Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BIOGRAFI KH. ACHMAD DAHLAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas kelompok Mata Kuliah Filsafat


Pendidikan Islam

Dosen Pengampuh: INMAR YANTO,S.Pd.I M.Pd.I

Disusun Oleh :
1. Syafrizon (1238.22.1481)
2. Zaiful Bikri (1238.22.1374)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-KIFAYAH
PEKANBARU TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah Ta'ala, karena atas
karunia dan petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
kelompok yang berjudul " Biografi KH. Achmad Dahlan " dalam memenuhi tugas
mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam, serta salam semoga tetap terlimpah curah
kepada baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, kepada keluarganya,
para sahabatnya, serta umatnya yang senantiasa berpegang teguh pada ajarannya
hingga akhir zaman. Penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada
dosen, Bapak Inmar Yanto, S.PdI,.M.PdI yang telah memberikan tugas dan
ilmunya kepada penulis, khususnya mengenai Biografi KH. Achmad Dahlan .
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Pekanbaru,, 19 Februari 2023

Kelompok 15

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Latar Belakang Kehidupan KH. Ahmada Dahlan.....................................................2
B. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan................................................................................5
C. Perjuangan KH. Ahmad Dahlan..............................................................................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bagi bangsa indonesia nama Kiai Haji Ahmad Dahlan bukan
merupakan nama yang asing. Mereka mengenal beliau dalam hubungan dengan
kegiatannya selama hayatnya. Anak sekolah tingkat sekolah dasar, menengah,
sampai mahasiswa di perguruan tinggi niscaya tidak akan susah menjawabnya
apabila ditanyakan tentang Kiai Haji Ahmad Dahlan.
Mereka mengenal nama Kiai Haji Ahmad Dahlan dari buku plajaran
sejarah dan ilmu pengetahuan sosial. juga dari buku pendidikan dan agama, lebih-
lebih pada topik tentang kebangkitan Islam diIndonesia. Dibanyak kota di tanah
air terdapat jalan yang mengunakan nama KH Ahmad Dahlan.
Perjuangan KH Ahmad Dahlan tidak dapt dipisahkan dari perserikatan
Muhamadiyah yang sudah tersebar di pelosok tanah air. Kurun waktu dimana KH
Ahmad Dahlan hidup dan berjuang merupakan episode sejarah yang sungguh
besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan sejarah bangsa
Indonesia.
Sejarah kesuksesan KH. Ahmad Dahlan dalam menitik karier
perjuangan sehingga namanya harum dimana-mana,telah menarik perhatian untuk
lebih mengenal lebih jauh KH. Ahmad Dahlan khususnya dalam latar belakang
kehidupan, pemikiran dan perjuangan beliau.

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang diatas, maka kami merumuskan sebuah
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang kehidupan KH. Ahmad Dahlan
2. Bagaimana pemikiran KH. Ahmad Dahlan
3. Bagaimana perjuangan KH. Ahmad Dahlan

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang kehidupan KH. Ahmad Dahlan
2. Untuk mengetahui pemikiran KH. Ahmad Dahlan
3. Untuk mengetahui perjuangan KH. Ahmad Dahlan

1
2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Kehidupan KH. Ahmada Dahlan


Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada 1 Agustus 1868
Miladiyah1 dengan nama Muhammad Darwis, anak dari seorang Kyai Haji
Abubakar bin Kyai Sulaiman, khatib di masjid sulthan kota itu. Ibunya adalah

Siti Aminah Binti Kyai Haji Ibrahim, penghulu besar di Yogyakarta. Dalam
sumber lain Muhammad Darwis dilahirkan pada tahun 1869.2
Muhammad Darwis adalah anak ke empat dari tujuh bersaudara dari
KH. Abu Bakar.3 Adapun saudara Muhammad Darwis menurut urutannya
adalah: (1) Nyai Chatib Arum, (2) Nyai Muhsinah (Nyai Nur), (3) Nyai H.
Sholeh, (4) M. Darwis (K.H.A. Dahlan), (5) Nyai Abdurrahman, (6) Nyai H.
Muhammad Fekih (Ibu H. Ahmad Badawi), dan (7) Muhammad Basir.4
Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq,

Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana

Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang

Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman,

KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).5


Melihat garis keturunan Muhammad Darwis yang rata-rata
adalah seorang kyai, dimana disana juga terdapat nama Maulana Ibrahim,
dapat dikatakan bahwa Darwis lahir dalam satu lingkungan keislaman yang
kukuh, mengingat peranan Maulana Ibrahim sebagai salah satu walisongo
sangat besar dalam islamisasi di Pulau Jawa.
11 Salman Iskandar, 55 Tokoh Muslim IndonesiaMelihat paling berpengaruh (cet.1 ;
Solo Tinta Medina, 2011) h. 101
2 Muhammad Soedja’, Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan, ( Jakarta:
Rhineka Cipta, 1993 ), hal. 202
3 Ahmad Dahlan” dalam Ensiklopedia Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam (Cet
III; Jakarta: Ictiar Baru Van Hove, 1994
4 Junus Salam, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Tangerang: Al-Wasat
Publising House, 2009), hal. 57
5 Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Press hal. 100-101.

2
Semasa Kecil, ia selalu belajar agama dan bahasa Arab, akan tetapi
suasana dikampungnya yang sangat anti terhadap penjajah tidak
mengharuskannya sekolah disekolah penjajah. Darwis atau Dahlan kecil memang
sejak dini telah sarat akan nilai-nilai keagamaan. Pendidikan agama diperolehnya
secara selektif dan berusaha merenungi bahkan mengamalkannya. 6
Dimasyarakat Kauman khususnya ada pendapat umum bahwa
barangsiapa yang memasuki sekolah Gubernemen dianggap kafir atau kristen.
Oleh karena itu ketika menginjak usia sekolah Muhammad Darwis (Ahmad Kecil)
tidak disekolahkan melainkan diasuh dan dididik mengaji Al Quran dan dasar-
dasar ilmu agama Islam oleh ayahnya sendiri dirumah. 7
Kampung Kauman sebagai tempat kelahiran dan tempat
Muhammad Darwis dibesarkan, dengan demikian merupakan lingkungan
keagamaan yang sangat kuat, yang berpengaruh besar dalam perjalanan
Hidup Muhammad Darwis dikemudian Hari. Kauman secara populer
kemudian menjadi nama dari setiap daerah yang berdekatan letaknya dengan
masjid. Dan Kauman yang letaknya dekat dengan masjid ini dilihat oleh Pijper
sebagai penjelmaan dari keinginan untuk dekat kepada sesuatu “yang suci”,
sebab masjid tidak dipandang sebagai bangunan biasa, akan tetapi gedung yang
memberi suasana suci
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima
tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-
pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani,
Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun
1888, dalam kesempatan itu seorang gurunya bernama Sayyid Bakri
Syatha memberikan nama baru kepada Muhammad Darwis, yaitu Ahmad
Dahlan.8 Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua
tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga
guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan
Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.9
6
7 Jarnawi Hadikusumo, dari jamaluddin al afghani sampai KH. Ahmad Dahlan,
(Yogyakarta; Persatuan, 1988), h.74
8 Weinata Sairin, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1995), hal. 36-37
9 Deliar Noer. 1996. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: Penerbit
Pustaka LP3ES.hal. 85.

3
Sebagaimana umumnya anak-anak kyai, KH. Ahmad Dahlan belajar ilmu-
ilmu agama dan bahasa arab. Dengan bekal bahasa arab dan ilmu-ilmu agama
yang diperolehnya di Yogyakarta itu. Keinginannya yang dalam untuk
memajukan Islam, membuat Ahmad Dahlan aktif mencari ilmu diberbagai jamiah
dan organisasi. Seperti di jamiah Khoir (kumpulan keturunan Arab), Budi Utomo,
dan Serikat Islam.10
Di bumi Mekah inilah ia memperdalam ilmu-ilmu keislamannya seperti
ilmu qiraat, fiqih, tasawuf, ilmu mantiq, ilmu falaq, aqidah dan tafsir. Pada
periode ini KH. Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha
dan Ibn Taimiyah.11
Setelah pulang dari Mekkah, kemudian Dahlan menikah dengan Siti
Walidah, putri KH. Muhammad Fadil, kepala penghulu kesultanan Yogyakarta. 12
Disamping itu, Dahlan juga pernah pula beristrikan dengan Nyai Abdullah, janda
H. Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak.
KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai
Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Beliau
pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.
Siti Walidah ini merupakan sepupunya sendiri, yang kelak dikenal
dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawan Nasional dan pendiri Aisyiyah.
Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan memiliki enam
orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah,
Siti Zaharah.
Terlihat bahwa KH. Ahmad Dahlan beristrikan lebih dari satu, tentu
ini menimbulkan tanda tanya. Namun pada kenyataannya, pada masa KH. Ahmad
Dahlan hidup, banyak para lelaki yang beristrikan lebih dari satu dan hal ini bukan
merupakan suatu kejanggalan , tetapi hal yang lumrah sering terjadi. Kini konteks
dan cara pikirnya berbeda, sehingga poligami dapat menjadi kontroversi di

10 TPA dan Kemuhammadiyahan, Muhammadiyah Sejarah, Pemikiran dan Amal


Usaha, (Yogyakarta : UMM, 1990) hlm. 68-70. Lihat.  Alwi Shihab, Membendung Arus: Respon
Gerakan Muhammadiyah terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, (Bandung : Mizan,
1998),  hlm. 112-113.
11 Herry Mohammad, dkk, TOKOH-TOKOH ISLAM yang Berpengaruh ABAD 20,
(Jakarta; Gem Insani Press, 2006), hlm. 8
12 Soenjak, Muhammadiyah dan Pendirinya, (Yogyakarta; PP Muhammadiyah Majelis
Pustaka 1989), hlm. 2

4
sebahagian kalangan kaum muslim. Bahkan di kecamatan Tanggulangin,
kabupaten Siduarjo, Jawa Timur ada sebuah jalan yang bernama Jalan Wayoh
yang berarti Jalan Poligami. Jalan ini sebelumnya bernama Jalan KH. Ahmad
Dahlan yang kemudian di ubah oleh warga menjadi Jalan Wayoh.

B. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan


Merasa prihatin terhadap perilaku masyarakat Islam di Indonesia yang
masih mencampur-baurkan adat-istiadat yang jelas-jelas bertentangan dengan
ajaran umat islam, inilah yang menjadi latar belakang pemikiran K.H. ahmad
Dahlan untuk melakukan pembaruan, yang juga melatar belakangi lahirnya
Muhammadiyah. Selain faktor lain diantaranya, yaitu pengaruh pemikiran
pembaruan dari para gurunya di Timur Tengah.13
Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari
keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang
tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan.
Kondisi ini semakin diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat
merugikan bangsa Indonesia.14
1. Pemikiran Pendidikan Islam
Perkembangan pendidikan islam di Indonesia antara lain ditandai oleh
munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap, mulai dari yang amat
sederhana, sampi dengan tahap-tahap yang sudah terhitung modern dan lengkap.
Lembaga pendidikan islam telah memainkan fungsi dan perannya sesuai dengan
tuntutan masyarakat dan zamannya.15
Sebagai kegiatan yang menekankan pada proses sebenarnya
memberikan sinyal bahwa persoalan-persoalan pendidikan Islam adalah sebagai
persoalan ijtihadiyah, yang banyak memberi peran kepada umat Islam untuk
mencermati dan mengkritisi.16 Masalah pendidikan adalah masalah duniawi,
ajaran Islam hanya memeberikan dasar dan garis-garis pokoknya, sedangkan

13 Syamsul kurniawan-Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam,


(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2011), hal.195-196
14 Ramayulis-Syamsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh pendidikan Islam, (Jakarta:Quantum
teaching,2010).hal 193.
15 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah Sampai Indonesia, (Jakarta; Kencana, 2008), hlm. 279
16 Mujamil Qomar, Epistimologi Pendidikan ISLAM dari Metode Rasional hingga
Metode Kritik, (Jakarta; Erlangga), hlm. 225

5
detailnya diserahkan kepada akal sehat,  modus bagaimana yang baik dan yang
benar.17
Oleh karena itu KH. Ahmad Dahlan merasa perlu untuk memberikan
pemikiran pendidikan Islam yang diperolehnya di Mekah sekembalinya ia ke
tanah air. Ia memulainya dengan dakwah dan ajaran-ajaran Islam melalui khutbah.
Bahkan ia dipercaya sebagai kahtib tetap di Masjid Agung.
Bahkan atas dorongan Budi Utomo, KH. Ahmad Dahlan berhasil
mendirikan sekolah di Yogyakarta pada tahun 1911. Sekolah yang didirikannya
ini menggunakan sistem modern, dengan memadukan pelajaran agama dan
pelajaran umum dalam satu paket. Tempat belajarnya menggunakan kelas , tidak
surau, murid pria dan perempuan tidak lagi dipisah.18
Bagi KH. Ahmad Dahlan, ajaran Islam tidak akan membumi dan
dijadikan pandangan hidup pemeluknya, kecuali dipraktikan. Betapapun bagusnya
suatu program, jika tidak diprakikan, tidak akan mencapai tujuan bersama. Karena
itu, KH. Ahmad Dahlan tak terlalu banyak mengelaborasi ayat-ayat al-Qur’an,
tapi ia lebih banyak mempraktikkan dalam amal yang nyata.19 Al-Qur’an surah 96
ayat 1 yang memberi arti pentingnya membaca, diterjemahkan dengan mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan. Dengan pendidikan, buta huruf diberantas. Maka,
setalah mendapat masukkan dan dukungan dari berbagai pihak, pada 18
November 1912 KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah.
Berdirinya Muhammadiyah di Minangkabau tahun 1925 membuat
sekolah-sekolah agama semakin banyak jumlahnya. Bahkan, Muhammadiyah
memiliki paling banyak sekolah-sekolah agama di antara organisasi-organisasi
sosial keagamaan yang mempunyai sekolah agama. Muhammadiyah tercatat
memiliki jumlah sekolah sebanyak 122 sekolah dengan jumlah murid sebanyak
5.835 orang. 20
2. Pemikiran Sosial Keislaman
Sosial keislaman yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan diawali
dengan mengajar di Kweek School (sekolah raja) di Yogyakarta, dan Opleiding

17 Machfudz Ibawi, Modus Dialog di Perguruan Tinggi Islam, (Surabaya; Bina Ilmu,
1986), hlm. 101
18 Herry Mohammad, Op.cit. hlm. 10
19 Ibid, hlm. 11
20

Azyumardi, PENDIDIKAN ISLAM “Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium


Baru”, (Jakarta; Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm 144

6
School voor Inlandsche Ambtenaren, sebuah sekolah untuk pegawai pribumi di
Magelang. Ia juga menjadi khatib tetap di masjid Agung. Pamornya segera terlihat
karena kepiawaiannya berdakwah, berwawasan luas, dan jujur.  Itu sebabnya
pihak keraton Yogyakarta memberinya gelar Khatib Amin.
KH. Ahmad Dahlan terus menerus memikirkan lingkungan yang
dinilainya masih perlu banyak perbaikan di sana-sini. Salah satunya dalah tentang
arah kiblat di masjid-masjid Yogyakarta, termasuk pula masjid keraton. Hal itu
karena masjid keraton yang menjadi barometer, maka arah kiblat di masjid ini
yang pertama kali dilakukan perubahan arah kiblatnya.
Tetapi KH. Ahmad Dahlan tidak mau mengubahnya secara dadakan.
Ia lebih menekankan adanya dialog untuk meyakinkan sasaran dakwahnya, atau
orang-orang yang tidak sepaham dengannya. Pada 1898 ia mengundang para
ulama dari Yogyakarta dan sekitarnya untuk mendiskusikan masalah arah kiblat
shalat. Di sini terjadi pro dan kontra, namun akhir dialog tersebut tidak
membuahkan kesepakatan.
Kemudian KH. Ahmad Dahlan membawa masalah ini ke Kepala
Penghulu Keraton yang waktu itu dijabat oleh KH. Muhammad Chalil
Kamaludiningrat, tapi pak penghulu tidak juga memberi restu. Sementara dari hari
demi hari , sesuai dengan ilmu yang diyakini kebenarannya bahwa arah kiblat
salah, KH. Ahmad Dahlan semakin gelisah. Ia merasa, sebagai orang yang tahu,
sudah semestinya arah kiblat dibetulkan.
Itulah yang mendorong KH. Ahmad Dahlan pada suatu malam secara
diam-diam bersama beberapa para pengikutnya, meluruskan kiblat dengan
memberi garis putih di shaf masjid tersebut. Tentu saja tindakan ini merupakan
pelanggaran besar, ganjarannya, KH. Ahmad Dahlan diberhentikan sebagai khatib
di Masjid Agung Yogyakarta.

C. Perjuangan KH. Ahmad Dahlan


Perjuangan KH. Ahmad Dahlan Sepulang belajar dari Mekah, Ahmad
Dahlan menjadi staf pengajar agama di kampungnya, Kauman. Ia juga mengajar
di sekolah negeri, seperti Kweek School (Sekolah Raja) di Jetis (Yogyakarta) dan
Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA), sekolah pendidikan
untuk pegawai pribumi di Megelang.

7
Profesi Ahmad Dahlan selain mengajar ia juga bertabligh dan
berdagang. Ia berdakwah dari suatu tempat ke tempat lain. Ia juga seorang
pedagang yang pernah berniga di Jakarta dan Surabaya, bahkan sampai ke Medan.
Ia juga tetap menambah ilmu dengan mendatangi ulama. Mula-mula ia menjabat
sebagai pegawai mesjid Sultan, kemudian ia mengajar di pesantrennya sendiri.
Ilmu dan ketokohannya menjadikan pesantrennya dikunjungi oleh pelajar-pelajar
dari berbagai. 21
Dalam Buku KH. AR Facruddin (ketua Muhammadiyah 1968)
berjudul menuju Muhammadiyah menyatakan bahwa yang dikerjakan Ahmad
Dahlan sepanjang kepemimpinannya adalah sebagai berikut:
1. Meluruskan Tauhid, pengesaan terhadap Allah Swt. Meluruskan
keberadaan Allah sebagai Sang Khalik. Hubungan Allah dan Manusia
tanpa perantara apapun.
2. Meluruskan cara beribadah kepada Allah Swt.
3. Mengembangkan akhlaq karimah, etika sosial dan tata hubungan sosial
sesuai tuntunan Islam.22
Jika diperhatikan secara garis besar Ahmad Dahlan adalah ciri
muslim fundamentalis,23 yakni dengan mengembalikan semuanya kepada
sumber utama Islam yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah. Tetapi disisi lain
pemikirannya mengenai pengembangan etika sosial dan tata hubungan sosial
sesuai dengan tuntunan Islam itu sendiri membawa pribadi Ahmad Dahlan
menjadi muslim modernis.24
Perjuangan dan pembaharuan Ahmad Dahlan meliputi lima hal.
Pertama, pembetulan arah kiblat, yang biasanya menghadap arah barat diubah
menjadi arah barat laut sesuai dengan perhitungan ilmu falaq. Kedua,
penghitungan 1 Syawal atau hari raya Idhul Fitri. Masyarakat sering
menggunakan sistem ABOGE, yaitu sistem perhitungan Jawa. 25
Setelah itu

21 Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza, Seratus Tokoh Islam yang Paling
Berpengaruh di Indonesia, (Jakarta; Intimedia Ciptanusantara, 2003), hlm. 22
22 Abdul Munir Mulkan, Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam
Perspektif Perubahan Sosial. (Cet.I; Jakarta: Bumi Aksara, 1990) h.10
23 Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia (Cet I: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001) h. 11-17
24 Ibid h.153-155
25 Sistem ABOGE, yaitu sistem perhitungan Jawa, yang menggabungkan tiga kata, A-alif
(huruf pertama Hijaiyah) , BO-Rebo (nama hari Jawa) GE-Wage (pasaran hari Jawa).

8
Dahlan mengubahnya berdasarkan perhitungan ilmu hisab dan disetujui oleh
Sultan. Ketiga, penolakan sagala praktek bid’ah dan khurafat. Keempat,
mensintesiskan pendidikan Islam dengan pendidikan Barat yang sesuai jiwa
Islam. Kelima, peka terhadap kehidupan masyarakat sebagaimana digariskan
dalam surat Al Maun 1-7.26
Segala bentuk perjuangan KH. Ahmad Dahlan telah membuahkan
hasil yang nyata walaupun selalu mendapatkan tekanan, tantangan dan rintangan
yang berat, namun hal tersebut tidak mengurangi untuk patah semangat.
Kesabaran dan keuletan KH. Ahmad Dahlan terus berusaha mengatasinya tanpa
memperhatikan betapa beratnya rintangan dan tantangan. Halangan justru menjadi
pupuk yang menyuburkan perkembangan Muhammadiyah.
KH. Ahmad Dahlan sendiri memiliki tekad dan semangat yang tak
kunjung padam. Untuk menjaga agar tak gentar menghadapi tantangan,
diantaranya beliau menulis hadis Nabi di tembok rumahnya yang artinya:
“Niscaya orang yang berpegang pada sunnahku ketika umatku telah rusak, ibarat
seseorang menggenggam bara api”. Dan dibawahnya diberi catatan komentar
sebagai berikut : “Karena tidak ada yang mendukung untuk menyutujuinya”.
Begitulah kekerasan dan keyakinan dalam berjuang menegakkan dan menyiarkan
agama Islam, sehingga pada akhirnya berhasil menanamkan jiwa dan amalan
agama yang bersih dan lurus sebagaimana yang ditentukan oleh al-Quran dan As-
Sunnah. 27
Kedalaman ilmu yang dimiliki KH. Ahmad Dahlan merupakan
pemicu timbulnya bentuk keprihatinan yang sangat tinggi terhadap masyarakat
disekitarnya, sehingga membuahkan pemikiran-pemikiran untuk melakukan
perubahan dalam bentuk pembaharuan Islam dengan segala keyakinannya yang
kuat untuk melakukan perjuangan.
Pemikiran dan perjuangan KH. Ahmad Dahlan lahir dari pembacaan
realitas kehidupan masyarakat atau kondisi sosial, politik dan ekonomi pada masa
itu, antara lain:

26 Weinata  Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, (Jakarta : Pustaka Sinar


Harapan, 1995), hlm. 44-50
27

Musthafa kemal Pasha dan Ahmad Adaby Darba, Muhammadiyah sebagai Gerakan
Islam, (Cet. II. Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2002), hlm. 139

9
1. Kehidupan keberagamaan memperihatinkan, dalam kepercayaan
tercampur churafat, dalam ibadah banyak bercampur bid’ah, pemahaman
agama sempit, pola pikirnya taklid.
2. Pendidikan terbelakang, anak-anak yang dapat memasuki sekolah
hanyalah anak-anak bangsawan dan orang-orang berpangkat.
3. Anak-anak muda kurang mendapat perhatian.
4. Perekonomian lemah, bangsa indonesia menjadi bangsa yang terjajah.
5. Kegiatan Nasranisasi sangat menonjol, kegiatan dakwah sangat lemah
dan umat islam menjadi umat kelas bawah.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian-uraian di atas, maka dapatlah ditarik
beberapa kesimpulan, yakni sebagai berikut
1. KH. Ahmad Dahlan lahir 1 agustus 1868 pada masa penjajahan kolonial
Belanda. Beliau memiliki garis keturuna rata-rata Kiyai dimana ada juga
Maulana Ibrahim (walisongo)..
2. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan untuk melakukan pembaharuan itu
disebabkan bentuk keprihatinannya terhadapa masyarakat yang penuh
dengan penyimpangan,selain itu juga dipengaruhi oleh pemikiran
pembaharuan dari gurunya di timur Tengah. Ada dua pokok pemikiran
mendasar KH. Ahmad Dahlan yaitu pemikiran pendidikan dan sosial ke
Islaman masyarakat pada saat itu

B. Saran
Berbagai sajian materi tentang KH. Ahmad Dahlan ini maka adapun
saran yang ingin disampaikan :
1. Hendaknya kita sebagai generasi pelanjut Risalah Islam dalam
Muhammadiyah untuk meneladani perjuangan KH. Ahmad Dahlan
2. Hendaknya Pemikiran-pemikiran KH. Ahmad Dahlan terus
dikembangankan dan direalisasikan dalam bentuk kerja nyata.
3. Hendaknya Adanya masukan atau kritikan yang bersifat membangun
sehingga dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya dapat lebih
baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi , 1999. PENDIDIKAN ISLAM “Tradisi dan Modernisasi Menuju


Milenium Baru”, Jakarta; Logos Wacana Ilmu

Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Press

Ahmad Dahlan, 1994. ” dalam Ensiklopedia Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedia


Islam. Cet.III; Jakarta: Ictiar Baru Van Hove
ii
Herry Mohammad, dkk, , 2006. TOKOH-TOKOH ISLAM yang Berpengaruh
ABAD 20, Jakarta; Gem Insani Press

Hadikusumo, Jarnawi. 1988. Dari Jamaluddin Al Afghani Sampai KH. Ahmad


Dahlan, Yogyakarta; Persatuan

Iskandar, Salman. 2011 55 Tokoh Muslim IndonesiaMelihat paling berpengaruh,


Cet.1 ; Solo ; Tinta Medina

Ibawi, Machfudz, 1986. Modus Dialog di Perguruan Tinggi Islam, Surabaya;


Bina Ilmu

Junus Salam, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Tangerang: Al-Wasat


Publising House

Mulkan, Abdul Munir, 1990. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah
dalam Perspektif Perubahan Sosial.Cet.I; Jakarta: Bumi Aksara

Musthafa kemal Pasha dan Ahmad Adaby Darba, , 2002. Muhammadiyah


sebagai Gerakan Islam, Cet. II. Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam

Nata, Abuddin, 2001. Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia (Cet I: PT.
Raja Grafindo Persada

Nizar, Samsul. 2008. Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah


Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta; Kencana

Noer, Deliar. 1996. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta:


Penerbit Pustaka LP3ES

12

Anda mungkin juga menyukai