberinya gelar Khatib
Amin.
KH. Ahmad Dahlan terus menerus memikirkan lingkungan yang
dinilainya masih perlu banyak perbaikan di sana-sini. Salah satunya dalah
tentang arah kiblat di masjid-masjid Yogyakarta, termasuk pula masjid
keraton. Hal itu karena masjid keraton yang menjadi barometer, maka arah
kiblat di masjid ini yang pertama kali dilakukan perubahan arah kiblatnya.
Tetapi KH. Ahmad Dahlan tidak mau mengubahnya secara dadakan. Ia
lebih menekankan adanya dialog untuk meyakinkan sasaran dakwahnya, atau
orang-orang yang tidak sepaham dengannya. Pada 1898 ia mengundang para
ulama dari Yogyakarta dan sekitarnya untuk mendiskusikan masalah arah
kiblat shalat. Di sini terjadi pro dan kontra, namun akhir dialog tersebut tidak
membuahkan kesepakatan.

7
Kemudian KH. Ahmad Dahlan membawa masalah ini ke Kepala
Penghulu Keraton yang waktu itu dijabat oleh KH. Muhammad Chalil
Kamaludiningrat, tapi pak penghulu tidak juga memberi restu. Sementara dari
hari demi hari , sesuai dengan ilmu yang diyakini kebenarannya bahwa arah
kiblat salah, KH. Ahmad Dahlan semakin gelisah. Ia merasa, sebagai orang
yang tahu, sudah semestinya arah kiblat dibetulkan.
Itulah yang mendorong KH. Ahmad Dahlan pada suatu malam secara
diam-diam bersama beberapa para pengikutnya, meluruskan kiblat dengan
memberi garis putih di shaf masjid tersebut. Tentu saja tindakan ini
merupakan pelanggaran besar, ganjarannya, KH. Ahmad Dahlan
diberhentikan sebagai khatib di Masjid Agung Yogyakarta.
B. Sejarah Berdirinya Muhammadiyah
Pada awal abad ke 20 M dikalangan muslim Indonesia terpelajar mulai muncul
kesadaran baru untuk mengatasi kondisi pendidikan islam di Indonesia yang
mengalami keterbelakangan akibat tidak mampu bersaing dengan lembaga
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda, yang mencetak
tenaga kerja terampil tetapi mengabaikan pendidikan moral peserta didik. Oleh
karena itu, mereka mengupayakan mendirikan lembaga pendidikan islam yang
bercorak modern.
Salah satu lembaga pendidikan islam yang bercorak modern adalah lembaga
islam Muhammadiyah. Lembaga ini didirikan oleh Ahmad Dahlan dengan tujuan
mencerdaskan umat islam melalui pendidikan. Karena Ahmad Dahlan termasuk
anggota organisasi Budi Utomo maka sebelum mendirikan lembaga pendidikan
islam Muhammadiyah, beliau meminta restu kepada Budi Utomo. Setelah itu, beliau
membuka sekolah agama di rumahnya dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah
Islamiah.
Awal lembaga pendidikan islam ini berdiri hanya memiliki delapan orang
murid. Karena penyampaian materi dari Ahmad Dahlan yang menarik, setiap bulan
muridnya bertambah tiga orang. Melihat kemajuan pendidikan lembaga tersebut
maka Budi Utomo memberikan bantuan berupa pengajar dan mulai saat itu ridak
hanya ilmu agama tetapi ilmu pengetahuan pun diajarkan. Lembaga ini diresmikan
tanggal 1 Desember 1911.

8
Melihat perkembangan lembaga pendidikan islam Muhammadiyah yang sangat
baik, banyak yang menyarankan agar Ahmad Dahlan mendirikan suatu organisasi
yang kelak akan menjadi penerus setelah Ahmad Dahlan tiada. Setelah direnungkan
dan mendapatkan orang- orang yang siap membantu, maka pada tanggal 18
Dzulhijah 1331 H atau 18 Desember 1912 M di Kampung Kauman Yogyakarta,
didirikanlah oraganisasi yang bernama Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan.
Dalam usaha mendapatkan pengakuan kepala pemerintah sebagai badan
hukum, pada tanggal 20 Desember 1912, Muhammadiyah dibantu oleh Budi Utomo
mengajukan surat permohonan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda agar
Muhammadiyah diberi izin resmi dan diakui sebagai suatu badan hukum. Untuk itu
Gubernur Jenderal mengirimkan surat permintaan pertimbangan kepada Direktur
Van Justitie, Adviseur Voor Inlandsche Zaken, Residen Yogyakarta dan Sri Sultan
Hamengku Buwono VI.
Setelah melalui proses yang cukup lama, akhirnya pemerintah Hindia Belanda
mengakui Muhammadiyah sebagai badan hukum yang tertua dalam Gouvernement
Besluit tanggal 22 Agustus 1914, Nomor 81, beserta lampiran statutennya dan
berlaku mulai 22/23 Januari 1915.
Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan
dari pendirinya, Ahmad Dahlan, didorong oleh dan atas pergumulannya dalam
menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu, yang
juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan. Adapun faktor-faktor yang
menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara lain:
1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi,
sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, khurafat, jamud, dan ta’asub
yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat
dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar
kemurniannya lagi.
2. Merajalelanya kemiskinan, kebodohan, kekolotan, kemunduran Bangsa Indonesia
umumnya dan umat islam khususnya.
3. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak
tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat.
4. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir
kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman.

9
5. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta
serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan
tradisionalisme.
6. Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh
agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen
(Kristenisasi) di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan
rakyat.
7. Merajalelanya Imperialis Kolonialis Belanda di Indonesia yang harus d hadapi.
8. Sikap yang merendahkan pada Islam oleh para Intelegensial kaum terpelajar,
bahwa Islam Agama yang out of date tak sesuai dengan kemajuan zaman.
Diantara faktor-faktor tersebut dapatlah kita ketahui bahwa kehidupan
Agama Islam di Indonesia khususnya bidang Aqidah (keyakinan), telah dikaburkan
dengan berkecamuknya syirik, tahayyul, khufarat, di samping mistik-mistik,
animisme, dan dinamisme, dibuktikan dengan pesadaran-pesadaran, berkahan-
berkahan, meminta berkah kepada Mba hureksa (yang berkuasa), juga pada kyai
‘ulama’, tempat-tempat yang dipandang keramat, pekuburan, benda- benda ajaib.
C. Rumusan Muhammadiyah
1. Sejarah Perumusan
Perumusan Kepribadian Muhammadiyah berawal dari pidato yang
disampaikan oleh KH. Faqih Usman pada acara Kursus Kepemimpinan
Muhammadiyah pada bulan Ramadhan 1831 H, yang diikuti oleh seluruh utusan
Pimpinan Daerah Muhammadiyah seluruh Indonesia yang berjudul:”Apakah
Muhammadiyah itu?”. Dari sinilah muncul kesadaran akan pentingnya sebuah
pedoman perjuangan bagi Muhammadiyah dan akhirnya dibentuklah tim perumus
yang terdiri dari: KH.Faqih Usman, KH.Farid Ma‟ruf, Djarnawi Hadikusomo , M.
Djindar Tamimy, Dr.HAMKA, KH. Wardan dan M. Saleh Ibrahim.
Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya hasil kerja tim perumus
tersebut disampaikan pada siding pleno PP Muhammadiyah menjelang siding
Tanwir tanggal 25-28 Agustus 1962 dan dilanjutkan pembahasannya dan Muktamar
Muhammadiyah ke-35 di Jakarta. Dalam Muktamar itu rancangan tim perumus
tersebut dapat diterima dengan beberapa catatan penyempurnaan. Dan setelah
disempurnakan , akhirnya dalam siding pleno PP Muhammadiyah tanggal 29 April
1963 rancangan tersebut disahkan dengan nama “Kepribadian Muhammadiyah”.

10
Alasan disusunnya Kepribadian Muhammadiyah sebagai berikut:
a. Munculnya zaman demokrasi terpimpin (zaman nasakom/pemerintah nasakom)
tgl 5 juli 1959 (Dekrit Presiden Soekarno)-Supersemar 1966.
b. Partai Masyumi dan PSI (Partai Sosialis Indonesia) menolak sistem demokrasi
terpimpin dan menolak masuk kabinet karena bersanding dengan PKI.
c. Tanggal 17 Agustus 1960, Soekarno membubarkan Masyumi dengan Keppres
No. 200 tahun 1960. Tanggal 13 September 1960 Masyumi membubarkan diri.
d. Sebelum Masyumi bubar, banyak tokoh Muhammadiyah yang akif dalam partai
tersebut, seperti KH.Fakih Usman sebagai wakil ketua DPP Masyumi.
a. Tahun 1961, Pimpinanan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan kursus
kepemimpinan di Yogyakarta yang dihadiri oleh seluruh pimpinan
Muhammadiyah seluruh iindonesia.
b. Adanya spirit untuk menegakkan ajaran Islam melalui jalur dakwah, tidak
berpolitik praktis
Fungsi Kepribadian Muhammadiyah adalah sebagai landasan,pedoman dan
pegangan bagi gerak Muhammadiyah menuju cita-cita terwujudnya masyarakat
utama,adil makmur yang diridhai Allah swt.
2. Rumusan Kepribadian Muhammadiyah
Kepribadian Muhammadiyah memuat 4 hal pokok yang satu dengan
lainnya saling berkaitan,yaitu:
a. Apakah Muhammadiyah itu?
b. Apa dasar Amal Usaha Muhammadiyah?
c. Apa Pedoman amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah?
d. Sifat dakwah Muhammmadiyah?
Isi dari masing-masing keempat tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
a. Apakah Muhammadiyah itu?
Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan gerakan islam,
dakwah amar ma‟ruf nahi munkar yang bersumber pada al-Qur‟an dan Hadis
yang dakwahnya ditujukan pada dua bidang , yaitu perorangan dan
masyarakat. Dakwah dan amar ma‟ruf nahi munkar pada bidang pertama
(perorangan) terbagi dua golongan ,yaitu:
1) Kepada yang telah memeluk islam bersifat pembaharuan/tajdid, yakni
pemurnian dengan mengembalikan pada ajaran-ajaran islam asli.
2) Kepada yang belum islam, bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk
agama islam dengan memberikan contoh tauladan yang baik.

11
b. Dasar Amal Usaha Muhammadiyah?
Dalam perjuangan melaksanakan tujuannya menuju terwujudnya
masyarakat utama adil dan makmur yang yang di ridhoi Allah swt,
Muhammadiyah mendasari gerak dan amal usahanya atas prinsip-prinsip yang
tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, yaitu:
1) Hidup manusia berdasarkan tauhid, ibadah dan taat kepada Allah
2) Hidup manusia bermasyarakat
3) Mematuhi ajaran agama islam dengan keyakinan bahwa ajaran
islamsatu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk
kebahagian hidup dunia akhirat.
4) Menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam ditengah-tengah
masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan
kepada sesama manusia.
5) Ittiba‟ kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad saw.
6) Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.
c. Pedoman Perjuangan dan Amal Usaha Muhammadiyah
Berdasarkan prinsip tersebut di atas, maka apapun yang diusahakan
dan bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah harus berpedoman:
“Berpegang teguh pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun
disegala bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh
jalan yang diridhoi Allahswt”.
d. Sifat Muhammadiyah.
Memperhatikan uraian tentang: (a) Apakah Muhammadiyah itu? (b)
Dasar Amal Usaha Muhammadiyah dan (c) Pedoman Amal Usaha dan
Perjuangan Muhammadiyah, wajib memiliki dan memelihara sifat-sifat
berikut:
1) Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan
2) Memperbanyak kawan dan dan memelihara ukhuwah Islamiyah
3) Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang perdamateguh ajaran
islam
4) Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan
5) Mengindahkan segala hukum,Undang-Undang, Peraturan serta dasar dan
falsafah Negara yang sah

12
6) Amar ma‟ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh
tauladan yang baik
7) Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud islah dan
pembangunan sesuai dengan ajaran islam
8) Kerjasama dengan golongan islam manapun dalam usaha
mensyiarkan dan mengamalkan ajaran agama islam serta membela
kepetingannya
9) Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam
memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil
dan makmur yang diridhoi oleh Allah swt.
10) Bersifat adil serta korektif kedalam dan keluar organisasi dengan bijak.
D. Maksud Dan Tujuan Muhammadiyah

Sebagai sebuah gerakan Islam, Muhammadiyah mendasari gerakannya


kepada sumber pokok ajaran Islam yaitu al-Quran dan as-Sunnah. Organisasi
mempunyai maksud menyebarkan ajaran Nabi Muhammad SAW kepada penduduk
bumiputera dan memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya. Untuk
mencapai hal tersebut, organisasi ini bermaksud mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan, mengadakan rapat- rapat dan tabliqh dimana dibicarakan masalah-
masalah Islam.
Maksud dan tujuan Muhammadiyah sebagaimana yang telah dirumuskan
dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah adalah:
a. Menegakkan, berarti mebuat dan mengupayakan agar tetap tegak dan tidak
condong apalagi roboh. Semua itu dapat terealisasikan bila diletakkan di atas
fondasi, landasan, atau asas yang kokoh dan solid, dipertahankan, dibela serta
diperjuangkan dengan penuh konsekuen.
b. Menjunjung Tinggi, berarti membawa atau menjunjung di atas segala-galanya,
mengindahkan serta menghormatinya.
c. Agama Islam, yaitu Agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya sejak
Nabi Adam sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW sebagai hidayah dan
rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang zaman, serta menjamin
kesejahteraan hakiki duniawi maupun ukhrawi.
d. Terwujud, berarti menjadi satu kenyataan akan adanya atau akan wujudnya.

13
e. Masyarakat utama, yaitu masyarakat yang senantiasa mengejar keutamaan dan
kemaslahatan untuk kepentingan hidup umat manusia, masyarakat yang selalu
mengindahkan dengan penuh keikhlasan terhadap ajaran-ajaran-Nya, serta
menaruh hormat terhadap sesama manusia selaku makhluk Allah.
f. Adil dan Makmur, yaitu kondisi masyarakat yang didalamnya terpenuhi dua
kebutuhan hidup yang pokok, yaitu:
 Adil , suatu kondisi masyarakat yang positif dari aspek batiniah. Apabila
keadaan ini dapat diwujudkan secara konkret dan nyata maka akan
terciptalah masyarakat yang damai, aman dan tenteram.
 Makmur, yaitu kondisi masyarakatyang positif dari aspek lahiriah, yang
sering digambarkan secara sederhana dengan terpenuhinya kebutuhan
sandang, papan dan kesehatan.

 Yang diridlai Allah SWT, artinya dalam rangka mengupayakan


terciptanya keadilan dan kemakmuran masyarakat maka jalan dan cara
yang ditempuh haruslah selalu bermotifkan semata-mata mencari
keridlaan Allah.
Secara ringkas, maksud dan tujuan Muhammadiyah adalah : Membangun,
memelihara dan memegang teguh agama Islam dengan rasa ketaatan melebihi ajaran
dan faham-faham lainnya, untuk mendapatkan suatu kehidupan dalam diri, keluarga,
dan masyarakat yang sungguh adil, makmur, bahagia-sejahtera, lahir dan batin
dalam naungan dan ridla Allah SWT.
Ahmad Dahlan bertujuan memurnikan ajaran Islam dari apa yang disebutnya
tachajoel, bid`ah, choerafat. Muhammadiyah mempelopori penentuan arah kiblat
secara eksak; penggunaan metode hisab untuk menentukan awal dan akhir puasa
Ramadhan; shalat hari raya di lapangan; pengumpulan dan pembagian zakat fitrah
dan daging kurban kepada fakir miskin; pemberian khutbah dalam bahasa yang
difahami jemaah; pelaksanaan shalat Jum`at dan tarawih yang sesuai dengan cara
Nabi; penghilangan bedug dari mesjid; penyederhanaan upacara kelahiran, khitanan,
perkawinan, dan pengurusan jenazah; serta masih banyak lagi usaha-usaha
Muhammadiyah yang mengembalikan umat Islam kepada ajaran Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi.

14
E. Identitas Perjuangan Muhammadiyah
Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Pasal 1 ayat 1 tentang : Nama dan
identitas, tersebut bahwa : “Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah dengan
identitas sebagai gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar, berakidah
Islam dan bersumber pada Al-qur’an dan Sunnah”. Muhammadiyah memiliki watak,
perilaku dan pemikiran yang memungkinkan menyandang 2 identitas yaitu :
1. Sebagai gerakan Islam
2. Sebagai gerakan Dakwah
a. Muhammdiyah sebagai Gerakan Islam
Telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa Persyarikatan Muhammadiyah
dibangun oleh KH Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman
(tadabbur) terhadap Alquranul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya paling utama
yang mendorong berdirinya Muhammadiyah, sedang faktor-faktor lainnya dapat
dikatakan sebagai faktor penunjang atau faktor perangsang semata. Dengan
ketelitiannya yang sangat memadai pada setiap mengkaji ayat-ayat Alquran,
khususnya ketika menelaah surat Ali Imran, ayat:104, maka akhirnya dilahirkan
amalan kongkret, yaitu lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini
telah dikembangkan sehingga dari hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid
dinamakan “Ajaran KH Ahmad Dahlan dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat
Alquran”, yang didalammya tergambar secara jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas,
semangat Muhammadiyah dalam pengabdiyannya kepada Allah SWT.
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa
sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi,
dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh gerakannya
tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip
ajaran Islam. Segala yang dilakukan Muhammadiyah, baik dalam bidang
pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan
sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksankan
ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk
menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat
dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.

15
b. Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam
Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah
Islamiyah. Ciri yang kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat
tidak terpisahkan dalam jati diri Muahammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan
dalam bab terdahulu bahwa faktor utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan
Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran
Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat:104. Berdasarkan Surat Ali Imran,
ayat : 104 inilah Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar
perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar ma’ruf nahi
munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya. Gerakan Muhammadiyah
berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun
berbagai ragam amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak
seperti berbagai ragam lembaga pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga
perguruan tinggi, membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan dan
sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan
suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan
tujuan tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi
pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah didirikan
di Kampung
Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912
oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan Kiyai Haji
Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai
seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu
dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik,
beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang
sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca agar dapat
memahami bagaimana Kepribadian Muhammadiyah itu. Selain itu diharapkan
pembaca dapat menerapkan ilmu yang didapat dalam makalah ini dalam makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi , 1999. PENDIDIKAN ISLAM “Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium


Baru”, Jakarta; Logos Wacana Ilmu

Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press

Ahmad Dahlan, 1994. ” dalam Ensiklopedia Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam.
Cet.III; Jakarta: Ictiar Baru Van Hove

Herry Mohammad, dkk, , 2006. TOKOH-TOKOH ISLAM yang Berpengaruh ABAD 20,
Jakarta; Gem Insani Press

Hadikusumo, Jarnawi. 1988. Dari Jamaluddin Al Afghani Sampai KH. Ahmad Dahlan,
Yogyakarta; Persatuan

Iskandar, Salman. 2011 55 Tokoh Muslim IndonesiaMelihat paling berpengaruh, Cet.1 ;


Solo ; Tinta Medina

Ibawi, Machfudz, 1986. Modus Dialog di Perguruan Tinggi Islam, Surabaya; Bina Ilmu

Junus Salam, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Tangerang: Al-Wasat


Publising House

Mulkan, Abdul Munir, 1990. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam
Perspektif Perubahan Sosial.Cet.I; Jakarta: Bumi Aksara

Musthafa kemal Pasha dan Ahmad Adaby Darba, , 2002. Muhammadiyah sebagai
Gerakan Islam, Cet. II. Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam

18

Anda mungkin juga menyukai