Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH FALSAFAH DAN AJARAN K.H. AHMAD DAHLAN.

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kemuhammadiyahan

Dosen Pengampu : Abdul Aziz Hasan S.Pd.I., M .Pd.I.

Oleh :

1. Wardah Zahro Assyada (20193010019)


2. Dwi Purnama Sari (20193010022)
3. Dhendy Dafeta Mahardicha (20193010006)

Kelas B Semester 1
Fakultas Program Vokasi
Program Studi D3 Teknik Elektromedik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2019
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam
mengerjakan makalah tentang ” Falsafah hidup dan ajaran K.H. Ahmad Dahlan.”
dengan tepat waktu. Tak lupa juga shalawat serta salam dihanturkan kepada
baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas tentang falsafah hidup dan ajaran K.H. Ahmad Dahlan . Dalam
menyusun makalah ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Abdul
Aziz Hasan S.Pd.I., M .Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah
Kemuhammadiyahan.

Penulis juga berharap makalah ini berguna serta bermamfaat dalam


meningkatkan pengetahuan dan wawasan terhadap falsafah K.H. Ahmad Dahlan.

Karena terbatasnya pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki, penulis


menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik dalam penyusunan kata,
penulisan, maupun isi serta pembahasannya. Untuk itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan penyusunan
makalah ini dimasa mendatang.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini bermamfaat bagi penulis
khususnya, dan umumnya bagi pembaca.

Yogyakarta, 26 September 2019

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan............................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................2

Bab II Isi............................................................................................................3

2.1 Mengenal sosok K.H. Ahmad Dahlan................................................3

2.2 Tujuh falsafah hidup K.H. Ahmad Dahlan.......................................15

2.3 Kelompok ayat kajian K.H Ahmad Dahlan......................................17

Bab III Penutup.................................................................................................24

1.1 Kesimpulan..........................................................................................24
1.2 Saran....................................................................................................24

Daftar Pustaka...................................................................................................25

ii
Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

K.H. Ahmad Dahlan dilahirkan tanggal 1 Agustus 1868 di Kauman


Yogyakarta dan wafat tanggal 23 Februari 1923. Nama kecilnya adalah
Muhammad Darwis. Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar ( seotang ulama khatib
terkemuka di Mesjid Besar Kesultanan Yogyakarta) dan ibunya Siti Aminah
(puteri dari H. Ibrohim yang menjabat sebagai penghulu kesultanan juga). Ia
merupakan anak ke4 dari tujuh bersaudara yang keseluruhan saudaranya
perempuan kecualli adik bungsunya. pendidikan Muhammad Darwis adalah
memperoleh pengajaran dan pendidikan membaca (mengaji)Al Qur’an. Dari
ayahnya, tidak hanya membaca Al Quran dia juga belajar fiqih dari K.H.M. Soleh
dan belajar nhwu dari K.H. Muhsin.

Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia


setelah NU. Pendidikan telah menjadi “trade-merk” gerakan Muhammadiyah,
besarnya jumlah lembaga pendidikan merupakan bukti konkrit peran penting
Muhammadiyah dalam proses pemberdayaan umat Islam dan pencerdasan bangsa.
Dalam konteks ini Muhammadiyah tidak hanya berhasil mengentaskan bangsa
Indonesia dan umat islam dari kebodohan dan penindasan, tetapi juga
menawarkan suatu model pembaharuan sistem pendidikan “modern” yang telah
terjaga identitas dan kelangsungannya.

Diskusi tentang pendidikan Muhammadiyah sebagai salah satu pembaharuan


pendidikan islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pemikiran para
pendirinya. Salah satu tokoh pendidikan Muhammadiyah yang paling menonjol
adalah K.H. Ahmad Dahlan. Oleh karenanya penulis akan membahas makalah
yang berjudul “Tokoh Pendidikan Islam K.H Ahmad Dahlan”. 

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang kalian ketahui tentang K.H. Ahmad Dahlan ?
1.2.2 Apa yang kalian tahu dari tujuh falsafah hidup K.H. Ahmad
Dahlan?
1.2.3 Apa saja kelompok ayat kajian K.H. Ahamad Dahlan?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengenal tentang K.H. Ahmad Dahla.
1.3.2 Mengetahui tujuh falsafah hidup K.H. Ahmad Dahlan
1.3.3 Mengetahui apa saja ayat kajian K.H. Ahmad Dahlan

2
Bab II Pembahasan

2.1 Mengenal Sosok K.H. Ahmad Dahlan

K.H. Ahmad Dahlan Lahir di Kauman Yogyakarta (1285 H bertepatan


1868 M) – dan wafat pada tanggal 23 Februari 1923 (55 th) dan dimakamkan di
Karangkajen, Yogyakarta. Oleh Pemerintah RI diangkat jadi Pahlawan
Kemerdekaan Indonesia dengan SK. Nomor 657 tahun 1961. K.H.Ahmad Dahlan
bin K.H.Abubakar bin K.H. Muhammad Sulaiman bin Kyai Muthodho bin Kyai
Teyas bin Demang Jurang Kapindo ke-2 bin Demang Jurang Sapisan ke-1 bin
Maulana (Kiageng Gresik yang makamnya di Jati Anom, Klaten, Jawa Tengah)
bin Maulana Fadhlullah (Sunan Prapen bin Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri) bin
Maulana Ishak dan seterusnya hingga Saidina Husin, cucu Rasulullah SAW.
Namannya semasa kecil adalah Muhammad Darwisy. Ayahnya K.H.Abu Bakar
bin K.H.M.Sulaiman, menjabat sebagai khatib Masjid Agung Yogyakarta
(Kesultanan) sedangkan ibunya Nyai Abu bakar adalah puteri KH.Ibrahim bin
K.H Hasan juga menjabat sebagai Kepengulon Kesultanan Ngayogyakarto.
Ibunya Ny. Abubakar putri K.H.Ibrahim bin K.H.Hasan.

Muhammad Darwisy memperoleh pendidikan agama pertama kali dari


ayahnya sendiri. Pada saat berusia 8 tahun sudah lancar membaca Al-Qur’an dan
khatam 30 juz. Darwisy dikenal sebagai anak yang ulet pandai memanfaatkan
sesuatu, wasis atau pandaicerdik-cerdas. Beliau rajin dan selalu fokus, sehingga
ngajinya cepat mengalami kemajuan. Suka bertanya hal-hal yang belum
diketahuinya (dregil) karena selalu kreatif dan banyak akal untuk mengatasi
berbagai kendala. (PP Muh, 2014:2) Tanda – tanda kepemimpinan sudah tampak
sejak dini atau sejak masih kanak-kanak. Teman-temannya selalu lulut, mengikuti
Darwisy karena sifat kepemimpinanya. Darwisy adalah anak yang rajin, jujur,
serta suka menolong, oleh karena itu, banyak temannya. Keterampilannya
merupakan bakat dari kecil , pandai membuat barang – barang , mainan, dan suka
main layang-layang serta gangsing.

Menginjak masa remaja Darwis mulai belajar fiqih dengan K.H .M. Saleh
dan belajar ilmu nahwu kepada Kyai Haji Muchsin, Kedua gurunya adalah

3
kebetulan kakak iparnya. Beliau belajar ilmu falak kepada K.Raden Haji Dahlan
(putera Kyai Pesantren Termas Pacitan), belajar ilmu Hadist kepada Kyai
Mahfudz dan Syaikh Khayyat, belajar ilmu Qiraah Al-Qur’an kepada Syaikh
Amien dan Sayyid Bakri Syatha. Beliau juga belajar ilmu tentang bisa racun
binatang buas kepada Syaikh Hasan. Beberapa gurunya yang lain yakni R.
Ngabehi Sastrosugondo, R. Wedana Dwijosewoyo dan Syaikh Muhammad Jamil
Jambek dari Bukittinggi. Muhammaad Darwisy menikah dengan Siti Walidah
binti Kyai Penghulu Haji Fadhil pada tahun 1889.Siti Walidah ini masih terhitung
saudara sepupu . Perkawinan ini kelak dikaruniai enam orang anak antara lain
Djohanah (1890), Siraj Dahlan (1897), Siti Busyro (1903), Siti Aisyah (1905),
Irfan Dahlan (1905), Siti Zuharoh (1908).Beberapa bulan setelah menikah, beliau
berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji sambil berniat
mempermudah ilmu agama Islam disana dan akhirnya tinggal disana selama 5
tahun dan selama itu beliau banyak membaca tulisan-tulisan dari Jamaludin
AlAfghani, Muhammad Abduh, dan Rashid Ridha. Kemudian setelah itu ,
beliaupun mendapat sertifikat untuk berganti nama , dari Sayyid Bakri Syatha
seorang syaikh/ guru di Mekkah, dia mendapat nama baru Haji.Ahmad Dahlan.
Lalu setelah itu, kembali ke Indonesia dengan membawa banyak sekali buku buku
tebal. Sekembalinya dari Haji dan belajar agama kepada para syekh di Mekkah,
K.H. A. Dahlan membantu ayahnya mengajar agama.

Kepada murid-murid ayahnya di Masjid Besar Kauman. Beliau mengajar


pada waktu siang, bakda Dhuhur dan sesudah Maghrib sampai Isya’ Bakda Ashar,
ikut mengaji kepada ayahnya yang memberi pelajaran kepada orang-orang tua.
Jika ayahnya sedang berhalangan hadir, yang menggantikan adalah K.H.Ahmad
Dahlan, sebagai sering di panggil dengan panggilan kyai oleh murid-murid, anak-
anak, dan orang tua , sejak saat itu, beliau di kenal sebagai Kyai Haji Ahmad
Dahlan (Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, 2014:3). Pada tahun
1896, Khatib Amien Kyai Haji Abu Bakar , ayah dari K.H.A Dahlan meninggal
dunia sehingga mau tidak mau beliau harus menggantikan tugas ayahnya sebagai
Khatib Amin yang antara lain tugasnya adalah: melaksanakan Khutbah Shalat
Jumat secara bergantian dengan delapan Khatib lainnya, melaksanakan piket di
serambi Masjid dengan enam orang penghulu lainnya sekali dalam seminggu.

4
Tahun1903 KH Ahmad Dahlan mengajak putranya Muhammad Siraj yang
berumur 6 tahun pergi haji ke Mekkah untuk kedua kalinya tinggal selama satu
setengah tahun, belajar ilmu-ilmu agama kepada beberapa orang guru. Beliau
belajar ilmu fiqh kepada Kyai Makhful Termas dan Sa’id Babusyel, belajar ilmu
Hadist kepada Mufti Syafi’i, belajar ilmu falak kepada Kyai Asy’ari Baceyan,
dan berguru kepada Syaikh Ali Mishri Makkah dalam ilmu qiraah. Kyai Dahlan
juga menjalin hubungan dan berkawan dengan orang-orang Indonesia di sana,
yaitu Syaikh Muhammad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten,
Kyai Mas Abdullah dari Surabaya dan Kyai Fakih Maskumambang dari Gresik.

Sepulang dari Mekkah kedua kalinya itu, Kyai Haji Ahmad Dahlan mulai
mendirikan pondok (asrama) untuk murid – murid yang datang dari jauh, yaitu
Pekalongan, Batang, Magelang, Solo dan Semarang. Selain dari daerah – daerah
itu, murid-muridnya juga datang dari yang lebih dekat seperti Bantul, Srandakan,
Brosot, dan Kulonprogo. Sebagaimana umumnya kaum santri Indonesia masa itu,
kitabkitab yang di pelajari Kyai Dahlan adalah kitab – kitab dari Ahlusunnah wal
jamaah dalam ilmu Aqaid, kitab Madzab Syafi’i dalam ilmu fikih dan dari Imam
Gazali dalam ilmu tasawuf. Namun sekembalinya dari Makkah, setelah
persinggungannya dari Makkah, setelah persinggungannya dengan beberapa tokoh
pembaharuan dia mulai membaca kitab-kitab yang berjiwa penbaharuan itu.
Kitab yang sering di bacanya adalah, Al-Tauhid, karangan Muhammad ‘Abduh,
Tafsir Jus Amma karangan Muhammad Abduh, Kanzul-Ulum; Dairah Al-
Ma’arif, karangan Farid Wajdi , Fi’al – Bid’ah karangan ibn Taimiyyah:
AlTawassul w-a- wasilah, karangan ibn Taimiyah; Al –Islam wan Nashraniyyah,
karangan Muhammad Abduh, Izhar al-haqq, karangan Rahmah Allah Al-Hindi;
Tafsil al- Nasharatain Tafhsil al- Sa’adatain. ; Matan al-Hikam, karangan ‘Atha
Allah dan Al-Qsha’ id al ‘Aththasiyyah, karangan Abd al-Aththas.

Berdirinya Organisasi Muhammadiyah 18 Nopember 1912 M / 8 Dzulhijah


1330 H Awalnya dapat perlawanan dari keluarga atau masyarakat sekitar,
berbagai fitnah, tuduhan, hasutan, bertubi-tubi. Hasutannya antara lain :

1. Mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam


2. Kyai Palsu karena meniru orang Belanda yang Kristen

5
3. Harus di bunuh karena kafir

Gagasan – gagasan atau ide – ide yang disebarkan dengan mengadakan


tabligh ke berbagai kota sambil berdagang batik. Organisasi Muhammadiyah di
dirikan dengan tujuan menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW
kepada penduduk bumi putera dan memajukan hal agama Islam kepada anggota –
anggotannya.

Untuk mencapai tujuan tersebut selalu di adakan rapat-rapat dan tabligh


yang dibicarakan adalah masalah- masalah Islam. Organisasi perlu mendirikan
Badan Wakaf dan masjid – masjid serta menerbitkan buku - buku, brosur – brosur
, surat - surat kabar dan majalah - majalah. Untuk pertama kali K.H.Ahmad
Dahlan berfikir untuk mendirikan semacam Kweekschool yang telah di
modifikasi pelajaran agama dan pelajaran umum sekolahnya di beri nama
Madrasah Ibtidaiyah Diniyyah Islamiyah. Waktu itu anak-anak Kauman masih
asing dengan cara belajar model sekolah. Sekolah sederhana seperti itu,
menempati ruang tamunya dengan ukuran enam kali dua setengah meter, berisi
tujuh meja dan 3 dingklik (kursi panjang) serta papan tulis. Muridnya ada
sembilan anak. Dalam kurun waktu setengah tahun (enam bulan), muridnya sudah
meningkat mencapai dua puluh anak.

Pada bulan ketujuh, sekolah itu mendapat bantuan guru dari Organisasi Budi
Utomo. Setelah berbagai pengalaman dan berhubungan dengan berbagai kalangan
di luar kaum santri Kauman, akhirnya pada tanggal 18 Nopember 1912 M,
bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 H di Yogyakarta, berdirilah Organisasi
Muhammadiyah. Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebar luaskan oleh
K.H. Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, melalui relasi-
relasi dagang di berbagai kota, gagasan itu kemudian mendapat sambutan yang
besar dari berbagai daerah yang berdatangan menyatakan dukungan terhadap
Muhammadiyah. Maka makin lama, makin berkembang dan menyebar ke seluruh
Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921, K.H. Ahmad. Dahlan
mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan
cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonannya di

6
kabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.
Muncullah bagian-bagian dari Muhammadiyah antara lain:

1. Penolong Kesengsaraan Umat (PKU)

Didirikan pada tahun 1918 oleh beberapa orang pemimpin Muhammadiyah


untuk meringankan korban yang jatuh di sebabkan meletusnya gunung Kelud.
PKU sebagai organisasi yang berdiri sendiri melanjutkan usaha-usaha untuk
membantu orang-orang miskin dan yatim piatu pada tahun 1921. Awalnya
bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) dengan maksud menyediakan
pelayanan kesehatan bagi kaum dhuafa’. Pendirian pertama atas inisiatif H.M.
Sudjak yang didukung sepenuhnya oleh K.H. Ahmad Dahlan. Seiring dengan
waktu, nama PKO berubah menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan Umat).

2. Organisasi Wanita Muhammadiyah Aisyiyah

Adalah organisasi yang berdiri sendiri pada tahun 1918. Yang di beri nama
Sopotrisno yang bergerak di bidang sosial. Organisasi ini menekankan sekali
pentingnya kedudukan wanita sebagai ibu. Ia berpendapat bahwa pendidikan
pertama yang di terima seorang anak itu adalah di rumah. Wanita yaitu ibu-ibu
mempunyai tanggung jawab yang sangat besar untuk kemajuan masyarakat
melalui asuhan dan didikan anak-anaknya sendiri. Seorang anak perempuan
mudah saja dikirim ke sekolah untuk latihan dan menerima pelajaran di samping
latihan dan pelajaran yang di peroleh di rumah. Tetapi wanita yang telah dewasa

7
apalagi pada masa pemulaan berdiriya Aisyiyah itu hanya mungkin dilatih dengan
kerelaan dan kemauan dari saudara-saudara nya wanita sesama Muslim untuk
kehidupan mereka sebagai ibu. Demikianlah dirasakan perlu organisasi ini untuk
didirikan. Dalam tahun-tahun kemudian, Aisyiyah memberikan perhatian kepada
anak-anak perempuan Remaja untuk itu perlu ada wadah kegiatan, untuk itu di
bangun pula suatu bagian khusus bernama Nasyiatul Aisyiyah. Kegiatan
Muhammadiyah tidaklah tumbuh semata-mata dari hasil pemikiran pimpinannya
saja. Pengaruh – pengaruh luar dari kegiatan missionaris Kristen yang telah
memasuki jantung Pulau Jawa semenjak abad yang lalu, bukan saja dianggap
sebagai suatu tantangan, tetapi juga merupakan suatu contoh bagi pemimpin –
pemimpin Muslim tersebut setidaknya cara – cara yang di pergunakan dalam
kegiatan yang dilakukan oleh para missionaris Kristen banyak sedikitnya di
jadikan sebagai contoh.

3. Hizbul Wathan

Bermula dari perjalanan dakwah yangdilakukan Kiai Ahmad Dahlan ke


Surakarta pada tahun 1920, berdirinya Hizbut Wathan merupakan inovasi terbuka
dan kreatif untuk membina anak- anak muda dalam keagamaan dan pendidikan
mereka. Ketika melewati alun-alun Mangkunegaran, Kiai Dahlan melihat anak-
anak muda berseragam ( para anggota Javaannsche Padvinder Organisatie ),
berbaris rapi, dan metakukan berbagai kegiatan yang menarik. Mereka kelihatan
tegap dan disiplin. Sekembalinya di Yogyakarta, Kiai Dahlan memangit beberapa
guru Muhammadiyah untuk membahas metodologi baru dalam pembinaan anak-
anak muda Muhammadiyah, baik di sekolah-sekolahmaupun di masyarakat

8
umum. Kiai Dahlan mengungkapkan bahwa alangkah baiknya kalau
Muhammadiyah mendirikan padvinder untuk mendidik anak-anak mudanya agar
memiliki badan yang sehat serta jiwa yang luhur untuk mengabdi kepada Allah.
Metode padvinder diambil sebagai metode pendidikan anak muda
Muhammadiyah di luar sekolah. Hal ini sangat bermanfaat bagi metode
pendidikan dan dakwah yang dilakukan Muhammadiyah, yang semuanya
merupakan tindakan strategis yang sangat erat dengan masa depan Islam,
pembaharuan masyarakat dan bangsa, serta kecepatan penyebaran gagasan-
gagasan pembaharuan dan da'wah Islam.

  Gagasan Kiai A. Dahlan tersebut kemudian dikembangkan lagi, setelah


diadakan pembahasan oleh beberapa orang yang dipelopori oleh Soemodirdjo,
dengan mendirikan Padvinder Muhammadiyah yang terbentuk pada tahun 1921
(Almanak Muhammadiyah, 1924: 49, lihat juga Almanak 1357 H: 226-227) yang
diberi nama nama Hizbut Wathan. Namun ada pendapat lain yang mengemukakan
bahwa Hizbut Wathan berdiri pada tahun 1919. Aktivitas-aktivitas kepanduan di
lingkungan Muhammadiyah segera dimulai. Syarbini, seorang bekas anggota
militer Belanda dan bekas order office, mengadakan latihan berbaris dan
berolahraga setiap hari Ahad sore di halaman Sekolah Muhammadiyah Suronatan.
Kian hari kian bertambah pengikutnya, tidak lagi terbatas pada guru saja, juga
banyak para pemuda Kauman yang ikut berlatih. Yang sangat menarik perhatian
masyarakat ialah adanya barisan Padvinder Muhammadiyah yang tegap, disiplin,
dan rapi, yang merupakan hal yang sangat menarik bagi masyarakat saat itu.

  Semboyan Hizbut Wathan pada waktu itu ialah setia kepada util amri;
sungguh berhajat akan menjadi orang utama; tahu akan sopan santun dan tidak
akan membesarkan diri; boleh dipercaya; bermuka manis; hemat dan cermat;
penyayang; suka pada sekalian kerukunan; tangkas, pemberani, tahan, serta
terpercaya; kuat pikiran menerjang segata kebenaran; ringan menolong dan rajin
akan kewajiban; menetapi akan undang-undang Hizbul Wathan (Almanak
Muham-madiyah, 1924: 50). Dari semboyan (kewajiban) Hizbut Wathan ini dapat
diketahui semangat, cita-cita dan karakter yangakan  itanamkan pada setiap
anggota pandu Hizbut Wathan. Semboyan itu kemudian menjadi Undang- Undang
Hizbul Wathan, dan selalu diucapkan pada setiap latihan dan upacara, sehingga

9
meresap dalam  kesadaran setiap anggota Hizbut Wathan, yang pada akhirnya
akan membentuk karakter dan  kepribadian setiap anggota pandu Hizbut Wathan.

4. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Kelahiran IMM tidak lepas kaitannya dengan sejarah perjalanan


Muhammadiyah,   dan juga bisa  dianggap sejalan dengan faktor kelahiran
Muhammadiyah itu sendiri. Hal ini berarti bahwa setiap hal yang dilakukan
Muhammadiyah merupakan perwujudan dari keinginan Muhammadiyah
untuk  memenuhi cita-cita sesuai dengan kehendak Muhammadiyah dilahirkan.
 Di samping itu, kelahiran IMM juga merupakan respond atas persoalan-
persoalan keummatan dalam sejarah bangsa ini pada awal kelahiran IMM,
sehingga kehadiran IMM sebenarnya merupakan sebuah keharusan sejarah.
Faktor-faktor problematis dalam persoalan keummatan itu antara lainialah sebagai
berikut (Farid Fathoni, 1990: 102):

1. Situasi kehidupan bangsa yang tidak stabil, pemerintahan yang otoriter dan
serba tunggal,   serta adanya ancaman komunisme di Indonesia.
2. Terpecah-belahnya umat Islam datam bentuk  saling curiga dan fitnah, serta
kehidupan politikummat Islam yang semakin buruk.
3. Terbingkai-bingkainya kehidupan kampus (mahasiswa) yang berorientasi pada
kepentingan politik praktis
4. Melemahnya kehidupan beragama dalam bentuk merosotnya akhlak, dan
semakin tumbuhnya materialisme-individualisme

10
5. Sedikitnya pembinaan dan pendidikan agama  dalam kampus, serta masih
kuatnya suasana kehidupan kampus yang sekuler
6. Masih membekasnya ketertindasan imperialisme penjajahan dalam bentuk
keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan
7. Masih banyaknya praktek-praktek kehidupan yang serba bid'ah, khurafat,
bahkan kesyi rikan, serta semakin meningkatnya misionaris- Kristenisasi
8. Kehidupan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin memburuk
Dengan latar belakang tersebut, sesungguhnya semangat untuk mewadahi
dan membina   mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah telah  dimulai sejak
lama. Semangat tersebut sebenarnya  telah tumbuh dengan adanya keinginan
untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah pada Kongres Seperempat
Abad Muhammadiyah di Betawi  Jakarta pada tahun 1936. Pada saat itu,
Pimpinan  Pusat Muhammadiyah diketuai oleh KH. Hisyam (periode 1934-1937).
Keinginan tersebut sangat logis dan realistis, karena keluarga
besar  Muhammadiyah semakin banyak dengan putera-puterinya yang sedang
dalam penyelesaian pendidikan menengahnya. Di samping itu,Muhammadiyah
juga sudah banyak memiliki amal usaba pendidikan tingkat menengah.
  Gagasan pembinaan kader di lingkungan  mahasiswa datam bentuk
penghimpunan dan pembinaan langsung adatah selaras dengan kehendak  pendiri
Muhammadiyah, KHA. Dahlan, yang berpesan  babwa "dari kallan nanti akan ada
yang jadi dokter, meester, insinyur, tetapi kembalilah kepada   Muhammadiyah"
(Suara Muhammadiyah, nomor 6  tahun ke-68, Maret || 1988, halaman 19).
Dengan   demikian, sejak awal Muhammadiyah sudah  memikirkan bahwa kader-
kader muda yang profesional harus memiliki dasar keislaman yang tangguh
dengan kembali ke Muhammadiyah.
  Namun demikian, gagasan untuk menghimpun dan membina mahasiswa
di lingkungan  Muhammadiyah cenderung terabaikan, tantaran  Muhammadiyah
sendiri belum memiliki perguruan   tinggi. Belum mendesaknya pembentukan
wadah kader di lingkungan mahasiswa Muhammadiyah  saat itu juga karena saat
itu jumlah mahasiswa yang ada di lingkungan Muhammadiyah betum terialu
banyak. Dengan demikian, pembinaan kadermahasiswa Muhammadiyah

11
dilakukan melalui wadah Pemuda Muhammadiyah (1932) untuk mahasiswa
putera dan metalui Nasyiatul Aisyiyah  (1931) untuk mahasiswa puteri.
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-31 pada  tahun 1950 di Yogyakarta,
dihembuskan kembali keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi
Muhammadiyah. Namun karena berbagai macam hat, keinginan tersebut belum
bisa diwujudkan,sehingga gagasan untuk dapat secara langsung membina dan
menghimpun para mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah tidak berhasil
Dengan demikian, keinginan untuk membentuk wadah bagi mahasiswa
Muhammadiyah juga masih jauh dari kenyataan.
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-33 tahun 1956 di Palembang, gagasan
pendirian perguruan tinggi Muhammadiyah baru bisa direalisasikan. Namun
gagasan untuk mewadahi mahasiswa Muhammadiyah dalam satu himpunan
belum bias diwujudkan. Untuk mewadahi pembinaan terhadap mahasiswa dari
kalangan Muhammadiyah, maka Muhammadiyah membentuk Badan Pendidikan
Kader (BPK) yang dalam menjalankan aktivitasnya bekerja sama dengan Pemuda
Muhammadiyah.
Gagasan untuk mewadahi mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah
dalam satu himpunan setidaknya telah menjadi polemik di lingkungan
Muhammadiyah sejak lama. Perdebatan seputar kelahiran Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah  berlangsung cukup sengit, baik di kalangan Muhammadiyah
sendiri maupun di kalangan gerakan mahasiswa yang lain. Setidaknya, kelahiran
IMM sebagai wadah bagi mahasiswa Muhammadiyah mendapatkan resistensi,
baik dari kalangan Muhammadiyah sendiri maupun dari kalangan gerakan
mahasiswa yang lain, terutama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di kalangan
Muhammadiyah sendiri pada awal munculnya gagasan pendirian IMM terdapat
anggapan bahwa IMM betum dibutuhkan kehadirannya dalam Muhammadiyah,
karena Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atul Aisyiyah masih dianggap cukup
mampu untuk mewadahi mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah.
Di samping itu, resistensi terhadap ide kelahiran IMM pada awalnya juga
disebabkan adanya hubungan dekat yang tidak kentara antara Muhammadiyah
dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Hubungan dekat itu dapat ditihat
ketika Lafran Pane mau menjajagi pendirian HMI. Dia bertukar pikiran dengan

12
Prof. Abdul Kahar Mudzakir (tokob Muhammadiyah), dan beliau setuju. Pendiri
HMI yang lain ialah Maisarah Hilal (cucu KHA. Dahlan) yang juga seorang
aktifis di Nasyi'atul Aisyiyah.
Bila asumsi itu benar adanya, maka hubungan dekat itu selanjutnya sangat
mempengaruhi perjalanan IMM, karena dengan demikian Muhammadiyah saat itu
beranggapan bahwa pembinaan dan pengkaderan  mahasiswa Muhammadiyah
bisa dititipkan metalui HMI (Farid Fathoni, 1990: 94). Pengaruh hubungan dekat
tersebut sangat besar bagi kelahiran IMM. Hal ini bisa dilihat dari perdebatan
tentang kelahiran IMM. Pimpinan Muhammadiyah di tingkat lokal seringkali
menganggap bahwa kelahiran IMM saat itu tidak diperlukan, karena sudah
terwadahi dalam Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atulAisyiyah, serta HMI
yang sudah cukup eksis (dan mempunyai pandangan ideologis yang sama).
Pimpinan Muhammadiyah pada saat itu lebih menganak- emaskan HMI daripada
IMM. Hal ini terlihat jelas dengan banyaknya pimpinan Muhammadiyah, baik
secara pribadi maupun kelembagaan, yang memberikan dukungan pada aktivitas
HMI. Di kalangan Pemuda Muhammadiyah juga terjadi perdebatan yang cukup
sengit seputar kelahiran IMM. Perdebatan seputar kelahiran IMM tersebut cukup
beralasan, karena sebagian pimpinan (baik di Muhammadiyah, Pemuda
Muhammadiyah, Nasyi'atul Aisyiyah, serta amal-amal usaha Muhammadiyah)
adalah kader-kader yang dibesarkan di HMI.
 Setelah mengalami polemik yang cukup serius tentang gagasan untuk
mendirikan IMM, maka pada tahun 1956 polemik tersebut mulai mengalami
pengendapan. Tahun 1956 bisa disebut sebagai tahap awal bagi embrio
operasional pendirian IMM dalam bentuk pemenuhan gagasan penghimpun
wadah mahasiswa di lingkungan Muhammadiyah (Farid Fathoni, 1990: 98).
Pertama, pada tahun itu (1956) Muhammadiyah secara formal membentuk kader
terlembaga (yaitu BPK). Kedua, Muhammadiyah pada tahun itu telah bertekad
untuk kembali pada identitasnya sebagai gerakan Islam dakwah amar ma'ruf nahi
munkar (tiga tahun sesudahnya, 1959, dikukuhkan dengan melepaskan diri dari
komitmen politik dengan Masyumi, yang berarti bahwa Muhammadiyah tidak
harus mengakui bahwa satu-satunya organisasi mahasiswa Islam di Indonesia
adalah HMI). Ketiga, perguruan tinggi Muhammadiyah telah banyak didirikan.

13
Keempat, keputusan Muktamar Muhammadiyah bersamaan Pemuda
Muhammadiyah tahun 1956 di Palembang tentang "....menghimpun pelajar dan
mahasiswa Muhammadiyah agar kelak menjadi pemuda Muhammadiyah atau
warga Muhammadiyah yang mampu mengembangkan amanah."
 Baru pada tahun 1961 (menjelang Muktamar Muhammadiyah Setengah
Abad di Jakarta) iselenggarakan Kongres Mahasiswa Universitas Muhammadiyah
di Yogyakarta (saat itu, Muhammadiyah sudah mempunyai perguruan tinggi
Muhammadiyah sebelas buah yang tersebar di berbagai kota). Pada saat itulah,
gagasan untuk mendirikan IMM digulirkan sekuat-kuatnya. Keinginan tersebut
ternyata tidak hanya dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah, tetapi juga dari
kalangan mahasiswa di berbagai universitas non-Muhammadiyah. Keinginan kuat
tersebut tercermin dari tindakan para tokoh Pemuda Muhammadiyah untuk
melepaskan Departemen Kemahasiswaan di lingkungan Pemuda Muhammadiyah
untuk berdiri sendiri. Oleh karena itu, lahirlah Lembaga Dakwah Muhammadiyah
yang dikoordinasikan oleh Margono (UGM, Ir.), Sudibyo Markus (UGM, dr.),
Rosyad Saleh (IAIN, Drs.), sedangkan ide pembentukannya dari Djazman al-
Kindi (UGM, Drs.).
   Tahun 1963 dilakukan penjajagan untuk mendirikan wadah mahasiswa
Muhammadiyah secara resmi oleh Lembaga Dakwah Muhammadiyah dengan
disponsori oleh Djasman al-Kindi yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris
Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Dengan demikian, Lembaga Dakwah
Muhammadiyah (yang banyak dimotori oleh para mahasiswa Yogyakarta) inilah
yang menjadi embrio lahirnya IMM dengan terbentuknya IMM Lokal
Yogyakarta.

Tidak hanya organisasi organisasi diatas, muhammadiyah juga memiliki


banyak organisasi yang tidak bisa kami bahas satu persatu di antaranya Ikatan
Pelajar Muhammadiyah, Tapak Suci, Pemuda Muhammadiyah, dan Nasyiatul
'Aisyiah. berikut tugas / fungsi pelajar Muhammadiyah:

1. Sebagai Pelopor, pelajar Muhammadiyah memiliki tugas merintis jalan baru,


sehingga roda gerakan Muhammadiyah tetap dinamis untuk mencapai cita -
cita Muhammadiyah.

14
2. Sebagai pelangsung, pelajar Muhammadiyah mengemban tugas melengkapi
dan melaksanakan amal usaha yang telah dicapai.
3. Sebagai penyempurna, pelajar Muhammadiyah mempunyai tugas melengkapi
sekaligus mengembangkan gerakan dakwah Muhammadiyah.

2.2 Tujuh falsafah hidup K.H. Ahmad Dahlan

KRH Hadjid, murid termuda KH .Ahmad Dahlan, menulis 7 falsafah


ajaran dan 17 kelompok ayat Al-Qur ’ an yang menjadi pokok wejangan dan
pelajaran dari pendiri Persyarikatan Muhammadiyah. Beliau berkeyakinan bahwa
berbagai kesulitan yang timbul dalam masyarakat dapat diatasi dengan ketujuh
falsafah tersebut sebagaimana ketujuh belas kelompok ayat Al-Qur’an dapat
dijadikan sebagai pegangan pokok oleh para pewaris Muhammadiyah yang tidak
sedikit diantara mereka telah meninggalkan jiwa/ruhiyah Muhammadiyah itu
sendiri.

Tujuh falsafah ajaran yang dimaksud ialah; 

1. Kita manusia ini, hidup di dunia hanya sekali : sesudah mati, akan mendapat
kebahagiaankah atau kesengsaraan?; 
2. Kebanyakan diantara manusia berwatak angkuh dan takabbur, mereka
mengambil keputusan sendiri-sendiri; 
3. Manusia itu kalau mengerjakan pekerjaan apapun, sekali, dua kali, berulang-
ulang, maka kemudian jadi biasa. Kalau sudah menjadi kesenangan yang
dicintai, maka kebiasaan yang dicintaiitu sukar untuk diubah. Sudahmenjadi
tabiat, bahwa kebanyakan manusia membela adat kebiasaan yang telah
diterima, baik itu dari sudut keyakinan atau i’tikad, perasaan kehendak maupun

15
amal perbuatan. Kalau ada yang akan merubah, mereka akan sanggup membela
dengan mengorbankan jiwa raga. Demikian itu karena anggapannya bahwa apa
yang dimiliki adalah benar; 
4. Manusia perlu digolongkan menjadi satu dalam kebenaran, harus bersama-
sama menggunakan akal fikirannya untuk memikirkan,bagaimana sebenarnya
hakekat dan tujuan manusia hidup di dunia. Apakah perlunya? Hidup di dunia
harus mengerjakan apa? Danmencari apa? Dan apa yang dituju?. Manusia
harus mempergunakan pikirannya untuk mengoreksi soal i’tikad dan
kepercayaannya, tujuan hidup dan tingkah lakunya, mencari kebenaran sejati.
Karena kalau hidup di dunia hanya sekali ini sampai sesat,akibatnya akan
celaka dan sengsara selama-lamanya.”Adakah engkau menyangka bahwasanya
kebanyakan manusia suka mendengarkan atau memikir-mikir mencari ilmu
yang benar.” Al-Furqan : 44;
5. Setelah manusia mendengarkan pelajaran-pelajaran fatwa yang bermacam-
macam, membaca beberapa tumpuk buku…Sekarang, kebiasaan manusia tidak
berani memegang teguh pendirian dan perbuatan yang benar karena khawatir
kalau menetapi kebenaran, akan terpisah dari apa-apa yang sudah menjadi
kesenangannya, khawatir akan terpisah dengan teman-temannya. Pendek kata,
banyak kekhawatiran itu yang akhirnya tidak berani mengerjakan barang yang
benar, kemudian hidupnya seperti makhluq yang tak berakal, hidup asal hidup,
tidak menempati kebenaran;
6. Kebanyakan pemimpin-pemimpin rakyat, belum berani mengorbankan harta
benda dan jiwanya untuk berusaha tergolongnya umat manusia dalam
kebenaran. Malah pemimpin-pemimpin itu biasanya hanya mempermainkan,
memperalat manusia yang bodoh-bodoh dan lemah
7. Pelajaran terbagi atas dua bagaian: belajar ilmu, pengetahuan atau teori dan
belajar amal, mengerjakan atau mempraktekkan. Semua pelajaran harus dengan
cara sedikit demi sedikit, setingkat demi setingkat

16
2.3 Kelompok ayat kajian K.H Ahmad Dahlan

Adapun 17 kelompok ayat Al-Qur’an yang menjadi pokok wejangan dan


pelajaran dari pendiri Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai berikut:

[1] Membersihkan diri sendiri, Al-Jâtsiyah ayat 23:

P‫ى‬ َ ‫ َأ‬P‫ َو‬Pُ‫ه‬P‫ ا‬P‫و‬Pَ Pَ‫ ه‬Pُ‫ ه‬Pَ‫ ه‬Pَ‫ل‬Pٰ ‫ ِإ‬P‫ َذ‬P‫َّ َخ‬P‫ت‬P‫ ا‬P‫ ِن‬P‫ َم‬P‫ت‬
Pٰ Pَ‫ ل‬P‫ َع‬P‫ل‬Pَ P‫ َع‬P‫ج‬Pَ P‫ َو‬P‫ ِه‬Pِ‫ ب‬P‫ ْل‬Pَ‫ ق‬P‫ َو‬P‫ ِه‬P‫ع‬Pِ P‫م‬Pْ P‫ َس‬P‫ى‬Pٰ Pَ‫ ل‬P‫ َع‬P‫ َم‬Pَ‫ ت‬P‫خ‬Pَ P‫ َو‬P‫م‬Pٍ P‫ ْل‬P‫ع‬Pِ P‫ى‬Pٰ Pَ‫ ل‬P‫ َع‬Pُ ‫ هَّللا‬Pُ‫َّ ه‬P‫ ل‬P‫ض‬ Pَ P‫ َأ ْي‬P‫ َر‬Pَ‫َأ ف‬
P‫ َن‬P‫ و‬P‫َّ ُر‬P‫ ك‬P‫ َذ‬Pَ‫ اَل ت‬Pَ‫ َأ ف‬Pۚ Pِ ‫ هَّللا‬P‫ ِد‬P‫ع‬Pْ Pَ‫ ب‬P‫ن‬Pْ P‫ ِم‬P‫ ِه‬P‫ ي‬P‫ ِد‬P‫ ْه‬Pَ‫ ي‬P‫ن‬Pْ P‫ َم‬Pَ‫ ف‬Pً‫ ة‬P‫ َو‬P‫ ا‬P‫ َش‬P‫غ‬Pِ P‫ ِه‬P‫ ِر‬P‫ص‬ Pَ Pَ‫ب‬

Terjemah: Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah
telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran (QS: Al-
Jâtsiyah ayat 23)

[2] Menggempur hawa nafsu mencintai harta benda, al-Fajr ayat 17-23:

P‫ َم‬P‫ ي‬Pِ‫ ت‬Pَ‫ ي‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ن‬Pَ P‫ و‬P‫ ُم‬P‫ ِر‬P‫ ْك‬Pُ‫ اَل ت‬P‫ل‬Pْ Pَ‫ ب‬Pۖ ‫ اَّل‬P‫َك‬

Terjemah: Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak


yatim (QS:Al-Fajr ayat 17).

P‫ ِن‬P‫ ي‬P‫ ِك‬P‫ ْس‬P‫ ِم‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫م‬Pِ P‫ ا‬P‫ َع‬P‫ط‬


َ P‫ى‬Pٰ Pَ‫ ل‬P‫ َع‬P‫ن‬Pَ P‫ و‬PُّP‫ض‬P‫ ا‬P‫ح‬Pَ Pَ‫ اَل ت‬P‫و‬Pَ

Terjemah: dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin(QS:Al-
Fajr ayat 18).

Pَ P‫ ا‬P‫ر‬Pَ Pُّ‫ت‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫ن‬Pَ P‫ و‬Pُ‫ ل‬P‫ ْأ ُك‬Pَ‫ ت‬P‫و‬Pَ


P‫ ا‬P‫ ًّم‬Pَ‫ اًل ل‬P‫ َأ ْك‬P‫ث‬

Terjemah: dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan
(yang halal dan yang bathil)(QS:Al-Fajr ayat 19).

P‫ ا‬P‫ ًّم‬P‫ َج‬P‫ ا‬Pًّ‫ ب‬P‫ ُح‬P‫ َل‬P‫ ا‬P‫ َم‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ن‬Pَ P‫ و‬PُّP‫ ب‬P‫ح‬Pِ Pُ‫ ت‬P‫و‬Pَ

17
Terjemah: dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang
berlebihan(QS:Al-Fajr ayat 20).

[3] Orang yang mendustakan agama, al-Mâ ’ ûn ayat 1-7:

Pَ P‫ َأ ْي‬P‫َأ َر‬
Pُ P‫ ِّذ‬P‫ َك‬Pُ‫ ي‬P‫ ي‬P‫َّ ِذ‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫ت‬
P‫ ِن‬P‫ ي‬PِّP‫د‬P‫ل‬P‫ ا‬Pِ‫ ب‬P‫ب‬

Terjemah: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?(QS:Al-Ma’un ayat


1).

َ Pِ‫ ل‬P‫ َذ‬Pٰ Pَ‫ف‬


P‫ َم‬P‫ ي‬Pِ‫ ت‬Pَ‫ ي‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ ُّع‬P‫ ُد‬Pَ‫ ي‬P‫ ي‬P‫َّ ِذ‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫ك‬

Terjemah: Itulah orang yang menghardik anak yatim, ?(QS:Al-Ma’un ayat 2).

P‫ ِن‬P‫ ي‬P‫ ِك‬P‫ ْس‬P‫ ِم‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫م‬Pِ P‫ ا‬P‫ َع‬Pَ‫ ط‬P‫ى‬Pٰ Pَ‫ ل‬P‫ َع‬P‫ض‬
Pُّ P‫ ُح‬Pَ‫ اَل ي‬P‫و‬Pَ

Terjemah: tidak menganjurkan memberi makan orang miskin?(QS:Al-Ma’un ayat


3).

Pَ P‫ ُم‬P‫ ْل‬Pِ‫ ل‬P‫ ٌل‬P‫ ْي‬P‫و‬Pَ Pَ‫ف‬


P‫ َن‬P‫ ي‬Pِّ‫ ل‬P‫ص‬

Terjemah: Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, ?(QS:Al-Ma’un


ayat 4).

P‫ َن‬P‫ و‬Pُ‫ه‬P‫ ا‬P‫ َس‬P‫ ْم‬P‫ ِه‬Pِ‫ اَل ت‬P‫ص‬


َ P‫ن‬Pْ P‫ َع‬P‫ ْم‬Pُ‫ ه‬P‫ن‬Pَ P‫ ي‬P‫َّ ِذ‬P‫ل‬P‫ا‬

Terjemah: (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, ?(QS:Al-Ma’un ayat 5).

P‫ َن‬P‫ و‬P‫ ُء‬P‫ ا‬P‫ َر‬Pُ‫ ي‬P‫ ْم‬Pُ‫ ه‬P‫ن‬Pَ P‫ ي‬P‫َّ ِذ‬P‫ل‬P‫ا‬

Terjemah: orang-orang yang berbuat riya, ?(QS:Al-Ma’un ayat 6).

P‫ َن‬P‫ و‬P‫ ُع‬P‫ ا‬P‫ َم‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ن‬Pَ P‫ و‬P‫ ُع‬Pَ‫ ن‬P‫ ْم‬Pَ‫ ي‬P‫و‬Pَ

Terjemah: dan enggan (menolong dengan) barang berguna?(QS:Al-Ma’un ayat 7).

[4] Apakah artinya agama itu, al-Rûm ayat 30:

َ PPِ‫ ل‬P‫ َذ‬Pٰ Pۚ Pِ ‫ هَّللا‬P‫ق‬


P‫ك‬ ِ P‫ ْل‬P‫ َخ‬Pِ‫ ل‬P‫ َل‬P‫ ي‬P‫ ِد‬P‫ ْب‬Pَ‫ اَل ت‬Pۚ P‫ ا‬Pَ‫ ه‬P‫ ْي‬Pَ‫ ل‬P‫ َع‬P‫س‬ َ Pَ‫ ف‬P‫ ي‬Pِ‫َّ ت‬P‫ل‬P‫ ا‬Pِ ‫ هَّللا‬P‫ت‬
Pَ P‫َّ ا‬P‫ن‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫ َر‬P‫ط‬ ْ Pِ‫ ف‬Pۚ P‫ ا‬Pً‫ف‬P‫ ي‬Pِ‫ ن‬P‫ َح‬P‫ ِن‬P‫ ي‬PِّP‫د‬P‫ ل‬Pِ‫ ل‬P‫ك‬
Pَ P‫ر‬Pَ P‫ط‬ َ Pَ‫ ه‬P‫ج‬Pْ P‫و‬Pَ P‫ ْم‬Pِ‫ َأ ق‬Pَ‫ف‬
P‫ َن‬P‫ و‬P‫ ُم‬Pَ‫ ل‬P‫ ْع‬Pَ‫ اَل ي‬P‫س‬ ِ P‫َّ ا‬P‫ن‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫ َر‬Pَ‫ ث‬P‫ َأ ْك‬P‫ن‬َّ P‫ ِك‬Pَ‫ل‬PٰP‫ َو‬P‫ ُم‬PِّP‫ ي‬Pَ‫ ق‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ن‬Pُ P‫ ي‬PِّP‫د‬P‫ل‬P‫ا‬

18
Terjemah: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS: Al-Rûm ayat 30).

[5] Islam dan sosialisme, al-Tawbah ayat 34-35:

P‫ ِل‬P‫ ِط‬P‫ ا‬Pَ‫ ب‬P‫ ْل‬P‫ ا‬Pِ‫ ب‬P‫س‬ ‫ْأ‬


ِ P‫َّ ا‬P‫ن‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫ل‬Pَ P‫ ا‬P‫و‬Pَ P‫ َأ ْم‬P‫ن‬Pَ P‫ و‬Pُ‫ ل‬P‫ ُك‬Pَ‫ ي‬Pَ‫ ل‬P‫ن‬Pِ P‫ ا‬Pَ‫ ب‬P‫ ْه‬PُّP‫ر‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫و‬Pَ P‫ ِر‬P‫ ا‬Pَ‫ ب‬P‫ح‬Pْ ‫َأْل‬P‫ ا‬P‫ن‬Pَ P‫ ِم‬P‫ ا‬P‫ ًر‬P‫ ي‬Pِ‫ ث‬P‫ن َك‬ َّP ‫ ِإ‬P‫ا‬P‫ و‬Pُ‫ ن‬P‫ َم‬P‫ آ‬P‫ن‬Pَ P‫ ي‬P‫َّ ِذ‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫ ا‬Pَ‫ ه‬PُّP‫ َأ ي‬P‫ ا‬Pَ‫ ي‬P۞
Pِ ‫ هَّللا‬P‫ ِل‬P‫ ي‬Pِ‫ ب‬P P‫ َس‬P‫ ي‬Pِ‫ ف‬P‫ ا‬PPَ‫ ه‬Pَ‫ن‬P‫ و‬Pُ‫ ق‬Pِ‫ ف‬P‫ ْن‬Pُ‫ اَل ي‬P‫ َو‬Pَ‫ ة‬Pَّ‫ض‬PPِ‫ ف‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫و‬Pَ P‫ب‬ Pَ Pَ‫َّ ه‬P‫ذ‬P ‫ل‬P‫ ا‬P‫ن‬Pَ P‫ و‬P‫ ُز‬PPِ‫ ن‬P‫ ْك‬Pَ‫ ي‬P‫ن‬Pَ P‫ ي‬P‫َّ ِذ‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫ َو‬Pۗ Pِ ‫ هَّللا‬P‫ ِل‬P‫ ي‬Pِ‫ ب‬P‫ َس‬P‫ن‬Pْ P‫ َع‬P‫ن‬Pَ P‫ و‬P‫ ُّد‬P‫ص‬ ُ Pَ‫ ي‬P‫و‬Pَ
P‫ ٍم‬P‫ ي‬Pِ‫ َأ ل‬P‫ب‬
ٍ P‫ ا‬P‫ َذ‬P‫ َع‬Pِ‫ ب‬P‫م‬Pْ Pُ‫ ه‬P‫ر‬Pْ P‫ ِّش‬Pَ‫ ب‬Pَ‫ف‬

Terjemah: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari


orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta
orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan
Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa
mereka akan mendapat) siksa yang pedih,(QS: Al-Tawbah ayat 34).

P‫ ا‬P‫ َم‬P‫ ا‬P‫ َذ‬Pَ‫ ٰه‬Pۖ P‫ ْم‬Pُ‫ ه‬P‫ ُر‬P‫ و‬Pُ‫ ه‬Pُ‫ ظ‬P‫و‬Pَ P‫ ْم‬Pُ‫ ه‬Pُ‫ب‬P‫ و‬Pُ‫ ن‬P‫ ُج‬P‫و‬Pَ P‫ ْم‬Pُ‫ ه‬Pُ‫ه‬P‫ ا‬Pَ‫ ب‬P‫ ِج‬P‫ ا‬Pَ‫ ه‬Pِ‫ ب‬P‫ى‬Pٰ P‫ َو‬P‫ ْك‬Pُ‫ ت‬Pَ‫ ف‬P‫َّ َم‬P‫ ن‬Pَ‫ ه‬P‫ َج‬P‫ ِر‬P‫ ا‬Pَ‫ ن‬P‫ ي‬Pِ‫ ف‬P‫ ا‬Pَ‫ ه‬P‫ ْي‬Pَ‫ ل‬P‫ َع‬P‫ى‬Pٰ P‫ َم‬P‫ح‬Pْ Pُ‫ ي‬P‫ َم‬P‫و‬Pْ Pَ‫ي‬
P‫ َن‬P‫ و‬P‫ ُز‬Pِ‫ ن‬P‫ ْك‬Pَ‫ ت‬P‫ ْم‬Pُ‫ ت‬P‫ ْن‬P‫ ُك‬P‫ ا‬P‫ َم‬P‫ا‬P‫ و‬Pُ‫ق‬P‫ و‬P‫ ُذ‬Pَ‫ ف‬P‫ ْم‬P‫ ُك‬P‫ ِس‬Pُ‫ ف‬P‫ َأِل ْن‬P‫ ْم‬Pُ‫ ت‬P‫ز‬Pْ Pَ‫ ن‬P‫َك‬

Terjemah: pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan)
kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,
maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu".(QS: Al-
Tawbah ayat 35).

[6] Surat al-‘Ashr ayat 1-3:

Pْ P‫ َع‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫و‬Pَ


Pِ‫ ر‬P‫ص‬

Terjemah: Demi masa.(QS: Al-‘Ashr ayat 1).

19
Pٍ‫ ر‬P‫ ْس‬P‫ ُخ‬P‫ ي‬Pِ‫ ف‬Pَ‫ ل‬P‫ن‬Pَ P‫ ا‬P‫ َس‬P‫ِإْل ْن‬P‫ ا‬P‫ن‬
َّ ‫ِإ‬
Terjemah: Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, (QS: Al-‘Ashr
ayat 2).

َ P‫ ا‬P‫ َو‬Pَ‫ ت‬P‫ َو‬PِّP‫ ق‬P‫ح‬Pَ P‫ ْل‬P‫ ا‬Pِ‫ ب‬P‫ ا‬P‫و‬Pْ P‫ص‬
Pِ‫ ر‬P‫ ْب‬Pَّ‫ص‬P‫ل‬P‫ ا‬Pِ‫ ب‬P‫ ا‬P‫و‬Pْ P‫ص‬ ِ P‫ ا‬P‫ح‬Pَ Pِ‫ل‬P‫ ا‬Pَّ‫ص‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫ا‬P‫ و‬Pُ‫ ل‬P‫ ِم‬P‫ َع‬P‫ َو‬P‫ا‬P‫ و‬Pُ‫ ن‬P‫ َم‬P‫ آ‬P‫ن‬Pَ P‫ ي‬P‫َّ ِذ‬P‫ل‬P‫ِإ اَّل ا‬
َ P‫ ا‬P‫ َو‬Pَ‫ ت‬P‫ َو‬P‫ت‬
Terjemah: kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran(QS: Al-‘Ashr ayat 3).

[7] Iman/kepercayaan, al-‘Ankabût ayat 1-3:

P‫م‬P‫ل‬P‫ا‬
Terjemah: Alif laam miim(QS: Al-‘Ankabût ayat 1).

P‫ َن‬P‫ و‬Pُ‫ ن‬Pَ‫ ت‬P‫ ْف‬Pُ‫ اَل ي‬P‫ ْم‬Pُ‫ ه‬P‫ َو‬P‫َّ ا‬P‫ ن‬P‫ َم‬P‫ آ‬P‫ا‬P‫ و‬Pُ‫ل‬P‫ و‬Pُ‫ ق‬Pَ‫ ي‬P‫ن‬Pْ ‫ َأ‬P‫ا‬P‫ و‬P‫ ُك‬P‫ر‬Pَ P‫ ْت‬Pُ‫ ي‬P‫ن‬Pْ ‫ َأ‬P‫س‬ Pَ P‫س‬Pِ P‫َأ َح‬
Pُ P‫َّ ا‬P‫ن‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫ب‬
Terjemah: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (QS:
Al-‘Ankabût ayat 2).

P‫ َن‬P‫ ي‬Pِ‫ ب‬P‫ ِذ‬P‫ ا‬P‫ َك‬P‫ ْل‬P‫َّ ا‬P‫ ن‬P‫ َم‬Pَ‫ ل‬P‫ ْع‬Pَ‫ ي‬Pَ‫ ل‬P‫ َو‬P‫ا‬P‫ و‬Pُ‫ ق‬P‫ َد‬P‫ص‬
َ P‫ن‬Pَ P‫ ي‬P‫َّ ِذ‬P‫ل‬P‫ ا‬Pُ ‫ن هَّللا‬
َّP P‫ َم‬Pَ‫ ل‬P‫ ْع‬Pَ‫ ي‬Pَ‫ ل‬Pَ‫ ف‬Pۖ P‫ ْم‬P‫ ِه‬Pِ‫ ل‬P‫ ْب‬Pَ‫ ق‬P‫ن‬Pْ P‫ ِم‬P‫ن‬Pَ P‫ ي‬P‫َّ ِذ‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫َّ ا‬P‫ ن‬Pَ‫ ت‬Pَ‫ ف‬P‫ ْد‬Pَ‫ ق‬Pَ‫ ل‬P‫و‬Pَ
Terjemah: Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta(QS: Al-‘Ankabût ayat 3).

[8] Amal sholeh, al-Kahf ayat 110 dan al-Zumar ayat 2: 

Pِ‫ ه‬PِّP‫ ب‬P‫ َر‬P‫ َء‬P‫ ا‬Pَ‫ ق‬Pِ‫ ل‬P‫ و‬P‫ ُج‬P‫ر‬Pْ Pَ‫ ي‬P‫ن‬Pَ P‫ ا‬P‫ َك‬P‫ن‬Pْ P‫ َم‬Pَ‫ ف‬Pۖ P‫ ٌد‬P‫ ِح‬P‫ ا‬P‫ َو‬Pٌ‫ ه‬Pَ‫ل‬Pٰ ‫ ِإ‬P‫ ْم‬P‫ ُك‬Pُ‫ ه‬Pَ‫ل‬Pٰ ‫ ِإ‬P‫ ا‬P‫َّ َم‬P‫ َأ ن‬Pَّ‫ ي‬Pَ‫ ِإ ل‬P‫ى‬Pٰ P‫ح‬Pَ P‫ و‬Pُ‫ ي‬P‫ ْم‬P‫ ُك‬Pُ‫ ل‬P‫ ْث‬P‫ ِم‬P‫ ٌر‬P‫ َش‬Pَ‫ ب‬P‫ ا‬Pَ‫ َأ ن‬P‫ ا‬P‫َّ َم‬P‫ ِإ ن‬P‫ل‬Pْ Pُ‫ق‬

P‫ ا‬P‫ ًد‬P‫ َأ َح‬P‫ ِه‬PِّP‫ ب‬P‫ر‬Pَ P‫ ِة‬P‫ َد‬P‫ ا‬Pَ‫ ب‬P‫ ِع‬Pِ‫ ب‬P‫ك‬
Pْ P‫ ِر‬P‫ ْش‬Pُ‫ اَل ي‬P‫و‬Pَ P‫ ا‬P‫ ًح‬Pِ‫ل‬P‫ ا‬P‫ص‬
َ ‫ اًل‬P‫ َم‬P‫ َع‬P‫ل‬Pْ P‫ َم‬P‫ ْع‬Pَ‫ ي‬P‫ ْل‬Pَ‫ف‬
Terjemah: Katakanlah Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang
Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada Tuhannya"(QS: al-Kahf ayat 110).

20
ً Pِ‫ ل‬P‫خ‬Pْ P‫ ُم‬Pَ ‫ هَّللا‬P‫ ِد‬Pُ‫ ب‬P‫ ْع‬P‫ ا‬Pَ‫ ف‬PِّP‫ ق‬P‫ح‬Pَ P‫ ْل‬P‫ ا‬Pِ‫ ب‬P‫ب‬
P‫ َن‬P‫ ي‬PِّP‫د‬P‫ل‬P‫ ا‬Pُ‫ ه‬Pَ‫ ل‬P‫ ا‬P‫ص‬ Pَ P‫ ا‬Pَ‫ ت‬P‫ ِك‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ك‬
َ P‫ ْي‬Pَ‫ ِإ ل‬P‫ ا‬Pَ‫ ن‬P‫ ْل‬P‫ز‬Pَ P‫ َأ ْن‬P‫َّ ا‬P‫ِإ ن‬
Terjemah: Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan
(membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya(QS al-Zumar ayat 2).

[9] Jihad, Âli ‘Imrân ayat 142:

P‫ َن‬P‫ ي‬P‫ ِر‬Pِ‫ب‬P‫ ا‬Pَّ‫ص‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫ َم‬Pَ‫ ل‬P‫ع‬Pْ Pَ‫ ي‬P‫و‬Pَ P‫ ْم‬P‫ ُك‬P‫ ْن‬P‫ ِم‬P‫ا‬P‫ و‬P‫ ُد‬Pَ‫ه‬P‫ ا‬P‫ َج‬P‫ن‬Pَ P‫ ي‬P‫َّ ِذ‬P‫ل‬P‫ ا‬Pُ ‫ هَّللا‬P‫م‬Pِ Pَ‫ ل‬P‫ ْع‬Pَ‫ ي‬P‫َّ ا‬P‫ م‬Pَ‫ ل‬P‫ َو‬Pَ‫َّ ة‬P‫ ن‬P‫ َج‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ا‬P‫ و‬Pُ‫ ل‬P‫ ُخ‬P‫ ْد‬Pَ‫ ت‬P‫ن‬Pْ ‫ َأ‬P‫ ْم‬Pُ‫ ت‬P‫ ْب‬P‫س‬Pِ P‫ح‬Pَ P‫َأ ْم‬
Terjemah: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-
orang yang sabar(QS Âli ‘Imrân ayat 142).

[10] Wa anâ minal muslimîn, al-An ’ âm ayat 162-163:

P‫ َن‬P‫ ي‬P‫ ِم‬Pَ‫ل‬P‫ ا‬P‫ َع‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ب‬


Pِّ P‫ َر‬Pِ ‫ هَّلِل‬P‫ ي‬Pِ‫ت‬P‫ ا‬P‫ َم‬P‫ َم‬P‫و‬Pَ P‫ي‬
َ P‫ ا‬Pَ‫ ي‬P‫ح‬Pْ P‫ َم‬P‫و‬Pَ P‫ ي‬P‫ ِك‬P‫ ُس‬Pُ‫ ن‬P‫و‬Pَ P‫ ي‬Pِ‫ اَل ت‬P‫ص‬ َّ ‫ ِإ‬P‫ل‬Pْ Pُ‫ق‬
َ P‫ن‬
Terjemah: Katakanlah sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam(QS al-An ’ âm ayat 162).

P‫ َن‬P‫ ي‬P‫ ِم‬Pِ‫ ل‬P‫ ْس‬P‫ ُم‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ ُل‬Pَّ‫ َأ و‬P‫ ا‬Pَ‫ َأ ن‬P‫و‬Pَ P‫ت‬ َ Pِ‫ ل‬P‫ َذ‬Pٰ Pِ‫ ب‬P‫ َو‬Pۖ Pُ‫ ه‬Pَ‫ ل‬P‫ك‬
Pُ P‫ر‬Pْ P‫ ُأ ِم‬P‫ك‬ Pَ P‫ ي‬P‫ ِر‬P‫اَل َش‬
Terjemah: Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah)" (QS al-An ’ âm ayat 163).

[11] Al-Birru, Âli ‘Imrân ayat 92:

Pٌ‫م‬P‫ ي‬Pِ‫ ل‬P‫ َع‬P‫ ِه‬Pِ‫ ب‬Pَ ‫ هَّللا‬P‫ن‬ Pْ P‫ َش‬P‫ن‬Pْ P‫ ِم‬P‫ا‬P‫ و‬Pُ‫ ق‬Pِ‫ ف‬P‫ ْن‬Pُ‫ ت‬P‫ ا‬P‫ َم‬P‫ َو‬Pۚ P‫ن‬Pَ P‫ و‬PُّP‫ ب‬P‫ح‬Pِ Pُ‫ ت‬P‫َّ ا‬P‫ م‬P‫ ِم‬P‫ا‬P‫ و‬Pُ‫ ق‬Pِ‫ ف‬P‫ ْن‬Pُ‫ ت‬P‫ى‬Pٰ َّP‫ ت‬P‫ َح‬Pَّ‫ ر‬Pِ‫ ب‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ا‬P‫ و‬Pُ‫ل‬P‫ ا‬Pَ‫ ن‬Pَ‫ ت‬P‫ن‬Pْ Pَ‫ل‬
َّ ‫ ِإ‬Pَ‫ ف‬P‫ ٍء‬P‫ي‬

21
Terjemah: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja
yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya(QS Âli ‘Imrân
ayat 92).

[12] Surat al-Qâri’ah ayat 6-11:

Pْ Pَ‫ ل‬Pُ‫ ق‬Pَ‫ ث‬P‫ن‬Pْ P‫ َم‬P‫َّ ا‬P‫ َأ م‬Pَ‫ف‬


Pُ‫ ه‬Pُ‫ن‬P‫ ي‬P‫ ِز‬P‫ ا‬P‫ َو‬P‫ َم‬P‫ت‬
Terjemah: Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, (QS al-
Qâri’ah ayat 6).

Pِ P‫ ا‬P‫ر‬Pَ P‫ ٍة‬P‫ َش‬P‫ ي‬P‫ ِع‬P‫ ي‬Pِ‫ ف‬P‫و‬Pَ Pُ‫ ه‬Pَ‫ف‬


Pٍ‫ ة‬Pَ‫ ي‬P‫ض‬

Terjemah: maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. (QS al-Qâri’ah
ayat 7).

Pْ َّP‫ ف‬P‫ َخ‬P‫ن‬Pْ P‫ َم‬P‫َّ ا‬P‫ َأ م‬P‫و‬Pَ


Pُ‫ ه‬Pُ‫ن‬P‫ ي‬P‫ ِز‬P‫ ا‬P‫ َو‬P‫ َم‬P‫ت‬

Terjemah: Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, (QS


al-Qâri’ah ayat 8).

Pٌ‫ ة‬Pَ‫ ي‬P‫ ِو‬P‫ ا‬Pَ‫ ه‬Pُ‫ ه‬P‫ ُأ ُّم‬Pَ‫ف‬


Terjemah: maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (QS al-Qâri’ah ayat
9).

Pَ P‫ ا‬P‫ َر‬P‫ َأ ْد‬P‫ ا‬P‫ َم‬P‫و‬Pَ


Pْ‫ ه‬Pَ‫ ي‬P‫ ِه‬P‫ ا‬P‫ َم‬P‫ك‬
Terjemah: Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (QS al-Qâri’ah ayat 10).

Pٌ‫ ة‬Pَ‫ ي‬P‫ ِم‬P‫ ا‬P‫ َح‬P‫ ٌر‬P‫ ا‬Pَ‫ن‬


Terjemah: (Yaitu) api yang sangat panas. (QS al-Qâri’ah ayat 11).

[13] Surat al-Shaff ayat 2-3:

P‫ َن‬P‫ و‬Pُ‫ ل‬P‫ َع‬P‫ ْف‬Pَ‫ اَل ت‬P‫ ا‬P‫ َم‬P‫ن‬Pَ P‫ و‬Pُ‫ل‬P‫ و‬Pُ‫ ق‬Pَ‫ ت‬P‫ َم‬Pِ‫ ل‬P‫ا‬P‫ و‬Pُ‫ ن‬P‫ َم‬P‫ آ‬P‫ن‬Pَ P‫ ي‬P‫َّ ِذ‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫ ا‬Pَ‫ ه‬PُّP‫ َأ ي‬P‫ ا‬Pَ‫ي‬

22
Terjemah: Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (QS al-Shaff ayat 2).

P‫ َن‬P‫ و‬Pُ‫ ل‬P‫ َع‬P‫ ْف‬Pَ‫ اَل ت‬P‫ ا‬P‫ َم‬P‫ا‬P‫ و‬Pُ‫ل‬P‫ و‬Pُ‫ ق‬Pَ‫ ت‬P‫ن‬Pْ ‫ َأ‬Pِ ‫ هَّللا‬P‫ َد‬P‫ ْن‬P‫ ِع‬P‫ ا‬Pً‫ ت‬P‫ ْق‬P‫ َم‬P‫ َر‬Pُ‫ ب‬P‫َك‬
Terjemah: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan (QS al-Shaff ayat 3).

[14] Menjaga diri, al-Tahrîm ayat 6:

Pٌ‫ ة‬PPP‫ اَل ِئ َك‬P‫ َم‬P‫ ا‬PPPَ‫ ه‬P‫ ْي‬Pَ‫ ل‬P‫ َع‬Pُ‫ ة‬P‫ر‬Pَ P‫ ا‬PPP‫ َج‬P‫ ِح‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ َو‬P‫س‬
Pُ P‫َّ ا‬P‫ن‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫ ا‬PPَP‫ ه‬P‫ ُد‬P‫ و‬Pُ‫ ق‬P‫ َو‬P‫ ا‬P‫ ًر‬P‫ ا‬Pَ‫ ن‬P‫ ْم‬P‫ ُك‬P‫ ي‬Pِ‫ ل‬P‫ َأ ْه‬P‫ َو‬P‫ ْم‬P‫ ُك‬P‫ َس‬Pُ‫ ف‬P‫ َأ ْن‬P‫ا‬P‫ و‬Pُ‫ ق‬P‫ا‬P‫ و‬Pُ‫ ن‬P‫ َم‬P‫ آ‬P‫ن‬Pَ P‫ ي‬P‫َّ ِذ‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫ ا‬Pَ‫ ه‬PُّP‫ َأ ي‬P‫ ا‬Pَ‫ي‬

P‫ َن‬P‫ و‬P‫ ُر‬P‫ ْؤ َم‬Pُ‫ ي‬P‫ ا‬P‫ َم‬P‫ن‬Pَ P‫ و‬Pُ‫ ل‬P‫ َع‬P‫ ْف‬Pَ‫ ي‬P‫ َو‬P‫ ْم‬Pُ‫ ه‬P‫ َر‬P‫ َأ َم‬P‫ ا‬P‫ َم‬Pَ ‫ هَّللا‬P‫ن‬Pَ P‫ و‬P‫ص‬
ُ P‫ ْع‬Pَ‫ اَل ي‬P‫ ٌد‬P‫ ا‬P‫ َد‬P‫ ِش‬Pٌ‫ اَل ظ‬P‫غ‬Pِ
Terjemah: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan(QS al-Tahrîm ayat 6).

(17) Apakah belum waktunya, surat al- Hadîd ayat 16:

P‫ا‬P‫ و‬PPُ‫ن‬P‫ و‬P‫ ُك‬Pَ‫ اَل ي‬P‫ َو‬PِّP‫ ق‬PP‫ َح‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ن‬Pَ P‫ ِم‬P‫ل‬Pَ P‫ َز‬PPَ‫ ن‬P‫ ا‬PP‫ َم‬P‫ َو‬Pِ ‫ هَّللا‬P‫ ِر‬P‫ ْك‬P‫ ِذ‬PPِ‫ ل‬P‫ ْم‬Pُ‫ ه‬Pُ‫ب‬P‫ و‬PPُ‫ ل‬Pُ‫ ق‬P‫ َع‬P P‫ َش‬P‫خ‬Pْ Pَ‫ ت‬P‫ن‬Pْ ‫ َأ‬P‫ا‬P‫ و‬PPُ‫ ن‬P‫ َم‬P‫ آ‬P‫ن‬Pَ P‫ ي‬P‫َّ ِذ‬P‫ ل‬Pِ‫ ل‬P‫ن‬Pِ ‫ ْأ‬Pَ‫ ي‬P‫ ْم‬Pَ‫ َأ ل‬P۞

Pَ P‫ ا‬Pَ‫ ت‬P‫ ِك‬P‫ ْل‬P‫ ا‬P‫ا‬P‫ و‬Pُ‫ت‬P‫ ُأ و‬P‫ن‬Pَ P‫ ي‬P‫َّ ِذ‬P‫ل‬P‫ ا‬P‫َك‬
Pْ P‫ َس‬Pَ‫ ق‬Pَ‫ ف‬P‫ ُد‬P‫َأْل َم‬P‫ ا‬P‫ ُم‬P‫ ِه‬P‫ ْي‬Pَ‫ ل‬P‫ َع‬P‫ل‬Pَ P‫ ا‬Pَ‫ ط‬Pَ‫ ف‬P‫ ُل‬P‫ ْب‬Pَ‫ ق‬P‫ن‬Pْ P‫ ِم‬P‫ب‬
P‫ َن‬P‫ و‬Pُ‫ ق‬P‫ ِس‬P‫ ا‬Pَ‫ ف‬P‫ ْم‬Pُ‫ ه‬P‫ ْن‬P‫ ِم‬P‫ ٌر‬P‫ ي‬Pِ‫ ث‬P‫ َك‬P‫و‬Pَ Pۖ P‫ ْم‬Pُ‫ ه‬Pُ‫ب‬P‫ و‬Pُ‫ ل‬Pُ‫ ق‬P‫ت‬
Terjemah: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk
tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun
(kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya
telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang
atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka
adalah orang-orang yang fasik(QS al- Hadîd ayat 16).

Itulah lima belas kelompok ayat al-Qur’an yang selalu ditekankan oleh KH
Ahmad Dahlan kepada murid-muridnya. Wajiblah bagi para kader
Muhammadiyah untuk membaca, memahami, menjiwai, dalam melakukan amal
pejuangan dengan Muhammadiyah.

23
Bab III Penutup

1.1 Kesimpulan
K.H Ahmad Dahlan menyebarkan agama islan dengan sarana
musik, beliau belajar agama dari ayah dan pondok pesantren. ia sangat
mengutamakan musyawarah dan mufakat, patut kita teladani sifat Beliau.
K.H Ahmad Dahlan mempunyai banyak sumber untuk pedomannya dalam
berdakwah, meskipun beliau menentang islam tradisional dari ayahnya
beliau tetap menghormati ayahnya, seperti saat beliau mengubah soft solat
dimasjid kauman, beliau sangat menghormati pendapat kiyai kiyai lainnya
dengan cara bermusyawarah. dari begitu banyak ajaran yang beliau
berikan pada kita sangat membantu kita menuju jalan lurus ke surga Allah
Swt.
Saran
Penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali terjadi
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai makalah ini

Daftar Pustaka

Ansharuddin , M.. (2017). UPAYA-UPAYA PEMBAHARUAN DAN DASAR


MODERNISASI DI DUNIA ISLAM. Jurnal Studi Keislaman Volume 3, Nomor
2, 45-58.

24
Gunawan . E (2016, January 22). Pembaharuan Hukum Islam dalam Kompilasi
Hukum Islam. HUNAFA: Jurnal Studia Islamika. 12(2).281-305.

Yatim, B. ( 2017). SEJARAH PERADABAN ISLAM. Depok : Rajawali Pers.

Nashir, H (2016). Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan. Yogyakarta : Suara


Muhammadiyah.

25

Anda mungkin juga menyukai