Anda di halaman 1dari 18

1

Filosofi Pendidikan
“Dasar-Dasar Pemikiran Ki Hajar Dewantara”

Kelompok : III

1. Ainun Jariah

2. Zulfirah Tiar Arifin

3. Mustabsyirah

4. Najmawati Abbas

PPG PRAJABATAN Gelombang I


Universitas Negeri Makassar 2022
2

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa, karena berkat rahmat dan

nikmat kesehatannya sehingga kami dapat menyusun makalah kami yang berjudul “Dasar-Dasar

Pemikiran Ki Hajar Dewantara” pada mata kuliah Filosofi Pendidikan.

Kami sadar bahwa dalam penyusunan maakalah kami, ada banyak kekurangan. Akan

tetapi kami yakin bahwa makalah ini juga memiliki sedikit banyak manfaat untuk kita semua.

Terakhir, kami memohon masukan dan kritikan yang membangun untuk kelompok kami. Dan

untuk kesempurnaan makalah kami.

Penyusun

Kelompok III
3

DAFTAR ISI

Halaman Sampul…………………………………………………………...1

Kata Pengantar……………………………………………………………..2

Daftar Isi …………………………………………………………………..3

Pendahuluan ………………………………………………………………..4

A. Latar Belakang…………………………………………………….4

B. Rumusan Masalah…………………………………………………5

C. Tujuan ………………………………………………………........5

Tinjauan Teoretis…………………………………………………………..6

A. Ki Hajar Dewantara………………………………………………6

B. Dasar-dasar Pendidikan yang Menuntun…………………………8

C. Kodrat Alam dan Kodrat Zaman………………………………….11

D. Budi Pekerti ……………………………………………………...13

E. Sistem Among ……………………………………………………14

Penutup…………………………………………………………………….16

A.Kesimpulan……………………………………………………………….16

B. Saran……………………………………………………………………..17

Daftar Referensi……………………………………………………………18
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan penting dalam memajukan suatu bangsa, sejak zaman
perjuangan kemerdekaan dahulu, para pejuang serta perintis kemerdekaan telah menyadari
bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat vital dalam usaha untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa serta membebaskannya dari belenggu penjajahan. Oleh karena itu, mereka
berpendapat bahwa disamping melalui organisasi politik, perjuangan ke arah kemerdekaan perlu
dilakukan melalui jalur pendidikan. Pendidikan dijadikan media untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokraris serta
bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu
sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kemajuan dunia pendidikan saat ini, tidak dapat dilepaskan
dari peran tokoh sebagai aktor utama. Para pendidik telah memainkan peranan yang amat
signifikan dengan cara mendirikan lembaga pendidikan mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak,
hingga Perguruan Tinggi atau Universitas. Di lembaga-lembaga pendidikan tersebut, mereka
telah mengembangkan sistem dan pendekatan dalam proses belajar mengajar, visi dan misi yang
harus diperjuangkan, kurikulum, bahan ajar berupa buku-buku, majalah, dan sebagainya,
gedung-gedung tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan lengkap dengan sarana
prasarananya, tradisi dan etos keilmuan yang dikembangkan, sumber dana dan kualitas lulusan
yang dihasilkan.

Tokoh yang memiliki sumbangsih besar untuk kemajuan pendidikan di Indonesia dan
mendapat gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional yaitu Ki. Hajar Dewantara, Ia adalah aktivis
pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, dan pelopor pendidikan bagi bangsa Indonesia.
Sepanjang perjalanan hidupnya sarat dengan perjuangan dan pengabdian demi kepentingan
5

bangsa. Tak heran jika peran dan jasanya begitu besar dalam mengawal impian bangsa Indonesia
untuk menjadi bangsa yang merdeka dari segala macam bentuk penjajahan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pemikiran Ki Hajar Dewantara di dalam pendidikan?

2. Bagaimanakah dasar-dasar pendidikan yang menuntun?

3. Apa itu kodrat alam dan kodrat zaman dalam pendidikan?

4. Apakah yang dimaksud budi pekerti?

5. Apakah yang dimaksud dengan sistem Among?

C. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. untuk mengetahui pemikiran Ki Hajar Dewantara di dalam pendidikan.

2. untuk mengetahui dasar-dasar pendidikan yang menuntun.

3. untuk mengetahui apa itu kodrat alam dan kodrat zaman.

4. untuk mengetahui apa itu budi pekerti.

5. untuk mengetahui apa itu sistem Among.


6

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Terlahir dengan nama
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta.
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka,
berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar
kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan
rakyat, baik secara fisik maupun hatinya (Darsiti Suratman, 1985). Ki Hajar Dewantara pertama
kali masuk Europeesche Lagere School. Setelah tamat dari Europeesche Lagere School, Ki Hajar
melanjutkan pelajarannya ke STOVIA, singkatan dari School Tot Opleiding Van Indische
Arsten. Ki Hadjar tidak menamatkan pelajaran di STOVIA. Ki Hajar juga mengikuti pendidikan
sekolah guru yang disebut Lagere Onderwijs, hingga berhasil mendapatkan ijazah.

Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Nasional. Hal itu karena beliau merupakan
seorang tokoh yang tanpa jasa memerdekakan Indonesia. Pengabdian yang ia berikan begitu
besar terhadap bangsanya. Banyaknya karya yang membuat Indonesia menjadi bangga pun
sering ia lakukan. Bahkan saking begitu banyak membuat Indonesia bangga, tanggal lahir Ki
Hajar Dewantara menjadi hari Pendidikan Nasional. Hari yang dikenal seluruh warga Indonesia.
Hari seseorang yang dilahirkan untuk memerdekakan pendidikan di Indonesia. Dengan
kepintaran, kebijaksanaan, tekun dan berani memerdekakan hak dari orang lain dan bangsanya
melawan penjajah. Ki Hajar Dewantara berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta.
Ki Hajar Dewantara meninggal di usia 69 tahun di Yogyakarta, 26 April 1959. Bersama rekan-
rekan seperjuangannya lainnya, Ki Hajar mendirikan Nationaal Onderwijs Institut Tamansiswa
atau lebih dikenal dengan Perguruan Nasional Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Taman Siswa
merupakan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang menekankan rasa kebangsaan dan
cinta tanah air serta semangat berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Perjuangan Ki Hajar
Dewantara tak hanya melalui Taman siswa, sebagai penulis, Ki Hajar Dewantara tetap produktif
menulis untuk berbagai surat kabar. Hanya saja kali ini tulisannya tidak bernuansa politik,
7

namun beralih ke bidang pendidikan dan kebudayaan. Tulisan KI Hajar Dewantara berisi
konsep-konsep pendidikan dan kebudayaan yang berwawasan kebangsaan. Melalui konsep-
konsep itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

Ki Hajar Dewantara mempunyai Semboyan yaitu tut wuri handayani (dari belakang
seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah
atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di
depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik). Ki Hajar Dewantara
memaknai pendidikan secara filosofi sebagai upaya memerdekakan manusia dalam aspek
lahiriah (kemiskinan dan kebodohan), dan batiniah (otonomi berpikir dan mengambil keputusan,
martabat, mentalitas demokratik). Filosofi dalam pendidikan mencakup suatu kebijakan-
kebijakan pendidikan yang baru, mengusulkan cita-cita yang baru tanpa mempertimbangkan
persoalan filosofis seperti hakikat kehidupan yang baik, kemana pendidikan diarahkan. Ki Hajar
Dewantara sendiri memaknai guru sebagai orang yang mengajarkan kebaikan, keluhuran,
keutamaan. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak (Sugiarta, dkk, 2019). Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa Pendidik
itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar
dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Pertama kali harus diingat, bahwa pendidikan itu hanya suatu „tuntunan‟ di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak kita. Artinya, bahwa hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan
atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda. hidup,
sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Seperti penjelasan sebelumnya,
bahwa „kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu‟ tiada lain ialah segala kekuatan yang ada
dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu karena kekuasaan kodrat. Kita kaum
pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat
memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu.
8

B. Dasar-Dasar Pendidikan Yang Menuntun


Ki Hajar Dewantara memberikan pemikirannya tentang Dasar-Dasar Pendidikan. Menurut
KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik
itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Pendidikan diibaratkan seperti petani dengan padi, peserta didik (padi) tidak dapat dirubah
kodratnya. Namun, pendidik (petani) dapat mengarahkan peserta didik agar tumbuh sesui dengan
kodratnya. Pendidikan bertujuan untuk menuntun anak untuk menebalkan garis samar-samar
agar dapat memperbaiki laku-nya untuk menjadi manusia seutuhnya. Jadi anak bukan kertas
kosong yang dapat digambar sesuai keinginan orang dewasa.
1. Arti dari pendidikan
Pendidikan diartikan sebagai „tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak‟. Maksud Pendidikan
yaitu, menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai
anggota masyarakat.
2. Hanya tuntunan dalam hidup
Pertama kali harus diingat, bahwa pendidikan itu hanya suatu „tuntunan‟ di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak kita. Artinya, bahwa hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan
atau kehendak kita sebagai pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda
hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Sebagai pendidik kita
hanya menuntun anak-anak menemukan kodratnya masing-masing.
3. Perlukah Tuntunan Pendidkan Itu
Meskipun pendidikan hanya sebagai tuntunan tetapi pendidikan itu sangat di perlukan karna
berhunguan dengan kodrat dan keadaan setiap anak. Ketika anak memiliki dasar yang tidak baik,
maka anak tersebut membutuhkan tuntunan agar dapat memperbaiki budi pekertinya, begitu pula
dengan anak yang sudah memiliki dasar yang baik maka tetap memerlukan tuntunan pendidikan
agar dapat membentuk kepribadian, budi pekerti yang lebih baik lagi.
4. Dasar Jiwa Anak dan Kekuasaan Pendidikan
Yang dimaksud dengan istilah „dasar-jiwa‟ yaitu keadaan jiwa yang asli menurut kodratnya
sendiri dan belum dipengaruhi oleh keadaan di luar diri.
9

terdapat tiga aliran yang berhubungan dengan soal daya Pendidikan.


a. Pertama, yaitu anak yang lahir di dunia itu diumpamakan seperti sehelai kertas yang
belum ditulis, sehingga kaum pendidik boleh mengisi kertas yang kosong itu menurut
kehendaknya. Artinya, si pendidik berkuasa sepenuhnya untuk membentuk watak atau
budi seperti yang diinginkan.
b. Kedua, ialah aliran negative, yang berpendapat, bahwa anak itu lahir sebagai sehelai
kertas yang sudah ditulisi sepenuhnya, sehingga pendidikan dari siapapun tidak mungkin
dapat mengubah karakter anak.
c. Ketiga, ialah aliran yang terkenal dengan nama convergentie-theorie. Teori ini
mengajarkan, bahwa anak yang dilahirkan itu diumpamakan sehelai kertas yang sudah
ditulisi penuh, tetapi semua tulisan-tulisan itu suram. Lebih lanjut menurut aliran ini,
pendidikan itu berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan yang suram dan
yang berisi baik, agar kelak nampak sebagai budi pekerti yang baik. Segala tulisan yang
mengandung arti jahat hendaknya dibiarkan, agar jangan sampai menjadi tebal dan
membentuk karakter yang tidak baik.
5. Tabiat yang Dapat dan yang Tidak Dapat Berubah
Menurut convergentie-theorie, watak manusia itu dibagi menjadi dua bagian. Pertama,
dinamakan bagian yang intelligible, yakni bagian yang berhubungan dengan kecerdasan angan-
angan atau pikiran (intelek) serta dapat berubah menurut pengaruh pendidikan atau keadaan.
Kedua, dinamakan bagian yang biologis, yakni bagian yang berhubungan dengan dasar hidup
manusia (bios = hidup) dan yang dikatakan tidak dapat berubah lagi selama hidup.
Yang disebut intelligible yang dapat berubah karena pengaruh misalnya kelemahan pikiran,
kebodohan, kurang baiknya pemandangan, kurang cepatnya berpikir dan sebagainya. Dengan
kata lain, keadaan pikiran, serta kecakapan untuk menimbang-nimbang dan kuat-lemahnya
kemauan. Bagian yang disebut „biologis‟ yang tak dapat berubah ialah bagian-bagian jiwa
mengenai „perasaan‟ yang berjenis-jenis di dalam jiwa manusia. Misalnya, rasa takut, ras malu,
rasa kecewa, rasa iri, rasa egoisme, rasa sosial, rasa agama, rasa berani, dan sebagainya. Rasa-
rasa itu tetap pada di dalam jiwa manusia, mulai anak masih kecil hingga menjadi orang dewasa.
6. Perlunya Menguasai Diri dalam Pendidikan Budi Pekerti
Menguasai diri (zelfbeheersching) merupakan tujuan pendidikan dan maksud keadaban.
‘Beschaving is zelfbeheersching’ (adab itu berarti dapat menguasai diri), demikian menurut
10

pengajaran adat atau etika. Pada pembahasan ‘budi pekerti’ atau ‘watak’ diartikan sebagai
bulatnya jiwa manusia, disebut sebagai „karakter‟, yaitu jiwa yang berasas hukum kebatinan.
Orang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan dan merasakan
serta memakai ukuran, timbangan dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Watak atau budi pekerti
merupakan sifat yang ada pada manusia yang berbeda beda, sehingga dapat dibedakan satu
dengan lainnya.
Budi pekerti, watak, atau karakter merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan,
dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Perlu diketahui bahwa budi berarti
pikiran-perasaan-kemauan, sedangkan pekerti artinya „tenaga‟. Jadi budi pekerti merupakan sifat
jiwa manusia, mulai angan-angan hingga menjelma sebagai tenaga.
Dengan adanya budi pekerti, setiap manusia berdiri sebagai manusia, dengan dasar-dasar yang
jahat dan memang dapat dihilangkan, maupan dalam arti neutraliseeren (menutup, mengurangi)
tabiat-tabiat jahat yang biologis atau yang tak dapat lenyap sama sekali karena sudah Bersatu
dengan jiwa.
7. Syarat-Syarat Pengetahuan
Pendidikan yang teratur yaitu pendidikan yang berdasarkan pada pengetahuan, yang
dinamakan “Ilmu Pendidikan”. Ilmu ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi masih berhubungan
ilmu-ilmu lainnya, yang dinamakan ilmu syarat-syarat pendidikan (hulpwetenschappen), yang
terbagi menjajdi 5 jenis, yaitu:
a. Ilmu hidup batin manusia (ilmu jiwa, psychologie);
b. Ilmu hidup jasmani manusia (fysiologie);
c. Ilmu keadaan atau kesopanan (etika atau moral);
d. Ilmu keindahan atau ketertiban-lahir (estetika);
e. Ilmu tambo Pendidikan (ikhtisar cara-cara Pendidikan)
8. Peralatan Pendidikan
Yang dimaksud dengan „peralatan‟ adalah alat-alat pokok, yakni cara-cara mendidik. Perlu
diketahui bahwa cara-cara mendidik beragam banyaknya, akan tetapi pada dasarnya cara tersebut
dapat dibagi seperti berikut:
1. Memberi contoh (voorbeld);
2. Pembiasaan (pakulinan, gewoontervorming)
3. Pengajaran (wulang-wuruk, leering)
11

4. Perintah, paksaan dan hukuman (regearing en tucht);


5. Tindakan (laku, zelfberheersching, zelfdiscipline);
6. Pengalaman lahir dan batin (nglakoni, ngrasa, beleving).
C. Kodrat Alam Dan Kodrat Zaman

Pendidikan dan pengajaran adalah satu kesatuan yang saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari
pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk
kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedang pendidikan(opvoeding) memberi tuntunan
terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak. Agar mampu mencapai keselamatan dan
kebahagian setinggi-tingginya. Baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota
masyarakat.

Ki Hajar Dewantara mengingatkan para pendidik harus tetap terbuka dan mengikuti
perkembangan zaman yang ada. Namun tidak semua yang baru itu baik sehingga perlu
diselaraskan. Indonesia memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber
belajar. Dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam
berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman
berkaitan dengan isi dan irama. Artinya setiap anak sudah membawa sifat atau karakter masing-
masing. Jadi guru tidak bisa menghapus sifat dasar tersebut. Yang bisa dilakukan adalah
menunjukan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya.
1. Kodrat Alam

Asas ini mengandung arti bahwa hakikat manusia adalah bagian dari alam semesta. Asas
ini juga menegaskan bahwa setiap pribadi peserta didik di satu sisi tunduk pada hukum alam, tapi
di sisi lain dikaruniai akal budi yang potensial baginya untuk mengelola kehidupannya.
Berdasarkan konsep asas kodrat alam ini, Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa pelaksanaan
pendidikan berasaskan akal-pikiran manusia yang berkembang dan dapat dikembangkan. Secara
kodrati, akal-pikiran manusia itu dapat berkembang, namun sesuai dengan kodrat alam juga akal
pikiran manusia itu dapat dikembangkan melalui perencanaan yang disengaja sedemikian rupa
sistematik. Pengembangan kemampuan berpikir manusia secara disengaja itulah yang dipahami
dan dimengerti sebagai “pendidikan”. Sesuai dengan kodrat alam, pendidikan adalah tindakan
12

yang disengaja dan direncanakan dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik yang
dibawa sejak lahir.

2. Kodrat Zaman

Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali keterampilan
kepada siswa sesuai zamannya. Agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam
konteks pembelajaran sekarang, kita harus bekali siswa dengan kecakapan abad 21. Budi pekerti
harus menjadi bagian tak terpisahkan. Guru harus senantiasa memberikan teladan baik bagi
siswanya.Dalam pembelajaran di kelas, guru harus memperhatikan kodrati anak yang masih suka
bermain. Lihatlah ketika anak-anak bermain pasti yang mereka rasakan kegembiraan. Semua itu
membuat kesan membekas di hati dan pikirannya. Guru harus memasukan unsur permainan
dalam pembelajaran. Agar siswa senang dan tidak mudah bosan. Apalagi permainan tradisional.
Selain mendidik sekaligus bisa mengajak anak melestarikan kebudayaan.
Hal terpenting yang harus dilakukan guru adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan
sebaik-baiknya. Sesuai kodratnya, melayani dengan tulus, memberikan teladan (ing ngarso sung
tulodo), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri
handayani). Menuntun mereka menjadi pribadi terampil, berakhlak mulia dan bijaksana.
Agar dapat menuntun murid untuk mencapai kekuatan-kekuatan kodratnya yang sesuai dengan
kodrat alam dan kodrat zaman maka kita harus menggunakan azas Trikon berikut.

a. Kontinu, artinya seorang pendidik harus menuntun murid dengan melakukan


perencanaan dan pengembangan yang berkesinambungan menyatu dengan alam
masyarakat Indonesia untuk secara berkesinambungan mewariskan peradaban.
b. Konvergen, artinya seorang pendidik harus menuntun murid dengan pemikiran yang
terbuka terhadap segala sumber belajar, mengambil praktik-praktik baik dari
kebudayaan lain, dan menjadikan kebudayaan kita bagaian dari alam universal.
c. Konsentris, artinya seorang pendidik harus menuntun murid dengan berdasarkan pada
kepribadian karakter dan budaya kita sendiri sebagai pusat asasnya yang diyakini
akan mampu menghadapi derasnya arus perubahan kodrat zaman seperti abad ke-21.
13

D. Budi Pekerti

Budi pekerti atau watak diartikan sebagai bulatnya jiwa manusia. Dalam bahasa asing,
disebut sebagai karakter, yaitu jiwa yang berazaz hukum kebatinan. Orang yang mempunyai
kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan dan merasakan serta memakai ukuran,
timbangan dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Watak atau budi pekerti bersifat tetap dan pasti
pada setiap manusia, sehingga kita dapat dengan mudah membedakan orang yang satu dengan
yang lainnya. Budi pekerti, watak, atau karakter merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran,
perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Perlu diketahui bahwa
budi berarti pikiran perasaan-kemauan, sedangkan pekerti artinya „tenaga‟. Jadi budi pekerti
merupakan sifat jiwa manusia, mulai angan-angan hingga menjelma sebagai tenaga. Dengan
adanya budi pekerti, setiap manusia berdiri sebagai manusia, dengan dasar-dasar yang jahat dan
memang dapat dihilangkan, maupan dalam arti neutraliseeren (menutup, mengurangi) tabiat-
tabiat jahat yang biologis atau yang tak dapat lenyap sama sekali karena sudah Bersatu dengan
jiwa (Sugiarta, dkk,2019)

Hal diatas senada dengan yang diuraikan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa setiap
manusia memiliki potensi berbeda yang merupakan bawaan sejak lahir. Hanya dengan
pendidikanlah seluruh potensi yang dimiliki manusia berkembang sehingga menjadi manusia
yang seuutuhnya. Maksud dari apa yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara ini bahwa
pendidikan harus diarahkan pada pengolahan empat domain, diantaranya: olah pikir, olah
rasa, olah raga, dan olah hati (Yaumi, 2014). Ada tiga unsur penting yang perlu diperhatikan
dalam menanamkan nilai moral diantaranya unsur pengertian, perasaan, dan tindakan
moral. Ketiga unsur ini saling berkaitan. Ketiga unsur ini perlu diperhatikan supaya nilai
yang kita tanamkan tidak tinggal sebagai pengetahuan saja, tetapi sunguh menjadi tindakan
nyata. Unsur pengertian moral menyangkut peserta didik dibantu untukmengerti apa isi
nilai yang digeluti dan mengapa nilai itu harus dilakukan dalam kehidupan mereka.
Sejalan dengan konsep pendidikan budi pekerti Ki Hajar Dewantara bahwa budi
pekerti berarti pikiran, perasaan, dan kemauan. Budi pekerti merupakan sifat jiwa, dari
angan-angan sampai terjelma menjadi tenaga (Zainuddin, 2021).
14

E. Sistem Among

Sistem among merupakan sebuah cara mendidik yang mencakup 3 prinsip yakni
momong, among dan ngemong (inilah yang disebut “tiga mong”). Momong dalam bahasa jawa
berarti suatu hasrat dalam merawat dengan tulus dan penuh kasih sayang. Among sendiri dalam
bahasa jawa juga berarti memberikan contoh tentang baik buruk tanpa harus menggunkan
paksaan kepada anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dalam suasana batin yang
merdeka, namun tetap dengan tuntunan dan apabila melanggar suatu norma maka akan ada
hukuman sesuai bagian pelanggaran terhadap norma dan disiplin yang dilakukan. Sedangkan
makna kata ngemong dalam bahasa jawa berarti proses untuk mengamati, merawat,dan menjaga
agar anak mampu mengembangkan dirinya, bertanggung jawab dan disiplin berdasarkan nilai-
nilai yang berlaku (Raharjo, 2012: 71).

Ki Hajar Dewantara Kemudia menawarkan sebuah konsep pendidikan yang disebutnya


dengan istilah sistem among. Sistem among ini diyakininya mampu untuk menyokong kodrat
alam peserta didik melalui pengembangan passion atau kemampuan alamiah yang ada dalam diri
setiap individu yang pastinya berbeda satu dengan yang lainya, bukan dengan “perintah-
paksaan”. Namun, yang dikedepankan dalam konsepsi sistem among ini adalah bukan dengan
“perintah-paksaan” tetapi dengan tutunan agar berkembang lahir dan banti anak menurut
kodratnya secara subur dan selamat (Yamin, 2009: 173-174).

Konsepsi sistem among ini merupakan suatu pemikiran yang sangat mendasar dalam
bagaimana suatu proses pendidikan itu dijalankan. Pendidikan pada dasarnya tidak harus
memaksa namun bukan berarti pula membiarkan anak berkembang bebas tanpa arah. Konsepsi
ini kemudian seakan menggali ingatan penulis tentang dasar pendidikan yang dicetuskan oleh Ki
Hajar Dewantara, yang saat ini seakan kembali dihidupkan melalui pendeketan kebijakan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Makarim yakni “Merdeka Belajar dan Kampus
Merdeka (MBKM)”

Sistem among yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara ini memberikan kemerdekaan lahir
dan batin kepada setiap peserta didik. Peserta didik dengan sadar mampu memilih jalanya untuk
kearah mana dia akan berkembang. Pencapaian perkembangan yang secara sadar, alami, dan
dengan tuntunan ini juga tidak terlepas dari peran seorang pamong atau guru. Perguruan taman
15

siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara dan menjadi pelaksana dari sistem among ini
memberikan konsepsi taman atau tempat bermain anak-anak dengan menggembirakan Sehingga
setiap anak yang berada di dalamnya merasa bahagia dan gembiran untuk menembangkan
kemampuan dirinya. Konsep sekolah sebagai sebuah taman belajar bagi setiap anak atau peserta
didik saat ini seakan-akan kehilangan roh nya. Karena dapat dilihat beberapa kasus tidak
menyenangkan disekolah terjadi pada peserta didik kini, mulai dari tindak kekerasan baik guru
ke peserta. didik atau sebaliknya, bullying, dan sebuah kewajiban untuk melaksanakan
pendidikan bukan sebuah kebutuhan. Disinilah sebuah pemikiran sekolah menjadi tempat yang
menyeramkan bagi anak terbangun. Sehigga memamng perlu kiranya untuk mengembalikan
konsepsi pemikiran Ki Hajar Dewantara ini pada sistem pendidikan nasional kita.

Ki Hajar Dewantara memberikan kiasan pada sistem among yang digagasnya. Sistem
among ini menggambarkan seorang among sama artinya dengan seorang juru tani. Guru terhadap
peserta didik/anak didiknya harus berfikir, berperasaan, dan bersikap sebagai juru tani terhadap
tanamanya. Seornag yang sedang bercocok tanamn harus takluk pada kodrat dari tanamanya,
janganlah tanaman diperlakukan atau ditaklukkan sesuai dengan kemauan atau kepentingan juru
tani itu sendiri. Juru tan tidak bisa merubah sifat dan jenis tanaman menjadi jenis tanaman lain
yang berbeda dasar sifatnya. Kuru tani menyerahkan dan mengabdikan dirinya untuk
kepentingan kesuburan tanamanya semata. Oleh karena itu, sebuah keharusan bagi setiap juru
tani untuk tahu dan mengerti akan ilmu dalam mengasuh tanaman, untuk dapat bercocok tanam
dengan baik agar menghasilkan tanaman yang subur dan berbuah baik. Menurut Ki Hajar
Dewantara,juru tani tidak bida memilahmilah dari mana asal pupuk, asal alat kelengkapan atau
asal ilmu pengetahuan seorang juru tani. Namun, juru tani harus memanfaatkan segala hal yang
dapat menyuburkan tanamanya menurut kodrat alamiahnya. Disinilah guru harus memiliki
karakter seperti seornag juru tani, dimana dia tidak membeda-bedakan anak didiknya, tetapu
berupaya menumbuh kembangkan anak didik menjadi anak yang pintar, tidak tergantung pada
bantuan orang lain, dan berjiwa merdeka (Dewantara, 1956: 358)
16

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kita tarik dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan adalah Ki Hajar Dewantara


mempunyai Semboyan yaitu tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa
memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara
murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan,
seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik). Ki Hajar Dewantara
memaknai pendidikan secara filosofi sebagai upaya memerdekakan manusia dalam aspek
lahiriah (kemiskinan dan kebodohan), dan batiniah (otonomi berpikir dan mengambil
keputusan, martabat, mentalitas demokratik).

2. Menurut KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada
anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan
tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

3. Budi pekerti, watak, atau karakter merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran,
perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Perlu diketahui
bahwa budi berarti pikiran perasaan-kemauan, sedangkan pekerti artinya „tenaga‟

4. Sistem among merupakan sebuah cara mendidik yang mencakup 3 prinsip yakni
momong, among dan ngemong (inilah yang disebut “tiga mong”). Momong dalam bahasa
jawa berarti suatu hasrat dalam merawat dengan tulus dan penuh kasih sayang. Among
sendiri dalam bahasa jawa juga berarti memberikan contoh tentang baik buruk tanpa
harus menggunkan paksaan kepada anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang
dalam suasana batin yang merdeka, namun tetap dengan tuntunan dan apabila melanggar
suatu norma maka akan ada hukuman sesuai bagian pelanggaran terhadap norma dan
disiplin yang dilakukan. Sedangkan makna kata ngemong dalam bahasa jawa berarti
17

proses untuk mengamati, merawat,dan menjaga agar anak mampu mengembangkan


dirinya, bertanggung jawab dan disiplin berdasarkan nilai-nilai yang berlaku

B. Saran

Saran yang dapat kami sampaikan adalah semoga makalah ini bisa menjadi referensi dan dibaca
oleh banyak orang. Selain itu, semoga anak-anak Indonesia bersungguh-sungguh dalam belajar
dan menuntut ilmu agar kelak bisa menjadi bangsa yang berguna bagi bangsa dan negara.
18

DAFTAR REFERENSI

Siti Masitoh1, Fibria Cahyani. 2020. Penerapan Sistem Among Dalam Proses Pendidikan
Suatu Upaya Mengembangkan Kompetensi Guru. Jawa Timur: Universitas Negeri Surabaya

Dasar-Dasar Pendidikan Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan, Febr. 1937

Sugiarta, M., Ida,B,P., Agus, A., Wayan I., 2019. Filsafat Pendidikan Ki Hajar
Dewantara (Tokoh Timur). Jurnal Filsafat Indonesia. Singaraja. Vol 2 No 3

TILAAR, H.A.R., Prof. Dr. M.Sc. Ed.1999, Pendidikan Kebudayaan Dan Masyarakat
Madani Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,.

Zainuddin, 2021. Konsep Pendidikan Budi Pekerti Perspektif Ki Hadjar Dewantara.


Journal of Social Community. Sampang. Vol.6No.1 Juni

Yaumi, Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter, Landasan, Pilar, dan


Implimentasi. Jakarta: Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai