Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disebabkan karena kurangnya pengetahuan atau pemahaman tentang Islam
di antara kaum muslimin dan adanya propaganda-propaganda Barat untuk
menyerang Islam, kedua hal tersebut menjadikan kaum muslimin dan orang-orang
non muslim saat ini salah memahami konsep Jihad.
Jihad yang ditampilkan saat ini diidentikkan dengan orang yang haus darah
(blood thirsty people) untuk menyebarkan Islam dengan pedang atau berarti usaha
untuk penegakan agama Islam atau sebaliknya jihad adalah suatu konsep untuk
membuat suatu bentuk masyarakat yang di dalamnya terdapat bermacam
masyarakat. Sayangnya tidak seorang pun dan dari sekian ide-ide tersebut yang
benar dalam realitas jihad secara Islam. JIHAD diartikan sebagai "Perang Suci" .
Hal ini tidak dapat disalahkan , namun makna kata "Perang" disini sering dibaur-kan
dengan pengertian perang dalam arti fisik . Ini yang harus diluruskan, jihad dalam
bahasa Arab bermakna "berjuang" atau "berusaha keras" dalam konteks yang luas.
Jihad fii sabiilillaah tetap ada sampai hari Kiamat.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana Pengertian jihad?
2. Apa saja Tujuan dari jihad?
3. Apa Hukum dari jihad
4. Bagaimana jIhad dalam Perfektif Hukum Islam?
5. Bagaimana Jihad pada zaman Rasulullah?
6. Bagaimana Jihad Pada zaman Sekarang?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu : Untuk mengetahui Tujuan dan hukum
jihad.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jihad
Jihad berasal dari akar kata jahada, berarti bersungguh-sungguh. Dari akar kata
ini membentuk tiga kata kunci, yakni jihad (perjuangan dengan fisik), ijtihad
(perjuangan dengan nalar), dan mujahadah (perjuangan dengan kekuatan rohani).
Jihad harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan kekuatan ijtihad dan
mujahadah. Melihat arti dari ketiga kata diatas , bahwa jihad adalah perjuangan yang
di tujukan oleh diri sendiri untuk mendekatkan hubungan diri dengan Allah swt,
melawan hawa nafsu, melawan setan untuk tidak mentaatinya, melawan orang-
orang kafir dengan menggunakan argumentasi tentang keyakinan dan keimanan
menggunakan fisik, nalar dan kekuatan rohani. Jihad bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan manusia yang bermartabat, bukannya menyengsarakan,
apalagi menyebabkan kematian orang-orang yang tak berdosa. Sinergi antara jihad,
ijtihad, dan mujahadah inilah yang selalu dicontohkan Rasulullah.
Yang terpenting jihad adalah amal kebaikan yang Allah syari’atkan dan menjadi
sebab kokoh dan kemuliaan umat islam. Sebaliknya (mendapatkan kehinaan) bila
umat Islam meninggalkan jihad di jalan Allah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits
yang shohih : Dari Ibnu Umar beliau berkata : Aku mendengar
Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian telah berjual
beli ‘inah, mengambil ekor sapi dan ridho dengan pertanian serta meninggalkan
jihad maka Allah akan menimpakan kalian kerendahan (kehinaan). Allah tidak
mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu
Daud)
Sedangkan Pengertian jihad menurut para ulama seperti Ibnu Qadama Al
Maqdisi, Ibnu Taymiyyah dan Ibnu Aabideen: “Perjuangan dengan segenap usaha
hanya karena Alloh, dengan jiwa, didukung dengan harta, perkataan,
mengumpulkan bantuan para Mujahidin atau dengan cara yang lain untuk
membantu perjuangan” (seperti halnya melatih orang). Mereka mengambil dari
ayat, “...Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa
berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu…..” (QS. 9:41), sebagai keterangan
dari pengertian tersebut.

2
Di samping juga jihad bukanlah perkara mudah bagi jiwa dan memiliki
hubungan dengan pertumpahan darah, jiwa dan harta yang menjadi perkara
agung dalam Islam sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,

B. Tujuan Jihad
Tujuan utama dari Jihad di dalam Islam adalah menghilangkan kekafiran
dan kesyirikan, mengeluarkan manusia dari gelapnya kebodohan, membawa mereka
kepada cahaya iman dan ilmu, menumpas orang-orang yang memusuhi Islam,
menghilangkan fitnah, meninggikan kalimat Allah SWT, menyebarkan agamaNya,
serta menyingkirkan setiap orang yang menghalangi tersebarnya dakwah Islam. Jika
tujuan ini dapat dicapai dengan tanpa peperangan, maka tidak diperlukan
peperangan. Tidak boleh memerangi orang yang belum pernah mendengar dakwah
kecuali setelah mendakwah mereka kepada Islam. (Namun jika dakwah telah
disampaikan) dan mereka menolak maka pemimpin Islam harus memerintahkan
mereka untuk membayar jizyah, dan jika mereka tetap menolak, maka barulah
memerangi mereka dengan memohon pertolongan Allah SWT.
Jika sebelumnya dakwah Islam telah sampai kaum tersebut (dan mereka tetap
menolaknya) maka boleh memerangi mereka dari sejak semula, karena Allah SWT
menciptakan manusia untuk beribadah kepadaNya. Tidak diizinkan memerangi
mereka kecuali bagi mereka yang bersikeras mempertahankan kekafiran, atau
berbuat zalim, memusuhi Islam, serta menghalangi manusia untuk memeluk agama
ini atau bagi mereka yang menyakiti kaum muslimin. Rasulullah SAW tidak pernah
memerangi satu kaumpun kecuali setelah mengajak mereka kepada agama Islam.
Ber jihad bertujuan untuk mempertahankan hak kaum muslim, bukan dengan
cara merampas hak milik orang lain, karena pada prinsipnya Islam sangat
menghargai dan menjunjung hak hidup manusia. Yang menjadi latar perlu nya
jihad didasarkan pada quran surah annisa 75-76, Artinya:
75. mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-
orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya
berdoa: “Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim
penduduknya dan berilah Kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah Kami
penolong dari sisi Engkau!”.

3
76. orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang
yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan
itu, karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.

C. Hukum Jihad
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum jihad. Jumhur ulama berpendapat
fardhu kifayah. Sedangkan sebagain ulama lainnya berpendapat fardhu ‘ain, di
antaranya Sa’id bin Musayyib. Dan pendapat yang lebih benar adalah fardhu
kifayah bagi umat ini, berdasarkan dalil-dalil yang ada.
Walaupun hukumnya fardhu kifayah, bukan berarti kita boleh kurang
memperhatikannya. Karena jihad termasuk amal ibadah yang paling mulia.
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam pernah ditanya, “Siapakah manusia yang
peling utama?” Beliau menjawab, “Seseorang yang berjihad di jalan Allah dengan
harta dan jiwanya.” (Muttafaq ‘alaih dari hadits Abu sa’id al-Khudri radhiyallaahu
'anhu).
Pernah Aisyah bertanya kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam,
“Kami mengetahui bahwa jihad adalah amalan yang paling utama, kenapa kita tidak
juga berjihad?” Beliau shallallaahu 'alaihi wasallammenjawab, “Jangan, tapi jihad
paling utama adalah haji mabrur.” (HR. Al-Bukhari, dan daam riwayat yang lain,
“Jihad kalian (kaum wanita) adalah haji.”
Dari sini, banyak ulama yang berpendapat bahwa haji bagi wanita lebih afdhal
daripada jihad. Jihad tidak diwajibkan atas kaum wanita tanpa perbedaan.
Imam al-Mardawi berkata dalam al-Inshaf berkata, “Fardhu kifayah wajib atas
semuanya. Dan dinashkan ini dalam urusan jihad. Apabila ada orang yang sudah
melaksanakannya maka gugurlah kewajiban tersebut atas yang lain, tapi menjadi
sunnah atas mereka.” Dan apabila dikatakan jihad ini wajib ‘ain maka kewajiban-
kewajiban lain pasti akan tertinggal, tidak ada yang mampu melaksanakannya.
Jihad juga tidak wajib atas kaum wanita, budak, orang-orang memiliki halangan,
dan orang-orang yang mengutarakan alasan untuk tidak ikut keluar. Dan jika jihad
ini hukumnya wajib ‘ain pastinya tidak seorangpun dari mereka yang diberi udzur
(alasan) untuk tidak berjihad. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Artinya “Tiada
dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-

4
orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan
mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya.
Tidak ada jalan sedikit pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik.
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan tiada (pula dosa) atas
orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka
kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk
membawamu", lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata
karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka
nafkahkan.” (QS. Al-Taubah: 91-92)
Mereka-mereka yang lemah, sakit, fakir yang tidak memiliki apa yang bisa
mereka nafkahkan, dan juga Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam tidak
mendapatkan kendaraan untuk mengangkut mereka, Allah telah memberikan izin
bagi mereka untuk tidak berjihad dalam kitab-Nya dengan keterangan yang sangat
jelas.

Para ulama telah menetapkan bahwa jihad tidak menjadi fardhu ‘ain kecuali
dalam tiga kondisi:

Pertama, apabila dua pasukan sudah bertemu dan berhadapan berdasarkan firman Alla
Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang
yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka
(mundur).” (QS. al-Anfal: 15)

Kedua, apabila orang-orang kafir sudah memasuki negeri muslim, bagi penduduk negeri
wajib berperang melawan dan mengusir mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu
itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu.” (QS. Al-Taubah: 123)
Ketiga, Apabila imam sudah menunjukkan suatu kaum untuk keluar berjihad maka
mereka wajib keluar berdasarkan sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, “Maka
apabila kalian diperintah untuk keluar berjihad, maka keluarlah!.” (Muttafaq ‘alaih).

D. Jihad dalam Perspektif Hukum Islam


Bentuk-bentuk Jihad menurut Islam :
1. Jihad Fisik

5
Jihad secara fisik terbagi menjadi dua :
a. Jihad thalab atau jihad hujum (jihad menyerang). Yaitu kaum muslimin yang
memulai menyerang orang-orang kafir setelah memberikan kepada mereka
tawaran masuk Islam atau membayar jizyah (upeti).
Dan jihad hukum ini hanya disyari’atkan bila terpenuhi tiga syarat :
1. Dipimipin oleh seorang kepala negara.
2. Mempunyai kekuatan yang cukup.
3. Kaum muslimin mempunyai wilayah/negara kekuasaan
b. Jihad mudafa’ah atau jihad daf’iy (jihad membela atau melindungi diri).
Adapun jihad daf’iy, dia yang paling wajib di antara seluruh bentuk menahan
musuh yang membahayakan kehormatan dan agama, (karena itu) ia adalah
wajib menurut kesepakatan (para ulama). Tidak sesuatu yang lebih wajib
setelah keimanan dari menolak musuh berbahaya yang akan merusak agama
dan dunia. Maka tidak disyaratkan syarat apapun dalam menegakkan
(jihad daf’iy) itu bahkan ia membela diri sesuai kemampuan.”
Dan jihad daf’iy lebih sulit dari jihad tholab, karena jihad daf’iy mirip
dengan bentuk mengusir musuh yang berbahaya. Karena itu, dibolehkan bagi
orang yang dizholimi untuk membela dirinya .

2. Jihad Perundingan (Diplomasi)


Rasulullah lebih banyak menyelesaikan persoalan dan tantangan dengan
pendekatan nonmiliteristis yaitu perundingan .
Maka dari itu jihad secara perundingan itu harus terlebih dahulu dilakukan
untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi diantara kedua belah pihak.
Dahulukan cara-cara damai salah satunya ialah perundingan untuk menemukan
kata mufakat untuk menurunkan resiko kerusakan diberbagai bidang jika jihad
secara perang terjadi.

3. Jihad Finansial (Harta)


Allah berfirman dalam Al-Qur’an : Q.S At Taubah ayat 41
“Dan berjihadlah kamu dengan harta dan jiwamu di jalan Allah.”

6
Diwajibkan untuk berjihad dengan harta itu umat Islam secara keseluruhan. Dan
jihad dengan harta ini hukumnya fardlu 'ain, maka hendaknya kita melaksanakan
kewajiban yang dibebankan kepada kita dan hendaknya kita mengeluarkan harta
sebanyak yang kita yakini sampai dapat disebut telah melaksanakan kewajiban yang
Allah bebankan kepada kita. Rasulullah juga bersabda: “Orang yang berusaha
mengumpulkan zakat dengan cara yang haq itu laksana mujahid fi sabilillah.”
Jika kita tak memiliki harta yang cukup, maka lebih baik berzakat atau sedekah .
Dan bersedekahlah sesuai dengan kelapangan hati kita, bukan hanya untuk sekali saja
akan tetapi hendaknya kita sisihkan secara rutin dari penghasilan kita untuk jihad
selama jihad itu masih ada dan mujahidin membutuhkan harta kita.
Jika sedekahpun tak mampu kita lakukan, maka mengumpulkan dana jihad dari
orang-orang kaya, baik dari kaum wanita, anak-anak, orang-orang khusus dan orang-
orang awam. Dan bagi orang yang tidak dapat mengumpulkan dana, kita dapat
memberikan motifasi kepada orang lain untuk berjihad dengan hartanya, dan
menghimbau kaum muslimin agar tidak pelit jika mereka dimintai dana.
4. Jihad Spiritual (Jiwa)
Allah berfirman : QS. Al Hujuraat ayat 15
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka
itulah orang-orang yang benar.”
Jihad dengan jiwa, yang terdiri akal dan hati (iman), manusia diwajibkan
berjihad untuk mencapai rahmat dan berkah-Nya didunia dan akhirat dengan
menggunakan jiwa sesuai petunjuk-Nya. Dengan meyakinkan dalam pikiran kita
bahwasanya hanya Islam agama yang benar dan hanya Allah yang wajib disembah dan
ditaati perintah-Nya.

E. Jihad pada Zaman Nabi


1. Jihad Secara Dakwah (Damai)
“Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan
cara terang-terangan. Kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan
terang-terangan & dengan diam-diam.” (Q.S. Nuh, 71 ayat 8-9)

7
Rasulullah saw menyebarkan Islam bermula kepada isterinya, Khadijah, dan
kemudian jiran dan sahabatnya, Abu Bakar. Jihadnya atau dakwah dilakukan secara
penuh hikmah, pertimbang rasa , halus budi pekerti dan sembunyi-sembunyi karena
menyadari bahwa masyarakat Makkah masih berpegang kuat pada amalan nenek
moyang mereka yaitu menyembah berhala yang banyak terdapat di sekeliling
Kaabah. Lalu Rasulullah ingin menjadikan jihad atau dakwahnya secara terang-
terangan dengan sering berdoa agar salah seorang daripada dua tokoh yang
memusuhinya agar memeluk agama Islam, yaitu Abu Jahal dan Umar Bin Al-
Khattab yang memeluk agama Islam dan kemudian membentuk barisan
‘pertahanan’ yang disegani penduduk Makkah.
Pada saat nabi Muhammad tinggal di Madinah , beliau memfokuskan
dakwahnya pada penyebaran Islam diberbagai daerah agar seluruh bumi menjadi
Islam dan dalam pertahanan agar Madinah aman dari penyerangan kaum Quraisy
yang selalu menginginkan agar umat Islam menderita , lalu keluar dari agamanya.
2. Jihad Secara Perang
Rasulullah berperang dalam rangka bela diri, yaitu umat Islam tidak memprovokasi
perang tetapi bertahan menghadapi musuh. Perang yang dilakukan jika pada
keadaaan darurat dimana Umat Islam dianiaya dalam segi fisik, moral dan
daerahnya dijajah maka dari itu umat Islam melakukan pembelaan secara langsung.
Berbagai penyerangan dilakukan diantaranya seperti perang Badar, Uhud,
Mu’tah, Khandaq, Khaibar, Perjanjian Hudaibiyah, Fathu Makkah, Haji Wada’, dan
Perang Tabuk.

F. Jihad Zaman Sekarang


Pada zaman sekarang ini, jihad dilakukan bukan dengan perang senjata atau
kekerasan akan tetapi jihad yang lebih mengedepankan nalar berpikir kita secara
cerdas.
Cara-cara kultural yang damai yang sebelumnya mewarnai perjuangan umat,
pada sebagian kelompok, tidak lagi menjadi ciri utama strategi perjuangan umat
.Dengan dibukanya kran politik, kekuatan ummat Islam mulai melihat alternative
strategi perjuangan ummat melalui cara-cara politik.

8
Dahulu umat Islam lebih banyak menggunakan cara-cara lobi dan mengandalkan
kedekatan dengan pribadi tokoh-tokoh pemimpin di pemerintahan, pasca reformasi
umat Islam lebih banyak menggunakan strategi massa. Berbagai organisasi ummat
islam seakan saling berlomba untuk menunjukkan bahwa kelompoknya didukung oleh
banyak massa.Ada tingkah yang salah kaprah dalam jihad yang terjadi pada saat ini,
organisasi Islam lebih mengutamakan kuantitas dibandingkan kualitas. Padahal kualitas
pribadi sosok-sosok dalam Islam akan menentukan bagaimana keadaan Islam dimasa
mendatang.
Akan tetapi bukan hanya dalam segi politik saja, jihad pada jalan Allah juga
merupakan satu proses yang berterusan bermula daripada diri, keluarga, masyarakat,
negara dan alam sejagat di dalam semua aspek kehidupan seperti pendidikan, ekonomi,
hukum, politik, dan segala aspek yang berkaitan dengan kehidupan. Jihad dalam
pendidikan diartikan bahwa mempelajari ilmu ataupun mengajarkan ilmu berarti telah
melakukan perang melawan kebodohan sehingga umat Islam tidak akan kembali pada
zaman jahiliyah.
Jihad dalam segi ekonomi ialah umat Islam harus menggunakan syariat Islam
dalam kegiatan ekonomi agar terjadinya kesejahteraan dalam kehidupan para muslim
lalu umat Islam harus menunjukkan eksistensinya diantara umat lain bahwasanya Islam
memiliki konsep yang indah dalam berekonomi. Jihad dalam segi hukum yaitu
penegakkan keadilan sesuai aturan Islam dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga
terjadinya stabilitas peraturan yang mempondasi kehidupan.
Tidak kalah pentingnya jihad dalam segi moral karena kita diciptakan ke dunia
untuk menjadi khalifah atau pemimpin bagi diri kita sendiri ataupun sebagai sosok yang
akan menentukan nasib bumi kedepannya. Sekarang ini banyak terjadi krisis moral di
berbagai kalangan umat Islam , banyak orang yang beragama Islam akan tetapi tak
menunjukan identitas keislamannya secara menyeluruh dan konsisten. Tugas seorang
khalifahlah untuk menyeru saudara-saudaranya untuk kembali pada ajaran Allah SWT
.Jika kita menjadi khalifah yang melupakan tugas kita di dunia ini niscaya kita akan
dibalas dengan siksaNya yang pedih. Maka dari itu kita sebagai seorang pemimpin
diharuskan melakukan jihad terhadap kejahatan-kejahatan yang bertentangan dengan
Al-Qur’an dengan semaksimal mungkin.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang ada maka dapat penulis simpulkan sebagai
berikut : Jihad adalah salah satu syi’ar Islam yang terpenting dan me-rupakan
puncak keagungannya. Kedudukan jihad dalam agama sangat penting dan senantiasa
tetap terjaga. Jihad fii sabiilillaah tetap ada sampai hari Kiamat.
Ber jihad bertujuan untuk mempertahankan hak kaum muslim, bukan dengan
cara merampas hak milik orang lain, karena pada prinsipnya Islam sangat
menghargai dan menjunjung hak hidup manusia.
Hukum melakukan jihad dapat berubah sesuai keadaan yang terjadi, apabila
dalam keadaan melawan orang-orang kafir jihad menjadi fardu kifayah akan
tetapi apabila golongan orang kafir itu telah memasuki daerah Islam dan menyerang
ummat Islam, maka hukum jihad menjadi fardhu ‘ain. Maka wajib bagi setiap
ummat Islam baik laki-laki maupun perempuan atau anak-anak, serta setiap ummat
Islam yang ada .
Jihad dilakukan dalam bentuk damai seperti berdakwah, menuntut ilmu, ikut
andil dalam konferensi perdamaian merupakan jihad yang terkonsep secara indah
yang akan meminimalisir adanya kerugian diantara kedua belah pihak khususnya
umat Islam. Akan tetapi jihad dalam perang harus dilakukan jika keadaan umat
Islam telah terdesak, keadaaan untuk pertahanan umat dan jika tidak berperang
maka akan membuat kehancuran dalam Islam .

B. Saran
Jihad tidak dapat lepas dari Hukum Hadist & Sunah-Nya. Maka Laksanakanlah
Sunah Rasul ini dengan pengetahuan yang sebenarnya, agar Jihad yang kita amalkan
bernilai kebenaran dalam agama yang pastinya akan mendapatkan pahala dari Allah
SWT. Demikianlah yang dapat kami paparkan pada makalah ini, semoga makalah
ini dapat berguna bagi kita semua khususnya mengenai sejarah kerajaan samudera

10
pasai dan apabila dalam penulisan terdapat kesalahan kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah HasanAlhadar, Pelajaran Agama islam, bulanbintang,


cetakanpertama 1996
Al Quran karim
Boediabdullah, Taktis Jihad Dalam Islam, PT Al’ma’rif, Bandung
cetakanpertama, 1990
NanangIskandar, Kemenangan Islam, darulkutubuislamiah, jakarta, 2000
Majalah Iman 1996.
http://artesiana.wordpress.com/2010/01/03/bom-bunuh-diri-jihad-kah/
http://era-ambonia.blogspot.com/2009/03/jihad-dan-hukum-perang-dalam-
islam.html
http://muslimstory.wordpress.com/2009/03/23/konsep-jihad-dalam-islam/

11

Anda mungkin juga menyukai