Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Muhammadiyah Menurut Bahasa

dan Istilah
Menurut sisi bahasa, Muhammadiyah berasal dari nama besar nabi dan rasul kita yang
terakhir, Muhammad saw. Kemudian ditambahkan “ya nisbiyah” yang berarti pengikut.
Jadi secara keseluruhan, nama Muhammadiyah berarti umat atau pengikut nabi
Muhammad saw. Sedangkan menurut istilahnya, Muhammadiyah adalah sebuah
gerakan Islam berupa dakwah Amar Makruf Nahi Munkar. Tujuan dari didirikannya
Muhammadiyah adalah untuk senantiasa menjunjung tinggi Islam, selalu berakidah
Islam serta agar umat manusia selalu berperilaku dengan bersumber pada Al-Quran
dan hadist sahih. Organisasi Islam ini juga bertujuan untuk meluruskan segala
penyimpangan yang terjadi selama proses dakwah. Penyimpangan ini timbul akibat
tercampurnya budaya daerah dengan ajaran Islam karena alasan adaptasi.

K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang lahir di
daerah bernama Kauman, yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868. Pria yang lahir
dengan nama kecil Muhammad Darwis ini adalah putra keempat dari tujuh
bersaudara dengan ayah bernama K.H. Abu Bakar. Ibu beliau bernama Siti Aminah
yang merupakan putri dari H. Ibrahim yang pada masa itu menjabat sebagai
penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Sejak kecil, K.H Ahmad Dahlan memang sangat antusias untuk berdakwah. Ia
menunaikan haji ketika beliau masih berusia 15 tahun dan menetap di kota Mekah
selama 5 tahun. Selama di Mekah, beliau memperdalam ilmu agama dan juga
berinteraksi dengan Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha, dan Ibnu
Taimiyah yang memiliki pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam.

Pada tahun 1888 beliau kembali ke kampung halaman dan mengubah nama beliau
dari Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan. Beliau kembali ke Mekkah dan
menetap selama dua tahun di sana pada tahun 1903. Selama dua tahun di Mekkah,
beliau sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga merupakan guru dari
K.H. Hasyim Asyari, pendiri NU.
Sekembalinya beliau dari Mekkah pada tahun 1912, beliau mendirikan
Muhammadiyah di kampung halamannya, Kauman, Yogyakarta. . Selain mendirikan
Muhammadiyah, beliau juga berjasa mendirikan berbagai usaha yang bergerak di
bidang pelayanan masyarakat. Beliau wafat pada tanggal 23 Februari 1923.
Pada tahun 1883, di umur yang ke 15 sosok pria yang Bernama Muhammad Darwiys
yang tidak lain adalah KH. Ahmad Dahlan, terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam dunia Islam, seperti Muhammad Abduh, al-Afghani, Rasyid Ridha,
dan ibn Taimiyah. Jiwa dan pemikirannya penuh disemangati oleh aliran pembaharuan
ini yang kelak kemudian hari menampilkan corak keagamaan yang sama, yaitu melalui
Muhammadiyah, yang bertujuan untuk memperbaharui pemahaman keagamaan (ke-
Islaman) di sebagian besar dunia Islam saat itu yang masih bersifat ortodoks (kolot).
Ortodoksi ini dipandang menimbulkan kebekuan ajaran Islam, serta stagnasi dan
dekadensi (keterbelakangan) ummat Islam. Oleh karena itu, pemahaman keagamaan
yang statis ini harus dirubah dan diperbaharui, dengan gerakan purifikasi atau
pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada al-Qur'an dan al-Hadits.

Ada sebuah nasehat yang ditulisnya dalam bahasa Arab untuk dirinya sendiri, yaitu :

“Wahai Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar dan peristiwa-peristiwa yang
akan mengejutkan engkau, yang pasti harus engkau lewati. Mungkin engkau mampu
melewatinya dengan selamat, tetapi mungkin juga engkau akan binasa karenanya.
Wahai Dahlan, coba engkau bayangkan seolah-olah engkau berada seorang diri
bersama Allah, sedangkan engkau menghadapi kematian, pengadilan, hisab, surga, dan
neraka. Dan dari sekalian yang engkau hadapi itu, renungkanlah yang terdekat
kepadamu, dan tinggalkanlah lainnya”

Dari pesan itu tersirat sebuah semangat yang besar tentang kehidupan akhirat. Dan
untuk mencapai kehidupan akhirat yang baik, maka Dahlan berpikir bahwa setiap orang
harus mencari bekal untuk kehidupan akhirat itu dengan memperbanyak ibadah, amal
saleh, menyiarkan dan membela agama Allah, serta memimpin ummat ke jalan yang
benar dan membimbing mereka pada amal dan perjuangan menegakkan kalimah Allah.

Kesadaran seperti itulah yang menyebabkan Dahlan sangat merasakan kemunduran


ummat islam di tanah air. Hal ini merisaukan hatinya. Ia merasa bertanggung jawab
untuk membangunkan, menggerakkan dan memajukan mereka. Dahlan sadar bahwa
kewajiban itu tidak mungkin dilaksanakan seorang diri, tetapi harus dilaksanakan oleh
beberapa orang yang diatur secara seksama.

maka Dahlan gigih membina angkatan muda untuk turut bersama-sama melaksanakan
upaya dakwah tersebut, dan juga untuk meneruskan dan melangsungkan cita-citanya
membangun dan memajukan bangsa ini dengan membangkitkan kesadaran akan
ketertindasan dan ketertinggalan ummat Islam di Indonesia.

A. Biografi KH. Ahmad Dahlan

Muhammad Darwisy (Nama Kecil Kyai Haji Ahmad Dahlan), Beliau adalah pendiri
Muhammadiyah. Beliau adalah putera keempat dari tujuh bersaudara. Bapaknya
bernama K.H. Abu Bakar. K.H. Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka
di Masjid Besar Kasultanan Yogjakarta pada masa itu. Ibu dari K.H. Ahmad Dahlan
adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat sebagai penghulu Kasultanan
Yogyakarta pada masa itu.

Nama kecil K.H. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak
keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhanya saudaranya perempuan,
kecuali adik bungsunya. Dalam silsilah ia termasuk keturunan yang kedua belas dari
Maulana Malik Ibrahim. Adapun silsilahnya ialah Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan)
bin KH. Abu Bakar bin KH. Muhammad Sulaiman bin Kyai Murtadla bin Kyai Ilyas bin
Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Maulana
Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom) bin Maulana Muhammad Fadlullah (Prapen) bin
Maulana ‘Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim.

Ketika pulang ke kampungnya tahun 1888, beliau berganti nama menjadi Ahmad
Dahlan. Pada tahun 1903, beliau bertolak kembali ke Makkah dan menetap selama dua
tahun. Pada masa ini, beliau sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga
guru dari pendiri NU, K.H. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan
Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.

Sepulang dari Makkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai
Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan. Dari
perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak
yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah
(Kutojo dan Safwan, 1991). KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah,
janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak.
KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah
(adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Beliau pernah juga
menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta. Beliau dimakamkan di Karang
Kajen, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai