Anda di halaman 1dari 10

KH AHMAD DAHLAN

SANG PENDIRI MUHAMMADIYAH


Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anakkeempat dari tujuh
orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan,kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan yang
kedua belas dari Maulana MalikIbrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu
pelopor penyebaranagama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim,
MaulanaIshaq,Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen),
MaulanaSulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang
DjurungDjuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu
Bakar,dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).

Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Padaperiode ini, Ahmad Dahlan
mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharudalam Islam, seperti Muhammad
Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah.

Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi AhmadDahlan.

Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Padamasa ini, ia sempat berguru
kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiriNU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan
Muhammadiyah di kampungKauman, Yogyakarta.

Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak KyaiPenghulu Haji Fadhil,
yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorangPahlawanan Nasional dan pendiri
Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah,KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak
yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, SitiBusyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Disamping itu KH.
Ahmad Dahlanpernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi
NyaiRum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera
dariperkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang
bernamaDandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.

Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi Oetomo -
organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau memberikanpelajaran-
pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota. Pelajaran yang diberikannyaterasa sangat berguna
bagi anggota Boedi Oetomo sehingga para anggota BoediOetomo ini menyarankan agar Kiai
Dahlan membuka sekolah sendiri yang diaturdengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat
permanen. Hal tersebutdimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren tradisional yang
terpaksatutup bila kiai pemimpinnya meninggal dunia.

Saran itu kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan dengan mendirikan sebuah organisasiyang diberi
nama Muhammadiyah pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330).Organisasi ini bergerak di
bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui organisasiinilah beliau berusaha memajukan
pendidikan dan membangun masyarakat Islam.
Bagi Kiai Dahlan, Islam hendak didekati serta dikaji melalui kacamata modern sesuaidengan
panggilan dan tuntutan zaman, bukan secara tradisional. Beliau mengajarkankitab suci Al Qur'an
dengan terjemahan dan tafsir agar masyarakat tidak hanya pandaimembaca ataupun melagukan Qur'an
semata, melainkan dapat memahami maknayang ada di dalamnya. Dengan demikian diharapkan akan
membuahkan amal
perbuatan sesuai dengan yang diharapkan Qur’an itu sendiri. Menurut
pengamatannya, keadaan masyarakat sebelumnya hanya mempelajari Islam darikulitnya tanpa mendalami
dan memahami isinya. Sehingga Islam hanya merupakansuatu dogma yang mati.

Di bidang pendidikan, Kiai Dahlan lantas mereformasi sistem pendidikan pesantrenzaman itu,
yang menurutnya tidak jelas jenjangnya dan tidak efektif metodenyalantaran mengutamakan
menghafal dan tidak merespon ilmu pengetahuan umum.Maka Kiai Dahlan mendirikan sekolah-sekolah
agama dengan memberikan pelajaranpengetahuan umum serta bahasa Belanda. Bahkan ada juga Sekolah
Muhammadiyahseperti H.I.S. met de Qur'an. Sebaliknya, beliau pun memasukkan pelajaran
agamapada sekolah-sekolah umum. Kiai Dahlan terus mengembangkan dan membangunsekolah-
sekolah. Sehingga semasa hidupnya, beliau telah banyak mendirikan sekolah,masjid, langgar, rumah sakit,
poliklinik, dan rumah yatim piatu.

akai celana pendek,berdasi, dan bertopi. Hizbul Wathan ini juga mengenakan uniform atau
pakaianseragam, mirip Pramuka sekarang.

Pembentukan Hizbul Wathan ini dimaksudkan sebagai tempat pendidikan para pemudayang merupakan bunga
harapan agama dan bangsa. Sebagai tempat persemaiankader-kader terpercaya, sekaligus menunjukkan
bahwa Agama Islam itu tidaklah kolotmelainkan progressif. Tidak ketinggalan zaman, namun sejalan
dengan tuntutankeadaan dan kemajuan zaman.

Karena semua pembaruan yang diajarkan Kyai Dahlan ini agak menyimpang dari tradisiyang ada saat itu,
maka segala gerak dan langkah yang dilakukannya dipandang aneh.Sang Kiai sering diteror seperti
diancam bunuh, rumahnya dilempari batu dan kotoranbinatang.

Ketika mengadakan dakwah di Banyuwangi, beliau diancam akan dibunuh dan dituduhsebagai
kiai palsu. Walaupun begitu, beliau tidak mundur. Beliau menyadari bahwamelakukan suatu
pembaruan ajaran agama (mushlih) pastilah menimbulkan gejolak

dan mempunyai risiko. Dengan penuh kesabaran, masyarakat perlahan-lahanmenerima


perubaban yang diajarkannya.
Tujuan mulia terkandung dalam pembaruan yang diajarkannya. Segala tindakperbuatan, langkah dan usaha
yang ditempuh Kiai ini dimaksudkan untukmembuktikan bahwa Islam itu adalah Agama
kemajuan. Dapat mengangkat derajatumat dan bangsa ke taraf yang lebih tinggi. Usahanya ini
ternyata membawa dampakpositif bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Banyak golonganintelektual dan pemuda yang tertarik dengan metoda yang dipraktekkan Kiai
Dahlanini sehingga mereka banyak yang menjadi anggota Muhammadiyah. Dalamperkembangannya,
Muhammadiyah kemudian menjadi salah satu organisasi massaIslam terbesar di Indonesia.
Melihat metoda pembaruan KH Ahmad Dahlan ini, beliaulah ulama Islam pertama ataumungkin
satu-satunya ulama Islam di Indonesia yang melakukan pendidikan dan
perbaikan kehidupan um’mat, tidak dengan pesantren
dan tidak dengan kitabkarangan, melainkan dengan organisasi. Sebab selama hidup, beliau
diketahui tidakpernah mendirikan pondok pesantren seperti halnya ulama-ulama yang lain. Dansepanjang
pengetahuan, beliau juga konon belum pernah mengarang sesuatu kitabatau buku agama.

Muhammadiyah sebagai organisasi tempat beramal dan melaksanakan ide-idepembaruan Kiai


Dahlan ini sangat menarik perhatian para pengamat perkembanganIslam dunia ketika itu. Para sarjana dan
pengarang dari Timur maupun Barat sangatmemfokuskan perhatian pada Muhammadiyah. Nama
Kiai Haji Akhmad Dahlan punsemakin tersohor di dunia.

Dalam kancah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, peranan dan sumbanganbeliau sangatlah besar.
Kiai Dahlan dengan segala ide-ide pembaruan yangdiajarkannya merupakan saham yang sangat besar
bagi Kebangkitan Nasional di awalabad ke-20.

Kiai Dahlan menimba berbagai bidang ilmu dari banyak kiai yakni KH. MuhammadShaleh di
bidang ilmu fikih; dari KH. Muhsin di bidang ilmu Nahwu-Sharaf (tatabahasa); dari KH. Raden
Dahlan di bidang ilmu falak (astronomi); dari Kiai Mahfud danSyekh KH. Ayyat di bidang ilmu
hadis; dari Syekh Amin dan Sayid Bakri Satock dibidang ilmu Al-Quran, serta dari Syekh Hasan
di bidang ilmu pengobatan dan racunbinatang.

Pada usia 66 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923, Kiai Haji Akhmad Dahlanwafat di
Yogyakarta. Beliau kemudian dimakamkan di Karang Kuncen, Yogyakarta.Atas jasa-jasa Kiai Haji Akhmad
Dahlan maka negara menganugerahkan kepada beliaugelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan
Nasional. Gelar kehormatantersebut dituangkan dalam SK Presiden RI No.657 Tahun 1961, tgl 27 Desember
1961.
KISAH KASMAN SINGODIMEDJO, SANG PEMERSATU ISLAM DAN NASIONALIS

Dalam politik, perseteruan adalah hal lumrah. Bahkan seringkali terjadi dalam momen genting.
Sejarah Indonesia pun tak lepas dari perseteruan politik. Dalam situasi tersebut selalu hadir sang
pemersatu. Kasman Singodimedjo adalah salah satunya.
Kiprah Kasman di dunia pergerakan dimulai sejak dirinya aktif di Muhammadiyah. Pada1925,
dia pun menjadi salah satu tokoh sentral di Jong Islamieten Bond (JIB). Sebuah perkumpulan
pemuda Islam yang menjadi cikal bakal organisasi pergerakan lainnya.
Pada 1938, Kasman turut membentuk Partai Islam Indonesia di Surakarta bersama KH Mas
Mansur, Farid Maruf, Sukiman, dan Wiwoho Purbohadidjoyo.
Momen itu sekaligus menabalkan dirinya sebagai eksponen golongan Islam. Di zaman
pendudukan Jepang, Kasman pun aktif sebagai Komandan Pembela Tanah Air (Peta) Jakarta.
Menjelang kemerdekaan Kasman didapuk sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI).
Peran Kasman sebagai pemersatu sangat kental dalam proses pengesahan Undang-undang Dasar
(UUD) 1945. Tepatnya pada rapat PPKI 18 Agustus 1945.
Golongan Islam sempat menolak proses pengesahan tersebut. Ini dikarenakan adanya usulan
penghapusan tujuh kata yang mewakili aspirasi umat Islam, yakni butir pertama yang berbunyi
"Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya"
. Golongan Islam yang diwakili Ki Bagus Hadikusumo menolak usulan tersebut. Sebab, tujuh
kata tersebut merupakan kesepakatan bersama yang telah dicapai pada rapat Badan Penyelidik
Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yakni pada 22 Juni 1945.
Kesepakatan tersebut dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Dalam momen kebuntuan itulah
Kasman hadir sebagai pemersatu antara golongan Islam dan nasionalis.
Kasman yang juga berasal dari Muhammadiyah dipercaya oleh Soekarno dan Hatta untuk
meluluhkan hati Ki Bagus Hadikusumo supaya menerima usulan penghapusan tujuh kata terkait
syariat Islam.
Sebab, muncul penolakan dari perwakilan Indonesia bagian timur jika tujuh kata tersebut tetap
dipertahankan.
Anggota DPD DKI Jakarta yang pernah menjadi sekretaris pribadi Kasman, AM Fatwa,
mengungkapkan bahwa waktu itu Kasman berbicara empat mata dengan Ki Bagus Hadikusumo.
Sebab, dua utusan sebelumnya yang juga mewakili golongan Islam, yakni Teuku Muhammad
Hasan dan KH Wahid Hasyim, gagal membujuk Ki Bagus Hadiksumo. Kasman pun sejatinya
merupakan perwakilan dari golongan Islam.
"Namun Pak Kasman sama sekali tak menganggap Pancasila bertentangan dengan Islam, bagi
Beliau, Pancasila merupakan bagian dari Islam," ujar Fatwa saat diwawancarai di kediamannya
di bilangan Jakarta Selatan, Minggu (19/6/2016).

Atas dasar itulah Kasman meyakinkan Ki Bagus Hadikusumo. Bahwasanya, penghapusan


kewajiban menjalankan syariat Islam, dan diganti dengan frase Ketuhanan Yang Maha Esa tetap
mewakili aspirasi umat Islam Indonesia.
Kasman menjelaskan kepada Ki Bagus Hadikusumo bahwa makna dari Ketuhanan Yang Maha
Esa merupakan ketundukan umat Islam kepada Allah SWT.
"Di samping itu Pak Kasman juga mendudukkan situasinya kepada Ki Bagus Hadikusumo
bahwa saat itu kondisi memang sedang genting karena masih ada tekanan dari Jepang dan
sekutu," tutur Fatwa.
"Indonesia saat itu butuh UUD sesegara mungkin sebagai syarat berdirinya negara agar diakui
oleh pihak internal maupun eksternal. Enam bulan kemudian ada kesempatan untuk merevisinya
lagi, itu yang diucapkan Pak Kasman," ujar Fatwa.
Argumentasi Kasman tersebut berhasil meluluhkan hati Ki Bagus Hadikusumo. UUD 1945 saat
itu pun berhasil disahkan berkat kebesaran hati golongan Islam melalui peran Kasman
Singodimedjo.
Selepas itu, karir politik Kasman pun terus menanjak. Dia terpilih sebagai ketua Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP), sebagai parlemen pertama di Indonesia pada 29 Agustus 1945.
Selanjutnya, Kasman diangkat sebagai Jaksa Agung pada 1945-1946. Pada 1947-1948 Kasman
diangkat sebagai Menteri Muda Kehakiman, tepatnya pada Kabinet Amir Sjarifuddin II.
Selanjutnya pada pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Konstituante, yakni pada 29
September 1955, Kasman terpilih sebagai anggota Dewan Konstituante dari Partai Masyumi.
Meski karir politiknya tergolong cemerlang, di akhir masa pemerintahan Soekarno, Kasman
justru sempat berseteru dengan sang proklamator.
Puncaknya ketika Kasman ditahan pada November 1963 atas tuduhan terlibat dalam rapat gelap
yang hendak menjatuhkan pemerintahan Soekarno.
Awalnya, Kasman sempat dipenjara di Sukabumi, kemudian berpindah ke Bogor hingga masa
penahanannya habis seiring dengan jatuhnya Rezim Orde Lama.
"Meski waktu itu Pak Kasman sudah menegaskan bahwa dirinya sama sekali tak pernah ikut
sekalipun dalam rapat gelap yang dimaksud, tetap saja Beliau ditahan dan divonis selama dua
tahunan," ujar Fatwa.
Fatwa pun mengatakan saat Kasman bebas dari penjara karena rezim Soekarno runtuh, tak
sekalipun Kasman menaruh dendam pada Soekarno.
Hal itu terbukti saat Soekarno wafat. Kasman turut serta mengantar jenazah Soekarno dari
Jakarta hingga ke Blitar.
"Bagi Pak Kasman, itu merupakan suatu penghormatan kepada seorang kawan, kepada seorang
pemimpin negara," ujar Fatwa.
"Meskipun dulunya Pak Kasman pernah dipenjarakan oleh rezim Soekarno, tapi Pak Kasman
tetap menganggap Soekarno sebagai kawan, sebagai saudara sesama muslim yang harus dikasihi
dan dihormati meski berbeda pandangan politik," tutur Fatwa.
Fatwa pun menceritakan alasan lain Kasman yang menghormati Soekarno yang berbeda
pandangan politik dengannya.
"Waktu saya tanya kenapa Beliau sampai mengantar jenazah ke Blitar, Beliau bilang Nabi
Muhammad SAW saja waktu ada jenazah seorang Yahudi lewat sampai berdiri sebagai bentuk
penghormatan, apalagi ini kepada saudara sesama muslim, meski berbeda pandangan politik, tak
jadi penghalang untuk menghormati seseorang," ucap Fatwa.
K.H AR. FACHRUDDIN

K.H. AR. FACHRUDDIN


Kiai Haji Abdur Rozzaq Fachruddin adalah pemegang rekor paling lama memimpinMuhammadiyah, yaitu
selama 22 tahun (1968-1990). Ia lahir tanggal 14 Februari 1916 diCilangkap, Purwanggan,
Pakualaman, Yogyakarta.
Ayahnya ialah KH. Fachruddin (seorang Lurah Naib atau Penghulu dari Puro Pakualaman yangdiangkat oleh
Kakek Sri Paduka Paku Alam VIII) yang berasal dari Bleberan, Brosot,
Galur,Kulonprogo.Sementara ibunya ialah Maimunah binti KH. Idris Pakualaman. Pada tahun 1923,
untukpertama kalinya Abdur Rozak bersekolah formal di Standaad School Muhammadiyah
BausasranYogyakarta.
Pada tahun 1934, ia dikirim oleh Muhammadiyah untuk misi dakwah sebagai guru di sepuluhsekolah dan
sebagai mubaligh di Talangbalai (sekarang Ogan Komering Ilir) selama sepuluhtahun. Dan
ketika Jepang datang, ia pindah ke Muara Meranjat, Palembang sampai tahun1944. Selama tahun
1944, Fachruddin mengajar di sekolah Muhammadiyah serta memimpindan melatih Hizbul Wathan, dan barulah
ia pulang ke kampung halaman.

KARIR
Pengabdiannya bukan saja di lingkungan Muhammadiyah, tapi juga di pemerintahan danperguruan tinggi.
Pak AR misalnya, pernah menjabat sebagai kepala Kantor Urusan Agama,Wates (1947). Tidak
lama di jabatannya itu, dia ikut bergerilya melawan Belanda. Pada 1950-1959, ia menjadi
pegawai di kantor Jawatan Agama wilayah Yogyakarta, lalu pindah keSemarang, sambil
merangkap dosen luar biasa bidang studi Islamologi di Unissula, FKIP Undip,dan STO.
Sedangkan di Muhammadiyah, dimulai sebagai pimpinan Pemuda Muhammadiyah (1938-
1941).Ia menjadi pimpinan mulai di tingkat ranting, cabang, wilayah, hingga sebagai Pimpinan
PusatMuhammadiyah. Jabatan sebagai ketua PP Muhammadiyah dipegangnya pada 1968 setelah
difait accompli menggantikan KH Faqih Usman, yang meninggal.
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-38 di Ujungpandang, Pak AR terpilih sebagai ketua. Hampirseperempat
abad ia menjadi orang paling atas di Muhammadiyah, sebelum digantikan olehalmarhum KH Azhar Basyir
(setelah tidak lagi bersedia dicalonkan dalam MuktamarMuhammadiyah 1990). Setelah dirawat di RS
Islam Jakarta, Pak AR wafat pada 17 Maret 1995,meninggalkan 7 putra dan putri.
Sesuatu yang nampak menonjol dari pribadi Pak AR adalah kesederhanaan, kejujuran,
dankeikhlasan. Tiga sifat itulah, menurut Dr Amien Rais, warisan utama Pak AR yang perlu
terusdihidupkan tidak hanya oleh kalangan Muhammadiyah. Selaku pemimpin umat, Pak AR
sangatsepi dari limpahan harta benda. Beliau sangat mungkin untuk memiliki mobil mengkilap, ataurumah
mewah. Tetapi Pak AR memilih untuk tidak punya apa-apa, kata Amien.
Kesejukannya sebagai pemimpin umat Islam juga bisa dirasakan oleh umat agama
lain. Ketikamenyambut kunjungan pemimpin umat Kristiani sedunia, Paus Yohannes Paulus II, diYogyakarta
dalam sebuah kunjungan resmi ke Indonesia, Pak AR menyampaikan 'uneg-uneg'dan kritik kepada
Paus.
Pak AR mengeluhkan, bahwa tak sedikit umat Islam yang lemah dan tak berkecukupanseringkali dirayu umat
Kristen untuk masuk agama mereka. Kesempatan itu juga digunakanPak AR menjelaskan pada Paus, bahwa
agama harus disebarluaskan dengan cara-cara yang perwira dan sportif. Kritik ini diterima dengan
lapang dada oleh umat lain karena disampaikandengan lembut dan sejuk, serta dijiwai dengan semangat
toleransi tinggi.
Tak hanya kesejukan, Pak AR juga dikenal sangat merakyat. Meski ia menduduki jabatanpuncak
di organisasi Muhammadiyah, namun dia tidak pernah jauh dari umat yangdipimpinnya. Ia
memberikan seluruh diri dan hidupnya kepada Muhammadiyah. Suatu ketikadi tahun 1975, becak yang
dinaikinya dicegat seorang pedagang kaki lima. Pedagang ituternyata hanya ingin bertanya tentang
hukum pinjam-meminjam. Lebih setengah jam, Pak ARmemberi penjelasan kepada pedagang tersebut. Setelah si
penanya puas, Pak AR kembalimelanjutkan perjalanan.
Pak AR yang memang selalu ingin dekat dengan rakyat kecil itu, paling senang jika
diundangberceramah di kalangan rakyat bawah di lembah Kali Code dan kampung-kampung
pinggirandi Yogyakarta. Suatu kali, dalam sebuah kultum (kuliah tujuh menit), Pak AR
menjelaskanmengapa dirinya senang ceramah di kalangan rakyat kecil dan miskin. "Karena
itulah sunnahNabi SAW," jawabnya.
Para pengikut Islam, pertama-tama, jelas Pak AR, adalah rakyat miskin dan budak
belian."Karena itu, sebagai dai jangan berharap pada orang-orang besar dan kaya. Bukankah
Nabipernah mendapat teguran dari Allah karena menyepelekan orang kecil demi berdakwah untukorang
besar?" jelasnya.
Sikapnya yang merakyat inilah yang membuat periode kepemimpinannya dinilai sangatberhasil.
Totalitas Pak AR dalam ber-Muhammadiyah, itu juga ditunjukkan dalam bentukpenolakannya
ketika pemerintah Orde Baru berkali-kali menawarinya menjadi anggota DPRdan jabatan
lainnya. Di sisi lain, Pak AR juga tetap menjaga hubungan baik denganpemerintah, dan bekerja
sama secara wajar. Sikap dan kebijakannya ini membuat wargaMuhammadiyah merasa teduh, aman
dan memberikan kepercayaan yang besar kepadanya.
Bagaimana Pak AR di mata keluarganya? "Bapak tidak pernah marah. Kepada kami, jugakepada
orang lain. Kalaupun menasihati kami, dilakukannya secara halus kadang diselingidengan humor,"
ujar Siti Zahanah, anak ketiga Pak AR, sebagaimana dituturkannya dalambuku Pak AR, Profil Kiai
Merakyat.
Meski sebagai teladan dan sangat dihormati di keluarga, bukan berarti urusan keluargamenjadi
prioritas. Baginya, keluarga adalah nomor dua, sementara Muhammadiyah dan umatadalah urusan
pertama dalam hidupnya. Namun, dukungan keluarga sangat penting bagi PakAR untuk menjalankan
aktivitas dan amanat organisasi.
Setiap akan meninggalkan rumah lebih dari sehari semalam, Pak AR mempunyai
kebiasaanberpesan kepada sang istri, Siti Qomariyah, dan anak-anaknya. "Aku arep lungo nang
kenesemene dino. Kowe kabeh tak pasrahke Gusti Allah (Aku akan pergi ke kota ini sekian
hari.Kamu sekalian saya titipkan kepada Allah)," tutur Qomariyah, menirukan pesan Pak AR.
PakAR memang berharap istrinya benar-benar berperan sebagai ibu rumah tangga secara penuh.Menjadi istri
sekaligus ibu rumah tangga yang istiqomah, yang mampu membimbing danmemberi motifasi
kepada anak-anak. Pak AR sadar betul, tugasnya yang berat sebagai ketuaMuhammadiyah,
membuatnya tak cukup waktu untuk keluarga. Karena itulah, sang istri yangmengambil alih tugas-tugas
keseharian di rumah ketika Pak AR tugas keluar.
Toh demikian, sudah menjadi rahasia umum, jika keluarga Pak AR yang tergolong keluargabesar
(9 orang) ini tidak mempunyai rumah pribadi. Padahal, sebagai orang penting, bila iamau, bisa
saja hal itu terpenuhi dalam hitungan hari. Tapi tidak demikian dengan Pak AR.
Rumah cukup besar yang ditempatinya sejak 1971 adalah milik persyarikatan Muhammadiyah.Sebelumnya, Pak
AR sekeluarga menghuni rumah sewa sederhana di Kauman nomor 260,Yogyakarta. Tapi, bukan berarti
Pak AR tidak ingin memiliki rumah pribadi. Hal itu pun sudahia usahakan saat menjabat sebagai
kepala Kantor Agama Jawa Tengah di Semarang tahun1959-1964, dengan cara membeli rumah secara
angsuran yang diusahakan pihak swasta.
Karena memang sifatnya yang tidak pernah berburuk sangka, angsuran rumah yang tanpadisertai
surat jaminan itu pun tak berumur panjang. Pak AR tertipu oleh pengembang yangmembawa lari uangnya.
"Wis ora usah dirembug maneh. Sesuk bakal diijoli omah sing luwihapik neng suwargo (Sudah, tidak
usah dibicarakan lagi. Nanti akan mendapat ganti rumahyang lebih baik di surga)," tutur Qomariyah,
ketika menanyakan kelanjutan dan status rumahyang diangsur itu. Kalau nyebut pak AR, benak
saya langsung mengarah kepada pak ARFachruddin (alm), ketua PP Muhammadiyah. Saya
sangat mengagumi gaya pak AR (alm) kalauceramah: Santun, lembut, sejuk.

Di samping dikenal sebagai seorang mubaligh yang sejuk, ia juga dikenal sebagai penulis
yangproduktif. Karya tulisnya banyak dibukukan untuk dijadikan pedoman dalam beragama.
Diantara karya-karyanya ialah Naskah Kesyukuran; Naskah Entheng, Serat Kawruh
IslamKawedar; Upaya Mewujudkan Muhammadiyah Sebagai Gerakan Amal; Pemikiran Dan
DakwahIslam; Syahadatain Kawedar; Tanya Jawab Entheng-Enthengan; Muhammadiyah adalahOrganisasi
Dakwah Islamiyah; Al-Islam Bagian Pertama; Menuju Muhammadiyah; Sekaten danTuntunan
Sholat Basa Jawi; Kembali kepada Al-Qur`an dan Hadist; Chutbah Nikah danTerjemahannya;
Pilihlah Pimpinan Muhammadiyah yang Tepat; Soal-Jawab Entheng-enthengan; Sarono Entheng-enthengan
Pancasila; Ruh Muhammadiyah; dan lain-lain.Ulama kharismatik ini tidak bersedia dipilih kembali
menjadi Ketua Pimpinan PusatMuhammadiyah pada Muktamar Muhammadiyah ke-42 di Yogyakarta,
walaupun masih banyakyang mengharapkannya. Ia berharap ada alih generasi yang sehat dalam
Muhammadiyah. Iawafat pada 17 Maret 1995 di Rumah Sakit Islam Jakarta pada usia 79 tahun.

Anda mungkin juga menyukai