AHMAD DAHLAN
Disusun Oleh:
Fanny Kirana Devi (A92219085)
Fikril Ilmi Fathonah (A92219088)
Surya Yulia Nur Aini (A92219114)
Dosen Pengampu:
Dr. Wasid, SS. M. Fil. I
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, karena kehadirat beliau yang
telah memberikan Rahmat, Taufiq, Hidayah, serta Inayahnya kepada saya sehingga
bisa menyelesaikan makalah untuk memenuhi mata kuliah Biografi Tokoh Islam
Indonesia yang berjudul “Biografi KH. Ahmad Dahlan, kontribusi serta
Signifikansinya Dalam Konteks Kekinian.”
Ketiga, saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua, serta memberikan pemahaman mengenai materi yang saya bawa. Saya pribadi
menyadari bahwa tulisan serta makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu tulisan ini membutuhkan Kririk dan Saran sangat di butuhkan, gunanya untuk
memperbaiki. Demikian yang dapat saya sampaikan, kurang serta lebihnya saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Pemakalah
DAFTAR ISI
2.3. Meneladani Sisi KH. Ahmad Dahlan Dalam Konteks kekinian ……………..…13
KH. Ahmad Dahlan yang memiliki nama kecil Darwisy, merupakan sosok
tokoh pembaharu islam di Indonesia yang Namanya amat masyhur dikalangan umat
islam. Beliau mendirikan sebuah organisasi islam Muhammadiyah yangmana hingga
saat ini pengikutnya tersebar hampir di seluruh Indonesia. Pemikiran KH. Ahmad
Dahlan dipengaruh oleh Ibnu Taimiyah, Djamaluddin Al-Afghani, Muhammad
Abduh, dan Rasyid Rdha. Ketika Di Makkah beiau banyak memepelajari kitab-kitab
karangan Djamaluddin Al-Afghani sehingga paham pemnaharuan islam yang di gagas
oleh Djamaluddin Al-Afghani inilah yang dikembangkan oleh KH. Ahmad Dahlan
sehingga menjadi ruh didirikannya organisasi islam Muhammadiyah.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi KH. Ahmad Dahlan?
2. Bagaimana kontribusi KH. Ahmad Dahlan untuk bangsa dan negara?
3. Bagaimana sisi yang patut diteladani dari KH. Ahmad Dahlan dalam konteks
kekinian?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi KH. Ahmad Dahlan
2. Untuk mengetahui kontribusi KH. Ahmad Dahlan untuk bangsa dan negara
3. Untuk mengetahui sisi yang patut diteladani dari KH. Ahmad Dahlan dalam
konteks kekinian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Biografi KH. Ahmad Dahlan
1
. Shalahuddin Hamid,dkk, 100 Tokoh Islam Paling Berpengaruh Di Indonesia,2003, Jakarta:PT.
Intimedia Cipta Nusantara, hal 21.
2
Nafilah Abdullah, KH. Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis), Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama UIN
Suka, 2015, vol 9 no.1 hal. 24.
3
Moh. Habib Asyhad, Ensiklopedi Tokoh Nasional KH. Ahmad Dahlan, 2019, Bandung:Penerbit Nuansa
Cendekia, hal 19.
4
. Shalahuddin Hamid,dkk, 100 Tokoh Islam Paling Berpengaruh Di Indonesia,2003, Jakarta:PT.
Intimedia Cipta Nusantara, hal 22.
Selain menikahi Siti Walidah, dalam beberapa Riwayat beliau juga menikah
dengan Nyai Abdulloh, janda KH. Ahmad Abdulloh. Beliau juga menikahi Nyai
Rum, adik dari Yai Munawwir Krapyak, Nyai Aisyah dari Cianjur, dan yang
terakhir Nyai Yasin dari Pakulaman. Namun, pernikahan beliau dengan beberapa
orang ini jarang sekali dijabarkan dalam liteatur dikarenakan mungkin mereka tak
berperan banyak sebagaimana siti Walidah Djasman.5
5
Moh. Habib Asyhad, Ensiklopedi Tokoh Nasional KH. Ahmad Dahlan, 2019, Bandung:Penerbit Nuansa
Cendekia, hal 19.
6
. Shalahuddin Hamid,dkk, 100 Tokoh Islam Paling Berpengaruh Di Indonesia,2003, Jakarta:PT.
Intimedia Cipta Nusantara, hal 21.
Syaik Nawawi Al-bantani, dan kemudian Syekh Sayyid bakri Syattha’. Dari guru
beliau yang terakhir inilah beliau mendapat sertifikat untuk mengganti nama
menjadi Ahmad Dahlan.
Sekembalinya dari Makkah beliau mulai memebantu ayahnya mengajar di
Masjid Kauman. Beliau mengajar ba’da subuh, dan ba’da manghrib hingga isya.
Adapun ba’da ashar beliau mengikuti pengajian ayahnya di Masjid tersebut dan
terkadang beliau menggantikan ayahnya jika berhalangan hadir.
Pada tahun 1896, KH. Abu Bakar yakni ayah dari KH. Ahmad Dahlan wafat.
Sebagai penghormatan bagi ayahnya, Ahmad Dahlan diangkat menjadi Khatib
Amin menggantikan ayahnya. Urusan agama kesulthonan, perayaan hari-hari
besar agama menjadi wilayah tanggung jawab KH. Ahmad Dahlan. Pada saat KH.
Ahmad Dahlan menjabat sebagai Khatib Amin inilah terjadi peristiwa arah kiblat.
Peristiwa ini hingga sampai pada Sulton Hamengkubuono VII. Selaku
pemangku tertnggi keraton Yogyakarta beliau menengahi masalah ini dengan
memerintahkan KH. Ahmad Dahlan untuk Kembali ke Mekkah mempelajari lebih
dalam mengenai posisi arah kiblat ini sembari menunaikan haji.
Pada tahun 1903, KH. Ahmad Dahlan Kembali ke Mekkah dan mendalami
ilmu selama 3 tahun. Moh. Habib Ashad dalam Ensiklopedia Tokoh Muslim K.H.
Ahmad Dahlan menyebutkan 2 tahun. Disana beliau menimba ilmu pada Syaik
Khatib Minangkabau. Selain itu beliau juga menggandrungi pemikiran Ibn
Taimiyah dan tokoh-tokoh pembahari islam seperti Jamaluddin Al-Afghani,
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho. Tokoh-tokoh inilah yang mempengaruhi
pemikiran KH. Ahmad Dahlan sehingga pemahaman pembaharuan yang di usung
oleh Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh inilah yang beliau
kembangkan dan menjadi ruh dibentuknya organisasi islam Muhammadiyah.
Sekembalinya dari Makkah beliau juga masih menimba ilmu pada beberapa
ulama Nusantara. beliau menimba ilmu falaq dari Syaikh Muhammad jamil
jambek Bukittinggi, Sumatera Barat. Ilmu falaq ini tentunya menjadi pendukung
bagi tesisnya mengenai arah kiblat sebelum beliau berangkat ke Mekkah. 7
7
Moh. Habib Asyhad, Ensiklopedi Tokoh Nasional KH. Ahmad Dahlan, 2019, Bandung:Penerbit Nuansa
Cendekia, hal 21.
2.2. Kontribusi K.H. Ahmad Dahlan Dalam Bidang Pendidikan
Praktek keagamaan masyarakat saat itu yang dianggap menyimpang dari nilai-
nilai Islam seperti praktek takhayul, bid’ah dan khurafat,maka Ahmad Dahlan
berusaha mendobrak dan memerangi kemapanan tradisi yang sudah berurat akar
dalam masyarakat tersebut dengan meniscayakan adanya tajdid (pembaruan)
sebagai soko guru gerakannya. Corak pemikiran Islam dari Ahmad Dahlan pada
umumnya berkisar pada penekanan praktik Islam salaf sebagai kritik atas Islam
tradisional (taqlid) yang bercorak sinkretis karena pengaruh adat istiadat lokal.
Dengan kata lain, singularitas Islam direkonstruksi lagi menjadi Islam
sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, pembaruan dalam Muhammadiyah
berarti memperbarui pemahaman (Islam) dengan kembali kepada keaslian Islam
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri umat Islam sendiri,
yaitu sikap beragama dan sistem pendidikan Islam. Seperti diketahui proses
Islamisasi di Indonesia sangat di pengaruhi oleh dua hal,
yaitu Tasawuf/Tarekat dan mazhab fikih, dan dalam proses tersebut para
pedagang dan kaum sufi memegang peranan yag sangat penting. Melalui
merekalah Islam dapat menjangkau daerah-daerah hampir di seluruh nusantara
ini.
Faktor eksernal, yaitu faktor yang disebabkan oleh politik penjajahan kolonial
B. Faktor tersebut antara lain tampak dalam sistem pendidikan Kolonial serta
usaha ke arah westrnisasi dan kristenisasi. Pendidikan demikian pada awal
abad ke 20 telah meyebar dibeberapa kota, sejak dari pendidikan dasar sampai
atas, yang terdiri dari lembaga pendidikan guru dan sekolah kejuruan.
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada
usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam
agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia
berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Tujuan pendidikan tersebut
merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang saling bertentangan pada
saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah model Belanda. Di
satu sisi pendidikan pesantren hanya bertujuan utnuk menciptakan individu
yang salih dan mendalami ilmu agama. Sebaliknya, pendidikan sekolah model
Belanda merupakan pendidikan sekuler yang didalamnya tidak diajarkan agama
sama sekali. Melihat ketimpangan tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat
bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh
menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spritual serta dunia dan
akhirat. Bagi K.H. Ahmad Dahlan kedua hal tersebut (agama-umum, material-
spritual dan dunia-akhirat) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Inilah yang menjadi alasan mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan
pelajaran agama dan ilmu umum sekaligus di Madrasah Muhammadiyah.
Menurut Dahlan, materi pendidikan yang diberikan adalah pengajaran Al-
Qur’an dan Hadits, membaca, menulis, berhitung, Ilmu bumi, dan menggambar.
Materi Al-Qur’an dan Hadits meliputi; Ibadah, persamaan derajat, fungsi
perbuatan manusia dalam menentukan nasibnya, musyawarah, pembuktian
kebenaran Al-Qur’an dan Hadits menurut akal, kerjasama antara agama-
kebudayaan-kemajuan peradaban, hukum kausalitas perubahan, nafsu dan
kehendak, Demokratisasi dan liberalisasi, kemerdekaan berpikir, dinamika
kehidupan dan peranan manusia di dalamnya, dan akhlak (budi pekerti).
Bagi K.H. Ahmad Dahlan, ajaran Islam tidak akan membumi dan
dijadikan pandangan hidup pemeluknya, kecuali dipraktekkan. Betapa pun
bagusnya suatu program, menurut Dahlan, jika tidak dipraktekkan, tidak akan
bisa mencapai tujuan bersama. Karena itu, K.H. Ahmad Dahlan tidak terlalu
banyak mengelaborasi ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi ia lebih banyak
mempraktikkannya dalam amal nyata. Praktek amal nyata yang fenomenal
ketika menerapkan apa yang disebut dalam surat Al-Maun yang secara tegas
memberi peringatan kepada kaum muslim agar mereka menyayangi anak-anak
yatim dan membantu fakir miskin. Untuk mengamalkan isi surat Al-Ma’un
sK.H. Ahmad Dahlan juga mengajak santri-santrinya ke pasar Beringharjo,
Malioboro, dan Alun-alun utara Yogyakarta. Di tempat-tempat itu berkeliaran
pengemis dan kaum fakir. K.H. Ahmad Dahlam memerintahkan setiap santrinya
untuk membawa fakir itu ke Mesjid Besar. Dihadapan para santri, K.H. Ahmad
Dahlan membagikan sabun, sandang dan pangan kepada kaum fakir. K.H.
Ahmad Dahlan meminta fakir miskin untuk tampil bersih. Sejak saat itulah,
Muhammadiyah aktif dalam menyantuni fakir miskin dan yatim piatu.
8
Shalahuddin Hamid,dkk, 100 Tokoh Islam Paling Berpengaruh Di Indonesia,2003, Jakarta:PT.
Intimedia Cipta Nusantara,Hal 29
banyak menyampaikan gagasan-gagasan baru dan mau mendengarkan saran
bahkan kritik dari orang lain.
Berfikir Solutif
Kita tau bahwasannya KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah
sebagai wujud dari proses pembaruan Islam Indonesia. memiliki misi untuk
membawa ajaran Islam agar sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist serta
menjauhkan dari perkara syirik dan bid’ah. Hal ini dapat kita lihat dari
munculnya berbagai macam sarana kesehatan yang telah dibangun oleh
Muhammadiyah, seperti Rumah sakit, Pelayanan Kesehatan dll. Hal ini menjadi
solusi ketika pada masa itu terjadi banyak penyimpangan/masyarakat masih
bergantung pada hal-hal ghaib/mistis Muhammadiyah hadir menawarkan solusi
yang lebih bisa diterima akal dengan cara membangun instansi kesehatan, agar
masyarakat behenti mempercayakan masalah kesehatan kepada dukun. Hal ini
dilakukan untuk menunjang Visi & Misi Muhammadiyah tadi, yakni
menjauhkan dari perkara yang mengandung unsur syirik.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
KH. Ahmad Dahlan merupakan pendiri organisasi Muhammadiah sekaligus
pahlawan kemerdekaan, beliau dilahirkan di Yogyakarta pada tahun1285H/
1868M. dan wafat pada 23 Februari 1923 di Yogyakarta. KH. Ahmad Dahlan sejak
kecil sudah diajarkan oleh kedua orang tuanya akan agama dan bahasa arab. Beliau
menimba ilmu tidak hanya dinusantara saja. Pada tahun 1888M beliau pergi haji
dan menetap disana selama 5 tahun untuk menimba ilmu. Disana beliau banyak
belajar tentang ilmu agama seperti: qiraat, tauhid, tafsir, fiqih, tasawuf, ilmu falaq
dan ilmu mantiq.
KH. Ahmad Dahlan mempunyai peranan penting dalam perkembangan
pendidikan terutama di Indonesia. Beliau merupakan seorang muslim Indonesia
yang mencetuskan tentang pembaharuan Islam. Ketika telah menyelesaikan
pendidikannya di Makkah, beliau kembali keTanah air dengan dedikasi tinggi
untuk mengamalkan ilmu yang telah dipelajarinya. Beliau menjadi pengajar/guru
dibeberapa sekolah negri. Beliau juga mendirikan organisasi Muhammadiyah,
yakni dengan maksud untuk mengajak masyarakat agar kembali keajaran Islam
yang benar, yakni yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.
Kemudian dari berbagai penggalan peristiwa diatas, dapat kita simpulkan
beberapa sifat dari KH. Ahmad Dahlan yang sekiranya dapat diteladani/dicontoh.
Antara lain: Cinta akan Ilmu Pengetahuan, Aktif Berorganisasi, Optimis dan
Pekerja Keras, Berfikiran Maju dan Terbuka, dan Solutif
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Shalahuddin dkk. 2003. 100 Tokoh Islam Paling Berpengaruh Di Indonesia.
Jakarta: PT.Intimedia Cipta Nusantara.
Irawan, Hendi, dkk. K.H. Ahmad Dahlan Perannya Dalam Membangun Sistem
Pendidikan. Progam Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Pendidikan dan
Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta.
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/mkn/ahmad-dahlan-dalam-pemikirannya-
mengenai-pendidikan-islam-di
indonesia/#:~:text=Dalam%20melakukan%20pembaruan%20Ahmad%20Dahlan,ilmu
%20keagamaan%20di%20sekolah%20lain.&text=Pemikiran%20Ahmad%20Dahlan
%20tentang%20pendidikan,kebangkitan%20pendidikan%20Islam%20di%20Indonesi
a. (Diakses pada 08 Oktober 2020)