Disusun Oleh :
Yulis Fitriyani
NIM. 231335300025
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya yang
telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas mata
banyak kekurangaan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mohon
dengan segala kerendahan hati, pembaca berkenan memberikan kritik dan saran
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan bagi
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan tokoh yang memiliki peran penting
pembaharuan dalam bidang agama, pendidikan, sosial dan budaya. Kerja keras
lawan, sehingga permasalahan yang muncul bisa didiskusikan dengan jelas. Kyai
Haji Ahmad Dahlan juga dikenal sebagai pribadi yang konsisten, sehingga terjadi
Berdirinya Muhammadiyah tidak terlepas dari jasa besar Kyai Haji Ahmad
Dahlan sebagai tokoh sentral. Berkat pemikiran, ijtihad serta kemauan kerasnya,
maka Muhammadiyah dapat berdiri tegak serta mampu mengabdikan dirinya pada
umat Islam Indonesia pada khususnya dan seluruh rakyat Indonesia pada
1
Haji Ahmad Dahlan dalam mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera
perlu dipahami dan diteladani oleh masyarakat sehingga perilaku Kyai Haji
kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga cita-cita para pendiri bangsa untuk
2
BAB II
PEMBAHASAN
dilahirkan dari ibu bernama Siti Aminah dan ayahya KH Abu Bakar. Ayahnya
adalah pejabat agama Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yaitu sebagai Imam dan
Dari Garis ibu, KH Ahmad Dahlan adalah cucu Penghulu Kraton yaitu KH
hubungan darah dengan Syekh Maulana Malik Ibrahim (penyebar Islam di Gresik
KH Ahmad Dahlan naik haji pertama kali tahun 1890, dalam usia 22
tahun. Tiga belas tahun kemudian (1903) naik haji kedua kalinya bersama putra
laki-lakinya, Siraj Dahlan yang kadang dipanggil Djumhan. Sepulang ibadah haji
tahun 1904-1905, beliau mendirikan pondok untuk menampung para pelajar dari
3
Setelah berumur 24 tahun, Kiai Dahlan menikahi Siti Walidah, sepupunya
sendiri yang kemudian dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan. Dari pernikahannya
dikaruniai 6 anak, yaitu: Siti Johannah (lahir 1890), Siraj Dahlan (lahir 1898), Siti
Bsyro (lahir 1903), Siti Aisyah (lahir 1905), Irfan Dahlan dan Siti Aisyah (lahir
secara otodidak baik berguru kepada ulama atau seorang ahli, atau dengan
dipelajarinya yaitu: Nahwu (tata bahasa Arab), Ilmu Fiqih, Ilmu Falaq, Ilmu
Guru-guru Kiai Ahmad Dahlan sebagaian dari dalam negeri dan lainnya
dari luar negeri khususnya Saudi Arabia. Guru-gurunya antara lain: ayahnya
sendiri (KH Abu Bakar), KH Mohammad Shaleh (Kakak iparnya), untuk ilmu
Fiqih, KH Muchsin dan KH Abdul Hamid untuk ilmu Nahwu, KH Raden Dahlan
(Pesantren Termas), untuk ilmu falaq, Kiai Machfud (Pesantren Termas) untuk
ilmu Fiqih dan Hadits, Syekh Khayyat untuk ilmu Hadits, Syekh Amin dan
Sayyid Bakri Satock untuk Qiroatul Qur’an, Syekh Hasan untuk ilmu Pengobatan
da Racun, Sayyid Ba-bussijjil untuk ilmu Hadits, Mufti Syafi’i untuk ilmu Hadits,
Kiai Asy’ari Baceyan dan Sykeh Misri Makkah untuk Qiroatul Qur’an dan ilmu
Falaq.
luar negeri, terutama ketika bermukim di Makkah. Antara lain: Syekh Muhammad
4
Kiai Faqih (Pondok Mas Kumambang) Gresik. Buku-buku dan kitab karya ulama
besar yang dipelajarinya secara mandiri antara lain karya-karya: Imam Syafi’i,
Berbekal modal uang 500 gulden dari bapaknya, Kyai Haji Ahmad Dahlan
menekuni usaha batik dan perdagangan. Pada 1890 saat sedang berjuang
ayahnya. Pada 1896 Kyai Haji Abu Bakar meninggal dunia. Masyarakat
kehilangan guru yang sangat dicintai, karena itu proses pemakamannya mendapat
berbagai kegiatan keagamaan dan dakwah. Tahun 1906, Kiai diangkat sebagai
khatib Masjid Besar Yogyakarta dengan gelar Ketib Amin. Satu tahun kemudian
(1907) KH. Ahmad Dahlan memelopori Musyawarah Alim Ulama. Dalam rapat
berbagai kaidah hukum Islam sebagai pedoman pengamalan Islam khususnya bagi
5
Kamaludiningrat, penghulu Kraton. Meskipun pernah berbeda pendapat,
Kiai Mas Mansur. Dengan tujuan dakwah agar manusia berfikir dan tertarik pada
erat, sehingga Kongres Boedi Oetomo tahun 1917 diselenggarakan di rumah Kiai
Ahmad Dahlan.
Oemoem (PKO). Khutbah ini yang mendorong lahirnya PKO dengan rumah sakit
kepada siswa-siswa yang belajar di sekolah Belanda. Antara lain Kweeck School
6
Pamong Praja (Magelang). Selain dakwah yang diadakan di rumahnya di
Kauman.
dan kurikulum. Dengan menggunakan papan tulis, meja, dan kursi. Sistem
pengajarannya secara klasikal. Waktu merupakan sesuatu yang sangat asing bagi
sekolah pribumi. Untuk pertama kali muridnya hanya 6 orang. Dan setengah
Belanda tahun 1914, Kiai Ahmad Dahlan pun mendirikan perkumpulan kaum ibu
yaitu Sapatresna. Yang tahun 1920, kemudian diubah namanya jadi Aisiyah.
Tugas pokoknya mengadakan pengajian khusus bagi kaum wanita. Dengan ciri
sorban berwarna putih. Perkumpulan ini pertama kali dipimpin Nyai Ahmad
Dahlan.
tahun 1922 didirikan Nasyiatul Asiyiyah (NA), yang semula bagian dari Aisiyyah
(HW) bagi kalangan angkatan muda. Diketuai Haji Muhtar. Diantara alumni HW
Kiai Ahmad Dahlan mendirikan pengajian Malam Jum’at sebagai forum dialog
dan tukar pikiran warga Muhammadiyah dan masyarakat simpatisan. Dari forum
7
ini kemudian lahir Korps Mubaligh keliling, yang bertugas menyantuni dan
memperbaiki kehidupan yatim piatu, fakir miskin, dan yang sedang dilanda
musibah.
Tahun 1918 didirikan sekolah Al Qism Al Arqa, yang dua tahun kemudian
Penolong Haji. Selain itu mendirikan pula mushala kaum wanita, sebagai yang
pertama di Indonesia.
guru dan 1019 siswa. Yaitu Opleiding School di Magelang, Kweeck School
(Purworejo).
(Jawa Tengah), Kepanjen, Malang (Jawa Timur). Tahun 1922 menyusul berdiri
Muhammadiyah (SM) sejak tahun 1914. dan Kiai Ahmad Dahlan duduk sebagai
8
Staf Redaksi. Kemudian Muhammadiyah pun mendirikan Perpustakaan pada
tahun 1922, untuk para anggota dan Umat Islam pada umumnya.
didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan gerakan yang bersifat tajdid
kondisi sosial dan budaya Jawa dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
berkembang kebidang sosial yang lain seiring semakin besar dan meluasnya
Kyai Haji Ahmad Dahlan sebagai man of action. He made history for his work
ummat dengan mendirikan sekolah, rumah sakit, panti yatim dan rumah miskin.
9
BAB III
KESIMPULAN
Kyai Haji Ahmad Dahlan dikaruniai akal yang cerdas, sehingga diberi
baik dalam lingkungan Praktek kegamaan yang dijalankan oleh Kyai Haji Ahmad
Dahlan selalu dilandasi oleh rasa ikhlas. Menurutnya, “Manusia itu semua mati
(perasaannya) kecuali para ulama (orang-orang yang berilmu). Ulama itu dalam
tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang
10
DAFTAR PUSTAKA
Mu’thi, A., Mulkan Munir, A., Marihandono, D., & Tim Museum
Kebangkyan nasional. (2023). Buku K.H. Ahmad Dahlan (1868 – 1923). Jakarta :
Museum Kebangkitan Nasional
Abdul Munir Mulkhan, Prof.Dr.SU, Kisah dan Pesan Kiai Ahmad Dahlan,
Pustaka, Yogyakarta, 2005
11