Collaborative Learning (CL) adalah suatu proses pembelajaran mengenai sesuatu hal yang dilakukan secara bersama dalam kelompok. Setiap anggota kelompok memiliki kesempatan untuk menyumbangkan informasi, pengetahuan, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. 1 Dengan menerapkan metode belajar CL, mahasiswa mampu mengembangkan diri secara aktif. Mahasiswa yang semula tidak dapat lepas dari arahan dan bimbingan pengajar kini dituntut untuk mengolah berbagai informasi secara mandiri. Independensi dari pengajar dapat dicapai dengan mengasah keterampilan dalam berinteraksi dengan kelompok. Sehingga ketika menerapkan metode CL, mahasiswa harus berparitisipasi penuh dalam diskusi kelompok apabila ingin memperoleh ilmu pengetahuan dalam kelas yang berlansung. Proses pembelajaran seperti ini menumbuhkan kepekaan mahasiswa terhadap konsep-konsep baru yang dibangun secara mandiri, sehingga mahasiswa dapat mengatur sendiri kecepatan dalam memahami materi pembelajaran. Peran aktif dalam diskusi kelompok membangun keterampilan pemelajar dalam memahami konsep. Pembangunan keterampilan ini bersifat konstruktif. Konstruktivisme dalam metode ini mengharuskan pemelajar membangun pengetahuan secara aktif, sehingga dapat menghindari sikap pasif yang hanya menerima dan tidak membangun mental yang aktif dan konstruktif. 2 Lain halnya dengan metode belajar CL, metode Problem-based Learning (PBL) menggunakan masalah yang kompleks dan nyata untuk memicu pembelajaran; sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. 3 Melalui metode PBL, seorang mahasiswa memanfaatkan contoh kasus/masalah sebagai pedoman untuk memahami konsep atau teori yang terkait dengan materi yang dipelajari. Mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan dalam berpikir secara kritis, dan juga keterampilan menganalisi persoalan-persoalan yang dijadikan acuan untuk mendalami materi pembelajaran. Serupa dengan metode CL, mahasiswa diharapkan dapat berinteraksi dengan
1
Dra. Evita Singgih, M.Psi dan Dra. Tuty Handayani, M.S., Buku Orientasi Belajar Mahasiswa (OBM): Collaborative Learning, ed. ke-3 (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012), 47. 2 Ibid., 48 3 Dr. drg. Corputty Johan E.M., Sp. BM dan Ade Solihat, ., Buku Orientasi Belajar Mahasiswa (OBM): Problembased Learning, ed. ke-3 (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012), 54.
Page | 1
teman-teman dalam kelompoknya. Seiring dengan perkembangan interaksi, mahasiswa secara langsung mengasah kepandaian dalam berkomunikasi, baik verbal maupun tertulis. Dalam metode PBL, terdapat permasalahan atau tugas yang diberikan kepada pemelajar. Tiap-tiap permasalahan bersifat kompleks, berkaitan dengan fenomena nyata di kehidupan sehari-hari, dan tidak memiliki struktur yang jelas. Sifat terakhir ini bertujuan untuk menggerakan pemelajar agar dapat membuat hipotesis sendiri atau kemungkinan-kemungkinan penyelesaian masalah untuk permsalahan kasus. Kedua metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Terdapat juga perbedaan secar signifikan antara kedua metode tersebut. Dapat dilihat dalam tabel dibawah ini gambaran sejumlah sifat yang membedakan CL dengan PBL
Collaborative Learning
Problem-based Learning
Pemelajar membahas dan memahami subtopik lalu berbagi pengetahuan hasil pembelajaran mandiri
Pemelajar membahas pemicu, merumuskan masalah, membagi tugas topik yang berbeda secara mandiri untuk menjelaskan pada kelompok lain
Usai menemukan konsensus dari pandangan berbeda terhadap subtopik, kesepakatan terhadap pengetahuan subtopik dilanjuti dengan pembuatan laporan
Pembahasan masalah dan penyusunan solusi hasil integrasi pengetahuan yang telah didiskusikan sebelumnya, kemudian menyusun laporan atau bahan presentasi
Page | 2
Ketika kelompok mempresentasikan hasil diskusi, fasilitator berperan sebagai narasumber yang memberi umpan balik, sebagai pemberi petunjuk, dan pengarah
Ketika kelompok mempresentasikan hasil diskusi, fasilitator berperan sebagai narasumber yang memberi umpan balik
Page | 3