Ahmad Dahlan lahir dengan nama Muhammad Darwisi pada tahun 1868 di kampung
Kauman Jogyakarta. Ayahnya KH. Abu Bakar seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid
besar Kesultanan Jogjakarta. Dan ibunya Nyai Abu Bakar putri dari H. Ibrahim yang menjabat
sebagai penghulu kesultanan Jogjakarta. Dalam silsilah Darwisi termasuk keturunan ke-12 dari
Maulana Malik Ibrahim salah satu Wali Songo pelopor pertama penyebaran dan pengembangan
Islam di tanah Jawa. Sejak kecil Darwisi sudah dipersiapkan menjadi seorang ulama oleh kedua
orang tuanya.
Berangkat dewasa pergi belajar ke tanah suci Mekah, beliau disana berkumpul dan
bergaul dengan ide-ide pembaharuan, beliau membaca banyak Tafsir Al Manar, kemudian juga
majalah Al Ulatul Wusqa yang di tebarkan oleh Abdul Ghani. Dan tokoh-tokoh pembaharu
waktu itu dunia islam dicengkram oleh penjajahan barat kemudian beliau membawa inspirasi
besar.
Pada usia 20 tahun Muhammad Darwisi kembali ke kampungnya dan berganti nama menjadi
Ahmad Dahlan untuk merealisasikan ide-ide pembaharuan, Ahmad Dahlan banyak bergaul dan
berdialog dengan semua kalangan baik ulama, rakyat jelata, bangsawan, pendeta hingga
misionaris. Pada tahun 1909 Dahlan melakukan terobosan dengan masuk menjadi Anggota Budi
Utomo dan memberikan pelajaran agama di kalangan priyai jawa. Setelah mendapat banyak
dukungan di kalangan priyai Ahmad Dahlan mendidikan sekolah dengan sistim pendidikan
modern, jiwa dan pemikiran Ahmad Dahlan terbukti menampilkan corak pemahaman keagamaan
yang khas.
Menurut sejarawan Drs. H. Ahmad Adaby D, KH. Ahmad Dahlan pada awalnya
mendapat serangan dari ulama-ulama tradisional yang mengatakan itu haram itu pendidikan itu,
pakai celana panjang saja haram itu. Apalagi pendidikan barat padahal Ahmad Dahlan
mengatakan pendidikan, ilmu-ilmu yang dari barat itu dulunya ilmu-ilmu yang dikuasai oleh
cendekiawan muslim di abad 8 sampai abad 13 itu, yang justru waktu itu terus kemudian pindah
ke barat, lalu dibawalah orang barat ke Indonesia. Sebenarnya ilmu itu sama saja, ilmu itu dari
Allah SWT. Ahmad Dahlan juga telaten menjelaskan itu, bahwa sesungguhnya kita didalam
islam tidak ada kehausan untuk membentuk lembaga-lembaga pencarian ilmu, tetapi menuntut
ilmu itu wajib bagi laki-laki dan perempuan.
Ketika beliau melaksanakan perubahan arah kiblat, waktu itu semua Masjid di seluruh
Indonesia kiblatnya mengarah ke barat, persis gitu, nah .KH. Ahmad Dahlan sebagai seorang
yang memiliki pengetahuan ilmu falak atau astronomi yang dalam, itu keliru. Maka beliau
karena meyakini kebenaran ilmu yang beliau miliki tadi maka beliau melaksanakan perubahan
arah kiblat ( HM. MukhlasAbror, Peng PP Muhammadiyah Yogyakarta).
HM. Ziyad Masykur cucunya KH. Ahmad Dahlan menuturkan Dalam ceritanya beliau
mendirikan surau, dirobohkan itu tidak orang lain ya keluarganya sendiri tapi beliau tidak patah
semangat. Meski mendapat banyak cobaan Ahmad Dahlan terus melangkah, setelah mendirikan
sekolah Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah pada tanggal 18 November
1912 sebagai pendukung aktifitasnya di bidang pendidikan melalui Muhammadiyah Ahmad
Dahlan merealisasikan ide-ide pembaharuannya dalam bidang agama, pendidikan dan sosial.
Melalui pendidikan Dahlan ingin memberantas kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan
melalui tablighnya Dahlan menyatakan perang terhadap takhayul, bid’ah, kurafat serta membuka
lebar-lebar pintu ijtihad.