Anda di halaman 1dari 4

Judul buku : K.

H Ahmad Dahlan

Terbit (tahun) : 2015

Penulis : Dr. Abdul Mu‟thi, M.Ed Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, Prof.
Dr. Djoko Marihandono, Tim Museum Kebangkitan Nasional

Penerbit : Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

PEMBAHARUAN PENDIDIKAN K.H. AHMAD DAHLAN

Nama Penulis : Toni Pratama (5203250014)

1. Biografi K.H Ahmad dahlan

KH. Ahmad Dahlan putra pribumi asli kelahiran Yogyakarta, 1868. Nama
kecilnya adalah Muhammad Darwis. Ia adalah putera keempat dari K.H. Abu
Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan
Yogyakarta pada masa itu. Ia termasuk keturunan yang kedua belas dari
Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo,
yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah
Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana „Ainul Yaqin, Maulana
Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig
(Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru
Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu
Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).

Pada usia ke-15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima
tahun. Pada periode inilah Muhammad Darwis muda mulai berinteraksi
dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad
Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Setelah menunaikan
ibadah haji dan sebelum ia kembali ke kampung halaman ia diberi nama
Ahmad Dahlan.

Selanjutnya pada tahun 1888 ia pulang kampung halaman. Sepulang dari


Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai
Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan,
seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya
dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu
Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.
(Kutojo, 1991).

Pada tahun 1903 ia berangkat kembali ke Mekah dan menetap di sana


selama 2 tahun. Pada keberangkatan kedua ini tampaknya ia sengaja ingin
memperdalam ilmu pengetahuan. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada
Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Ia
juga makin intens membaca berbagai literatur karya para pembaharu Islam
seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan Jamaluddin al-Afghani.

Melihat sepak terjang Ahmad Dahlan, pemerintah Hindia Belanda timbul


kekhawatiran akan perkembangan organisasi Muhamadiyah ini. Maka dari itu
kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain
seperti Srandakan, Wonosari, Imogiri dan lain-Iain telah berdiri cabang
Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah
Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan
menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar
Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan,
AlMunir di Ujung Pandang, Ahmadiyah di Garut. Sedangkan di Solo berdiri
perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat
pimpinan dari cabang Muhammadiyah.

2. Nilai nilai kewirausahaan yang inspiratif

Kyai Haji Ahmad Dahlan berhasil mengadakan pembaharauan-


pembaharuan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama.
Masyarakat yang hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan mulai
menyadari pentingnya perubahan-perubahan agar kehidupannya menjadi lebih
baik dan bermartabat. Kebiasaan-kebiasaan lama yang menghambat kemajuan
ditinggalkan, digantikan dengan gagasan baru Kyai Haji Ahmad Dahlan yang
mengarah pada proses kemajuan hidup yang lebih baik. Kesuksesan Kyai Haji
Ahmad Dahlan dalam melaksanakan pembaharuan dalam kehidupan
masyarakat dikarenakan sikap dan perilakunya yang layak untuk diteladani.

Masyarakat menilai perkataan dan tindakan Kyai Haji Ahmad Dahlan


selalu selaras, sehingga tidak ada alasan untuk menolak gagasan-gagasannya.
Dukungan dari masyarakat luas ini menjadikan gagasan-gagasan Kyai Haji
Ahmad Dahlan terus berkembang dan menyebar ke seluruh pelosok daerah di
Nusantara.
Reformasi dan modernisasi di mata Kyai Haji Ahmad Dahlan tidak hanya
bisa dilakukan dalam bidang politik saja, banyak hal yang perlu dikerjakan
dalam menciptakan masyarakat Islam yang sejahtera. Itulah sebabnya Kyai
Haji Ahmad Dahlan dalam Muhammadiyah lebih mengutamakan aspek
ibadah, aqidah, syariah, ahlak dan muamalah. Mendirikan sekolah, panti
asuhan, rumah sakit dan penerbitan, menjadi prioritas gerakan amaliah.
Bidang-bidang sosial yang menjadi lahan garapan Muhammadiyah didasari
oleh gagasan dan cita-cita Kyai Haji Ahmad Dahlan yang selalu berkeinginan
untuk menolong orang-orang yang lemah. Konsistensinya dalam menyebarkan
gagasan pernah menjadi bahan pertanyaan jamaah, “kenapa Kyai membahas
surat Al-Maun4 dilakukan berulang-ulang?“.

Pertanyaan tersebut dijawab Kyai Haji Ahmad Dahlan bahwa “saya tidak
akan berhenti menyampaikan surat itu sebelum kamu semua terjun
kemasyarakat mencari orang-orang yang perlu ditolong”. Dialog tersebut
menjadi etos gerakan Muhammadiyah yang aktivitasnya lebih beorientasi
pada bidang yang bersentuhan secara langsung dengan masyarakat. Aktivitas
Muhammadiyah pada awalnya menggambarkan gagasan dan cita-cita Kyai
Haji Ahmad Dahlan yang keinginan memberikan pelayanan pada masyarakat
dalam berbagai bidang.

3. Perjalanan usaha

Kyai Haji Ahmad Dahlan berusaha memenuhi kebutuhan hidup


keluarganya dengan membuka industri kerajinan batik di rumahnya. Usahanya
tersebut berhasil dijalankan dengan baik, karena mendapat bantuan dan
dukungan dari seluruh anggota keluarga. Batik hasil industrinya dipasarkan
sendiri oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan ke daerah-daerah yang ada diwilayah
Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara. Kyai Haji Ahmad
Dahlan menjadikan usaha dagangnya sebagai ladang ibadah.

Transaksi dagang yang dilakukannya mengacu pada aturan-aturan agama,


sehingga keuntungan dagangnya berkah dan berlimpah. Dalam waktu singkat
perusahaan dagangnya berkembang pesat. Kegiatan dagang yang
dilakukannya tidak semata-mata untuk mencari untung, waktu senggang
dalam berdagang dimanfaatkan untuk silaturahmi dengan masyarakat. Kyai
Haji Ahmad Dahlan memanfaatkan kegiatan silaturahmi untuk menyampaikan
dakwah dengan menyampaikan pengetahuan-pengetahuan agama yang
dimilikinya kepada masyarakat. Materi dakwah disampaikan secara ringan,
jelas, dan mudah dipahami, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti
kegiatan dakwahnya.

Anda mungkin juga menyukai