Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN

MENGENAL K.H AHMAD DAHLAN

DOSEN PENGAMPU : ISMAIL SYAKBAN M.PdI

OLEH : KELOMPOK II

DOLI YARSELINA : 21030001

REZA YULIANI : 21030031

KISNOVITA : 21030007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

1443 H / 2021 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmatnya sehingga
makalah yang berjudul “ Mengenal K.H Ahmad Dahlan” ini dapat diselesaikan dengan
maksimal,tanpa ada halangan yang berarti.Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah
satu tugas mata kuliah AL Islam Kemuhammadiyahan yang diampu oleh Bapak Ismail Syakban
M.Pd.I

Makalah ini berisi tentang seluk beluk serta biografi K.H Ahmad Dahlan.Dalam
penyusunannya melibatkan berbagai pihak oleh sebab itu kami mengucapkan banyak terima
kasih atas segala kontribusinya dalam membantu penyusunan makalah ini.

Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.Untuk itu kami
ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini,baik
dari segi Ejaan Bahasa Indonesia,kosa kata,tata bahasa,etika maupun isi.Oleh karenanya penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk kami
jadikaan sebagai bahan evaluasi.

Demikian,semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/ gagasan yang menambah kekayaan
intelektual bangsa.

Padang, 6 November 2021

Penyusun

I
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI…………………….……………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….…. 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………………….………. 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………..………………………. 1

C. Tujuan Pembahasan……………………………………………..………………………….1

BAB II PEMBAHASAN…..……………………………………………………………………2

A. Biografi K.H Ahmad Dahlan……………………………………………………………….2

B. Pandangan K.H Ahmad Dahlan Dalam Pendidikan………………………………………..6

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………...8

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………….8

B. Kritik Dan Saran…………………………………………………………………………….8

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………9

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam sejarah islam, pendidikan Islam ada sejak pertama kali islam diturunkan.
Ketika Rasulullah Saw mendapat perintah untuk menyebarkan agama islam, maka yang
dilakukan adalah masuk kategori pendidikan karena kepribadian Rasulullah mencerminkan
wujud ideal islam, seorang guru dan pendidik. Pada masa modern, sejarah peradaban islam
ditandai dengan munculnya berbagai pemikiran modern atau lebih dikenal dengan pemikiran
pembaharuan Islam.

Dalam sejarah islam, pendidikan Islam ada sejak pertama kali islam diturunkan. Kiai
Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama’, tokoh pendidikan, dan juga merupakan pahlawan
perjuangan sebelum kemerdekaan. Beliau adalah seorang revolusioner pada saat itu dalam
bidang agama dan pendidikan. Meskipun dia bukan berasal dari kalangan terpelajar tapi ide-
ide cemerlangnya mampu membawa rakyat Indonesia ke arah perubahan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Biografi K.H. Ahmad Dahlan?

2. Bagaimana pemikiran kemuhammadiyahan K.H Ahmad Dahlan?

C. tujuan pembahasaan

Tujuan pembahasan pada makalah ini adalah untuk:

1. Mengetahui Biografi K.H Ahmad Dahlan.

2. Mengetahui pemikiran kemuhammadiyahan K.H Ahmad Dahlan

1
BAB II

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN KEMMUHAMADIYAHAN

K.H AHMAD DAHLAN

A. Biografi K.H Ahmad Dahlan

Kyai Haji Ahmad Dahlan (lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di


Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia.
Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar
adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa
itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu
Kasultanan Yogyakarta pada masa itu.

1. Latar Belakang Keluarga Dan Pendidikan

Nama kecil K.H. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak
keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhanya saudaranya perempuan, kecuali adik
bungsunya. Dalam silsilah ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim,
seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantara Wali Songo, yang merupakan pelopor
pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa ). Adapun silsilahnya ialah
Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan) bin KH. Abu Bakar bin KH. Muhammad Sulaiman bin
Kyai Murtadla bin Kyai Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru
Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom) bin Maulana Muhammad Fadlullah
(Prapen) bin Maulana ‘Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim .
Pada umur 15 tahun, beliau pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada
periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran- pemikiran pembaharu dalam
Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang
kembali ke kampungnya tahun 1888, beliau berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, beliau bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa
ini, beliau sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, K.H.

2
3

Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman,


Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai
Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan
Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan
mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah,
Siti Zaharah . Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H.
Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad
Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Adjengan
Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin
Pakualaman Yogyakarta. Beliau dimakamkan di KarangKajen, Yogyakarta.

2. Pengalaman Organisasi

Disamping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah


Muhammadiyah, ia juga tidak lupa akan tugasnya sebagai pribadi yang mempunyai tanggung
jawab pada keluarganya. Disamping itu, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang
cukup berhasil dengan berdagang batik yang saat itu merupakan profesi entrepreneurship yang
cukup menggejala di masyarakat.
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-
gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah diterima dan dihormati di tengah kalangan
masyarakat, sehingga ia juga dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi Jam’iyatul Khair,
Budi Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk
melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin
mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam.
la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur’an dan
al- Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 Nopember 1912. Dan sejak awal
Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial
dan bergerak di bidang pendidikan.
4

Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi,
baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan
datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama
Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang
Kristen dan macam-macam tuduhan lain. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya.
Namun rintangan-rintangan tersebut dihadapinya dengan sabar. Keteguhan hatinya untuk
melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaharuan Islam di tanah air bisa mengatasi semua
rintangan tersebut.
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada
Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan
pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu
hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah
Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan
organisasi ini. Itulah sebabnya kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi
di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari dan Imogiri dan lain-Iain tempat telah berdiri cabang
Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda.
Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan
agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di
Pekalongan, Ujung Pandang dengan nama Al-Munir, di Garut dengan nama Ahmadiyah.
Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat
pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan
adanya jama’ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan
Islam.
Perkumpulan-perkumpulan dan Jama’ah- jama’ah ini mendapat bimbingan dari
Muhammadiyah, yang diantaranya ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda,
Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba,
Ta’awanu alal birri, Ta’ruf bima kanu wal- Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul
Mubtadi .
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan
mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang
dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai
5

kota di Indonesia. Ulama- ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk
menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin
berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan
mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang
Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia
Belanda pada tanggal 2 September 1921.
Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah
Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk proses evaluasi
kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan
dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan dua belas kali pertemuan anggota (sekali dalam
setahun), yang saat itu dipakai istilah AIgemeene Vergadering
(persidangan umum).

3. Menjadi Pahlawan Nasional

Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui
pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya
sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar
penetapan itu ialah sebagai berikut:

a. KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari
nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;
b. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran
Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan
beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam;
c. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan
pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa
ajaran Islam; dan
d. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori
kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat
dengan kaum pria.
6

B. Pandangan K.H Ahmad Dahlan Dalam Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu bagian terpenting dalam proses perkembangan suatu bangsa.
Munculnya tokoh pemikir yang peduli terhadap pendidikan bangsa Indonesia menjadi faktor
pendorong pergerakan nasional di Indonesia. Ahmad Dahlan salah satu tokoh yang peduli
terhadap pendidikan bangsa Indonesia. Dia melihat terdapat perbedaan antara sistem pendidikan
kolonial Belanda dan sistem pendidikan Islam tradisional yang berpusatkan di pondok pesantren
sehingga berkembang dualisme dalam sistem pendidikan di Indonesia. Melihat perbedaan
pendidikan yang terjadi pada saat itu maka timbulah ide dari Ahmad Dahlan untuk melakukan
pembaharuan. Dalam melakukan pembaruan Ahmad Dahlan tidak hanya mendirikan sekolah,
tetapi ikut membantu mengajar ilmu keagamaan di sekolah lain.
Merasa prihatin terhadap perilaku masyarakat Islam di Indonesia yang masih
mencampur-baurkan adat istiadat yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran umat islam, inilah
yang menjadi latar belakang pemikiran Ahmad Dahlan untuk melakukan pembaruan, yang juga
melatar belakangi lahirnya Muhammadiyah. Pemikiran Ahmad Dahlan tentang pendidikan Islam
dapat dikatakan sebagai awal kebangkitan pendidikan Islam di Indonesia. Gagasan
pembaruannya sempat mendapat tantangan dari masyarakat waktu itu, terutama dari lingkunagan
pendidikan tradisional. Kendati demikian, bagi Dahlan, tantangan tersebut bukan merupakan
hambatan, melainkan tantangan yang perlu dihadapi secara bijaksana. Arus dinamika
pembaharuan terus mengalir dan bergerak menuju kepada berbagai persoalan kehidupan yang
semakin kompleks. Dengan demikian, peranan pendidikan Islam menjadi semakin penting dan
strategis untuk senantiasa mendapat perhatian yang serius. Hal ini disebabkan, karena pendidikan
merupakan media yang sangat strategis untuk mencerdaskan umat.
Gerakan organisasi sosial keagamaan di Indonesia memiliki peran yang sangat penting.
Salah satu diantaranya adalah persyarikatan Muhammadiyah yang dibangun oleh Ahmad Dahlan.
Muhammadiyah memiliki tridimensi gerakan yakni keIslaman, dakwah dan pembaharuan.
Muhammadiyah terbukti mampu menyentuh semua bidang kehidupan, dan mendapat simpati
banyak orang, sehingga tidak heran jika ormas ini untuk selanjutnya mendulang jumlah anggota
yang selalu menunjukkan grafik naik pada tiap tahunnya.
Praktek keagamaan masyarakat saat itu yang dianggap menyimpang dari nilai-nilai Islam
seperti praktek takhayul, bid’ah dan khurafat,maka Ahmad Dahlan berusaha mendobrak dan
memerangi kemapanan tradisi yang sudah berurat akar dalam masyarakat tersebut dengan
7

meniscayakan adanya tajdid (pembaruan) sebagai soko guru gerakannya. Corak


pemikiran Islam dari Ahmad Dahlan pada umumnya berkisar pada penekanan praktik Islam salaf
sebagai kritik atas Islam tradisional (taqlid) yang bercorak sinkretis karena pengaruh adat istiadat
lokal. Dengan kata lain, singularitas Islam direkonstruksi lagi menjadi Islam sebagaimana
mestinya. Oleh karena itu, pembaruan dalam Muhammadiyah berarti memperbarui pemahaman
(Islam) dengan kembali kepada keaslian Islam.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, pemakalah dapat menyimpulkan bahwasanya K.H.
Ahmad Dahlan adalah merupakan tokoh pendidikan yang sangat besar jasanya bagi dunia
pendidikan di Indonesia ini.

Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) lahir di Kauman, Yogyakarta, 1 Agustus
1868, Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan mempelajari
perubahan-perubahan yang terjadi di Mesir, Arab, dan India, untuk kemudian berusaha
menerapkannya di Indonesia. Ahmad Dahlan juga sering mengadakan pengajian agama di
langgar atau mushola. Pada tahun 1912 beliau mendirikan Muhammadiyah yang semata-mata
bertujuan untuk mengadakan dakwah Islam, memajukan pendidikan dan pengajaran,
menghidupkan sifat tolong-menolong, mendirikan tempat ibadah dan wakaf, mendidik dan
mengasuh anak-anak agar menjadi umat Islam yang berarti, berusaha ke arah perbaikan
penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam

Ide-ide yang di kemukakan K.H.Ahmad Dahlan telah membawa pembaruan dalam


bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam yang semula bersistem pesantren menjadi sistem
klasikal, dimana dalam pendidikan klasikal tersebut dimasukkan pelajaran umum kedalam
pendidikan madrasah. Meskipun demikian, K.H. Ahmad Dahlan tetap mendahulukan pendidikan
moral atau ahlak, pendidikan individu dan pendidikan kemasyarakatan.

B. SARAN DAN KRITIK


Setelah dipaparkan pembahasan pada materi tentang K.H. Ahmad Dahlan ini, mungkin dari
pembahasan yang disajikan ada ketidak cocokan dengan yang pada kenyataannya atau dari
sumber referensi lainnya, kami mengharap kritik dan saran dari pembaca ataupun sekaligus
dari dosen.

8
9

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5496/2/BAB%20II,III.pdf

Nata, Abuddin. Pemikiran Pendidikan Islam Dan Barat. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada. 2012.

Siswanto. Filsafat dan Pemikiran Pendidikan Islam. Surabaya: CV. Salsabila Putra

Pratama. 2015.

Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press. 2002.

Nugraha, Adi. Biografi Singkat. Jogyakarta: PT. Ar-ruzz Media. 2009.

Anda mungkin juga menyukai