Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH STUDI ISLAM II

HUBUNGAN ANTARA HIJAB DAN AKHLAK

Tugas ini dikemukakan untuk memenuhi syarat mata kuliah studi islam II

Nama Mahasiswa : Alfina Darmayanti

Dosen : Prof. Dr. Mifedwil Jandra bin Mohd Janan


NIM : 1800023198

Kelas : IIIB

Prodi : Farmasi

Fakultas Farmasi

Universitas Ahmad Dahlan

2019
ABSTRAK

Jilbab is an important part of Islamic sharia to be carried out by a Muslim woman. It is not
merely an identity or a mere decoration and is also not a barrier for a Muslim woman to
carry out her life activities.

Hijab is also not just a cover up genitals but has many benefits according to science and
Islam.

In the current era the use of headscarves has many forms and kinds, in this paper I will
also explain the true headscarves according to Islam, the Koran, and Hadiths, so that
readers know how to veil according to Islamic sharia.

Perubahan bentuk jilbab dari bentuk-bentuk sederhana yang masih sesuai dengan ajaran
islam bergeser kedalam bentuk mode yang simple, praktis, dan lebih mengutamakan aspek
keindahan daripada jilbab sebagai penutup aurat. Disisi lain, jilbab sering disalah gunakan
dengan hanya menutup aurat tetapi akhlak tidak diperbaiki. Akhlak adalah suatu sifat atau
perangai yang melekat pada diri seseorang yang tercermin dari tindakan dan perbuatan
orang tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Karena hijab erat hubungannya dengan
akhlak seseorang yang mengenakan hijab, sehingga saya disini akan membahas mengenai
hubungan hijab dan akhlak. Dalam hal ini saya juga akan menjelaskan tentang
perkembangan jilbab dan penyimpangannya. Selain itu, dalam makalah ini juga saya
menjelaskan tentang berbagai macam pengaruh perubahan fungsi jilbab.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jilbab merupakan kata yang tidak asing lagi diperdengarkan oleh telinga kita saat ini.
Suatu kain yang berfungsi sebagai penutup aurat wanita kini sedang ramai dipergunakan
sebagai trend center dunia fashion. Banyak terdapat model dan tipe-tipe jilbab disugguhkan
kepada wanita muslimah untuk mempercantik diri. Bahkan sampai diadakan suatu pameran
untuk mengenalkan produk jilbab dengan berbagai model. Karena terdapat fenomena, jilbab
digunakan hanya saat mengikuti kegiatan disekolah seperti sekolah dan kegiatan lain di
sekolah agar terlihat rapi dan elegan bersama-sama teman sekolahnya. Lalu setelah selesai
mengikuti kegiatan tersebut dan sampai dirumah, atau bermain, jilbab sudah tergeletak dan
tidak digunakan lagi.

Minimnya pengetahuan tentang hakikat menggunakan jilbab serta tuntunan yang


diberlakukan oleh agama Islam, membuat wanita-wanita muslim seenaknya mengenakan
jilbab. Pada dasarnya jilbab berfungsi untuk menutup aurat kewanitaan agar terhindar dari
hal maksiat. Akan tetapi, terkadang saat ini hanya digunakan sebagai kedok atau identitas
bagi wanita-wanita tertentu agar terkesan baik, sopan, santun, dan berbudi luhur. Dan bahkan
hanya dijadikan sebagai trend dan fashion style saja. Bila fenomena ini terus berkelanjutan,
betapa mirisnya kondisi wanita muslim dan harga diri dari wanita muslim sekarang ini.

Dalam pandangan masyarakat kita, wanita berjilbab selalu diidentikkan sebagai


wanita yang santun, kalem, rajin shalat,rajin bersedekah, sering hadir di majelis pengajian,
dan berbagai predikat kesalehan lainnya.Boleh jadi -dan faktanya- sebagian besar wanita
berkerudung memang seperti yang dipersepsikan masyarakat. Sebaliknya, muslimah yang
tak berkerudung, meski akhlaknya baik, tentu saja dipandang tak sebaik muslimah
berkerudung. Ini tentunya merupakan hal yang lumrah dan spontanitas muncul dalam benak
masyarakat. Akibatnya, jika kebetulan ada wanita berjilbab melakukan sesuatu yang
kontradiktif dengan persepsi jilbab yang dikenakannya, maka sebagian besar masyarakat
langsung mengaitkannya dengan jilbab yang dia kenakan. Tindakannya itu dianggap tidak
sesuai dg jilbabnya. Akhirnya, sebagian muslimah yang tidak berjilbab pun, memilih tetap
bertahan pada pilihannya, dengan pikiran sangat sederhana sekali, daripada aku tidak bisa
menjaga sikapku saat mengenakan jilbab, lebih baik aku tidak mengenakannya sekalian,
biarlah aku menjilbabi hatiku terlebih dahulu.

Untuk menghadapi fenomena-fenomena dewasa ini tentang pengetahuan


menggunakan jilbab. Maka, akan dibahas tentang hakikat berjilbab, fungsi jilbab, manfaat
jilbab, dan hukum serta ketentuan berjilbab. Selain itu, pembahasan ini agar bermanfaat bagi
pembaca dan dijadikan sebagai suatu pengetahuan yang berupa referensi menggunakan jibab
yang baik dan benar sesuai syariat Islam yang sesungguhnya. Serta, agar pembaca mengerti
tentang hubungan memakai hijab dan memperbaiki akhlak sebagaimana menutupi aurat,
hendaklah memperbaiki akhlak.
1.2 Rumusan Masalah

Dari paparan yang telah dijelaskan diatas, dapat ditentukan suatu rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Apakah hakikat berjilbab itu?

2. Apakah kriteria jilbab yang baik menurut syariat islam?

3. Apa saja kah hadis-hadis yang membahas tentang hijab?

4. Apakah kriteria jilbab yang baik menurut syariat islam?

5. Apakah manfaat berjilbab bagi wanita muslim menurut Islam maupun sains ?

6. Bagaimana hukum berjilbab menurut syariat islam?

7. Apa yang dimaksud akhlak?

8. Apa saja ruang lingkup akhlak?

9. Apa saja penggolongan akhlak?

10. Apa hubungan akhlak dengan hijab?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hijab Atau Jilbab

2.1.1Pengertian jilbab secara bahasa

Jilbab menurut kamus Al-Mu’jam al Wasith memiliki makna sebagai berikut:

1. Qomish (sejenis jubah).

2. Kain yang menutupi seluruh badan.

3. Khimar (kerudung).

4. Pakaian atasan seperti milhafah (selimut).

5. Semisal selimut (baca: kerudung) yang dipakai seorang wanita untuk menutupi
tubuhnya.

Sedangkan jilbab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kerudung lebar
yang dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada. Sedangkan
kerudung berarti kain penutup kepala perempuan. Dan dalam bahasa Arab jilbab memiliki
arti sebagai kain lebar yang diselimutkan ke pakaian luar yang menutupi kepala, punggung,
dan dada, yang biasa dipakai wanita ketika keluar dari rumahnya.

2.1.2 Pengertian jilbab secara istilah

Menurut Ibnu Hazm, jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh badan, bukan
hanya sebagiannya. Menurut Ibnu Katsir jilbab adalah semacam selendang yang dikenakan
di atas khimar yang sekarang ini sama fungsinya seperti izar (kain penutup). Menurut Syaikh
bin Baz jilbab adalah kain yang diletakkan di atas kepala dan badan di atas kain (dalaman).

Jadi, jilbab adalah kain yang dipakai perempuan untuk menutupi kepala, wajah dan
seluruh badan. Sedangkan kain untuk menutupi kepala disebut khimar. Jadi perempuan
menutupi dengan jilbab, kepala, wajah dan semua badan di atas kain (dalaman). Beliau juga
mengatakan bahwa jilbab adalah kain yang diletakkan seorang perempuan di atas kepala dan
badannnya untuk menutupi wajah dan badan, sebagai pakaian tambahan untuk pakaian yang
biasa (dipakai di rumah).

Pada dasarnya jilbab berbeda dengan kerudung. Kerudung merupakan kain yang
digunakan untuk menutupi kepala, leher, hingga dada sedangkan jilbab maliputi keseluruhan
pakaian yang menutup mulai dari kepala sampai kaki kecuali muka dan telapak tangan hingga
pergelangan tangan. Sehingga seseorang yang mengenakan jilbab pasti berkerudung tetapi
orang yang berkerudung belum tentu berjilbab.

2.2 Kriteria Jilbab/ Hijab Yang Baik Menurut Syariat

Jilbab bukanlah berarti merendahkan martabat wanita, melainkan meninggikannya


serta melindungi kesopanan dan kesuciannya.

Jilbab yang sesuai dengan syariah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Menutup Seluruh Badan Kecuali Wajah dan Telapak Tangan, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
‫ي أَيُّ َها يَا‬
ُُّّ ‫ك قُلُّ النَّ ِب‬ ِ ‫ِك ِِلَز َو‬
َُّ ‫اج‬ َُّ ‫اء َوبَنَات‬
ُِّ ‫س‬
َ ِ‫ِين َون‬
َُّ ‫ِين ال ُمؤمِ ن‬ َُّّ ‫علَي ِه‬
َُّ ‫ن يُدن‬ َ ُّ‫ن مِ ن‬ َُّ ‫ن أَنُّ أَدنَى ذَل‬
َُّّ ‫ِك َج ََل ِبي ِب ِه‬ َُّ ‫َل يُع َرف‬ َُّ ‫َان يُؤُّذَي‬
ُّ َ َ‫ن ف‬ َُّ ‫َللاُ َوك‬ ً ُ‫غف‬
َُّّ ‫ورا‬ َ ‫َرحِ ي ًما‬

Artinya : Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-
isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh
mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[1232] Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan
dada.

2. Bukan Berfungsi Sebagai Perhiasan

Sebagaimana terdapat dalam surat An Nuur


ْ‫مؤ ِم َناتِْ َو ُقل‬ َ َْ ‫ِين ولَا ُفروج ُهنْ و يح َفظ‬
ُ ‫ن لِل‬
َْ ‫ضض‬
ُ ‫ارهِ نْ ِمنْ يَغ‬
ِ ‫ص‬َ ‫ن أب‬ َ َ َ ُ َ َْ ‫ما إِلا ِز ي َن َت ُهنْ ُيبد‬
َ
ْ‫ْۖمن َها َظ َه َر‬ ِ ‫ن‬ َْ ‫م ِرهِ نْ َوليَض ِرب‬ ُ ‫ْۖج ُيو ِب ِهنْ َعلَىْ ِب ُخ‬ ُ ‫ولَا‬ َْ ‫آبَائ ِِهنْ أَوْ ل ُِب ُعو َلت ِِهنْ إِلا ِز ي َن َت ُهنْ ُيبد‬
َْ ‫ِين‬

ْ‫بَنِي أَوْ إِخ َوان ِِهنْ بَنِي أَوْ إِخ َوان ِِهنْ أَوْ ُب ُعو َلت ِِهنْ أَب َنا ِْء أَوْ أَب َنائ ِِهنْ أَوْ ُب ُعو َلت ِِهنْ آبَا ِْء أَو‬
ْ‫ِسائ ِِهنْ أَوْ أَ َخ َوات ِِهن‬
َ ‫ما أَوْ ن‬ َ ْ‫م َلكَت‬ َ ْ‫ما ُن ُهن‬
َ ِْ َ‫ين أ‬
َ ‫و أْي‬ َْ ِ‫ن ال ِإر َبةِْ ُأولِي َغي ِْر التا ِبع‬ َْ ‫ال ِم‬ِْ ‫الر َج‬
ِ ‫و‬ ِْ َ‫أ‬

ِْ ‫الطف‬
‫ل‬ ِ ‫ِين‬ َْ ‫ِسا ِْء َعو َراتِْ َعلَىْ َيظ َه ُروا لَمْ الذ‬ َ ‫ن َولَا ْۖالن‬ َْ ‫َم ِبأَر ُجل ِِهنْ يَض ِرب‬
َْ ‫ما ل ُِيعل‬ َ ‫ِين‬
َْ ‫ُيخف‬

ْ‫ْۚز ي َنت ِِهنْ ِمن‬


ِ ‫ون‬ َْ ‫َعل ُكم ُتفل ُِح‬ َ ‫مؤ ِم ُنو َنل‬ َ ‫يعاأَي‬
ُ ‫ْهال‬ ً ‫وبواإِلَىالل ِه َج ِم‬ ُ ‫َو ُت‬

Terjemah Arti: Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka


menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka

menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan

hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah


menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah

mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-

putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-

putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan


mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki,

atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap


wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan

janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang


mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai

orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung


ayat 31, “…Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya…” Ketika jilbab dan
pakaian wanita dikenakan agar aurat dan perhiasan mereka tidak nampak, maka tidak tepat
ketika menjadikan pakaian atau jilbab itu sebagai perhiasan karena tujuan awal untuk
menutupi perhiasan menjadi hilang. Banyak kesalahan yang timbul karena poin ini
terlewatkan, sehingga seseorang merasa sah-sah saja menggunakan jilbab dan pakaian
indah dengan warna-warni yang lembut dengan motif bunga yang cantik, dihiasi dengan
benang-benang emas dan perak atau meletakkan berbagai pernak-pernik perhiasan pada
jilbab mereka.

3. Kainnya Harus Tebal, Tidak Tipis

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang dua kelompok yang termasuk ahli
neraka dan beliau belum pernah melihatnya,

“Dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya, suatu kaum yang
memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya dan wanita
yang kasiyat (berpakaian tapi telanjang, baik karena tipis atau pendek yang tidak menutup
auratnya), mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang), kepala mereka
seperti punuk onta. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya, padahal
baunya didapati dengan perjalanan demikian dan demikian.” (HR. Muslim)

Banyak wanita muslimah yang seakan-akan berjilbab, namun pada hakekatnya tidak
berjilbab karena mereka memakai jilbab yang berbahan tipis dan transparan.

4. Tidak Diberi Wewangian atau Parfum

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkaitan tentang wanita-wanita yang
memakai wewangian ketika keluar rumah,

“Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar
mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.” (HR. Tirmidzi)

5. Tidak Menyerupai Pakaian Laki-Laki


Terdapat hadits-hadits yang menunjukkan larangan seorang wanita menyerupai laki-laki atau
sebaliknya (tidak terbatas pada pakaian saja). Salah satu hadits yang melarang penyerupaan
dalam masalah pakaian adalah hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan
wanita yang memakai pakaian pria.” (HR. Abu Dawud)

2.3 Keutamaan Berjilbab bagi Wanita

1. Jilbab Itu Adalah Ketaatan Kepada Allah Dan Rasul

Allah SWT telah mewajibkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, berdasarkan firman–
Nya.

‫ما‬
َ ‫ان َو‬
َْ َ‫ِمؤ ِمنْ ك‬
ُ ‫مؤ ِم َنةْ َولَا ل‬
ُ ‫ضى إِ َذا‬
َ ‫ه َق‬
ُْ ‫ُه الل‬ ُ ‫ون أَنْ أَم ًرا َو َر‬
ُْ ‫سول‬ َْ ‫م يَ ُك‬ ُْ ‫ْۗأَم ِرهِ مْ ِمنْ الخِ َي َر‬
ُْ ‫ة ل َُه‬
ْ‫من‬
َ ‫ص َو‬
ْ ِ ‫ه يَع‬
َْ ‫َه الل‬
ُْ ‫سول‬
ُ ‫ضلْ َف َقدْ َو َر‬
َ ‫ضلَالًا‬
َ ‫م ِبي ًنا‬
ُ

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak pula bagi perempuan yang
muminah,.apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka.pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan
Rasul-.....Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata. (Q.S. Al-
Ahzab: .......36)

2. Jilbab Itu Iffah (Kemuliaan)

Allah SWT menjadikan kewajiban menggunakan hijab sebagai tanda Iffah (menahan
diri dari maksiat). Allah Subhanahu wa Taala berfirman (yang artinya):

‫ك ُقلْ الن ِبيْ أَي َها يَا‬ ِ ‫ِك لِأَز َو‬


َْ ‫اج‬ َْ ‫ِسا ِْء َوبَ َنات‬
َ ‫ِين َون‬
َْ ‫مؤ ِمن‬ُ ‫ِين ال‬
َْ ‫ْۚجلَا ِبي ِب ِهنْ ِمنْ َعلَي ِهنْ ُيدن‬
َ ‫ِك‬َْ ‫َذل‬
ْ ‫ن أَنْ أَد َن‬
‫ى‬ َْ ‫ن َفلَا ُيع َرف‬
َْ ‫ْۗيؤ َذي‬
ُ ‫ان‬َْ َ‫ه َوك‬ُْ ‫ْورا الل‬ ً ‫يما َغ ُف‬
ً ِ‫َرح‬

Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri


orang mumin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.
(Q.S. Al-Ahzab: 59)

Itu karena mereka menutupi tubuh mereka untuk menghindari dan menahan diri dari
perbuatan jelek (dosa), karena itu mereka tidak diganggu. Maka orang-orang fasik tidak akan
mengganggu mereka. Dan pada firman Allah karena itu mereka tidak diganggu sebagai
isyarat bahwa mengetahui keindahan tubuh wanita adalah suatu bentuk gangguan berupa
fitnah dan kejahatan bagi mereka.

3. Jilbab itu kesucian

Allah SWT mensifati jilbab sebagai kesucian bagi hati orang-orang mumin, laki-laki
maupun perempuan. Karena mata bila tidak melihat maka hatipun tidak berhasrat. Pada saat
seperti ini, maka hati yang tidak melihat akan lebih suci. Ketiadaan fitnah pada saat itu lebih
nampak, karena hijab itu menghancurkan keinginan orang-orang yang ada penyakit di dalam
hatinya, Allah SWT berfirman :

‫اءْ يَا‬
َ ‫ِس‬
َ ‫يِ ن‬
ْ ‫ن الن ِب‬ ْ ‫ن كَأَ َح‬
ْ ‫د لَس ُت‬ َْ ‫ِسا ِءْ ِم‬
َ ‫ن ْۚالن‬
ِْ ِ‫ن إ‬
ْ ‫نْ َفلَا ات َقي ُت‬
َ ‫ضع‬
َ ‫ل َتخ‬
ِْ ‫م َعْ ِبال َقو‬
َ ‫فِي الذِي َفيَط‬
ِْ‫م َرضْ َقل ِبه‬
َ ‫ن‬
َْ ‫مع ُرو ًفا َقولًا َو ُقل‬
َ

Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit dalam hatinya. (Q.S. Al-Ahzab: 32)

4. Jilbab Itu Pelindung

Rasulullah SAW bersabda Sesungguhnya Allah itu Malu dan Melindungi serta
Menyukai rasa malu dan perlindungan Sabda beliau yang lain yang artiny): Siapa saja di
antara wanita yang melepaskan pakaiannya di selain rumahnya, maka Allah Azza wa Jalla
telah mengoyak perlindungan rumah itu dari padanya.Jadi balasannya setimpal dengan
perbuatannya.
5. Jilbab itu Taqwa

Allah SWT berfirman(yang artinya):

‫م بَنِي يَا‬ َ ْ‫اسا َعلَي ُكمْ أَن َزل َنا َقد‬


َْ ‫آد‬ ً َ‫اري لِب‬
ِ ‫سوآتِ ُكمْ ُي َو‬
َ ‫يشا‬
ً ‫ْۖو ِر‬
َ ‫اس‬ُْ َ‫ِك التق َوىْ َولِب‬
َْ ‫ْۚخيرْ َذل‬
َ ‫ِك‬َْ ‫ِمنْ َذل‬
ِْ‫َعل ُهمْ اللهِْ آيَات‬
َ ‫ون ل‬
َْ ‫َيذك ُر‬

Hai anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.
(Q.S. Al-Araaf: 26)

6. Jilbab Itu Iman

Allah SWT tidak berfirman kecuali kepada wanita-wanita beriman (yang artinya): Dan
katakanlah kepada wanita yang beriman. (Q.S. An-Nur: 31).Allah SWT juga berfirman
(yang artinya): Dan istri-istri orang beriman. (Q.S. Al-Ahzab: 59)

Dan ketika wanita-wanita dari Bani Tamim menemui Ummul Muminin, Aisyah
radhiyallahu anha dengan pakaian tipis, beliau berkata: Jika kalian wanita-wanita beriman,
maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian
bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.

7. Jilbab Itu Perasaan Cemburu

Hijab itu selaras dengan perasaan cemburu yang merupakan fitrah seorang laki-laki
sempurna yang tidak senang dengan pandangan-pandangan khianat yang tertuju kepada istri
dan anak wanitanya. Berapa banyak peperangan terjadi pada masa Jahiliyah dan masa Islam
akibat cemburu atas seorang wanita dan untuk menjaga kehormatannya. Ali bin Abi Thalib
Radiyallahu anhu berkata: Telah sampai kepadaku bahwa wanita-wanita kalian berdesak-
desakan dengan laki-laki kafir orang ajam (non Arab) di pasar-pasar, tidakkah kalian
merasa cemburu? Sesungguhnya tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak memiliki
perasaan cemburu.

2.4 Menurut Hadis

Banyak hadis-hadis atau riwayat-riwayat yang membahas tentang hijab, oleh


karenanya perlu kita pilah-pilah dan kelompokkan riwayat-riwayat tersebut dalam beberapa
kategori.

Dalam hadis disebutkan bahwa pada suatu hari Jabir bin Abdullah bersama
Rasulullah menuju rumah putrinya Sayyidah Fathimah. Sesampainya di pintu rumah,
Rasulullah mengucapkan salam dan meminta izin kepada putrinya untuk masuk sambil
memberitahukan bahwa dia bersama Jabir bin Abdullah. Sayyidah Fathimah meminta beliau
untuk menunggu sebentar karena pada waktu itu beliau belum menutup rambutnya. Setelah
Sayyidah Fathimah menutup rambutnya, Rasulullah dan Jabir masuk ke rumah Sayyidah
Fathimah. Rasulullah melihat wajah putrinya pucat dan kekuning-kuningan, kemudian
bertanya mengapa hal ini terjadi. Sayyidah Fathimah menjawab bahwa wajah
pucatnya dikarenakan rasa lapar yang menderanya. Mendengar hal itu Rasulullah langsung
berdoa kepada Allah agar menghilangkan rasa lapar yang diderita oleh putrinya.

Dari hadis di atas kita dapat mengambil dua kesimpulan: pertama, Sayyidah Fathimah tidak
menutup wajahnya di hadapan laki-laki non muhrim. Kedua, tidak wajib menutup wajah di
hadapan laki-laki non muhrim.

2.5 Manfaat Jilbab bagi Kesehatan

Wanita cenderung lebih besar resikonya dibandingkan pria untuk terserang penyakit
kulit seperti kanker kulit jika terlalu sering terpajan oleh sinar matahari yang banyak
mengandung sinar UV (pada pukul 09.00-16.00). dengan menutup aurat menggunkan jilbab
dan khimar/kerufung maka kulit dan rambut akan terjaga dan kemungkinan terkena kanker
itu menjadi lebih kecil.

Begitu juga dengan rambut. Rambut yang tertutup olrh khimar/kerudung akan lebih sehat
dan lebih halus dibandingkan dengan rambut yang selalu terkena sinar matahari karena
memang sinar matahari dapat membuat rambut kita menjadi rusak. Rambut yang dilindungi
tidak akan mudah patah, memerah dan bercabang.

2.6 Cara merawat Jilbab

Berikut ini tips bagaimana cara merawat Jilbab yang baik:

1. Untuk semua jenis Kerudung dan jilbab jangan pernah mencucinya dengan mesin cuci.
Karena akan merusak dacron atau busa dikepala untuk kerudung yang bermodel bergo dan
merusak bahan jilbab untuk jenis bahan sutra atau katun. Cukup digosok-gosok saja dengan
tangan dan tidak perlu disikat.

2. Untuk kerudung yang berbahan sutra jangan pernah mencucinya dengan detergen atau
sabun cuci, gunakanlah shampo. Caranya dengan mencelupkan kerudung pada air yang telah
diberi shampo. Biarkan sesaat dan tidak perlu diperas pada saat menjemurnya.

3. Apapun bahan dari kerudung tersebut, jangan lupa untuk menjemur dengan posisi
bagian dalamnya yang diluar dan jemur ditempat yang teduh, hindari menjemur dibawah
terik matahari langsung.Agar warna kerudung tidak cepat memudar.

4. Pada saat menyetrika kerudung jangan pernah pula menyetrika dacron atau busa untuk
kerudung yang berbentuk bergo, karena akan merusak bentuk dacron dan jangan
menggunkan setrika yang panas untuk berbagai jenis bahan kerudung.

3.1 Pengertian Akhlak

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.[1]
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat. Cara membedakan akhlak, moral, dan etika, yaitu dalam
etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolok ukur
akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam moral dan susila menggunakan tolok ukur norma-
norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dalam masyarakat (adat istiadat),
dan dalam akhlak menggunakanُّukuranُّAlُّQur’anُّdanُّAlُّHadisُّuntukُّmenentukanُّbaik-
buruknya.

Akhlak adalah suatu sistem nilai yang mengatur tindakan dan pola sikap manusia di
muka bumi. Adapun system nilai tersebut antara lain adalah ajaran Islam dengan al-Qur’anُّ
dengan Sunnah rasul sebagai sumber nilainya, dan ijtihad sebagai metode berfikir Islami.
Adapun tindakan yang dan pola sikap yang dimaksud meliputi berbagai pola hubungan
dengan Allah, sesame manusia, dan dengan alam (Muslim Burdin dkk:1995)

Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang dari sifat
tersebut timbul suatu perbuatan dengan mudah/gampang tanpa perlu pemikiran dan
pertimbangan.

3.1.1 Pengertian Akhlak Menurut Para Ahli

Agar lebih memahami apa definisi akhlak, maka kita dapat merujuk pada pendapat para ahli
berikut ini:

1. Abu Hamid Al Ghazali

Menurut Abu Hamid Al Ghazali, pengertian akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa yang ada sejak lahir yang mana lahir perbuatan-perbuatan mudah tanpa memikirkannya.

2. Muhammad Ali Asy Al Jurjani

Menurut Muhammad Ali Asy Al Jurjani, pengertian akhlak adalah suatu sifat yang terdiri
dari sifat baik serta buruk yang ada sejak lahir dalam diri seseorang.

3. Ahmad bin Musthafa


Menurut Ahmad bin Musthafa, arti akhlak adalah suatu ilmu yang dapat mengetahui
keutamaan dan mengendalikan kekuatan dalam diri manusia, yaitu kekuatan berfikir,
kekuatan syahwat, dan kekuatan marah.

4. Ibnu Maskawaih

Menurut Ibnu Maskawaih, pengertian akhlak adalah suatu sifat yang sudah tertanam dalam
jiwa yang mampu mendorong untuk melakukan segala perbuatan tanpa perlu memerlukan
pemikiran serta pertimbangan.

5. F. Gabriele

Menurut F. Gabriele, pengertian akhlak adalah moral di dalam diri manusia yang sering kita
sebut dengan adab, berasal dati terminologi arab yang berarti adat istiadat, kebiasaan, etika
atau sopan santun. Inilah tatanan yang seringkali digunakan manusia dalam berinteraksi
dengan sesama manusia.

3.2 Penggolongan Akhlak

Akhlak dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela.
Mengacu pada pengertian akhlak di atas, adapun penggolongan akhlak adalah sebagai
berikut:

1. Akhlak Terpuji

Akhlak terpuji adalah sifat dan perilaku seseorang kepada orang lain yang dilakukan sesuai
dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Beberapa yang termasuk dalam kategori
akhlak terpuji:

 Sikap jujur; yaitu perilaku di dalam diri seseorang yang mau mengungkapkan
sesuatu yang sebenarnya dengan tujuan tidak mendatangkan kerugian bagi dirinya
dan orang lain.
 Perilaku baik; yaitu reaksi psikis seseorang dalam merespon hal-hal yang berada
di sekitarnya dengan cara yang terpuji.
 Rasa malu; yaitu bentuk emosi negatif di dalam diri seseorang sehingga membuat
orang tersebut meninggalkan perbuatan-perbuatan tercela yang dapat
membuatnya malu.
 Rendah hati; yaitu sifat pribadi seseorang yang selalu memposisikan dirinya
sederajat dengan orang lain dan tidak merasa lebih tinggi dari orang lain.
 Murah hati; yaitu sifat seseorang yang mudah memberi kepada orang lain tanpa
ada keinginan untuk pamer atau pamrih.
 Sabar; yaitu sifat di dalam diri seseorang yang dapat bersikap bijak atau menahan
diri dalam menyikapi segala sesuatu yang terjadi pada dirinya.

2. Akhlak Tercela

Akhlak terpuji adalah sifat dan perilaku seseorang kepada orang lain yang cenderung
melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Beberapa yang termasuk dalam
kategori akhlak tercela:

 Suka mencuri; yaitu sifat dan perbuatan seseorang yang mengambil hak milik
orang lain tanpa seijin dari pemiliknya.
 Pemarah; sifat seseorang yang mudah marah ketika sesuatu tidak sesuai dengan
keinginannya.
 Pembohong; sifat seseorang yang suka berbohong kepada orang lain dengan
tujuan tertentu.
 Fitnah; komunikasi kepada satu orang atau lebih yang bertujuan untuk
memberikan stigma negatif terhadap pihak lain berdasarkan atas fakta palsu yang
dapat memengaruhi penghormatan, wibawa, atau reputasi seseorang.

3.3 Ruang Lingkup Akhlak

Secara umum, ada lima hal yang termasuk di dalam ruang lingkup akhlak seseorang di
masyarakat.
1. Akhlak Pribadi; yaitu perilaku pribadi seseorang dalam menyikapi segala hal
yang menyangkut dengan dirinya sendiri. Misalnya motivasi, etika, kreativitas,
emosi, dan lain sebagainya.
2. Akhlak Berkeluarga; yaitu perilaku seseorang dalam menyikapi hubungan
dengan keluarganya, meliputi kewajiban orang tua, anak, dan kerabat. Misalnya
etika kepada orang tua, tanggungjawab orang tua terhadap anak-anaknya, dan
lain-lain.
3. Akhlak Bermasyarakat; yaitu perilaku seseorang dalam menyikapi
hubungannya dengan anggota masyarakat yang ada di sekitarnya. Misalnya
kehidupan masyarakat yang saling membantu, saling menghargai antar tetangga
di sekitarnya, dan lain sebagainya.
4. Akhlak Bernegara; yaitu tingkah laku dan tindakan seseorang dalam menyikapi
hubungannya dengan negara dan bangsanya. Misalnya membayar pajak demi
pembangunan, menjaga kerukunan dan keutuhan bangsa, dan lain sebagainya.
5. Akhlak Beragama; yaitu tingkah laku dan tindakan seseorang dalam
melaksakanan kewajibannya terhadap kepercayaannya, baik itu kepada Tuhan
maupun kepada sesama manusia.

4.1 Hubungan Hijab degan Akhlak

Sebenarnya pengkonotasian pasti antara jilbab dengan keshalehan merupakan


pemahaman yang kurang tepat dalam masyarakat kita dalam memandang hubungan antara
jilbab dengan akhlak. Karena pada dasarnya sudah seharusnya muslimah yang shalihah
menjalankan agamanya dengan baik dan mengaplikasi perintah agama dalam kehidupan
sehari-harinya, salah satunya adalah memakai jilbab. Tetapi saya bisa mengatakan, bahwa
sebenarnya tak ada hubungan sama sekali antara jilbab dan berakhlak baik. Berjilbab
adalah murni perintah agama yang diberikan kepada kaum muslimah, tanpa melihat apakah
moralnya baik atau buruk. Jadi selama dia muslimah, berjilbab adalah kewajiban. Tentu
saja ada muslimah tak berjilbab, tapi itu adalah pilihan pribadi dia. Nah, setiap pilihan tentu
ada konsekuensinya, dan risiko tidak mengikuti intruksi syariat tentu saja ada sanksinya
dan sanksi syariat atas pelanggaran adalah dosa.
Memang, bermoral baik adalah tuntutan sosial, di samping tentu ajaran agama.
Namun pada dasarnya pelaksanaan segenap taklimat agama yang berhubungan dengan
larangan dan perintah (salah satunya tentang jilbab) adalah permasalahan menyendiri yang
berhubungan dengan ketundukan seorang hamba pada Tuhannya.

Artinya,berakhlak baik tidak ada hubungan langsung dengan itu,meski tentu scara
implisit dari sudut pandang lain berkorelasi dna terkait erat. Contoh mudahnya, meski
penjahat sekalipun, ia tetap wajib menunaikan shalat. Bukan lantas karena jahat sehingga
shalat tidak wajib baginya

Mungkin seorang muslimah yang belum berjilbab bilang cukup saya jilbabi hati saja
dulu. Tetapi dia tetap harus mengakui bahwa berjilbab adalah wajib baginya.

Siap tidak siap, baik tidak baik, kewajiban muslimah adalah berjilbab (dalam
konteks bahasa yang lebih umum, menutup aurat). Karena sekali lagi,moralitas tak ada
hubungan dengan jilbab,meski tentu dituntut dari gadis berjilbab untuk bermoral sesuai dg
jilbabnya.

Jadi, kesimpulannya, jilbab adalah wajib dikenakan tiap muslimah yang telah masuk
usia baligh, tanpa melihat apakah moralnya baik atau jelek. Dan moral adalah sesuatu yang
sangat dituntut dalam kehidupan sosial sekaligus sebagai bentuk ihsan dalam beragama.
Maka, itu yang harus diketahui setiap muslimah terlebih dahulu. Adapun setelahnya jika dia
tidak mengenakan, itu pilihan pribadi, tentu saja berkonsekwensi dosa dan ada keharusan
dari yang lain mengingatkan muslimah tadi untuk mengenakan jilbab.

Kalaupun si muslimah tadi tetap belum berkenan mengenakan, maka yang


menasehati bebas tugas. Dan tentu saja sebaliknya, jika dia mengenakan jilbab, maka
pahala akan terus mengalir padanya selama jilbab itu bertengger di kepalanya sebagai
bentuk balasan atas ketaatan menjalankan perintah agama.

Soal jilbabnya lebar, kecil, bajunya ketat, longgar, itu bab menyendiri lagi yang
berhubungan dg tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang.Akhirnya, muslimah yang
berjilbab dan berakhlak baik tentu saja adalah muslimah sempurna. Adapun muslimah yang
berjilbab namun akhlaknya tidak baik atau akhlaknya baik tetapi belum berjilbab adalah
muslimah yang belum sempurna dan sedang berproses menuju kepada kesempurnaan.
Kesimpulan

Jadi, kesimpulannya, jilbab adalah wajib dikenakan tiap muslimah yang


telah masuk usia baligh, tanpa melihat apakah moralnya baik atau jelek. Dan moral adalah
sesuatu yang sangat dituntut dalam kehidupan sosial sekaligus sebagai bentuk ihsan dalam
beragama. Maka, itu yang harus diketahui setiap muslimah terlebih dahulu. Adapun
setelahnya jika dia tidak mengenakan, itu pilihan pribadi, tentu saja berkonsekwensi dosa
dan ada keharusan dari yang lain mengingatkan muslimah tadi untuk mengenakan jilbab.
Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak

https://www.academia.edu/12284486/MAKALAH_AGAMA_ISLAM_TENTANG_HIJAB_DALAM_ISLA
M

http://hijabcandraeka.blogspot.com/2016/01/hijab-dan-akhlak-adalah-2-hal-yang.html

https://www.kompasiana.com/venyfertiannas/55185767a333119306b6665f/berjilbab-itu-tidak-
ada-hubungannya-dengan-akhlak

https://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-akhlak-dalam-islam/

https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-akhlak.html

Anda mungkin juga menyukai