Lain ladang lain belalang dalam buku ini sangat ideal masukan-masukannya dalam dakwah
kampus namun ibarat apabila kubus ada 6 sisi, penulis mengorek semua sisi tersebut. Namun
terkadang ada faktor yang mempengaruhi misalanya kurangnya SDM, ada kemauan tapi belum
cukup ilmu, menduakan LDK, dan tanggapan masyarakat yang kurang “wear”. Untuk itu saya
hanya meresume beberapa hal yang sekiranya dapat di aplikasikan dalam dakwah yang lingkungan
seperti itu, misalnya lembaga dakwah departemen
Ibarat itik yang ditinggal induknya, pasti itik tersebut akan tersesat. Inilah perumpamaan dari
seorang yang baru memasuki lingkungan yang tentunya 1800beda dari habitatnya, untuk itu dalam
hal ini lembaga dakwah adalah suatu komunitas yang sangat bermanfaat di dunia maupun di
akhirat, insyaAllah.
Dakwah pada hakikatnya adalah mengajak manusia kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang
baik, sehingga mereka meninggalkan thagut dan beriman kepada Allah agar mereka keluar dari
kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam. Dakwah adalah suatu tugas yang sangat mulia dan berat
namun hal itu sudah menjadi kewajiban bagi umat muslim seperti pada surat QS. Ali-Imran : 104.
Sehingga untuk menggolkan dakwah yaitu dengan hikmah, pengajaran yang baik (mau’izhah
hasanah) serta dengan kekuatan argument, tidak dengan paksaan dan kekerasan(Surat An-Nahl
ayat 125). Namun dalam dakwah tidak hanya berucap saja, namun ada standart oprasionalnya,
yaitu
Rabbaniyyah, artinya segala sesuatunya bersumber dari Allah (berorientasi ketuhanan).
Islam sebelum jamaah, artinya Islam dijadikan esensi utama dalam berdakwah, sedangkan jamaah
merupakan wasilah (cara) untuk merapikan gerak dakwah.
Syumuliyah, dakwah harus bersifat sempurna (menyeluruh dan utuh), ia tidak boleh dilakukan
sebagian.
Modern, dakwah bersifat modern (kekinian). Dakwah memang harus dilakukan berdasarkan
keasliannya yaitu Al-Qur’an dan Sunnah, namun cara, sarana, dan strategi yang digunakan harus
seiring dengan perkembangan zaman (kontemporer) agar mampu mengantisipasi dan
mengimbangi perkembangan situasi dan kondisi di masyarakat dengan tetap berpegang pada nilai-
nilai Islam.
‘Alamiyah, bersifat mendunia (universal). Dakwah yang mengglobal dan mendunia adalah ciri
dakwah Islam.
‘Ilmiyah, berdasarkan pada ilmu dan pendekatan ilmiah.
Bashiirah islaamiyah, memberikan pandangan yang islami dan keterangan yang nyata dengan
bukti yang jelas.
Menciptakan mana’ah, daya tahan (imunitas) dari segala bentukkemaksiatan, serta mampu
berorientasi kepada pencapaian penguasaanteori, penguasaan moral, dan penguasaan amal.
Layaknya kendaraan bermontor, agar berjalan kita harus memeriksa bensin, memeriksa
perlengkapan surat,menyalakan mesin, dan memakai helm. Begitu juga dengan dakwah agar lebih
optimal maka lebih baik menggunakan prosedur yang efektif, yaitu
Tahap perkenalan dan penyampaian
Merupakan sebuah tahapan awal dari dakwah, dimana pada tahapan ini, dakwah bertujuan untuk
memberikan ilmu tentang Islam itu sendiri dan mengubah sebuah pandangan yang jahiliyah
menjadi pandangan yang islami (transformasi objek dakwah dari antipati terhadap dakwah menjadi
simpati terhadap dakwah).
Tahap pembinaan
Pada fase ini, dakwah mulai memberikan perhatian lebih kepada objeknya dengan tujuan
penanaman sebuah pola pikir (fikroh) yang islami dan mulai memberikan kesempatan kepada
objek dakwah untuk latihan beramal (transformasi objek dakwah dari simpati menjadi barisan
pendukung dakwah).
Tahap Pengorganisasian
Yakni tahapan penataan barisan pendukung dakwah itu sendiri agar individu-individu yang
beramal tersebut bisa terkoordinasi dengan baik sehingga dakwah ini bersinergi dan mempunyai
aktivitas yang memiliki sebuah tujuan bersama (transformasi barisan pendukung dakwah menjadi
kader yang terorganisir).
Tahap pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan ini memberikan titik tekan pada sebuah hasil yang diridhoi Allah sehingga
memberikan sebuah dorongan untuk bekerja dan merupakan sebuah tahapan dimana objek dakwah
terdahulu bertransformasi menjadi subjek dakwah.
Dakwah kampus adalah implementasi dakwah ilallah dalam lingkup perguruan tinggi.
Dimaksudkan untuk menyeru civitas akademika ke jalan Islam dengan memanfaatkan berbagai
sarana formal/informal yang ada di dalam kampus. Dakwah kampus bergerak di lingkungan
masyarakat ilmiah yang mengedepankan intelektualitas dan profesionalitas. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa aktivitas dakwah kampus merupakan salah satu tiang dari dakwah secara
keseluruhan, puncak aktivitasnya serta medan yang paling banyak hasil dan pengaruhnya terhadap
masyarakat.
Latar Belakang Adanya Dakwah Kampus adalah Rasulullah SAW selalu memberikan perhatian
yang cukup besar terhadap para pemuda. Pentingnya dukungan para pemuda sebagai prasyarat
tegaknya suatu pemikiran atau pergerakan. Adanya kekhasan mahasiswa Indonesia. Pelajaran dari
sejarah. Masalah regenerasi, pewarisan nilai dan pengalaman merupakan suatu hal yang wajib
diperhatikan demi keberlangsungan dakwah. Kampus merupakan medan kompetisi antar
pergerakan yang lebih terbuka. Melalui dakwah kampus diharapkan lahir intelektual-intelektual
muda yang profesional dalam bidang yang digelutinya dan tetap memiliki ikatan dan keberpihakan
yang tinggi terhadap Islam hingga akhirnya terwujudlah cita-cita kebangkitan Islam sehingga kita
mengembalikan kejayaan islam melalui keilmuannya, yang otomatis akan berpengaruh dengan
kemajuan negara kita tercinta. Sasaran dakwah kampus tersebut adalah sebagai berikut.
Membangun kesadaran dan pemahaman Islam.
Melatih menjadi calon pemimpin.
Membangun iklim kehidupan keilmuan dan kebebasan dakwah.
Membangun hubungan dan kerja sama dengan berbagai unsur.
Terbentuk bi’ah (lingkungan) kondusif.
Terbentuknya opini ketinggian Islam.
Terbentuknya kesinambungan barisan dakwah.
Terbentuknya hubungan timbal balik antara rekrutmen dan pengkaderan.
Strategi yang menjadi fungsi utama dakwah kampus adalah sebagai berikut.
1. Melayani dan melindungi kebutuhan dan kepentingan umat (mahasiswa dan
masyarakat), khidmatul ummah.
2. Menyebarkan fikroh dan informasi (nasyrudda’wah).
3. Membangun opini yang terkait dengan kepentingan dakwah (binna ru’yah Islamiyah).
4. Mengembangkan kemampuan SDM dakwah (tanmiyatul kafaah)
5. Mencetak figur-figur massa untuk kepentingan sosialisasi pesan dan nilai-nilai Islam ke
masyarakat luas (binaa syakhsiyah barizah).
6. Menghimpun tokoh dan pakar yang siap memberikan kontribusi pemikiran dan
pengaruhnya bagi kepentingan dakwah (tajmi’ syakhsiyaat).
7. Menjadi rujukan dalam bidang kompetensi institusionalnya (maroji’ulummah).
8. Membangun jaringan kerjasama (networking) dengan lembaga lain.
9. Menjadi komponen penekan yang efektif bagi para pengambil kebijakan pemerintahan.
Syi’ar dalam bahasa sederhana dapat diartikan mengajak, menyeru, atau mempengaruhi pada
sesuatu. Dari pengertian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa syi’ar Islam kampus
bermakna mengajak, menyeru, atau mempengaruhi orang lain kepada jalan Islam dalam ruang
lingkup kampus khususnya.
Parameter Keberhasilan
Meningkatnya jumlah partisipan pada kegiatan-kegiatan syi’ar yang diadakan oleh LDK
(baik objek syi’ar, subjek syi’ar, maupun jaringan pendukung).
Tersampaikannya nilai-nilai islam dengan tepat sasaran dan sesuai kebutuhan objek.
Pendanaan kegiatan syi’ar yang sehat dan tidak defisit.
Terbentuknya citra positif yang mengakar terhadap LDK di kampus.
Terdokumentasikan .
Strategi
Mengangkat tema-tema aktual, sesuai kebutuhan masyarakat kampus dan tetap terarah dalam
penyampaian syumuliyatul Islam. Misalnya di kampus sedang beredar tentang suatu isu atau
kasus maka kita mengangkatnya dalam bungkusan islami (dari sudut pandang Islam) atau kita
mengangkat permasalahan global umat, dll.
Melakukan gerakan penyadaran keislaman secara kontinu, misalnya ada flow syi’ar untuk
meng-goal-kan suatu tema besar di kampus tersebut dan dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan dengan berbagai rangkaian kegiatan syi’ar yang beragam.
Bersinergi dan bekerjasama seoptimal mungkin dengan berbagai lembaga dan elemen luar
dan dalam kampus baik formal maupun non-formal, misalnya BEM, unit kegiatan lain, masjid
kampus, alumni dll.
1. Beriman bahwa pencipta alam semesta ini adalah Alloh yang Maha Bijaksana, Maha kuasa,
Maha mengetahui, dan Maha Berdiri Sendiri. (Q.S. Al-Anbiya’ : 22)
2. Beriman bahwa Al-Kholiq menciptakan alam semesta ini tidaklah sia-sia, karena Allah
adalah Dzat yang Maha sempurna. (Q.S. Al-Mu’minun : 115-116)
3. Beriman bahwa Allah swt telah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab untuk
memperkenalkan Dzat-Nya kepada manusia, tujuan penciptaan, asal dan tempat kembali
manusia. (Q.S. An-Nahl : 36)
4. Beriman bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah untuk mengenal dan mengabdi pada
Allah swt. (Q.S. Adz-Dzariyat : 56-58)
5. Beriman bahwa balasan bagi mu’min yang taat adalah jannah dan orang kafir adalah neraka.
(Q.S. Asy-Syura : 7)
6. Beriman bahwa manusia melakukan kebaikan maupun keburukan atas pilihan dan
kehendaknya sendiri. Tapi untuk kebaikan juga dipengaruhi oleh Taufiq/hidayah dari Allah
dan keburukan tidak ada paksaan dari Allah. (Q.S. Asy-Syams : 7-10, Al-Mudatsir : 38)
7. Beriman bahwa pembuat hukum hanyalah hak Allah yang tidak boleh dilangkahi, dan
seorang muslim boleh berijtihad yang disyari’atkan oleh Allah. (Q.S. Asy-Syura : 10)
8. Mengetahui nama-nama dan sifat-sifat Allah. Dari Abu Hurairah ra : telah bersabda
Rasulullah saw : “Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, tidak
seorang pun menghafalnya melainkan ia pasti masuk surga. Dan Dia (Allah) itu ganjil dan
mencintai yang ganjil.”(HR. Bukhari dan Muslim)
9. Merenungkan ciptaan Allah dan bukan Dzatnya. “Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan
janganlah kalian berfikir tentang DzatNya, karena kalian tidak akan mampu
menjangkauNya.”(Abu Nu’am dalam Al-Hilyah, dan Al-Asbahany dalam At-Targhib wa
Tarhib)
1. Berhubung dengan sifat-sifat Allah s.w.t terdapat banyak ayat-ayat suci Al-Quran Al-Karim
yang membuktikan kesempurnaan ketuhanan (Uluhiyyah-Nya).
2. Saya harus meyakini bahwa pendapat para salaf lebih utama untuk diikuti, khususnya dalam
persoalan takwil dan ta’thil, serta menyerahkan pengetahuan mengenai makna – makna ini
kepada Allah Swt. Tanpa harus menyebabkan dijatuhkannya vonis kafir atau fasik bagi
takwil yang dikemukakan oleh orang – orang belakangan (khlaf).
3. Mengabdi kepada Allah dengan tidak menyekutukan-Nya. (Q.S. An-Nahl : 36)
1. Merasa takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada selain-Nya. Rasa takut kepada Nya
harus mendorong untuk menjauhi apa yang dimurkai serta diharamkan Nya. (Q.S. An-Nur :
52)
2. Berdzikir kepada Nya secara kontinyu. Dzikir pada Allah merupakan obat spiritual yang
ampuh dalam menghadapi tantangan zaman dan segala bencana yang menimpa kehidupan.
(Q.S. Ar-Ra’d : 28, Az-Zukhruf : 36-37)
3. Mencintai Allah sampai hati dikuasai oleh Nya dan terkait erat dengan Nya sehingga
mendorong saya untuk lebih baik dan rela berkorban di jalanNya. (Q.S. At-Taubah : 24)
4. Bertawakkal kepada Allah dalam segala urusan saya. (Q.S. At-Thalaq : 3)
5. Bersyukur kepada Allah atas nikmatNya yang tak terhitung. (Q.S. An-Nahl : 78, Yasin : 33-
35, Ibrahim : 7)
6. Beristighfar kepada Nya secara kontinyu karena dapat memperbaharui taubat, iman, dan
menghapus dosa. (Q.S. An-Nisa’ :110, Ali-Imran : 135)
7. Menyadari bahwa diri selalu diawasi oleh Nya kapan saja dan di mana saja berada. (Q.S. Al-
Mujadilah : 7)
Mengislamkan Ibadah
Ibadah dalam Islam merupakan Puncak kepatuhan dan kerendahan kepada Alloh. Merupakan
puncak merasakan betapa agungnya keagungan Nya. Ibadah merupakan anak tangga
penghubung Sang Khaliq dengan hamba Nya. Ibadah hanya lah untuk Alloh (menghadirkan diri
hanya untuk Alloh. Untuk mengislamkan ibadah, maka:
1. Menjadikan Ibadah hidup dan bersambung (berhubungan) dengan Alloh. Dalam hal ini ialah
ihsan.
2. Ibadah khusyuk sehingga merasakan manisnya, bahkan mampu memberi kekuatan untuk
terus mengerjakannya.
3. Dalam ibadah, hati harus hadir sepenuhnya kepada Alloh, idah dicampuri memikirkan segala
kesibukkan dan urusan duniawi.
4. Senantiasa ingin beribadah tanpa merasa cukup. Selalu menambah dengan amalan sunah.
5. Selalu berkeinginan besar dan melakukan sholat malam, karena ini merupakan kekuatan yang
memantapkan iman dan mengerjakan amalan sunah lainnya.
6. Harus meluangkan waktu untuk membaca dan memahami (mentadaburi) Al-Quran, terutama
waktu fajar, duha.
7. Harus menjadikan doa sebagai perantaraan kepada Alloh di setiap urusan hidup.
Mengislamkan Akhlaq
Tujuan pokok dari risalah Islam adalah Akhlaq mulia. Ia merupakan buah dari iman, wujud dari
ibadah. Lalu ditunjukkan dengan perbuatan. Untuk mengislamkan akhlaq, maka:
2. Ada tipe – tipe orang yang bersungguh – sungguh memerangi nafsunya dan melawan
keinginannya. Mereka kadang berbuat kesalahan, tetapi kemudian bertobat. Mereka kadang
bermaksiyat kepada Allah, namun lantas menyesal dan beristighfar.
3. Sendi-sendi/perangkat-perangkat kekuatan dalam memerangi hawa nafsu
4. Hati, selama ia hidup, sadar, bersih, tegar, dan bersinar. ( Al-Anfal : 2 , Al – Haj : 46 dan
Muhammad : 24)
5. Akal, selama ia dapat memandang, memahami, membedakan, dan menyerap ilmu yang
dengannya dapat mendekatkan diri dengan Alloh (An-Nur:40 & Fathir:28)
6. Tanda-Tanda kematian hati/akhlak
Ketika hati mulai mengeras dan mati dan ketika akalnya padam atau menyimpang, sehingga akan
terjadi penyakit was-was.
Kepercayaan kepada Islam harus mencapai tingkat keyakinan bahwa masa depan adalah milik
agama ini. (Qs. Al-Mulk : 14)
Adapun karakteristik yang harus dimiliki muslim agar pengakuan keislamannya benar:
Memperjuangkan Islam adalah wajib. Hal ini bisa dilihat dari beberapa sudut pandang:
-Pergerakan independen
-Pergerakan syumul/komprehensif
-Memiliki tahapan dalam dakwahnya. Imam Hasan Al-Banna, dalam Risalah Ta’alim,
menjelaskan bahwa dakwah ini memiliki tiga tahapan: ta’rif (pengenalan), takwin
(pembentukan), dan tanfidz (pelaksanaan).
-Mengutamakan aktivitas dan produktivitas ketimbang klaim dan propaganda
Imam Syahid Hasan Al-Banna, dalam Majmuatur Rasail , melukiskan potret pejuang Islam
sebagai berikut:
Wahai para ikhwan, kalian bukanlah organisasi sosial, bukan partai politik, bukan pula
organisasi domestik yang memiliki keterbatasan tujuan. Tetapi kalian adalah ruh baru yang
mengalir di dalam hati sanubari umat ini, kemudian dihidupkan oleh ALLAH dengan cahaya Al-
Quran. Kalian adalah cahaya baru yang bersinar terang, yang akan memorak-porandakan
kegelapan hidup hedonistis dengan makrifatullah. Ketahuilah, kalian adalah suara yang bergaung
keras dengan menggemakan seruan Rasulullah Saw.
Menolak penggabungan yang didorong oleh semangat dan perasaan yang “hanya meniru” kerana
Islam itu sendiri adalah sistem yang ditegakkan di atas dasar kefahaman, juga kerana matlamat
bekerja untuk Islam itu sendiri adalah untuk menegakkan manhaj hidup Islam di dalam
masyarakat di mana perlaksanaannya dilakukan dengan penuh kesedaran, penelitian dan secara
lebih objektif.
Menolak penggabungan yang mempunyai maslahat tujuan tertentu atau dalam arti kata yang lain
dijadikan sebagai batu loncatan untuk mencapai maksud dan kepentingan diri sendiri.
Afiliasi dengan jamaah juga mestilah tidak terbatas kepada zaman, kaum remaja dan pemuda,
lalu berhenti setelah meningkat dewasa dan berumah-tangga.
Afiliasi ini juga bukanlah terbatas di waktu keadaan aman damai, kemudian menghilang apabila
ditimpa ujian.
Afiliasi harus bersifat kekal abadi, tidak bercerai-berai, tidak berundur ke belakang dan tidak
cabut lari sehingga ia kembali menemui Tuhannya dalam keadaan ia menggabungkan diri
dengan Harakah Islamiah.
Dakwah yang benar ialah dakwah atau seruan supaya berpegang teguh kepada kebenaran, seruan
kepada iman dan amal, seruan kepada jihad, rasa keterikatan dan kesabaran serta seruan kepada
pengorbanan dan penebusan.
Menurut ajaran Islam yang sebenarnya pengabdian diri manusia kepada Allah bermakna
menolak seluruh sistem ciptaan manusia yang membawa manusia mengabdikan diri kepada
Tanghut.
2. Kejelasan jalan
Inti dari ini adalah adanya manhaj yang menjadi pijakan. Meski berbagai harakah Islam banyak
yang menyikapi atau mempunyai cara yang berbeda. Ada gerakan yang bersifat merubah
(taghyir), ada gerakan yang bersifat menyeluruh, ada gerakan yang bersifat alamiah
3. Komitmen terhadap jalan Rasul Saw.
-Diawali dengan komitmen ubudiyah kepada Alloh.
-Mewujudkan kelompok yang bergerak, dengan kesatuan akidah, di bawah pemimpin yang
berlandaskan petunjuk dan agama Alloh.
-Menentang Jahiliah.
Baiat sudah dilaksanakan semenjak masa Nabi Muhammad. Imam Al-Bukhari meriwayatkan
dari Junadah bin Abu Umayyah dari ‘Ubadah bin Al-Samit yang menyatakan: “Rasulullah s.a.w
telah memanggil kami, lalu kami pun memberi baiah kepada baginda… kemudian ‘Ubadah
berkata: “Di antara perkara yang diminta kami berjanji ialah; Kami berjanji mendengar dan
mentaati (Rasulullah s.a.w) dalam perkara yang kami sukai dan kami benci, dalam keadaan kami
susah dan senang, tidak mementingkan diri sendiri, tidak membantah terhadap ketua dalam
urusan-urusan kecuali kami melihat kekufuran terhadap Allah secara nyata dengan bukti yang
terang dan jelas.” (Dari Sahih Al-Bukhari-Bab Al-Fitan)
Asy-Syahid Imam Hassan Al-Banna telah merumuskan tentang rukun-rukun baiah dengan
berkata: “Rukun baiah kita semuanya sepuluh, peliharalah ia dengan sebaik-baiknya”: