Anda di halaman 1dari 6

JIHAD ZAMAN SEKARANG

JIHAD ALA GENERASI MASA KINI

Kelompok militan radikal Islamic State in Irak and Syiria (ISIS) mengklaim bahwa
jihad sebenarnya adalah perang. Mereka melandaskan pendapatnya pada hadis berikut.

ِ َ‫ش ْعبَ ٍة ِم َن النِّف‬


‫اق‬ َ ‫ِّث نَ ْف‬
ُ ‫سهُ بِ َغ ْز ٍو َماتَ َعلَى‬ ْ ‫َمنْ َماتَ َولَ ْم يَ ْغ ُز َولَ ْم يُ َحد‬
“Siapa yang mati dan tidak pernah perang serta tidak terlintas sedikitpun di hatinya
untuk perang, maka ia mati dalam kemunafikan.” (HR. Muslim, No. 157)
Ibn Mubarak, dikutip oleh Ali Mula al-Qari dalam Mirqah al-Mafatih Syarh Misykah
al-Mashabih, dalam buku Meluruskan Pemahaman Hadis Kaum Jihadis, mengatakan bahwa
hadis tersebut tidak berlaku umum, tetapi hanya berlaku pada saat perang saja. Hal tersebut
mengartikan bahwa dalam situasi aman tanpa adanya peperangan di wilayah masing-masing,
perang bukanlah jihad dan jihad bukanlah perang.
Zainuddin al-Malibari menegaskan dalam kitabnya Fath al-Muin, bahwa jihad tidak
mesti dengan mengangkat senjata dan berperang. Tetapi mengajarkan ilmu agama dan
menyelesaikan permasalahan masyarakat juga merupakan bagian dari jihad.

Jihad Dalam Al-Quran


Islam dijuluki oleh orang Barat sebagai agama pedang. Hal ini didasarkan pada
ekspansi militernya sampai benua Eropa yang jauh dari negeri kelahirannya, Arab. Selain itu,
konflik internal dalam perebutan kekuasaan antara pemimpin dan oposisi juga menjadi salah
satu sebabnya.
Alwi Abdurrahman Shihab menjelaskan dalam bukunya Islam Inklusif Menuju Sikap
Terbuka dalam Beragama, bahwa Jihad dalam Alquran dibagi menjadi dua, yakni jihad fi
sabilillah dan jihad fillah. Jihad pertama merupakan usaha sungguh-sungguh dalam
menempuh jalan Allah, baik dengan mengorbankan harta benda, maupun nyawa.
Adapun jihad kedua adalah upaya sungguh-sungguh dalam rangka mendekati Allah guna
memperdalam spiritualitas. Upaya tersebut diwujudkan dengan pembersihan jiwa dari hal-hal
negatif semacam iri, dengki, hasud, dan sebagainya.

‫ق ِج َها ِد ِه…االية‬
َّ ‫َو َجا ِهد ُْوا فِي هللاِ َح‬
Dan berjihadlah kamu sekalian demi (menegakkan agama) Allah dengan sebenar-
benarnya jihad… (QS al-Haj : 78)
Imam Jalaluddin al-Mahalli menafsirkan lafal fillahi dengan liiqamati dinihi, untuk
menegakkan agama Allah. Sementara frasa haqqa jihadih, maksudnya adalah dengan
mencurahkan segala kemampuannya dan menegakkan kebenaran.

Jihad Dalam Damai


Berjuang dengan menggunakan senjata hanyalah salah satu di antara jihad. Hal ini
masuk pada jihad yang pertama. Tetapi, hal tersebut bukanlah satu-satunya wujud atau
penafsiran jihad sehingga jihad seolah-oleh identik dengan peperangan. Makna jihad
sangatlah luas.
Jihad dalam keadaan damai, tidak ada peperangan, tentu saja beda maknanya atau
penerapannya. Sutan Mansur menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Jihad, bahwa jihad
di waktu damai berarti membangun, menegakkan, dan menyusun. Sebagaimana sabda Nabi,
bahwa jihad di waktu damai inilah jihad yang besar. Mansur menegaskan bahwa jihad di
masa damai tidak boleh berhenti sampai hari kiamat. Jihad di sini dapat diartikan mendidik
dan mengajar. Dua hal tersebut menjadi pondasi penting dalam berjihad di masa damai.
Keduanya juga harus ditempuh dengan menguras harta dan tenaga, biamwalikum wa
anfusikum.
Bagi generasi milenial, jihad bisa diartikan dengan belajar secara sungguh-sungguh.
Hal itu penting guna menghadapi masa depan dan menghadapi kehidupan dan pergaulan yang
lebih luas lagi sebab globalisasi sudah tidak dapat dibendung. Generasi masa kini mungkin
akan kesulitan membendungnya. Tetapi hal itu bukan suatu masalah, jika kita dapat
mengaturnya.
Melawan hoaks dengan membuat klarifikasi, menulis narasi positif di berbagai media
guna mengimbangi narasi negatif yang telah mendominasi dunia juga merupakan jihad masa
kini. Seperti yang diungkapkan di atas, jihad sebenarnya adalah upaya sungguh-sungguh
yang tentu saja untuk kepentingan positif bagi masyarakat dan pribadinya.

Spirit Resolusi Jihad


Kita sebagai bangsa Indonesia harus memahami bahwa jihad bisa dimaknai sangat
luas. Membela serta mempertahankan negara dari penjajah juga termasuk jihad karena
dilakukan dengan perjuangan sungguh-sungguh. Seperti yang dilakukan para santri dari
pesantren dahulu yang berani mempertaruhkan nyawanya demi NKRI.
Kata Resolusi Jihad ditelinga para santri pasti tidak asing lagi. Ya, Resolusi Jihad
Nahdlatul Ulama (NU) 22 Oktober 1945 telah diakui negara sebagai salah satu peristiwa
historis penting bagi Indonesia. melalui Keppres No 22/15, pemerintah memperingatinya
sebagai Hari Santri untuk mengapresiasi peran pesantren dalam merebut dan
mempertahankan NKRI. Resolusi jihad merupakan rangkaian panjang dalam sejarah
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebelum Resolusi Jihad, telah muncul Fatwa Jihad,
setelahnya, muncul pertempuran 10 November yang kemudian ditetapkan menjadi hari
Pahlawan.
Tulisan Rahmat Hidayatullah (Geotimes.co.id: 2017) menarik untuk dipahami, bahwa
jihad kebangsaan kaum santri yang tak pernah padam sejak era kolonial hingga era
kemerdekaan itu memperoleh refleksi spiritualnya dalam jargon terkenal Hadratus Syaikh
KH Hasyim Asy’ari, “Cinta Tanah Air sebagian dari iman” (hubb al-wathan minal îman).
Jargon ini mencerminkan prototipe ideal “ulama-nasionalis” atau “nasionalis-ulama” yang
tumbuh dalam konteks budaya santri Nusantara dan tidak dimiliki oleh ulama di negara
muslim lain termasuk Timur Tengah.
Kenapa kalangan santri begitu intensif dan berkomitmen kuat dalam membela bangsa
dan negara? Sudah pasti karena santrilah salah satu yang ikut terlibat langsung dalam
perjuangan melawan penjajah saat itu.

Jihad Zaman Now


Lebih jauh lagi kita memaknai kata jihad sebagai sebuah upaya untuk mengupayakan
perdamaian. Jihad kita sebagai warga negara Indonesia bisa dilakukan dengan
mempertahankan kedaulatan negara, melawan korupsi, mencegah paham radikal dan lain
sebagainya. Sedangkan jihad sebagai kaum pelajar dan mahasiswa bisa dilakukan dengan
belajar sungguh-sungguh, menjauhi narkoba dan pergaulan bebas (free sex) serta menyaring
berita yang tidak ada sumbernya (hoax).
Sudah seharusnya sebagai bangsa yang besar kita memaknai spirit jihad untuk perdamaian
dunia, terlepas dari pemaknaan jihad yang keliru oleh sebagian kelompok yang tidak
bertanggungjawab atas nama kemanusiaan.

Memaknai Jihad "Ala Modern"


Apa yang terpikir dibenak anda ketika mendengar kata jihad? Perangkah atau
teroriskah? Rahimi Sabiri di buku ini bertutur tentang “Jihad Modern”, dengan
membaca buku ini anda akan mendapatkan makna jihad sebenarnya secara universal.
Islam memang menjadi tudingan penyebab aksi radikalisme dan terorisme dewasa ini.
Semua itu tak pelak karena sebagian orang menggunakan kata jihad untuk melegitimasi
tujuan politik mereka. Akibatnya makna jihad kian menyempit, makna jihad kian kabur.
Kecarut marutan ini dapat kita cegah dengan memaknai islam seutuhnya. Buku ini
memang pantas dijadikan santapan anda yang ingin mengetahui jihad secara utuh. Dengan
bahasa yang ringan dan mudah dicerna sangatlah cocok untuk semua kalangan terutama
pelajar. Karena dengan memaknai jihad sebenarnya, agama pun jadi mudah dikerjakan.
Rahimi bertutur secara utuh menuturkan jihad dari A sampai Z. Bahkan membuka pikiran
kita tentang esensi jihad sesungguhnya. Tidak seperti kebanyakan orang membayangkan
jihad itu menyeramkan seperti pelaku teror dan bom bunuh diri. Jihad sebenarnya adalah
sesuatu yang dekat di kehidupan kita. Seorang siswa bersungguh-sungguh belajar untuk masa
depannya pun bisa dikategorikan jihad. Jadi, dalam Islam siapa saja, kapan saja, dimana saja
wajib berjihad karena jihad itu mudah dikerjakan.
Rahimi juga bicara tentang kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan telah melanda
umat berkepanjangan. Fenomena ini semakin diperparah oleh oleh perpecahan di kalangan
umat, arogansi elit politik Islam, dan munculnya segelintir golongan yang melancarkan aksi-
aksi kekerasan yang mengatasnamakan jihad. Akibatnya, umat Islam bukan semakin
membaik, malah semakin sakit, terpuruk, dan tertinggal oleh kemajuan dunia global saat ini.
Untuk mengatasi ketertinggalan dan membangun umat, haruslah ada semangat jihad
fisabililah secara benar. Kita harus menolak pemikiran tentang jihad yang identik dengan
merebut atau merampas kekuasaan politik dengan cara kekerasan. Karena, hal itu telah
menyempitkan makna jihad dan tidak memiliki strategi dakwah jangka panjang. Jihad harus
dipahami secara universal, strategis, dan benar sehingga memberikan solusi dari
kesemerawutan yang nyaris tak ada ujung.

Esensi jihad sebenarnya


Makna jihad sebenarnya sangat luas dan universal. Jihad sendiri berasal dari kata arab
artinya bersungguh-sungguh melakukan sesuatu dalam rangka beribadah mencari ridho
Alloh. Tulisan Rahimi yang segar dengan pelan-pelan membuka hati anda bahwa sebenarnya
anda juga bisa berjihad. Seorang bapak mencari nafkah secara halal demi keluarga itu juga
termasuk jihad. Generasi muda mencari ilmu demi masa depannya dikategorikan jihad juga.
Seorang pedagang yang jujur tidak mengurangi timbangan juga jihad. Jadi jihad itu banyak
macamnya bukan dengan terror dan aksi bom bunuh diri karena itu makin mengotori wajah
Islam dimata dunia.Jihad harus disesuaikan dengan persoalan umat dan fenomena kehidupan
yang dihadapi. Adalah solusi paling jitu untuk mengatasi persoalan umat bila kita memaknai
esensi jihad yang benar. Rahimi pun mengelompokan jihad, dari mulai jihad ilmu, jihad
ekonomi, jihad ibadah sampai ke jihad mengatasi pengangguran dikupas tuntas di buku ini
Jihad yang benar memang akan membawa pencerahan bagi umat dan jihad yang salah kaprah
ujung-ujung membawa dampak yang buruk. Mengutip Rahimi (hal 33) penyerangan terhadap
Gedung WTC yang dimaksudkan untuk meruntuhkan dominasi ekonomi AS ternyata tidak
tercapai. Malah, ekonomi AS makin kuat setelah terjadinya serangan tersebut. Dari sisi
korban, hampir 1000 orang dari 4000 orang korban adalah warga muslim yang bekerja di
gedung tersebut. Jadi jangan takut dengan jihad, jika anda membaca buku ini temukan esensi
jihad seutuhnya sehingga anda merasa ringan melakukannya.

Jihad di dunia modern


Membela Islam dan upaya mencapai kemuliaan umat bukanlah dengan cara-cara jihad
dalam pengertian radikal. Esensi jihad harus diperluas dan cocok dengan persoalan umat
sekarang. Adalah jihad bila kita mengupayakan pendidikan berkualitas juga bebas dari
cengkraman kemiskinan. Akhirnya membuahkan hasil bahwa sosok umat Islam akan menjadi
alat dakwah yang memikat. Bagi Rahimin yang lebih utama di era modern ini adalah jihad
perdamaian karena hal urgent bagi umat untuk melakukan jihad yang lainnya. Terbayangkah
bila suasana mencekam oleh pertikaian, apakah kita akan mampu menunaikan ibadah ,
mencari nafkah, menuntut ilmu? Tentu tidak kan, maka rahimi bertutur usaha mencapai
perdamaian, menjalin silaturahmi, menciptakan hubungan baik dengan manusia itu pun
termasuk jihad.
Lalu rahimi secara tersirat mengajak anda untuk membuka mata hati untuk siap
berjihad di negara kita dengan prioritas tertentu. Pertama, jihad pendidikan. Keselamatan dan
kejayaan suatu umat dimulai dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Wahyu
pertama diturunkan oleh Alloh adalah tentang ilmu. Pembangunan pendidikan adalah tiang
utama terhadap kejayaan umat dan bangsa ini.
Kedua, jihad ekonomi. Bagaimanaupaya setiap umat dan pemerintah dalam
membebaskan diridari kemiskinan dan kelaparan. Ironis memang, Indonesia yang
berpenduduk 210 juta jiwa dengan pendapatan perkapita hanya 700 dolar AS. Sedang
Singapura yang berpenduduk 4 juta jiwa dengan pendapatan perkapitanya 24.000 dolar AS.
Tingkat kemakmuran Singapura 34 kali lipat lebih baik dibandingkan Indonesia dalam
ukuran rata-rata. Indonesia mayoritas muslim, harusnya kita malu mengapa kita tidak lebih
baik dari mereka. Bahkan Rahimi menyorot jihad menciptakan lapangan kerja adalah lebih
penting dewasa ini.
Ketiga, jihad ibadah dan perbaikan moral. Jihad ini sangat besar sekaligus sangat
berat. Moral dalam berukhuwah dan bernegara semakin pudar sehingga tak jarang para
politisi dan memerintah hanya untuk kepentingan mereka pribadi termasuk korupsi. Butuh
usaha yang keras mengaplikasikannya demi perubahan negara kita. Demikian juga dengan
jihad-jihad yang lain di bidang hokum, seni, dan kehidupan masyarakat yang lainnya harus
diaplikasikan demi kemajuan umat.

Anda mungkin juga menyukai