Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKRIPSI
Oleh:
MAOLANA SYARIF H
3101402021
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Ketua Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu
Hari :
Tanggal :
Penguji Skripsi
Anggota I Anggota II
Mengetahui,
Dekan
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
keseluruhan, pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
Maolana Syarif H
NIM. 3101402021
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
“Keindahan hidup akan tercipta bila ada sebuah kejujuran, ketulusan kasih sayang dan hati
(Penulis)
“Hidup akan lebih bermakna ketika hati kita kaya akan rasa syukur atas segala rahmat dan
hidayahNya,,,”
(Penulis)
PERSEMBAHAN:
Abah dan umi tercinta yang selalu berdo’a, berusaha, dan tulus mencurahkan segala kasih
sayangnya serta kedua kakakku “mba’ dan Agus” yang selalu mendorong semangatku
Almamaterku
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
Semarang.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak terlepas dari bentuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan penuh kerendahan
melakukan studi.
vi
5. Drs. Ibnu Sodiq, M.Hum, Pembimbing II atas bimbingan, arahan,
6. Drs. Ba’in, M.Hum, Penguji skripsi atas bimbingan, arahan, masukan, dan
informasi.
8. Abah dan Umi serta kakak-kakakku yang selalu memberi dorongan dan
semangat.
9. De’ Ipung, Damai, Judan, Ummu, Koko dan mimih tercinta, dan teman-
temanku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberi dorongan dan semangat pada penulis sehingga skripsi ini dapat
selesai.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelasaikan penulisan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan
penulisan selanjutnya. Akhir kata penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat
Semarang,
Penulis
vii
ABSTRAK
Maolana Syarif H. 2007. Sejarah dan Peranan NU Dalam Perolehan Suara PPP
Pada Tahun 1973-1984 di Kabupaten Pemalang. Jurusan Sejarah. Fakultas Ilmu
Sosial. Universitas Negeri Semarang. 101 halaman.
viii
Secara politis pada tahun 1973-1984 kekuatan NU tergabung dalam Partai
Persatuan Pembagunan (PPP). Kebijaksanaan pemerintah Orde Baru
meyederhanakan partai menjadi dua partai dan satu golongan ini memaksa NU
Pemalang bersama Syarekat Islam Indonesia (PSII), Perti, Parmusi (yang
kemudian berubah menjadi Muslimin Indonesia) untuk berfusi ke dalam PPP pada
tanggal 5 Januari 1973. Dalam upaya untuk memenangkan PPP di Pemalang, NU
melakukan berbagai strategi yaitu dengan mamanfaatkan keberadaan NU sebagai
organisasi massa yang memiliki pengikut yang jumlahnya tidak sedikit baik di
tingkat nasional maupun lokal yang dalam hal ini adalah Pemalang, mengerahkan
ulama-ulama NU Pemalang untuk terlibat langsung dalam proses kampanye yang
dilakukan di beberapa daerah di kaabupaten Pemalang, dalam kegiatan kampanye
PPP para ulama NU di Pemalang berusaha untuk memikat hati masyarakat agar
menyalurkan aspirasi politiknya ke PPP dengan berbagai cara termasuk
menggunakan tema perjuangan Islam, dan melakukan kerjasama di berbagai
bidang dengan DPC PPP Pemalang.
Sebagai hasilnya PPP di Pemalang mampu menjadi kekuatan terbesar
kedua setelah Golkar dan menjadi tandingan Golkar yang cukup berarti dalam
Pemilihan Umum 1977 sampai pada Pemilu 1982. Hasil yang diperoleh PPP di
Pemalang diluar dugaan baik PPP sendiri maupun Golkar atau PDI. Walaupun
pada dasarnya angka suara yang diraih jauh berada di bawah Golkar, yaitu dengan
memperoleh suara sebanyak 138.251 (31,42 %) dengan mendapat 10 kursi pada
pemilu 1977 dan 148,650 (30,98 %) dengan mendapat 10 kursi pada pemilu 1982.
Secara umum perolehan suara PPP di Pemalang pada Pemilu 1977 dan 1982 stabil
dan penyebarannya hampir merata di seluruh wilayah kecamatan.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii
PERNYATAAN................................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Permasalahan ................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 9
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 9
F. Tinjauan Pustaka........................................................................... 11
G. Metode Penelitian ......................................................................... 18
H. Sistematika Skripsi ....................................................................... 22
x
C. Latar Belakang Berdirinya NU di Pemalang............................... 35
D. Kehidupan Politik NU ................................................................. 38
1. NU dan MIAI....................................................................... 39
2. NU dan Masyumi.................................................................. 41
3. NU Sebagai Partai Independen............................................. 42
4. NU Berfusi ke dalam PPP.................................................... 46
LAMPIRAN....................................................................................................... 84
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
……………………………………………………………………….. 72
Tabel 2. Hasil Perolehan Suara PPP Kabupaten Pemalang Pada Pemilu 1977,
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 10. Lambang PPP Pada saat NU masuk ke dalam Fusi ........................88
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 2. Peta Perolehan Suara PPP Pemalang Pada Pemilu 1977 dan
1982................................................................................................. 90
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
salah satu empat mazhab dalam rangka mewujudkan Islam sebagai rahmat
kebebasan bagi masyarakat beribadah sesuai dengan tradisi atau ajaran dari
1
2
segala lapangan bagi seluruh rakyat untuk menuju kesejahteraan umat di dunia
sekarang NU tidak pernah terlepas dari persoalan politik praktis. Motivasi non
3
politis tidak dapat bertahan lama, bahkan secara jujur harus diakui kelahiran
lebih dahulu pengertian politik yang dapat dijadikan pijakan untuk melihat
tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals), dan bukan tujuan pribadi
Berbagai kegiatan tersebut merupakan cara bagi rakyat yang berada di luar
Noer menyebutkan bahwa politik adalah segala aktivitas atau sikap yang
masyarakat.
4
itu sangat luas dan komplek, semua kegiatan yang berhubungan dengan
kegiatan politik.
dan state, baik pada masa Belanda, Jepang, Orde Lama, Orde Baru, maupun
pada masa pasca orde baru yang sering disebut orde reformasi. Dalam
adalah karena partai tersebut dianggap tidak lagi dapat menyalurkan aspirasi
ulama tradisional dalam Pemilu pertama tahun 1955, tiga tahun setelah NU
setelah Masyumi, dan ketiga secara nasional setelah PNI dan masyumi
NU yang terakhir dalam kedudukannya sebagai partai, dimana pada pemilu ini
partai politik. Pemilu waktu itu diikuti 10 organisasi politik (sembilan parpol
dan satu Golkar). Dari ke-10 kontestan Pemilu Golkar yang untuk pertama
31).
5
satu wadah politik yang bernama Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Fusi
ini merupakan sejarah baru bagi NU dan partai Islam lainnya, karena
politik tidak lagi berorientasi pada ideologi, melainkan pada program kerja.
Rais’Am dan wakilnya, dipegang KH. Bisri Syamsuri dan KHM Dahlan.
NU sangat strategis, namun peran para kyai tidak banyak beranjak, lebih
banyak yang duduk di Majelis Syuro (Sujuthi, 2001 : 100). Meskipun posisi
dari NU yang masuk dalam kabinet. Jabatan Menteri Agama yang telah lama
dianggap sebagai “jatah” untuk NU, diberikan kepada Prof. Dr. HA Mukti Ali,
seorang “teknokrat agama” dari IAIN. Dalam Kabinet Pembangunan II ini dari
politisi non Golkar yang menjadi menteri hanya dua orang yaitu HMS
Negara-dua jabatan menteri yang tidak strategis (Sujuthi, 2001 : 100). Dari
tidak akan memberi tempat bagi politisi non Golkar untuk duduk dalam
keputusan politik. Untuk mencapai tujuan itu, tidak ada jalan lain kecuali
Pemilu 1977, PPP tampil dengan kompak, solid dan bersatu padu serta
umat Islam untuk memilih PPP. Satu-satunya partai Islam yang paling tepat
yang berfatwa bahwa memilih PPP pada Pemilu 1977 adalah “wajib”
7
hukumnya di mata Syari’at Islam. Hal ini dimaksudkan dengan tujuan untuk
sehingga pada Pemilu 1977 PPP memperoleh lima tambahan kursi di DPR,
partai-partai Islam sebelum fusi (Sujuthi, 2001 : 103). Posisi fusi partai Islam
mampu memperoleh suara 29,9 % lebih besar daripada perolehan tahun 1971
yang tidak sedikit bagi perolehan suara PPP pada waktu itu, menimbang
jumlah yang sangat besar baik di tingkat nasional maupun lokal. Dengan
masuknya NU kedalam fusi, secara formal terikat dengan PPP sehingga warga
aspirasinya kepada partai fusi ini sampai pada tahun 1984, dimana PBNU
mengambil keputusan untuk keluar dari keanggotaan fusi partai, kebijakan ini
politik manapun, NU telah kembali pada jati dirinya sebagai lembaga sosial
memenangkan PPP dalam Pemilu 1977 sampai pada tahun 1984. Berbagai
pada pemilu 1977 dan 148,650 (30,98 %) dengan mendapat 10 kursi pada
dalam fusi bersama partai-partai Islam lainnya. Oleh karena itu peneliti
B. Permasalahan
C. Tujuan Penelitian
3. Mengetahui hasil perolehan suara PPP pada saat NU berfusi didalam PPP.
D. Manfaat Penelitian
politik dan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian sejenis..
bagi masyarakat luas sehingga bisa lebih arif dan bijaksana dalam
ini dapat dimengerti dengan mudah dan baik. Ruang lingkup penelitian sangat
Dalam penelitian ini yang menjadi ruang lingkup wilayah (spatial scope)
Jawa Tengah bagian pesisir utara. Sebelah barat berbatasan dengan kota
Laut Jawa. Pengambilan kota Pemalang sebagai objek penelitian karena kota
basis NU.
terjadinya peristiwa sejarah yang menjadi objek penelitian. Yaitu tahun 1973,
lainnya sampai tahun 1984 yaitu ketika NU secara formal keluar dari
keanggotaan fusi.
11
F. Tinjauan Pustaka
Karya Dr. Martin Van Bruinessen yang berjudul NU; Tradisi, Relasi-
adalah sebuah gejala yang unik, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di
pemerintah yang paling besar yang masih bertahan dan mengakar di kalangan
bawah. Ia mewakili paling tidak dua puluh juta muslim yang mesti tidak selalu
tidak populer yang terdengar di DPR ternyata berasal dari para utusan NU.
dijunjung tinggi dengan melakukan walk out dari DPR, tindakan tesebut tidak
pada saat itu (salah satunya berkaitan dengan indroktinasi ideologi resmi,
menuntut adanya kesepekatan ideologis yang lebih jauh lagi dan mewajibkan
sebagai asas tunggal, dengan melepaskan semua asas lain, termasuk Islam. NU
saat itu juga NU menyatakan diri meninggalkan politik praktis dan kembali
pada jati dirinya sebagai organisasi sosial keagamaan, langkah ini lebih
disebabkan oleh frustasi terhadap fraksi lain di PPP pada saat NU melakukan
Buku yang memiliki jumlah halaman 311 ini merupakan kajian yang
Pentas Politik Nasional karya dari Sudarno Shobron yang diterbitkan oleh
maupun dalam partai politik. Di dalam buku ini membahas tentang perjalanan
Indonesia”. Dalam bab ini dibahas tentang Muhammadiyah dan Politik sejak
politik. Tentang NU dan politik juga dibahas dalam bab ini yaitu tentang
independent, serta NU pada saat berfusi dalam PPP, dan diakhiri dengan
dalam perolehan suara PPP pada saat berfusi dengan partai Islam lainnya.
mempermudah pembaca untuk lebih memahami isi dari buku ini. Pendekatan
yang digunakan dalam buku ini adalah historis (sejarah kritis), yakni berusaha
melihat sejarah masa lampau secara kritis, dari perspektif keagamaan dan
Buku lain yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian skripsi
ini adalah hasil karya dari M. Ali Haidar yang berjudul Nahdlatul Ulama dan
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta tahun 1994. Buku ini mengkaji tentang
(hukum Islam). Konsep politik dalam Islam sangat erat kaitannya dengan
hukum, sebab salah satu yang penting dalam hukum Islam mengharuskan
Islam di tanah air tidak bisa dilepaskan dengan orientasi lembaga kekuasaan
politik, sebab dengan lembaga itu maka hukum Islam lebih dimungkinkan
dapat difungsikan. Dengan alasan konsep seperti inilah yang menjadi daya
tarik bagi NU untuk terjun dalam politik praktis (Haidar, 1998 : 98). Orientasi
politik NU dapat dilihat sejak NU terlibat dalam politik, baik pada waktu
politik.
yang meneliti tentang NU, namun mereka belum maksimal kajiannya tentang
NU, misalnya Herbert Feith dan Lance Casues yang mencoba untuk merekam
untuk mengisi kekosongan itu sebagai langkah awal untuk memberi gambaran
sumber yang diacu oleh NU sendiri. Dengan pendekatan ini diharapkan agar
dalam fusi bersama partai Islam lainnya dalam PPP. Visi keagamaan NU juga
jam’iyah sebagai organisasi non politik tahun 1983. Proses menuju arah ini
terjadi antar berbagai unsur, termasuk NU, yang berfusi kedalam PPP.
Di dalam buku NU, Gusdurisme dan Politik Kiai tulisan DR. Faisal
Ismail, MA. pada salah satu artikelnya yang berjudul Dilema Politik Islam:
Islam ditinjau dari perspektif idealisme dan kenyataan yang terjadi pada
NU, Sarekat Islam dan Perti) dalam kongresnya sepakat untuk menjadikan
Islam. Cita-cita dan idealisme politik Islam diharapkan dapat disalurkan dan
diperjuangkan oleh para pemimpin Islam dan umatnya lewat Masyumi dalam
internal yang sulit teratasi. Sarekat Islam keluar dari Masyumi tahun 1947 dan
masih kurang dari 50 apalagi 70 persen), cita-cita dan idealisme politik Islam
samping itu dilihat dari sudut realisme politik, orang-orang Islam tidak selalu
partai-partai Islam melakukan fusi kedalam PPP. Oleh karena fusi ini tidak
datang dari arus bawah dan tidak terjadi berdasarkan kesadaran yang bersifat
menguat dengan kepentingan politiknya sendiri. Hal ini sering terjadi antara
18
tubuh PPP. Ketua umum PPP J. Naro pernah mencoret sederet nama calon
terhadap PPP sehingga perolehan suara PPP dalam Pemilu 1987 menurun
secara drastis. Ini menunjukkan bahwa idealisme politik Islam di tubuh PPP
hampir, atau bahkan tidak ada. PPP dihadapkan pada realisme politik yang
sebanyak 27,78 persen (94 kursi). Namun pada Pemilu 1987, PPP hanya
meraih suara sebanyak 18,8 persen (61 kursi) yang berarti kehilangan
Dari sini dapat dilihat bahwa keberadaan NU dalam PPP sangat berpengaruh
G. Metode Penelitian
rekaman dan peninggalan masa lampau. Oleh sebab itu, penelitian ini akan
Gottschalk (1975 : 32) yang terdiri dari empat langkah bagian yang saling
daerah Pemalang.
yaitu para sesepuh atau tokoh NU, dan tokoh masyarakat di Pemalang.
Bapak H Asrori Saleh, BA, Bapak KH. Slamet Zaeny, Bapak Zaenal
Abidin Noory, KH. Bapak KH. Noor Effendy, dan tokoh-tokoh lainnya.
dengan keterbatasan daya ingat dan kesulitan yang lain adalah waktu yang
para informan karena ada sebagian informan yang masih aktif dalam
jejak-jejak sejarah. Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang dikaji,
antara lain kondisi sosial politik masyarakat Pemalang pada tahun 1973-
1984 melalui studi terhadap dokumen, arsip, naskah, foto dan lain
2. Kritik Sumber
Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melihat
kembali apakah sumber itu sesuai atau tidak, apakah sumber itu asli atau
dan kritik ekstern. Dalam kritik intern yang peneliti lakukan adalah dengan
misalnya dokumen apakah asli atau tidak, misalnya dengan melihat jenis
kata.
3. Interpretasi
yang mempunyai kesesuaian satu sama lain dan bermakna (Widja, 1989 :
sejarah dan dipilih data mana yang relevan atau tidak. Faktor-faktor
sejarah yang telah melalui tahap kritik sumber dihubungkan atau saling
bermakna.
fakta dengan fakta yang lain melalui tahap interpretasi maka langkah akhir
dari penelitian ini adalah penelitian sejarah. Bentuk dari rekaman dan
peninggalan masa lampau ini akan disusun secara sistematis dengan topik
yang jelas sehingga akan mudah untuk dimengerti dan dengan tujuan agar
H. Sistematika Skripsi
perolehan suara PPP di kota Pemalang pada saat NU tergabung dalam fusi.
BAB IV Menjelaskan tentang analisa hasil Pemilu PPP di kota Pemalang pada
BAB V Penutup meliputi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dibahas
dalam bab sebelumnya. Bagian akhir berisi tentang daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.
BAB II
bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul
(Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan
23
24
kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum
rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain
(www.wikipedia.org).
Ibnu Sa’ud di Jazirah Arab dan kota Mekkah. Pada masa Raja Sa’ud ini
(Sayafi’i, Hambali, Maliki, dan Hanafi) yang terletak di sekitar Ka’bah. Selain
sesuai dengan tradisi atau ajaran salah satu dari empat mazhab (Laode, 1996 :
2).
25
kalangan Wahabi banyak dari ajaran dari empat mazhab itu yang setelah
ditelusuri tidak terdapat di dalam Al Qur’an dan Hadist, seperti masalah taqlid
dan ijtihad, ziarah kuburan, bacaan barzanji, pemberian pelajaran bagi jenazah
yang baru meninggal (talqin), soal selamatan bagi orang yang telah
umat Islam menjadi terbelakang, tertinggal dari kemajuan yang dicapai dunia
Tengah, dengan tokoh penyebar misi gerakan itu yang terkenal pada akhir
abad ke-19 dan awal abad ke-20 adalah Muhammad Abduh. Ajaran
Raja Sa’ud di Arab Saudi (Laode, 1996 : 3). Deliar Noer, misalnya mencatat
paling tidak ada tujuh orang penyebar Islam ternama dari Sumatera Barat yang
Muhammad Abduh yang hidup di penghujung abad ke-19 dan pada awa abad
melakukan syiar Islam baik secara langsung maupun melalui pertemuan tatap
Sementara itu di Pulau Jawa, pada awal abad ke-20 mulai pula terjadi
November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan, dimana ia didorong oleh kalangan
pembaruan Islam.
Pada dekade yang sama di awal abad ke-20, muncul pula organisasi-
organisasi yang berorientasi politis, yaitu Budi Utomo (BU) dan Syarekat
hanya saja berbeda orientasi. Kalau Budi Utomo bersifat nasionalis dan
kedua organisasi itu sama-sama Islam, namun mereka terdiri dari kalangan
teguh, sementara misi terhadap revitalisasi Islam yang bisa menjadi dinamis
Gelombang reformisme pada awal abad ke-20 ini dicatat sebagai mewakili
ulama tokoh Islam baik dari kalangan tradisi maupun pembaru ini tak mampu
kalangan pembaru. Misalnya pada saat memenuhi undangan Raja Ibnu Sa’ud
kalangan tradisi yang berdampak pada beberapa tindakan yang dilakukan oleh
mereka anut (penganut salah satu dari empat mazhab). Salah satunya kalangan
paling tidak dua masalah penting. Pertama, himbauan umat Islam Indonesia
(khususnya penganut Ahlusunnah wal Jama’ah atau penganut dari salah satu
penganut faham yang sama. Kedua, tidak melarang orang-orang Islam yang
Perjuangan itu memang berhasil yang ditandai dengan adanya kebijakan baru
memang akan berakhir namun bisa juga dianggap sebagai cikal bakal
merupakan juru bicara kalangan tradisi yang paling vokal pada Kongres Al
Islam. Untuk lebih memperkuat kesan pihak luar, komite ini memutuskan
1994 : 34).
moderat yang aktif dalam gerakan politik, Syarekat Islam (SI), sisi lain
Pada awal 1920-an, sayap paling radikal dari Syarekat Islam memisahkan diri
dipimpin oleh para intelektual dan politisi jenis baru dan mengaku mewakili
1. Paham Keagamaan NU
pengikut tradisi Nabi Muhammad dan ijma’ ulama”. Kata Ahlussunah wal
Jama’ah berasal dari bahasa Arab, yang terdiri dari kata ahlu berarti
menganut jalan, tabiat dan perilaku Nabi Muhammad SAW dan sahabat-
sahabatnya. Jalan, tabiat dan perilaku Nabi Muhammad SAW dan sahabat-
fiqih kaum Ahlussunah wal Jama’ah menganut salah satu mazhab empat,
yaitu: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali (Darojat, 2006 : 15). Bertolak
adalah golongan umat Islam yang dalam bidang tauhid mengikuti ajaran
mazhab empat.
“Wahai para ulama dan para sahabat sekalian yang takut kepada Allah dari golongan
Ahlussunnah wal Jama’ah, yah! Dari golongan yang menganut mazhab imam yang
empat. Engkau sekalian orang-orang yang telah menuntut ilmu pengetahuan agama dari
orang-orang yang hidup sebelum kalian dan begitu juga seterusnya dengan tidak gegabah
dengan memilih seorang guru dan dengan penuh ketelitian pula kalian memandang
seorang guru di mana kalian menuntut ilmu pengetahuan dari padanya. Maka oleh karena
menuntut ilmu pengetahuan dengan cara demikian itulah, maka sebenarnya, kalian yang
memegang kunci bahkan juga menjadi pintunya ilmu pengetahuan agama Islam. Oleh
karenanya, apabila kalian memasuki suatu rumah, hendaknya melalui pintunya, maka
barang siapa memasuki suatu rumah tidak melalui pintunya, maka ia dikatakan pencuri”
(Shobron, 2003 : 53).
untuk menganut paham Ahlussunnah wal Jama’ah, pada suatu sisi, sisi lain
lingkungan NU. Sosok guru atau Kyai diibaratkan sebuah pintu sekaligus
kunci dari pintu itu sehingga kalau seorang akan mencari ilmu harus
terletak pada beberapa hal, antara lain kalangan tradisional dalam bidang
bersumber pada Al Qur’an dan hadis yang sahih, ijma dan qiyas tidak
penganut Imam mazhab, ijma’ dan qiyas dijadikan sebagai sumber ajaran
2. Anggaran Dasar NU
yang ketiga pada tahun 1928. Anggaran dasar ini dibuat dengan tujuan
Memegang dengan teguh pada salah satu dari mazhabnya imam ampat,
yaitu Imam Muhammad bin Idris Asyj-Syafi’i, Imam Malik bin Anas,
Imam Abu Hanifah An-Nu’man, atau Imam Ahmad bin Hambal, dan
berpegang teguh kepada salah satu dari emat mazhab merupakan ciri yang
3. Orientasi Gerakan NU
awalnya hanya memiliki pendukung atau jama’ah dari Jawa dan Madura.
keadilan sosial dan keadilan hukum di segala lapangan bagi seluruh rakyat
berkembangnya koperasi.
nasional, yaitu tanggal 31 Januari 1926. Ini terjadi karena meskipun sudah
banyak tokoh dan para ulama menyatakan masuk kedalam NU akan tetapi
2007).
terdiri dari para tokoh pendirinya dan masih bersifat sederhana. Sebagai ketua
NU pada waktu itu disesuaikan dengan situasi dan kondisi, yaitu masih dalam
koperatif.
berdirinya NU secara nasional. Hal ini diawali dengan adanya surat dari KH
yang paham Ahlusunnah wal Jama’ah Dengan adanya hubungan batin yang
masyarakat pada umumnya dan dijadikan sebagai alat perjuangan bagi warga
NU khusunya. Ini terjadi karena faktor besarnya karisma para ulama yang
ajaran Islam pengaruh mazhab Ahlussunah wal Jam’ah yang bertujuan untuk
pesat terutama ketika NU menjadi partai politik pada tahun 1952. dengan
kharisma yang dimilik oleh ulama NU, masyarakat Pemalang mengikuti apa
yang diajarkan oleh para ulama, termasuk ajakan untuk menegakkan ajaran
praktis. Motivasi non politis tidak dapat bertahan lama, bahkan secara jujur
harus diakui bahwa kelahiran NU itu merupakan langkah politis, baik untuk
pemerintah dan negara, baik pada masa Belanda, Jepang, Orde Lama, Orde
namun ini hanya bertahan kurang lebih 11 tahun (1926-1937). Sebab setelah
tahun 1937, NU terus terlibat dalam pendirian partai politik Islam, bahkan ikut
yang terjadi di tingkat nasional yaitu mengalami pasang surut baik pada saat
tahun 1937, bergabung ke dalam Masyumi pada tahun 1945, menjadi partai
politik sendiri pada tahun 1952, menjadi anggota fusi bersama partai Islam
dalam PPP pada tahun 1973-1984 dan yang terakhir pada masa reformasi
hanya didasarkan pada hubungan secara batin dan sosiologis para pengurus
1. NU dan MIAI
MIAI pada masa Belanda ini dapat mengadakan tiga kali kongres,
yaitu tahun 1938, 1939, dan 1941. topik yang dibicarakan dalam kongres
islam melalui ulama atau kyai. Pada tahun 1944 Jepang mengembangkan
latihan militer khusus untuk guru-guru agama dan kyai, hal ini dilakukan
Latihan militer juga dilakukan oleh kalangan pemuda atau santri, yaitu
Islam.
KH. Wahid Hasyim dan KH. Abdulkahar Mudzakir. Dalam hal ini ulama
2007).
2. NU dan Masyumi
tubuh partai itu terjadi perpecahan, yang ditandai dengan keluarnya PSII
42
kelompok modernis; dan (3) perbedaan visi karena tradisi berpolitik yang
Dalam politik terdapat istilah “tidak ada kawan atau teman dan
musuh yang abadi, yang abadi adalah kepentingan politik itu sendiri”.
partai, maka NU keluar dari Masyumi pada 8 April 1952 dan mendirikan
partai sendiri yang diberi nama sesuai dengan nama jam’iyahnya, yaitu
antara dua aliran, yakni tradisonalis dan modernis. Ibarat sebuah sayap,
Partai yang mewakili umat islam, kedua sayap tersebut harus berkibar
umum. Pemilihan umum pertama tahun 1955 sebagai wujud konkret bagi
tingkat kabupaten, hal ini terjadi karena NU dan PSII akur, sehingga
basis massa pesantren dan kyai. Selain itu juga didukung oleh tema-tema
kyainya.
44
Sedangkan partai Islam dan partai lainnya memperoleh suara tidak lebih
1.308.237 atau sekitar 2,39 %, Parkindo 745.359 suara atau 1,34 %, dan
selisih 169 kursi. Kondisi semacam ini sangat menguntungkan bagi Golkar
yang nantinya dijadikan sebagai alat kekuasaan bagi Orde Baru untuk
kekuasaannya.
45
sistem politik sebelumnya, dan obsesi terhadap suatu sistem politik yang
dukungan, basis massa, maupun aliran serta ideologi yang dianut oleh
suatu sistem politik yang relatif bebas dari pengaruh partai, berikut
pengelompokan politik yang baru di DPR. Hal itu yang akan mengatasi
Makna yang tersurat dari uraian di atas adalah feomena partai dan
yang akan menjadi arus pinggir dari tatanan politik yang baru. Selain itu,
sebagai “masa lalu yang buruk”. Oleh karena itu, partai-partai dengan
dan H. Bustaman SH, ketua Dewan Pusat. Akan tetapi mereka dianggap
NU, Parmusi, PSII, dan Perti. Pada Pemilu 1971 mereka secara total hanya
oleh tokoh-tokoh dari beberapa partai Islam antara lain; K.H. Dr. Idham
Aminoto (PSII), Rusli Khalil (Perti), dan K.H. Masykur (Ketua Kelompok
Indonesia terutama bagi daerah yang memiliki basis massa NU. Pemalang
sebagai salah satu daerah yang berbasis massa NU juga tidak terkecuali.
Para ulama NU dan tokoh-tokoh Islam lainnya yang berasal dari organisasi
berlangsung sampai pada tahun 1982. Pada tahun 1982 sampai 1992 DPC
PPP juga dipimpin oleh tokoh dari NU yaitu KH Asrori Saleh, BA (yang
tantangan dari luar yang harus dihadapi dengan kesatuan islam. Namun
menjadi pemicu konflik. Salah satu penyebab timbulnya konflik itu adalah
melpaskan diri dari ikata politik yang ada seperti yang terjadi pada NU
yang keluar dari keanggotaan fusi pada tahun 1984. Dapat dikatakan
dari luar (massa pendukung), sehingga pada saat yang bersamaan simpati
massa akan lari ke Golkar dengan kepemimpinan yang matang dan kondisi
masih cukup dikatakan stabil dalam arti kata tidak sampai mempengaruhi
partai politik yang ada yaitu Golongan Karya (Golkar) yang sebagian besar
Pembangunan (PPP) yang sebagian besar terdiri dari kalangan agamis, dan
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang sebagian besar berasal dari kalangan
Nasionalis. Persaingan antara kekuatan politik satu dengan yang lain terlihat
mengalami pasang surut. Misalnya pada saat selesainya Pemilu 1977, yaitu
Hal tersebut terjadi akibat logis dari suatu langkah kearah konsolidasi dalam
52
53
khususnya.
itu diawali adanya keinginan tokoh muda dari unsur NU untuk meduduki
kurang adanya rasa kepercayaan antar tokoh, dan berakhir dengan usul
Pemalang.
pengurus pusat PDI pada tanggal 27 Desember 1977 dengan Soeharsono yang
sampai akhirnya kedua tokoh PDI ini membuat pernyataan bersama dan
54
pada tanggal 10 Juli 1978 DPP PDI Jawa Tengah mengeluarkan SK Nomor:
1978 : 5 ).
berarti.
Jama’ah ini resmi menjadi partai politik pada tahun 1952 dan merupakan
organisasi massa yang sangat kuat dan berakar pada masyarakat pedesaan di
dikenal oleh masyarakat pada umumnya setelah NU terjun dalam politik yaitu
55
tahun 1952, dimana kekuatan politik NU berasal hampir dari seluruh wilayah
lepas dari kehidupan politik dan kembali menjadi lembaga sosial keagamaan.
dan Masyumi, serta menjadi partai politik sendiri pada tahun 1952.
dua partai dan satu golongan ini memaksa NU Pemalang bersama Syarekat
Muslimin Indonesia) untuk berfusi ke dalam PPP pada tanggal 5 Januari 1973.
Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PPP, dan KH. Asrosri Saleh sebagai Wakil
Ketua DPC PPP Pemalang, bahkan dapat dikatakan hampir sebagian besar
pengurus PPP waktu itu berasal dari kalangan NU. Dengan komposisi yang
Sidang Umum MPR 1973 dan kebijakan Flaoting mass (pengapungan massa)
pemerintah ke DPR tanggal 3 Juli 1973 (kurang lebih tujuh bulan setelah
berdirinya PPP). Karena RUU ini dinilai bertentangan dengan ajaran Islam,
PPP mengadakan reaksi yang keras dan menolak RUU tersebut, didukung
oleh demontrasi para pelajar dan mahasiswa Islam ke gedung DPR RI.
dan RUU itu kemudian disahkan menjadi UU No. 1 tahun 1974 tentang
Sikap kritis ini juga ditunjukkan oleh NU Pemalang dan DPC PPP
Perkawinan. Para ulama dan masyarakat NU, yang sebagian besar juga
mengajukan RUU ini ke DPR RI. Hal ini dapat disebut sebagai salah satu
wujud kerjasama yang baik antara NU, masyarakat NU, dan PPP dalam
20 April 2007).
berhadapan dengan pemerintah yang dalam hal ini adalah Floating mass dan
lembaga ekskutif yang merugikan partai khususnya dan umat Islam pada
umumnya namun tidak berarti bisa terhindar dari konflik internal. Konflik
sebagai Majelis Syura, ekskutif partai diduduki oleh tokoh MI, HMS.
memiliki basis massa yang kuat. Kalau pada Pemilu 1971 NU mendapatkan
58 kursi, pada Pemilu 1977 (setelah fusi menjadi PPP) mendapatkan 56 kursi,
58
dan tahun 1982 mendapatkan 45 kursi, disisi lain MI mengalami kenaikan dari
24 kursi pada tahun 1971 menjadi 25 kursi pada tahun 1977, naik lagi pada
(DCS), yang menempatkan kyai NU pada urutan nomor bawah, misalnya KH.
Yusuf Hasyim, KH. Syaefudin Zuhri, Mahbub Junaidi, KH. Masykur, KH.
dihasilkannya dua keputusan yakni: (1) pemulihan Khittah 1926, dan (2)
40 juta jiwa yang sebagian besar tinggal di pulau Jawa, mereka sebagian
besar adalah rakyat jelata, baik di kota maupun desa. Dalam kehidupan
Pada umumnya mereka memiliki ikatan yang cukup kuat dengan dunia
(www. wikipedia.org).
ajaran Islam. Pemeluk Islam yang taat pada ajarannya disebut golongan
santri, santri sendiri artinya pelajar Al Quran, mereka ini yang tinggal di
Tengah juga merupakan salah satu basis NU. Jumlah masyarakat NU pada
20 April 2007).
pesantren. Hal ini secara mudah dapat dimengerti karena para pendiri NU
oleh NU, ini terjadi karena adanya ikatan batin yang kuat antara NU
61
politik dengan mudah dan lancar sehingga dengan mudah pula dapat
keterikatan yang erat antara kedua lembaga ini maka pada saat itu muncul
kepada PPP, mereka pada waktu itu menyebut PPP sebagai ”ingon-ingon
62
NU”. Mereka sangat kompak dan solid dalam upaya untuk memenangkan
1978, dimana Bupati yang terpilih berasal dari kalangan NU yaitu Slamet
2007).
menggigit. Bersama anggota dari unsur lain, tahap awal keberadaan PPP
terhadap pemerintah yang dilakukan oleh PPP, ini diperkuat lagi oleh
merevisi RUU itu. RUU itu dianggap sangat sekuler bahkan bertentangan
63
MPR tahun 1978, misalnya, fraksi PPP yang dimotori oleh unsur NU (KH.
Yusuf Hasyim, dkk) mengambil sikap “walk out” dari sidang karena
tindakan PPP ini tidak merubah sikap pemerintah atau fraksi-fraksi lain,
karena rancangan ketetapan itu tetap disahkan, ini berarti PPP atau aspirasi
sekuler yang mendominasi Golkar, ABRI, dan PDI (Shobron, 2003 : 44).
para kyai inilah yang telah “berjasa” kepada NU dalam setiap Pemilu yang
PPP, apalagi didasari dengan figur kyai sebagai salah satu figur
bagi kalangan bawah, tetapi juga kalangan NU yang relatif telah megalami
NU. Tradisi dan kharisma para kyai ini pulalah yang menyebabkan
pimpinan ranting PPP di Pemalang yang hampir rata-rata dari unsur NU.
(Taman), KH. Mas’ud (Moga), dan Kyai Chambali (Ampel Gading), serta
persoalan politik dapat mencapai posisi strategis, karena adanya tiga pilar
dalam perkembangan keagamaan, sosial, dan kultural saja, diluar itu para
untuk memilih PPP: satu-satunya partai Islam yang paling tepat untuk
KH. Bisri Syansuri (Rais Aam PPP) yang isinya mewajibkan kepada
seluruh umat Islam, khusunya seluruh warga PPP, untuk memilih PPP
66
secara emosi keagamaan, tetapi juga telah menjadi alat untuk memberikan
agama juga terlihat dalam kampanye dengan tujuan untuk memikat massa
Jawa Timur. Bentuk lain penciptaan suasana itu terlihat ketika ada
yang baik antara kedua lembaga ini, kerjasama ini tidak hanya terlihat
dalam bidang politik tetapi terlihat juga dalam bidang agama yang
batin dan demokratis yang diridloi oleh Allah SWT spirituil dan materiil
Republik Indonesia. Atas dasar itulah berarti secara formal PPP tidak
sangat berperan dalam setiap langkah PPP di pentas perpolitikan baik tingkat
nasional maupun lokal yang dalam hal ini adalah Pemalang. Hadirnya figur
kyai yang didasari dengan ilmu keagamaan dan kharisma dapat mempermudah
maupun masyarakat umum untuk memilih PPP pada Pemilu tahun 1977 dan
1982. Dengan kata lain agama memainkan peranan penting dalam upaya untuk
Islam ke dalam PPP. Pada saat itu PPP tampil atraktif dengan membawa
dalamnya PPP berusaha tampil kritis terhadap Pemerintah. Pada saat yang
sama upaya sekularisasi politik mulai dilakukan oleh Pemerintah Orde Baru
secara terus menerus. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila R. William
Islam, PPP tampil dengan isu-isu agama. Terutama terlihat dari munculnya
lambang Ka’bah sebagai lambang partai dan fatwa KH. Bisri Syansuri, PPP
bahkan seruan “Allahu Akbar” (Tuhan Maha Besar) telah bergema di mana-
70
71
bekerjasama dan tampil kompak serta solid dalam rangka memenangkan PPP,
dengan harapan PPP mampu mewakili aspirasi umat Islam seutuhnya dan
itu PPP juga dapat dijadikan sebagai media untuk mencapai cita-cita politik
umat Islam dan media untuk menciptakan suatu masyarakat madani yang adil
dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
dimana PPP masih menjadi rival berat bagi Golkar. Dengan kekuatan yang
NU tidak lagi masuk ke dalam fusi bersama partai Islam lainnya di PPP. Pada
pemilu 1987 perolehan suara PPP mengalami penurunan yang sangat drastis
ini disebabkan oleh keluarnya NU dari keanggotaan fusi. Hal ini merupakan
yang paling dominan dalam PPP (Wawancara dengan Bapak KH. Zaenal
Perolehan suara pada Pemilu 1977, Pemilu 1982 dan Pemilu 1987 di
Tabel 1.
Dari tabel 1 tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa pada Pemilu tahun
1977 PPP mampu menjadi kekuatan terbesar kedua setelah Golkar yaitu
keseluruhan. Pada perolehan suara Pemilu 1982 PPP masih menjadi rival bagi
NU menyatakan diri untuk keluar dari keanggotaan fusi, yang terkenal dengan
suara PPP di tingkat nasional pada Pemilu 1987. Aksi ini mempengaruhi
perolehan suara PPP di tingkat lokal, termasuk dalam hal ini adalah Pemalang.
Perolehan suara PPP pada Pemilu 1977 dan 1982 di kabupaten Pemalang
perolehan suara PPP hampir merata di semua wilayah kecamatan. Pada setiap
pertempuran tunggal antara PPP dengan Golkar. Namun demikian Partai lain
warga NU. Perolehan suara PDI di beberapa daerah kecamatan sangat minim,
tetapi juga ada beberapa daerah dengan perolehan suara PDI yang besar.
Tabel 2.
Dari tabel tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa perolehan suara PPP di
Pemalang pada Pemilu 1977 dan 1982 cukup stabil dan penyebarannya hampir
suara. Ini terjadi karena kondisi geografis yang kurang mendukung, yaitu
wilayah ini merupakan salah satu daerah yang terpencil yaitu terletak di
Purbalingga. Letak dan kondisi alam yang sulit dijangkau dapat mempersulit
para kyai dan ulama NU mulai goyah. Dalam periode ini dilaporkan ada
godaan politik. Hal ini merupakan fenomena yang wajar-wajar saja dalam
kehidupan politik, karena kyai dan ulama itu adalah juga manusia biasa yang
rasakan lebih leluasa dan lebih segar dalam Golkar yang terkenal memiliki
sosial, sosial dan politik. Salah seorang kyai NU yang dikenal sebagai perintis
dan pelopor untuk bergabung dengan Golkar adalah Kyai Musta’in Ramli, dari
Jombang, Jawa Timur. Langkah kyai Musta’in Ramli ini pada gilirannya
politik yang dilakukan oleh kyai Masy’ari ini merupakan fenomena politik
yang wajar-wajar saja sebagai seorang individu. Namun kalau dilihat dari
akan mengikuti apa yang dilakukan oleh panutannya itu, sehingga secara tidak
tokoh di tubuh PPP Pemalang yang terjadi pada bulan Maret 1978 secara tidak
fusi. Hal tersebut merupakan akibat logis dari suatu langkah kearah
konsolidasi dalam tubuh Partai, namun demikian konflik internal itu masih
77
khususnya.
terbesar yang di alami PPP, ini disebabkan karena adanya berbagai masalah
aspirasi politiknya ke Golkar dan PDI, hal ini diawali dengan adanya
organisasi sosial keagamaan seperti pada saat berdirinya pada tahun 1926.
Keputusan itu secara tegas berarti menyatakan NU keluar dari PPP. Ini
NU yang akan melihat NU dalam wajah baru, yakni wajah sosial keagamaan,
tidak lagi berwajah politik sebagaimana yang selama ini ditampilkan. Dengan
yang drastis. Alasan mengapa NU menyatakan keluar dari partai ini karena
tidak lain adanya kekecewaan terhadap perimbangan kursi unsur dalam DCS
yang diajukan oleh Naro pada Pemilu 1982, dan tergesernya orang-orang NU
dan kemelut internal yang terjadi di tubuh partai (Wawancara dengan Bapak
PENUTUP
Peranan NU Pemalang dalam perolehan suara PPP (Suatu Kajian Historis Tahun
sejumlah ulama tradisional yang diprakarsai oleh KH. Hasyim Asy’ari. Organisasi
merupakan reaksi dari ulama tradisional dalam menjawab tuduhan yang datang
dari sumber utama Al Qur’an dan Hadist dan menyatakan bahwa belajar agama
hendaklah dilihat dari sumber aslinya Al Qur’an dan Hadist. Sementara kalangan
bahkan mengikuti salah satu dari empat mazhab (Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan
dan menganut salah satu dari empat mazhab. NU di Pemalang berdiri pada tahun
1934 setelah beberapa tahun sebelumnya yaitu pada tahun 1930 dilaksanakannya
79
80
menjadi dua partai dan satu golongan ini memaksa NU Pemalang bersama
Syarekat Islam Indonesia (PSII), Perti, dan Muslimin Indonesia (MI) untuk
berfusi ke dalam PPP pada tanggal 5 Januari 1973. Menghadapi Pemilu 1977 dan
pengikut yang jumlahnya tidak sedikit baik di tingkat nasional maupun lokal yang
PPP dengan berbagai cara termasuk menggunakan tema perjuangan Islam, dan
PPP sebagai kekuatan terbesar kedua setelah Golkar dan menjadi tandingan
81
Golkar yang cukup berarti dalam Pemilihan Umum 1977 sampai pada Pemilu
1982. Hasil yang diperoleh PPP di Pemalang diluar dugaan baik PPP sendiri
maupun Golkar atau PDI. Walaupun pada dasarnya angka suara yang diraih jauh
(31,42 %) dengan mendapat 10 kursi pada pemilu 1977 dan 148,650 (30,98 %)
dengan mendapat 10 kursi pada pemilu 1982. Secara umum perolehan suara PPP
di Pemalang pada Pemilu 1977 dan 1982 stabil dan penyebarannya hampir merata
Buku-buku:
Ecip, Sinansari S. 1994. NU; Khittah dan Godaan Politik. Bandung: Mizan.
Haidar, Ali. 1998. Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia; Pendekatan Fikih
dalam Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ida, Laode. 1996. Anatomi Konflik NU, Elit Islam, dan Negara. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Ismail, Faisal. 1999. NU, Gusdurisme dan Politik Kiai. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Mulkhan, Munir Abdul. 1989. Perubahan Perilaku dan Polarisasi Ummat Islam
1965-1987; Dalam Perspektif Sosiolog. Jakarta: Rajawali.
Widja, I Gde. 1989. Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah.
Jakarta: Depdikbud.
ARSIP:
INTERNET: