Foto
Tokoh
Muhammadiyah
Profil
singkat ..................................................................
..............................................................................
............
..............................................................................
.............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
1
E. Pertanyaan
1. Dari silsilah keluarga, KH Ahmad Dahlan termasuk keturan salah satu wali penyebar
islam di tanah jawa, siapakah dia?
2. KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari adalah saudara seperguruan, siapakah guru
mereka berdua yang ada dikota Makkah?
3. Siapakah KH Ibrahim? Dan apa hubungan antara beliau dengan KH Ahmad Dahlan?
4. Dimanakah cabang pertama Muhammadiyah, dan siapa yang menjadi ketua cabang
tersebut?
5. Bagaimana sosok kepemimpinan KH AR Fachrudin?
F. Kesimpulan
Setelah melakukan studi literasi dan diskusi sederhana, maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah :
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
G. Lampiran Materi
1) KH Ahmad Dahlan
KH. Ahmad Dahlan putra pribumi asli kelahiran Yogyakarta, 1868. Nama kecilnya
adalah Muhammad Darwis. Ia adalah putera keempat dari K.H. Abu Bakar, seorang
ulama dan khatib terkemuka di Masjid
Besar Kasultanan Yogyakarta pada
masa itu. Ia termasuk keturunan yang
kedua belas dari Maulana Malik
Ibrahim, salah seorang yang
terkemuka di antara Walisongo, yaitu
pelopor penyebaran agama Islam di
Jawa. Silsilahnya tersebut ialah
Maulana Malik Ibrahim, Maulana
Ishaq, Maulana ‘Ainul Yaqin, Maulana
Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen),
Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig
(Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas,
Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy
(Ahmad Dahlan).
Pada usia ke-15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun.
Pada periode inilah Muhammad Darwis muda mulai berinteraksi dengan pemikiran-
pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha
dan Ibnu Taimiyah. Setelah menunaikan ibadah haji dan sebelum ia kembali ke kampung
halaman ia diberi nama Ahmad Dahlan. Selanjutnya pada tahun 1888 ia pulang
kampung halaman. Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya
sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan,
seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti
Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan,
Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.
2
Pada tahun 1903 ia berangkat kembali ke Mekah dan menetap di sana selama 2
tahun. Pada keberangkatan kedua ini tampaknya ia sengaja ingin memperdalam ilmu
pengetahuan. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga
guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Ia juga makin intens membaca berbagai
literatur karya para pembaharu Islam seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan
Jamaluddin al-Afghani. Pemikiran para pembaharu inilah yang kemudian menginspirasi
Ahmad Dahlan untuk melakukan pembaharuan di Indonesia.
Ahmad Dahlan melihat bahwa persoalan pendidikan sebagai akar utama yang
menyebabkan bangsa Indonesia, terutama umat Islam tertinggal. Karena itulah ia
mengambil jalur pendidikan sebagai sarana utama berdakwah. Namun demikian, untuk
memperluas gerak langkah dakwah ini, adanya lembaga pendidikan kiranya terlalu
sempit. Beberapa sahabat Ahmad Dahlan menyarankannya untuk mendirikan
organisasi. Akhirnya ia mendirikan organisasi Muhammadiyah. Pada tanggal 20
Desember 1912 ia mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk
mendapatkan badan
hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat
Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk
daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta.
2) KH Ibrahim
3
Sebelum Kyai Haji Ahmad Dahlan wafat, ia berpesan kepada para sahabatnya
agar tongkat kepemimpinan Muhamadiyah sepeninggalnya diserahkan kepada Kiai Haji
Ibrahim, adik ipar KHA. Dahlan. Mula-mula K.H. Ibrahim yang terkenal sebagai ulama
besar menyatakan tidak sanggup memikul beban yang demikian berat itu. Namun, atas
desakan sahabat-sahabatnya agar amanat pendiri Muhammadiyah bisa dipenuhi,
akhirnya dia bisa menerimanya. Kepemimpinannya dalam Muhammadiyah dikukuhkan
pada bulan Maret 1923 dalam Rapat Tahunan Anggota Muhammadiyah sebagai
Voorzitter Hoofdbestuur Moehammadijah Hindia Timur (Soedja‘, 1933: 232).
K.H. Ibrahim lahir di Kauman Yogyakarta pada tanggal 7 Mei 1874. Ia adalah
putra K.H. Fadlil Rachmaningrat, seorang Penghulu Hakim Kesultanan Yogyakarta pada
zaman Sultan Hamengkubuwono ke VII OGRE(Soedja‘. 1933: 227), dan ia merupakan
adik kandung Nyai Ahmad Dahlan. Ibrahim menikah dengan Siti Moechidah binti
Abdulrahman alias Djojotaruno (Soeja‘, 1933:228) pada tahun 1904. Pernikahannya
dengan Siti Moechidah ini tidak berlangsung lama, karena istrinya segera dipanggil
menghadap Allah. Selang beberapa waktu kemudian Ibrahim menikah dengan ibu
Moesinah, putri ragil dari K.H. Abdulrahman (adik kandung dari ibu Moechidah).
Ibu Moesinah (Nyai Ibrahim yang ke-2) dikaruniai usia yang cukup panjang yaitu
sampai 108 tahun, dan baru meninggal pada 9 September 1998. Menurut penilaian para
sahabat dan saudaranya, Ibu Moesinah Ibrahim merupakan potret wanita zuhud,
penyabar, gemar sholat malam dan gemar silaturahmi. Karena kepribadiannya itulah
maka Hj. Moesinah sering dikatakan sebagai ibu teladan (Suara ‘Aisyiyah. No.1/1999:
20). Masa kecil Ibrahim dilalui dalam asuhan orang tuanya dengan diajarkan mengkaji
Al-Qur’an sejak usia 5 tahun. Ia juga dibimbing memperdalam ilmu agama oleh
saudaranya sendiri (kakak tertua), yaitu KH. M. Nur. Ia menunaikan ibadah haji pada
usia 17 tahun, dan dilanjutkan pula menuntut ilmu di Mekkah selama lebih kurang 7-8
tahun. Pada tahun 1902 ia pulang ke tanah air karena ayahnya sudah lanjut usia.
K.H. Ibrahim yang selalu mengenakan jubah panjang dan sorban dikenal sebagai
ulama besar dan berilmu tinggi. Setibanya di tanah air, K.H. Ibrahim mendapat
sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Banyak orang berduyun-duyun untuk
mengaji ke hadapan K.H. Ibrahim. Beliau termasuk seorang ulama besar yang cerdas,
luas wawasannya, sangat dalam ilmunya dan disegani. Ia hafal (hafidh) Al-Quran dan ahli
qira’ah (seni baca Al-Quran), serta mahir berbahasa Arab. Sebagai seorang Jawa, ia
sangat dikagumi oleh banyak orang karena keahlian dan kefasihannya dalam
penghafalan Al-Qur’an dan bahasa Arab. Pernah orang begitu kagum dan takjub, ketika
dalam pidato pembukaan (khutbah al-’arsy atau sekarang disebut khutbah iftitah)
Kongres Muhammadiyah ke-19 di Bukittinggi Sumatera Barat pada tahun 1939, ia
menyampaikan dalam bahasa Arab yang fasih.
3) KH Mas Mansur
4
belajar pada ayahnya sendiri, kemudian belajar pada Kyai Cholil di Kademangan,
Bangkalan, Madura. Hingga pada usia 12 tahun ia dikirim oleh ayahnya ke Mekah untuk
memperdalam ilmu. Namun, belum lama di sana, terjadilah peristiwa politik di negeri
Saudi Arabia dan semua orang asing diperintahkan oleh Raja Syarif Husein di Mekah
agar meninggalkan kota itu.
Pada tahun 1915 tiba kembali di tanah airnya. Ia segera disibukkan oleh
berbagai kegiatan dalam pergerakan agama, bahkan politik pula. Sebagai ulama, dikenal
ahli ilmu tasawuf, ilmu tauhid, ilmu kalam, falsafah, dan mantiq K.H. Mas Mansyur
menyadari, bahwa pada masa penjajahan itu, agama Islam tidak dapat berkembang.
Pemerintah jajahan selalu berusaha menjauhkan masyarakat, terutama kaum
terpelajarnya, dari kehidupan agama Islam.
K.H. Mas Mansyur sudah berkata pada zaman itu, bahwa….. di tanah air kita
Indonesia ini sebagian banyak dari kaum terpelajar kita yang lari dari agama Islam
lantaran mereka merasa ragu-ragu disebabkan oleh keadaan pemeluknya yang pada
masa ini sedang berada di lapisan yang paling rendah, rendah dan sungguh rendah
martabat kedudukannya kalau dibandingkan dengan umat yang lain, ya sekali lagi
rendah martabatnya.
Tetapi di samping kerendahan bangsa kita dewasa ini adalah boleh dikatakan,
karena kita sendiri, bukan karena Islam. Bukan karena Muhammad, dan bukan karena
Qur’an dan Hadisnya, Islam tetap tinggi, tetapi umatnya belum tentu sebagai dia. Biar
umatnya tidak terpandang, hina dina, namun dia (Islam) tetap mulia. Kehinaan umatnya
bukan menunjukkan atas kehinaannya. Tegasnya, kehinaan dan kebenaran serta
kemuliaan pemeluk sesuatu agama itu, bukan menjadi ukuran atas kehinaan agama
yang dipeluknya. Tetapi ukuran kebenaran dan kerendahan suatu agama itu, ialah
tersimpan di mata air agama itu sendiri.
Setibanya kembali di tanah air, dari Jakarta K.H. Mansur tidak langsung pulang
ke Surabaya, tetapi singgah di Yogyakarta pada K.H. Ahmad Dahlan, pendiri
Muhammadiyah, untuk memperkenalkan diri dan bersilaturahmi. Rupanya sejak di
negeri Saudi Arabia sudah tertarik oleh Muhammadiyah yang didirikan K.H. Ahmad
5
Dahlan tiga tahun sebelum pulang. Sejak itu terjadilah hubungan erat antara K.H. Mas
Mansur dengan K.H. Ahmad Dahlan dan pada tahun 1921 K.H. Mas Mansur pun masuk
menjadi anggota Muhammadiyah.
Sebelum masuk Muhammadiyah lebih dahulu telah tertarik kepada politik dan
menjadi anggota SI (Serikat Islam) sejak tahun 1915. Disamping itu aktif didalam
lembaga pendidikan bersama-sama rekan-rekannya ulama mendirikan Madrasah
Nadhatul Wathan. Taswirul Afkar dan mengajar dipesantren ayahnya Madrasah
Mufidah. Di sini menerapkan sistim Mesir.
4) Ki Bagus Hadikusumo
Pahlawan perintis
Kemerdekaan Nasional Indonesia
ini dilahirkan di kampung
Kauman Yogyakarta dengan nama R. Hidayat pada 11 Rabi’ul Akhir 1038 Hijriyah. Ia
putra ketiga dari lima bersaudara Raden Haji Lurah Hasyim, seorang abdi dalem putihan
agama Islam di Kraton Yogyakarta. Seperti umumnya keluarga santri, Ki Bagus mulai
memperoleh pendidikan agama dari orang tuanya dan beberapa Kiai di Kauman. Setelah
tamat dari ‘Sekolah Ongko Loro’ (tiga tahun tingkat sekolah dasar), Ki Bagus belajar di
Pesantren Wonokromo, Yogyakarta.
Di Pesantren ini ia banyak mengkaji kitab-kitab fiqh dan tasawuf. Dalam usia 20
tahun Ki Bagus menikah dengan Siti Fatmah (putri Raden Haji Suhud) dan memperoleh
enam anak. Salah seorang di antaranya ialah Djarnawi Hadikusumo, yang kemudian
menjadi tokoh Muhammadiyah dan pernah menjadi orang nomor satu di Parmusi.
Setelah Fatmah meninggal, ia menikah lagi dengan seorang wanita pengusaha dari
Yogyakarta bernama Mursilah. Pernikahan ini dikaruniai tiga orang anak.
Ki Bagus kemudian menikah lagi dengan Siti Fatimah (juga seorang pengusaha)
setelah istri keduanya meninggal. Dari istri ketiga ini ia memperoleh lima anak.
Sekolahnya tidak lebih dari sekolah rakyat (sekarang SD) ditambah mengaji dan besar di
pesantren. Namun, berkat kerajinan dan ketekunan mempelajari kitab-kitab terkenal
akhirnya ia menjadi orang alim, mubaligh dan pemimpin ummat. Ia merupakan
6
pemimpin Muhammadiyah yang besar andilnya dalam penyusunan Muqadimah UUD
1945, karena ia termasuk anggota Panitia Persiapan Kemerdekan Indonesia (PPKI).
Peran Ki Bagus sangat besar dalam perumusan Muqadimah UUD 1945 dengan
memberikan landasan ketuhanan, kemanusiaan, keberadaban, dan keadilan. Pokok-
pokok pikirannya dengan memberikan landasan-landasan itu disetujui oleh semua
anggota PPKI. Secara formal, selain kegiatan tabligh, Ki Bagus pernah menjadi Ketua
Majelis Tabligh (1922), Ketua Majelis Tarjih, anggota Komisi MPM Hoofdbestuur
Muhammadiyah (1926), dan Ketua PP Muhammadiyah (1942-1953).
Buku karyanya antara lain Islam sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin.
Karya-karyanya yang lain yaitu Risalah Katresnan Djati (1935), Poestaka Hadi (1936),
Poestaka Islam (1940), Poestaka Ichsan (1941), dan Poestaka Iman (1954). Dari buku-
buku karyanya tersebut tercermin komitmennya terhadap etika dan bahkan juga syariat
Islam. Dari komitmen tersebut, Ki Bagus adalah termasuk seorang tokoh yang memiliki
kecenderungan kuat untuk pelembagaan Islam.
7
Ki Bagus Hadikusumo menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah selama 11
tahun (1942-1953) dan wafat pada usia 64 tahun. Pemerintah Republik Indonesia
menetapkannya sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan Nasional Indonesia.
5) KH AR Fachrudin
Pak AR
demikian nama
panggilan akrab Kiai
Haji Abdur Rozak
Fachruddin, adalah
pemegang rekor
paling lama
memimpin
Muhammadiyah, yaitu selama 22 tahun (1968-1990). Pak AR lahir 14 Februari 1916 di
Cilangkap, Purwanggan, Pakualaman, Yogyakarta. Ayahnya, K.H. Fachruddin adalah
seorang Lurah Naib atau Penghulu di Puro Pakualaman yang diangkat oleh kakek Sri
Paduka Paku Alam VIII, berasal dari Bleberan, Brosot, Galur, Kulonprogo. Sementara
ibunya adalah Maimunah binti K.H. Idris, Pakualaman.
Pada tahun 1923, untuk pertama kalinya A.R. Fachruddin bersekolah formal di
Standaard School Muhammadiyah Bausasran, Yogyakarta. Setelah ayahnya tidak
menjadi Penghulu dan usahanya dagang batik juga jatuh, maka ia pulang ke desanya di
Bleberan, Galur, Kulonprogo. Pada tahun 1925, ia pindah ke sekolah Standaard School
(Sekolah Dasar) Muhammadiyah Prenggan, Kotagede, Yogyakarta. Setamat dari
Standaard School Kotagede tahun 1928, ia masuk ke Madrasah Muallimin
Muhammadiyah Yogyakarta. Baru belajar dua tahun di Muallimin, ayahnya
memanggilnya untuk pulang ke Bleberan, dan belajar kepada beberapa kiai di sana,
seperti ayahnya sendiri, K.H. Abdullah Rosad, dan K.H. Abu Amar. Sehabis Mahgrib
sampai pukul 21.00, ia juga belajar di Madrasah Wustha Muhammadiyah Wanapeti,
Sewugalur, Kulonprogo.
Setelah ayahnya meninggal di Bleberan dalam usia 72 tahun (1930), pada tahun
1932 A.R. Fachruddin masuk belajar di Madrasah Darul Ulum Muhammadiyah
Wanapeti, Sewugalur. Selanjutnya, pada tahun 1935 A.R. Fachruddin melanjutkan
sekolahnya ke Madrasah Tablighschool (Madrasah Muballighin) Muhammadiyah kelas
Tiga.
8
Musi Banyu Asin). Pada tahun 1941, ia pindah ke Sungai Batang, Sungai Gerong,
Palembang sebagai pengajar HIS (Hollandcse Inlanders School) Muhammadiyah,
setingkat dengan SD.
Pada tanggal 14 Februari 1942, Jepang menyerbu pabrik minyak Sungai Gerong.
Dengan sendirinya sekolah tempat mengajarnya ditutup. Kemudian A.R. Fachruddin
dipindahkan ke Tebing Grinting, Muara Meranjat, Palembang sampai tahun 1944.
Selama bertugas itu Pak AR mengajar di sekolah Muhammadiyah serta memimpin dan
melatih HW, memberi Pengajian dan sebagainya
Ketika kembali Yogyakarta, ke desanya Bleberan, Kulon Progo (tahun 1944), A.R.
Fachruddin terus aktif berdakwah dalam Muhammadiyah. Ketika pada tahun 1950
pindah ke Kauman Yogyakarta, A.R. Fachruddin tetap aktif sambil terus belajar kepada
para assabiqunal awwalun Muhammadiyah, seperti K.H. Syudjak, KHA. Badawi, KRH.
Hadjid, K.H. Muchtar, Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Djohar, K.H. Muslim, K.H. Hanad, K.H.
Bakir Saleh, K.H Basyir Mahfudz, Ibu Hj. Badilah Zuber dan sebagainya.
Pak AR menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah sejak tahun 1968 setelah
menjadi Pejabat Ketua PP Muhammadiyah sehubungan dengan wafatnya K.H. Faqih
Usman. Dalam Sidang Tanwir di Ponorogo (Jawa Timur) pada tahun 1969, akhirnya Pak
AR dikukuhkan menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah sampai Muktamar
Muhammadiyah ke-38 di Makassar pada tahun 1971. Sejak saat itu ia terpilih secara
berturut-turut dalam empat kali Muktamar Muhammadiyah berikutnya untuk periode
1971-1974, 1974-1978, 1978-1985 dan terakhir 1985-1990.
Melihat sosok Pak AR, akan didapatkan sebuah cermin, bahwa seorang
pemimpin perlu menghayati bagaimana kehidupan ummat secara riil. Bagaimana derita
dan nestapa ummat di tingkat bawah, bagaimana pahit getir berdakwah dan
menggerakkan organisasi di tingkat Ranting yang jauh dari kota, yang serba kekurangan
prasarana dan sarana. Susah payah, kesulitan-kesulitan, dan suka duka yang dialami
seorang pemimpin yang bekerja di tingkat Ranting dan Cabang dapat memberi
pengalaman yang berharga dan menjadikan seorang pemimpin menjadi arif dalam
mengambil kebijakan dalam memimpin umat.
Pak AR adalah ulama besar yang berwajah sejuk dan bersahaja. Kesejukannya
sebagai pemimpin ummat Islam bisa dirasakan oleh ummat beragama lain. Ketika
menyambut kunjungan pimpinan Vatikan, Paus Yohanes Paulus II di Yogyakarta,
9
sebenarnya Pak AR menyampaikan kritikan kepada umat Katholik, tetapi kritik itu
disampaikannya secara halus dan sejuk berupa sebuah surat terbuka.
Dalam surat itu, Pak AR mengungkapkan bahwa sebagian besar rakyat Indonesia
adalah muslim. Namun, ada hal yang terasa mengganjal bagi umat Islam Indonesia,
bahwa umat Katholik banyak menggunakan kesempatan untuk mempengaruhi ummat
Islam yang masih menderita dan miskin agar mau masuk ke agama Katolik. Mereka
diberi uang, dicukupi kebutuhannya, dibangunkan rumah-rumah sederhana, dipinjami
uang untuk modal dagang, tetapi dengan ajakan agar menjadi umat kristen. Umat Islam
dibujuk dan dirayu untuk pindah agama. Dalam tulisannya kepada Paus Yohanes Paulus
II itu, Pak AR menyatakan bahwa agama harus disebarluaskan dengan cara-cara yang
perwira dan sportif. Kritik ini diterima dengan lapang dada oleh ummat lain karena
disampaikan dengan lembut dan sejuk dalam bahasa Jawa halus, serta dijiwai semangat
toleransi yang tinggi.
Semasa hidupnya Pak AR memberi contoh hidup welas asih dalam ber-
Muhammadiyah. Sikap hidup beliau yang teduh, sejuk, ramah, menyapa siapa saja,
sering humor, dan bersahaja, adalah pantulan dari mutiara terpendam dalam nuraninya.
Pak AR adalah penyebar rasa kasih sayang dalam kehidupan ber-Muhammadiyah, baik
dengan sesama Muslim, bahkan juga non Muslim dalam persaudaraan kemanusiaan
yang luhur. Beliau tidak pernah menyebarkan sikap dan suasana saling membenci,
curiga, iri hati, saling ingin menapikan, apalagi suka menebar aib sesama dalam
kehidupan ber-Muhammadiyah.
Selain dikenal sebagai seorang mubaligh yang sejuk, ia juga dikenal sebagai
penulis yang produktif. Karya tulisnya banyak dibukukan untuk dijadikan pedoman. Di
antara karya-karyanya ialah Naskah Kesyukuran; Naskah Enthengan, Serat Kawruh Islam
Kawedar; Upaya Mewujudkan Muhammadiyah sebagai Gerakan Amal; Pemikiran dan
Dakwah Islam; Syahadatain Kawedar; Tanya Jawab Entheng-Enthengan; Muhammadiyah
adalah Organisasi Dakwah Islamiyah; Al-Islam Bagian Pertama; Menuju Muhammadiyah;
Sekaten dan Tuntunan Sholat Basa Jawi; Kembali kepada Al-Qur‘an dan Hadis; Chutbah
Nikah dan Terjemahannya; Pilihlah Pimpinan Muhammadiyah yang Tepat; Soal-Jawab
Entheng-enthengan; Sarono Entheng-enthengan Pancasila; Ruh Muhammadiyah; dan
lain-lain.
Ulama kharismatik ini tidak bersedia dipilih kembali menjadi Ketua Pimpinan
Pusat Muhammadiyah pada Muktamar Muhammadiyah ke-42 tahun 1990 di
Yogyakarta, walaupun masih banyak Muktamirin yang mengharapkannya. Ia berharap
ada alih generasi yang sehat dalam Muhammadiyah. Setalah tidak menjabat sebagai
Ketua PP Muhammadiyah, dan menjabat sebagai Penasehat PP Muhammadiyah, Pak AR
masih aktif melaksanakan kegiatan tabligh ke berbagai tempat. Hingga akhirnya,
penyakit vertigo memaksanya harus beristirahat, sesekali di rumah sakit. Namun, dalam
keadaan demikian, sepertinya beliau tidak mau berhenti. Pak AR wafat pada 17 Maret
1995 di Rumah Sakit Islam Jakarta pada usia 79 tahun.
10
LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD)
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
11
..............................................................................................................................................................
Lembar Pengamatan
Hasil Diskusi
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
Lembar Pengamatan
Hasil Diskusi
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
12
..............................................................................................................................................................
F. Kesimpulan
Setelah melakukan studi literasi dan diskusi sederhana, maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah :
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
G. Lampiran Materi
13
Rapat Tahun
ke–2
Rapat Tahun
ke–3
Rapat Tahun
ke–4
Rapat Tahun
ke–5
Rapat Tahun
ke–6
Rapat Tahun
ke–7
Rapat Tahun
ke–8
Rapat Tahun
ke–9
Rapat Tahun
ke–10
Rapat Tahun
ke–11
Rapat Tahun
ke–13
Rapat Tahun
ke–14
14
Kongres ke–
Surabaya
15
Kongres ke–
Pekalongan
16
Kongres ke–
Yogyakarta
17
Kongres ke–
Padang
18
Kongres ke–
Surakarta
19
Kongres ke–
Yogyakarta
20
Kongres ke–
Makassar
21
Kongres ke–
Semarang
22
Kongres ke–
Yogyakarta
23
Kongres ke–
3 K.H. Hisyam 1934 1937 Banjarmasin
24
Kongres ke–
Jakarta
25
15
Kongres ke–
Medan
28
Kongres ke–
Yogyakarta
29
Kongres ke–
30
Purwokerto
Muktamar
1944 1946
Darurat
Ki Bagoes
5
Hadikoesoemo
Silahturrahmi
1946 1950 Yogyakarta
se–Jawa
Muktamar
1950 1953
ke–31
Muktamar
1953 1956 Purwokerto
ke–32
Buya A.R.
6
Sutan Mansur
Muktamar
1956 1959 Yogyakarta
ke–33
Muktamar
1962 1965 Jakarta
K.H. Ahmad ke–35
8
Badawi
16
ke–36
KH Faqih Muktamar
9 1968 1968
Usman ke–37
Palembang
Muktamar
1971 1974 Makassar
ke–38
Muktamar
K.H. A.R. 1974 1978 Padang
10 ke–39
Fachruddin
Muktamar
1978 1985 Surabaya
ke–40
Muktamar
1985 1990 Surakarta
ke–41
17
Prof. Dr. H. Muktamar
12 1995 1998
Amien Rais ke–43
Banda Aceh
Sidang
1998 2000 Tanwir &
Rapat Pleno
Prof. Dr. Buya
13 Ahmad Syafii
Maarif
Muktamar
2000 2005 Jakarta
ke–44
Muktamar
2005 2010 Malang
ke–45
Prof. Dr. K.H.
Din
14
Syamsuddin
MA Muktamar
2010 2015 Yogyakarta
ke–46
Muktamar
16 - - - - Surakarta
ke-48
Periode ini dimulai sejak KH Ahmad Dahlan (1912 – 1923) yang telah
berhasil mendirikan Organisasi Muhammadiyah dan Organisasi otonom Aisyiyah.
KH Ibrahim (1923 – 1934) yang telah berhasil mendirikan badan perkawinan
Muhammadiyah , melahirkan organisasi Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul
Aisyiyah. KH Hisyam (1934 – 1936) berhasil melakukan penertiban administrasi dan
memajukan pendidikan Muhammadiyah. KH Mas Mansur (1937 – 1943) yang telah
18
berhasil melakukan penetiban organisasi dan mengeluarkan fatwa haram terhadap
bunga bank serta mendirikan Muhammadiyah cabang Surabaya.
Kepemimpinan masa ini diawali dari Prof Dr H Ahmad Syafi’i Ma’arif (1998-
2005), Prof Dr H Dien Syamsudin (2005-2015) dan Prof Dr Haedar Nashir (2015-
sekarang).
19
LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD)
21
F. Lampiran Materi
Makna dan Karakter Pemimpin dalam Islam
A. Makna Ra’i
Diksi kata yang digunakan Rasul ketika mengeneralisir fungsi dan tanggungjawab setiap
individu sebagai seorang pemimpin pada segala strata adalah ra’i. Kata ini dapat dirujuk dalam
penggalan hadist Rasul yang berbunyi…” Kullukum ra’in, wakullukum mas’ulun ‘an raiyaitihi…”.
Secara harfiah kata ini bermakna “penggembala”. Sangat kuat penggunaan kata ini dalam
menyebut pemimpin bagi setiap individu umatnya, dinisbatkan pada latar belakang Rasul
sebagai seorang penggembala. Apabila dicermati secara mendalam, profesi sebagai
penggembala tersebut ternyata menorehkan banyak pelajaran bagi Rasul dalam membangun
fondasi leadership-nya dikemudian hari. Pekerjaan tersebut, menurut Harahap (2004),
mengajarkan untuk bertanggungjawab terhadap domba yang digembalakannya agar tertib di
dalam kumpulan. Pekerjaan itu pun menuntut cinta kasih, semisal mencari domba yang terpisah
dari kumpulan atau pun merawat domba yang sakit. Dengan tanggungjawab dan rasa cinta kasih
itu, sang penggembala menggiring hewan yang digembalakan menuju titik yang dituju, termasuk
menggiringnya pada saat pulang kandang.
B. Karakter Kepemimpinan
Setiap kita memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin. Menurut Prijosaksono (2002)
ada sebuah jenis kepemimpinan yang disebut dengan Q Leader. Kepemimpinan Q dalam hal ini
memiliki empat makna. Pertama, Q berarti kecerdasan atau intelligence, misalnya IQ
(Kecerdasan Intelektual), EQ (Kecerdasan Emosional), dan SQ (Kecerdasan Spiritual). Q Leader
berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ-EQ-SQ yang cukup tinggi. Kedua, Q
Leader berarti kepemimpinan yang memiliki quality, baik dari aspek visioner maupun aspek
manajerial. Ketiga, Q Leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi (dibaca ‘chi’–bahasa
Mandarin yang berarti energi kehidupan). Makna Q keempat adalah seperti yang dipopulerkan
oleh KH Abdullah Gymnastiar sebagai qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah
seseorang yang sungguh-sungguh mengenali dirinya (qolbu-nya) dan dapat mengelola dan
mengendalikannya (self management atau qolbu management). Menjadi seorang pemimpin Q
berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh senantiasa untuk
mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence –quality–qi-qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya
pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan setiap pribadi
seorang pemimpin. Untuk menutup tulisan ini, saya merangkum kepemimpinan Q dalam tiga
aspek penting dan disingkat menjadi 3C , yaitu:
1. Perubahan karakter dari dalam diri (character change)
2. Visi yang jelas (clear vision)
3. Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence)
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa
bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan
intrapersonal, kemampuan teknis, pengetahuan, dll) maupun dalam hubungannya dengan orang
lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan). Seperti yang
dikatakan oleh John Maxwell: ”The only way that I can keep leading is to keep growing. The day
I stop growing, somebody else takes the leadership baton. That is the way it always it.” Satu-
satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa bertumbuh.
Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tersebut.
22
Sejatinya, seorang pemimpin harus berorientasi pada pelayanan terhadap yang dipimpinnya.
Dalam istilah arab dikenal dengan sebutan al-Imamu khodimul ummah, yang artinya seorang
pemimpin itu adalah pelayan bagi rakyat yang dipimpinnya. Terkait dengan hal tersebut, berikut
akan diuraikan mengenai konsep al-Imamu khodimul ummah tersebut.
23
1. Pemimpin merupakan orang yang amanah dan adil
2. Pemimpin haruslan yang berilmu, sehat fisik dan mentalnya
3. Pemimpin adalah orang yang beriman dan bertaqwa
4. Pemimpin mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
5. Pemimpin menggunakan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah
6. Pemimpin bukanlah orang yang meminta jabatan dan posisi tertentu
F. Lampiran Materi
Perumusan Kepribadian Muhammadiyah
Secara bahasa kepribadian berasal dari kata “pribadi” yang berarti manusia atau
seseorang. Sedangkan secara istilah kepribadian menunjukan sifat hakiki yang tercermin pada
diri seseorang atau bangsa yang dapat membedakan dirinya dengan orang lain atau bangsa lain.
Maka kepribadian Muhammadiyah merupakan rumusan yang menggambarkan hakikat
Muhammadiyah, dasar dan pedoman amal usaha perjuangannya serta sifat-sifat yang dimiliki
Muhammadiyah.
24
Kerpibadian Muhammadiyah merupakan salah satu rumusan dari persyarikatan yang
disahkan melalui Muktamar Muhammadiyah ke-35 tahun 1962 di Jakarta atau yang disebut
dengan Muktamar setengah Abad. Gagasan perumusan Kepribadian Muhammadiyah terjadi
saat kepemimpinan H.M Yunus Anis ( 1959-1960). Konsep awal berasal dari ceramah KH Faqih
Usman yang berjudul” apa sih Muhammadiyah itu?” yang kemudian ditelaah oleh tim perumus
dan menjadi salah satu agenda dalam sidang Tanwir tanggal 25-28 Agustus 1962 yang
selanjutnya disahkan dalam Muktamar ke-35. Tujuh tokoh yang tergabung dalam tim perumus
kepribadian Muhammadiyah di antaranya: KH Faqih Usman, Prof KH. Faried Ma’ruf, H Djarnawi
Hadikusumo, M Djidar Tamimy, Dr Hamka, K.Mh. Wardana dan M Saleh Ibrahim.
Masyumi merupakan satu saunya partai politik bagi umat islam. Masyumi lahir di
Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, yang merupakan hasil kongres umat islam
tanggal 7-8 November 1945. Muhammadiyah memiliki andil yang cukup besar dalam pendirian
Masyumi. Tokoh tokoh Muhammadiyah yang pernah memimpin partai Masyumi diantaranya, Ki
Bagus Hadikusumo, KH Faqih Usman, Prof Kahar Mudzakkir, Prof Hamka, HA Malik Ahmad dan
sebagainya. Peran ganda yang dilakukan oleh para pemimpin Muhammadiyah pada saat itu
menimbulkan sentimen negatif di masyarakat. Masyarakat menilai bahwa Muhammadiyah
identik dengan Masyumi, sehingga jika Masyumi tergolong partai terlarang maka
Muhammadiyah juga organisasi yang terlarang pula. Gerakan hasutan PKI pada saat itu
menjadikan masyarakat keluru dalam memahami Muhammadiyah.
25
LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD)
Pengamalan sifat
No Gambar/Pernyataan Muhammadiyah Penjelasan
yang ke-?.........
F. Kesimpulan
Setelah melakukan studi literasi dan diskusi sederhana, maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah :
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
G. Lampiran Materi
Matan atau isi teks rumusan kepribadian Muhammadiyah harus difahami oleh seluruh
warga Muhammadiyah. Isi teks kepribadian Muhammadiyah memuat 4 hal yaitu pengertian
Muhammadiyah, dasar, dan amal perjuangan Muhammadiyah, pedoman amal usaha dan
perjuangan Muhammadiyah serta sifat Muhammadiyah.
A. Pengertian Muhammadiyah
27
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi
munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa
Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan
mu’amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam
kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut
Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan
lil-’alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.
Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan as-
Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam
melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar di segala bidang, sehingga menjadi
rahmatan li al-‘alamin bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah swt dalam kehidupan di dunia ini.
28
D. Sifat Muhammadiyah
29
LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD)
Pengamalan sifat
No Contoh kegiatan Muhammadiyah Penjelasan
yang ke-?....
30
F. Lampiran Materi
Pengamalan Sifat Muhammadiyah oleh ortom Muhammadiyah (IMM)
1) Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan. Dakwah IMM dalam
mengimplementasikan hal ini yakni dengan melakukan amalan yang benar dengan
memberikan dakwah bahwa tahayul merupakan suatu hal yang dilarang dengan islam,
begitu pula dengan bid’ah dan khurafat yang terkadang mampu menyebabkan
perselisihan dari berbagai pihak terkait benar atau salahnya suatu pernyataan. Kader
IMM dalam melakukan dakwah harus bersifat beramal dan penuh perjuangan dalam
menyampaikan hal tersebut dengan berpegang teguh pada tauhid yang merupakan
segala-galanya bagi kader IMM.
3) Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam, hal ini
merupakan salah satu hal penting, seorang kader IMM harus selalu berfikir dan
bertindak sesuai dengan ajaran islam. Seorang kader IMM harus berpengang teguh
pada tauhid yang merupakan landasan teoritis yang bersifat pasif namun aktif.
Diharapkan seorang kader IMM mampu menghidupkan kembali makna dari tauhid
dengan menggerakkan perubahan akan tetapi tetap berpegang teguh pada ajaran
islam.
6) Amar ma’ruf nahi mungkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang
baik, kader IMM tentunya harus mampu mengaplikasikan hal ini dengan upaya untuk
menjauhi segala macam bentuk larangan-larangan yang dilarang dalam islam serta
memberikan teladan yang baik bagi berbagai kalangan yang berkenaan dengan
tahayul, bid’ah dan khurafat.
8) Kerjasama dengan semua golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan
mengamalkan agama Islam serta membela kepentingan, hal ini dapat
diimplementasikan dengan bekerjasama dalam menyampaikan akan larangan-larangan
dan tidak adanya tahayul, bid’ah dan khurafat yang sangat bertentangan dengan islam.
Pembelaan akan kepentingan hal ini perlu dilakukan dalam dakwah IMM, pada saat
melakukan dakwah terkadang terdapat kalangan yang tidak percaya akan apa yang
32
disampaikan tentunya berkaitan dengan tahayul, bid’ah dan khurafat. Hal ini menjadi
tantangan tersendiri bagi kader IMM, akan tetapi seorang kader IMM harus tetap
menyiarkan, mengamalkan dan membela kepentingan mereka dalam rangka untuk
tertujunya kepentingan dalam membenarkan dan menyuarakan sekaligus memberikan
pencerahan akan ajaran islam.
10) Bersifat adil serta korektif (teliti) ke dalam dan keluar dengan bijaksana,
implementasi harus tetap diterapkan oleh kader IMM dengan selalu korektif
menghadapi segala persoalan-persoalan yang dihadapi dan untuk terus selalu
bersikap adil dengan bersikap bijaksana dalam bertindak.
33
LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD)
Gambar A Gambar B
Pembiasaan shalat jama’ah Melatih kesalehan melalui infaq
a) Setelah membaca cerita yang menginspirasi dari Mush’ab Bin Umair, pelajaran yang bisa
kalian ambil untuk dijadikan sebagai pedoman hidup bagi seorang muslim adalah?
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
34
.................................................................................................................................................
b) Mencermati gambar diatas (A), mengapa Allah SWT memberikan pedoman dalam
kehidupan pribadi kita untuk menjalankan ibadah shalat?
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
c) Berdasarkan gambar (B), mengapa dengan gemar berinfaq semakin meningkatkan
keshalehan diri seorang muslim?
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
E. Lampiran Materi
Mush'ab bin Umair adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW, yang dijuluki
"Mush'ab Yang Baik". Pemuda berwajah tampan dan selalu menjadi pujaan hati wanita Mekkah.
Lahir dari keturunan Quraisy, Mush'ab bin Umair hidup berkecukupan dan dimanjakan
keluarganya. Tak hanya wanita, Mush'ab bin Umair juga selalu menjadi bintang di setiap
pertemuan di Mekkah. Sejarawan menyebut Mush'ab bin Umair memiliki nama yang harum di
Mekkah, karena keteguhan imannya dan kesetiaannya pada Islam serta Rasulullah SAW.
Bagaimana sosok Mush'ab bin Umair yang kehormatannya dikagumi masyarakat Mekkah dan
umat Islam pada masanya?
a) Mush'ab bin Umair meninggalkan kemewahan berjuang demi Islam bersama Rasulullah
Mush'ab bin Umair pemuda yang dimanja kemewahan ini penasaran hingga berusaha
mencari sosok Rasulullah SAW dan agama yang dibawanya, karena pada masa itu selalu
menjadi perbincangan masyarakat Mekkah setiap saat.Dikisahkan dalam buku "Biografi 60
Sahabat Nabi" karya Khalid Muhammad Khalid, Mush'ab bin Umair yang dikenal
berpenampilan anggun dan cerdas, akhirnya mengetahui keberdaan Rasulullah dan menemui
di Bukit Shafa, kediaman Al-Arqam bin Abul Al-Arqam.
35
Maliq, yang disegani masyarakat Mekkah, menjadi sosok yang paling ditakuti Mush'ab usai
masuk Islam. Ia khawatir dan gelisah ibunda mengetahui dia masuk Islam, dan terus
merahasiakan keislamannya.
Utsman bin Talhah suatu hari melihat Mush'ab bin Umair memasuki kediaman Al Arqam
dan melihat Mush'ab melakukan salat seperti yang dilakukan Rasulullah, segera melaporkan
kabar ini kepada ibunda Mush'ab. Mush'ab pun akhirnya berdiri di hadapan sang ibu dan
keluarganya serta pemuka Mekkah dengan membacakan ayat-ayat Al Quran. Sang ibu yang
akan membungkam mulut Mush'ab dengan tamparan keras, luluh dengan kewibawaan dan
kejujuran putranya.
Meski tak kuasa menampar putranya, sang ibu mengurung Mush'ab di ruang terisolasi di
rumahnya. Hingga suatu hari Mush'ab diam-diam keluar dari rumahnya. Dia hijrah ke
Habasyah (Etiopia) bersama kaum Muhajirin, dan setelah sekian lama kembali ke Mekkah.
Keimanan Mush'ab kian menguat dan semakin setia mendampingi Rasulullah SAW.
c) Mush'ab bin Umair rela hidup miskin dan susah
Suatu hari Mush'ab duduk bersama Nabi Muhammad SAW dan para sahabat lainnya.
Semua memandang Mush'ab dengan mata tertunduk dan merasa prihatin. Beberapa di
antara mereka berlinang air mata karena terharu melihat penampilan Mush'ab, yang
memakai jubah usang penuh tambalan.
Para sahabat teringat Mush'ab sebelum masuk Islam yang dikenal hidup berkecukupan
dengan pakaian serba mewah. Rasulullah juga memandang Mush'ab penuh bijaksana dan
kasih sayang, seraya bersabda:
"Aku telah mengetahui Mush'ab ini sebelumnya. Tidak ada pemuda Mekkah yang lebih
dimanjakan oleh orang tuanya seperti dirinya. Kemudian ia meninggalkan itu semua karena
cinta kepada Allah dan Rasul-Nya."
Ibunda Mush'ab tak lagi sudi menghidupi anaknya karena dianggap mengingkari agama
lamanya. Bahkan semakin murka. Sang ibu kembali mengurung Mush'ab dan mengancam
akan membunuh siapapun orang-orang yang membantu membebaskan anaknya dari
kurungan. Namun, sang ibundanya akhirnya tak kuasa dengan kekokohan dan keimanan
Mush'ab hingga akhirnya membebaskan putranya dengan cucuran air mata. Keduanya
berpisah dengan berlinang air mata. "Pergilah sesuka hatimu, aku bukan ibumu lagi," ujar
ibunda Mush'ab.
36
Saat Mush'ab pertama tiba di Madinah, di Bukit Aqabah, baru 12 orang yang memilih
Islam. Namun beberapa bulan kemudian, banyak masyarakat di Madinah memenuhi
panggilan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Pada musim haji berikutnya, setelah tahun perjanjian Aqabah, Mush'ab memimpin
rombongan 70 orang mukmin laki-laki dan perempuan menemui Rasulullah SAW
Di Madinah, Mush'ab tinggal di kediaman As'ad bin Zurarah. Bersama As'ad, Mush'ab
mengunjungi kabilah-kabilah rumah-rumah dan pertemuan-pertemuan untuk mensiarkan
Islam.
Syiar Islam di Madinah tidak lepas dari ancaman kaum kafir. Mush'ab pernah diancam
Usaid bin Al-Hudhair dengan todongan pisau di lehernya. Namun berkat kecerdasan dan
ketenangan jiwanya, Mush'ab berhasil membuat hati Usaid luluh hingga dia masuk Islam,
setelah Mush'ab melantunkan ayat-ayat suci Al Quran.
"Alangkah indah dan benarnya ucapan itu. Apakah yang hendak dilakukan oleh orang
yang hendak masuk agama ini?" tanya Usaid.
e) Mush'ab dipercaya Rasulullah memegang panji perang kaum muslimin di Perang Uhud
Perang Uhud sebagai balas dendam kekalahan kaum Quraisy akhirnya meletus. Mush'ab
dipercaya Rasulullah SAW memegang bendera perang. Perang Uhud berlangsung sengit dan
kaum muslimin menerima kekalahan karena tak mematuhi perintah Rasulullah SAW.
Pasukan pemanah kaum muslimin turun dari bukit mengambil harta perang yang
ditinggalkan musuh, hingga pasukan berkuda kaum Quraisy kembali menyerang kaum
muslimin yang sedang lengah. Ketika Nabi Muhammad SAW tengah menjadi incaran kaum
Quraisy, Mush'ab maju melindungi Rasulullah. Dia bertempur seorang diri.
Ibnu Qami'ah dengan berkuda mendatangi Mush'ab dan menebas tangan kanannya.
Tangan kiri Mush'ab tetap memegang bendera perang kaum muslimin. Tapi musuh kembali
mendatangi Mush'ab hingga menebas tangan kirinya. Mush'ab tetap mempertahankan dan
mendekap bendera dengan kedua pangkal lengannya yang sudah terputus, seraya berseru,
"Muhammad itu tiada lain seorang utusan, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa
utusan."
Musuh kembali menyerang Mush'ab dengan tombak hingga patah. Ia kembali berseru
dengan kalimat yang sama kepada musuh, sambil mendekap bendera perang. Mush'ab
akhirnya gugur hingga bendera pun terjatuh.
Rasulullah kembali mendatangi jenazah Mush'ab dan mujahid lainnya, usai musuh
meninggalkan mereka. Air mata Rasulullah mengucur deras. Selain Mush'ab, paman
37
Rasulullah, Hamzah, juga turut menjadi suhada dalam perang ini, yang jasadnya dipotong-
potong oleh kaum musyrikin. Rasulullah terguncang dengan kesedihan mendalam.
"Dan di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menapati apa yang telah
mereka janjikan kepada Allah." (Al-Ahzab : 23)
E. Lampiran Materi
Manusia sebagai makhluk yang sempurna diberikan kedudukan yang lebih mulia
diantara ciptaan Allah lainya. Manusia diamanahi tanggung jawab besar yang harus dilaksanakan
dalam kehidupan. Allah menganugrahi kelebihan dan keunggulan yang ada pada diri manusia
karena manusialah yang memiliki keunggulan dan kemampuan untuk menjalankan
tanggungjawab tersebut. Keunggulan yang diberikan berupa potensi fisik, fitrah dan akal pada
diri manusiaa.
Sebagai individu, manusia memiliki potensi potensi untuk berkembang. Potensi adalah
kemampuan yang masih berada dalam diri manusia, tetapi belum terealisasikan dalam tindakan.
38
Potensi tersebut akan menjadi kekuatan apabila dikembangkan dan didayagunakan. Terdapat 3
jenis potensi yang terdapat pada diri manusia, yaitu:
a. Potensi fitrah, yaitu potensi dasar yang dimiliki individu manusia. Potensi ini
mengarahkan manusia untuk berkeinginan berbuat kebaikan dan menjunjung tinggi
kebenaran. Potensi fitrah ini berupa hati nurani yang menjaga dan memelihara manusa
tetap berapa pada jalan kebenaran yang hakiki dan agung.
b. Potensi Akal, yaitu potensi yang digunakan untuk mencari dan menemukan kebnaran
dalam hidup manusia sehingga dengan menggunakan akal untuk berfikir, manusia dapat
menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan.
c. Potensi fisik (Jasmani), yaitu kesempurnaan anggota tubuh (fisik) manusia mulai kepala
sampai ujung kakiserta dilengkapi dengan struktur dan organ yang lebih kompleks dan
sempurna dari pada makhluk lainya. Manusia diberi tanggung jawab menggunakan
potensi fisik untuk tindakan, perbuatan yang sesuai dengan hakekat dan jati diri
manusia serta mempertanggung jawabkan segala yang dilakukan oleh anggota tubuhnya
kelak dihadapan Allah SWT.
d. Potensi lainya, yaitu potensi yang memiliki kecenderungan membawa manusia kedalam
hal yang negatif. Sifat sifat manusia yang kurang baik antara lain; suka berbuat aniaya
Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. (QS Al Ma’arij ayat 19)
Tanaman itu, ia rawat sendiri secara penuh dengan tanpa mewakilkan orang lain sampai
pada saatnya tiba masa panen. Setelah memanen secara tuntas, Nabi Musa ditanya oleh
Allah. "Hai Musa, bagaimana dengan panen rayamu?" "Iya, Tuhan. Kami telah memanen
dan membawa panenanpanenan tersebut untuk disimpan di gudang." "Lalu, apakah
tidak ada panenan sedikit pun yang kamu tinggalkan di sana?" "Ya Tuhan, ya mestinya
yang saya bawa adalah panenan yang bagus-bagus saja. Adapun buah yang jelek saya
tinggalkan," jelas Musa.
39
Selepas Nabi Musa mengutarakan alasannya, Allah pun kemudian berfirman,
"Begitu pula Aku. Sesungguhnya Aku memasukkan neraka kepada orang yang tidak
punya unsur kebaikan sama sekali." Musa penasaran, "Siapa mereka, Tuhan?" "Orang
yang tidak mau berkata Lailaha illallah Muhammadur Rasulullah."
Ada pesan yang sangat kuat dalam dialog tersebut, bertauhid merupakan
prasayarat menggapai kemuliaan dalam kehidupan umat manusia di dunia dan akhirat.
Seseorang yang tidak bertauhid secara totalitas dalam meniti kehidupannya akan
mendapatkan ketidaktenangan, semakin dijauhkan dari kebenaran dan ancaman
kehinaan dihadapan Allah SWT. Upaya menyekutukan Allah dalam bentuk
pembangkangan, kemaksiatan, dan kezaliman akan mengantarkan seseorang pada
kehinaan dengan balasan siksa neraka kelak di akhirat.
Begitu juga sebaliknya, seseorang yang bertauhid secara konsisten, yakni dengan
mengikrarkan secara lisan (iqrarun billisan), meyakini di dalam hati (tashdiqun biljanan),
dan melakukan dengan amal kebaikan (wa'amalun bil arkan) akan mendorong
tercapainya derajat kemuliaan bagi seseorang di hadapan Allah SWT.
Allah SWT berfirman, "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka
itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS al- An'am: 82).
Tauhid harus dibuktikan dengan sikap dan tindakan hidup sehari hari. Sikap dan perilaku
manusia bertauhid dapat ditunjukan melalui ciri ciri berikut ini:
a. Senantiasa menjunjung tinggi dan berpihak kepada hal hal yang baik dan benar.
Kenyakinan adanya kebenaran yang hakiki berasal dari Allah, sedangkan kebenaran
yang nisbi datangnya dari manusia.
b. Bersikap aktif, giat, dinamis (terus bergerak) dan mengarah ke masa depan
c. Bersikap adil yaitu dengan menempatkan segala sutu pada tempatnya. Allah
diposisikan sebagai pencipta yang maha agung dan harus disucikan sedangkan
manusia adalah makhluk ciptanya yang harus tunduk dan patuh kepadanya
d. Tidak suka menyalahkan orang lain atau hanya menganggap dirinya yang paling
benar serta tidak memaksakan kehendaknya.
40
LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD)
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
41
..............................................................................................................................................................
F. Lampiran Materi
Manusia Sebagai Khalifatullah
Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan
penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia
di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia
di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk
beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan
ketenangan di akhirat. Apa yang harus dilakukan oleh khalifatullah itu di bumi? Dan
bagaimanakah manusia melaksanakan ibadah-ibadah tersebut? Serta bagaimanakah manusia
bisa mencapai kesenangan dunia dan ketenangan akhirat tersebut? Banyak sekali ayat yang
menjelaskan mengenai tiga pandangan ini kepada manusia. Antara lain seperti disebutkan pada
Surah Al-Baqarah ayat 30:
َوِاْذ َقاَل َرُّب َك ِلْلَمٰۤلِٕى َكِةِ اِّنْي َجاِعٌل ِفى اْلَاْرِض َخِلْيَفًةۗ َق ْٓو
اُل ا َاَتْجَعُل ِفْيَها َمْن ُّي ْفِسُد ِفْيَها
َوَيْسِفُك الِّدَمۤا َۚء َوَنْحُن ُنَسِّبُح ِبَحْمِدَك َوُنَقِّدُس َلَكۗ َقاَل ِاِّنْٓي َاْعَلُم َما َلا َتْعَلُمْوَن
Artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui“. (Q.S. Al-Baqarah: 30)
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugastugas yang
telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas
tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu berada
di bumi sebagai khalifatullah. Jika kita menyadari diri kita sebagai khalifah Allah, sebenarnya
tidak ada satu manusia pun di atas dunia ini yang tidak mempunyai “kedudukan” ataupun
“jabatan”. Jabatanjabatan lain yang bersifat keduniaan sebenarnya merupakan penjabaran dari
jabatan pokok sebagai khalifatullah. Jika seseorang menyadari bahwa jabatan keduniawiannya
itu merupakan penjabaran dari jabatannya sebagai khalifatullah, maka tidak ada satu manusia
42
pun yang akan menyelewengkan jabatannya. Sehingga tidak ada satu manusia pun yang akan
melakukan penyimpanganpenyimpangan selama dia menjabat. Jabatan manusia sebagai
khalifah adalah amanat Allah. Jabatan-jabatan duniawi, misalkan yang diberikan oleh atasan
kita, ataupun yang diberikan oleh sesama manusia, adalah merupakan amanah Allah, karena
merupakan penjabaran dari khalifatullah. Sebagai khalifatullah, manusia harus bertindak
sebagaimana Allah bertindak kepada semua makhluknya.
Pada dasarnya, semua makhluk Allah di atas bumi ini beribadah menurut kondisinya.
Paling tidak, ibadah mereka itu adalah bertasbih kepada Allah. Bebatuan, pepohonan, gunung,
dan sungai misalkan, semuanya beribadah kepada Allah dengan cara bertasbih. Dalam hal ini,
janin yang berada di dalam rahim ibu beribadah sesuai dengan kondisinya, yaitu dengan cara
bertasbih. Ketika Allah akan meniupkan roh ke dalam janin, maka Allah bertanya dulu kepada
janin tersebut. Allah mengatakan “Aku akan meniupkan roh ke dalam dirimu. Tetapi jawab
dahulu pertanyaan-Ku, baru Aku akan tiupkan roh itu ke dalam dirimu. Apakah engkau
mengakui Aku sebagai Tuhanmu?” Lalu dijawab oleh janin tersebut, “Iya, aku mengakui Engkau
sebagai Tuhanku.” Dari sejak awal, ternyata manusia itu sebelum ada rohnya, atau pada saat
rohnya akan ditiupkan, maka Allah menanyakan dahulu apakah si janin mau mengakui-Nya
sebagai Tuhan. Jadi, janin tersebut beribadah menurut kondisinya, yaitu dengan bertasbih
kepada Allah.
Tidak ada makhluk Allah satupun yang tidak bertasbih kepada-Nya Manusia mulai
melakukan penyimpangan dan pembangkangan terhadap Allah yaitu pada saat ia berusia akil
baligh hingga akhir hayatnya. Tetapi, jika kita ingat fungsi kita sebagai khalifatullah, maka takkan
ada manusia yang melakukan penyimpangan. Makna sederhana dari khalifatullah adalah
“pengganti Allah di bumi”. Setiap detik dari kehidupan kita ini harus diarahkan untuk beribadah
kepada Allah, seperti ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya yang
artinya:
“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku.” .{Surah Az-Zariyat
Ayat 56}.
Kalau begitu, sepanjang hayat kita sebenarnya adalah untuk beribadah kepada Allah.
Dalam pandangan Islam, ibadah itu ada dua macam, yaitu: ibadah primer (ibadah mahdhah) dan
ibadah sekunder (ibadah ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang langsung,
sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah tidak langsung. Seseorang yang meninggalkan
ibadah mahdhah, maka akan diberikan siksaan oleh Allah. Sedangkan bagi yang
melaksanakannya, maka akan langsung diberikan ganjaran oleh Allah. Ibadah mahdhah antara
lain: shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah semua aktifitas
kita yang bukan merupakan ibadah mahdhah tersebut, antara lain: bekerja, masak, makan, dan
menuntut ilmu.
43