Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH JILBAB DAN MODERNISASI

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kata yang disebut dengan Jilbab dan kata Modernisasi, dalam
kehidupan masyarakat Jilbab dikenal sebagai alat atau untuk tempat menutup aurat yang digunakan untuk para
wanita yang menggunakannya. Pada umumnya Jilbab dikalangan masyarakat sangat penting bagi wanita. Terutama
wanita-wanita yang sangat taat pada agamanya.
Sedangkan kita juga sering mendengar kata-kata Modernisasi yang dalam artinya sendiri adalah gaya
hidup yang mengikuti perkembangan jaman pada saat ini, pada makalah ini sendiri kami sajikan mulai dari
pengertian Jilbab dan Modernisasi.
Pada materi makalah ini, kita semua telah mempelajari tentang pengertian Jilbab dan Modernisasi.
Pengertian itu sendiri telah dilakukan di dalam kalangan masyarakat luas, dengan menggabungkan Jilbab itu sendiri
dengan Modernisasi yang seiring dengan perkembangan jaman pada saat sekarang ini.

BAB II
PEMBAHASAN
 Pengertian Jilbab Dan Modernisasi
Pengertian Jilbab adalah kerudung wanita yang menutupi kepala dan wajahnya apabila ia keluar untuk
suatu keperluan. Ada pula yang mengartikan Jilbab itu sebagai pakaian yang lebar sekaligus berudung. Di zaman
sekarang ini semakin semarak saja kita lihat perempuan-perempuan muslimah untuk memperlihatkan penampilan
yang cantik, anggun, gaul dan mempesona. Dia memakai Jilbab berdasarkan trend mode, semakin gaul Jilbab yang
dipakainya itu semakin pede saja ia yang memkaianya belum lagi jika kita coba menyelidiki sikap dan tingkah
lakunya perempuan-perempuan yang terjilbab itu, ada yang tidak bisa mengendalikan emosi dan hasratnya. Ada
yang memakai Jilbab atas motif “ Saya sudah taubat maka saya berjilbab”. Ada yang memakaianya karena
menyadari bahwa umurnya semakin tua sehingga semakin ingin memasrahkan diri pada yang kuasa, dan masih
banyak alasan-alasan perempuan muslimah ingin memakai Jilbab.
Pertanyaan yang sama juga pantas diajukan kepada mereka yang tergila-gila dengan gaya (mode)
berpakaian dan berjilbab : Untuk apakah mengikuti mode berpakaian dan berjilbab sehingga semakin baru mode
pakaian Jilbab tersebut. Bukankah gaya hidup yang seperti ini jelas-jelas meniru Barat dalam bentuk yang lain.
Disinilah tampaknya kita dihadapkan dengan fakta yang semakin jauh perempuan-perempuan Muslimah untuk
memakai Jilbab, Jilbab yang tadinya merupakan perkara yang sederhana kami telah berubah menjadi perkara yang
rumit dan sulit. Jika disepakati bahwa hakikat Jilbab sesungguhnya tidak hanya untuk menutupi awal saja, melainkan
juga untuk menjaga kesucian dan kehormatan seorang perempuan Muslimah dimata para lelaki yang bukan
muhrimnya. Oleh karena itu permepuan muslimah itu haruslah menjaga kehormatan, kesucian, dan keamanan
dirinya dengan cara memakai Jilbab.
Sebandingkan pengertian Modernisasi sendiri adalah proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai
warga masyarakat untuk kita hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini hidup yang mengikuti perkembangan
jaman pada saat sekarang ini.
Itulah fenomena remaja islam modern dengan jilbabnya yang khas, jilbab model seperti ini mereka sebut
kudung gaul, jilbab gaul atau jilbab gaya seleb. Entah siapa yang pertama kali memulai yang jelas mode jilbab itu
seperti ini muncul di awal tahun 2000 atau menjelang melinium, Era ini memberikan kebebsan mengekspresikan
segala ide yang cenderung kebebsan.
 Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Jilbab Gaul
1. Maraknya tayangan televisi atau bacaan yang terlalu berkiblat ke mode Barat. Faktor ini adalah yang paling dominan
semenjak menjamurnya televisi dengan persaingan merebut pemirsa dan menjamurnya berbagai tabloid yang
menggambar mode buka-bukaan ala Barat yang menyebabkan munculnya peniruan dikalangan generasi muda
islam.
2. Minimnya pengetahuan anak terhadap nilai-nilai islam sebagai akibat kurangnya fungsi jam pendidikan agama
disekolah-sekolah umum
3. Kegagalan fungsi keluarga. Munculnya fenomena Jilbab gaul ini secara tidak langsung menggambarkan kegagalan
fungsi keluarga sebagai kontrol terhadap gerak langkah anak-anak muda. Para orang tua telah gagal memberikan
pendidikan agama yang benar, parahnya orang tua sendiri cenderung terbawa arus modern.
 Falsafah Jilbab Islami
Tidak sedikit orang beranggapan bahwa persoalan jilbab tidaknya seoprang perempuan itu hanya
berkutat pada masalah apakah penampilan seorang. Perempuan didalam kehidupan sosial itu lebih baik berjilbab
ataukah telanjang, jadi banak orang yang menganggap dan menyakini bahwa persoalan jilbab adalah persoalan
pilihan. Oleah karenanya, sebab menganggap persoalan jilbab hanyalah persoalan pilihan, maka biasanya mereka
melihat persoalan ini dengan cara dikotomik :
1. Lebih baik tidak berjilbab tetapi bisa menjaga kehormatan, kemuliaan, dan kesucian diri dari pada berjilbab tapi tidak
bisa mejaga hal-hal ini.
2. Atau, lebih baik tidak berjilbab tetapi tidak pacaran dari pada berjilbab masih juga pacaran
3. Atau, minimal berjilbab dari pada tidak sebab jilbab merupakan kewajiban
4. Atau, paling baik berjilbab sekaligus bisa menjaga kehormatan, kemuliaan, dan kesuciaan diri.
Falsafah jilbab islami tidak mendukung cara berpikir yang seperti ini. Dengan kata lain bukan seperti inilah
pandangan dunia islam, dalam mewajibkan seorang perempuan muslimah itu menggerakan jilbab. Dengan
menganggap dan menyakini bahwa persoalan jilbab adalah persoalan pilihan yang sangat di kotomis seperti diatas
maka persoalan jilbab tampak anyalh menjadi persoalan sepihak saja, yakni pihak perempuan. Baik-buruknya
berjilbab atau tidak seakan-seakan hanya tergantung pada perempuan dan hanya tentang perempuan muslimah
saja.
 Batas-Batas Dan Cara Pemkaian Jilbab
Memakai jilbab dalam batasn-batasan sebagai berikut :
1. Bisa menutup rambutnya secara keseluruhan, sehingga tidak boleh bagi perempuan muslimah yang memakai jilbab
tetapi masih terlihat ada anak rambutnya yang kelihatan di dahi seperti yang populer kita lihat sekarang ini.
2. Juga bisa menutup leher keseluruhan sehingga menghindarkan diri dari tatapan mata laki-laki yang akan membawa
gairah seksual ketika melihat leher tersebut.
3. Juga kita menutup dadanya yang memakai jilbab sedemikian sehingga menemukan ada perempuan yang memakai
jilbab sedemikian sehingga lehernya masih kelihatan, lalu berlanjut pula kelihatan adadnya, hal ini terjadi sebab ia
mengikatkan dua ujung jilbabnya ke belakang lehernya. Ini juga perilaku yang tidak islami dari sisi falsafah etika
islam.
4. Juga mengenakan pakaian yang longgar agar terhindar dari tampaknya lekuk-lekuk tubuhnya.
Empat hal tersebut adalah batas-batas pemakaian jilbab bagi perempuan muslimah. Perempuan
muslimah harus memperhatikan dan menerapkan empat hal tersebut, di saat yang sama ia juga harus
memperhatikan sikap. Ucapan. Dan perbauatan yang justru akan membawa kecenderungan yang negatif.
 Jilbab Dan Citra Perempuan Muslimah Minimalis
Dari sisi pemakaian jilbab, marilah kita kembali merenungkan falsafah jilbab islami dan penerapnnya
dimana islam mewajibkan kaum perempuan muslimah berjilbab :
1. Dengan jilbab. Aurat tertutup, terlindungi dan terjaga dari hal-hal yang tidak di inginkan
2. Dengan jilbab pula perempuan muslimah akan terjaga dan terpeliahara kesucian, kehrmatan, dan kemuliannya sebagai
manusia
3. Dengan jilbab perempuan muslimah akan lebih bisa berucap bersikap dan bertindak serta berwibawa tenang dan anggun
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Cukup banyak seharusnya kaum perempuan yang menyadari pentingnya jilbab dalam pergaulan sehari-
harinya. Dengan berjilbab, secara dini mereka sudah membentengi diri dari bencana godaan, rayuan nakal hingga
kekerasan ataukejahatan seksual. Tapi, ternyata justru kian banyak saja kaum perempuan yang mencampakkan
jilbab, mereka bilang bahwa memakai jilbab itu kolot, enggak gaul dan enggak cantik, mereka lalu memilih tampil
modis dan gaul dengan cara memamerkan bagian-bagian auratnya akibatnya cepat atau lambat mereka pun menjadi
santapan para lelaki liar.
Sementara di sisi lain muncul pula kalangan yang mengusung model “jilbab gaul” rambut memang ditutupi
namun rambut depan masih kelihatan, leher masih dipajang, pusar dibiarkan kelihatan lekukan-lekukan tubuh
sengaja dikemas menonjol di balik balutan celana-celana ketatnya, ujung-ujungnya mereka pun ternyata tak selamat
dari mata-mata liar para hidung belang yang berserakan di jalanan……….!dengan melihat kondisi pergaulan yang
memprhatinkan itu, makalah ini menyajikan pemikiran-pemikiran yang cemerlang tentang pentinganya jilbab yang
benar bagi kaum hawa jangan keburu beranggapan miring menggunakan jilbab. Itu akan mengurangi kecantikan
anda, tetapi, malah justru bersama jilbab itu anda akan tampil lebih keren, trendi aman dan sekaligus jauh dari dosa
akibat pamer aurat ……….! Jilbab gaul atau jilbab seleb menjadi trend kawula muda modern yang tidak mau
ketinggalan mode.

DAFTAR PUSTAKA
Muhyidin, Muhammad. 2005. Jilbab Itu Kerennn. Jogyakarta : Diva Press.
Shifari, Al- Abu. 2001. Kudung Gaul. Bandung : Mujahid Press.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan, rahmat dan karunia-
nya sehingga kami dapat menyelesaikan dan menuyusun makalah ini dengan judul Jilbab dan Modernisasi.
Makalah ini disusun berdasarkan kumpulan-kumpulan buku yang ada makalah ini diharapkan dapat
membantu para siswa agar dapat mengerti judul dari makalah ini, makalah ini diharapkan dapat memberi
pengetahuan bagi para siswa. Yang penyajiannya menggunakan pendekatan pembelajaran. Sehingga siswa yang
ingin belajar teori maupun praktik juga ingin menerapkan didalam dunia nyata.
Makalah ini diharapkan dapat membantu para siswa untuk dapat memberi bekal pembelajaran pada diri
mereka sendiri sehingga para siswa bisa mengerti apa yang disampaikan oleh isi makalah ini sendiri. Kami telah
berupaya semaksimal mungkin untuk membuat makalah ini sebagai makalah yang akan mudah dimengerti oleh para
siswa, untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak baik praktisi maupun narasumber sangat kami harapkan.
Kepada semua pihak yang telah membantu selesainya makalah ini, kami mengucapkan banyak terimah
kasih semoga langkah awal kita ini merupakan ambil dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan semoga
kita sama mendapat limbahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin
Penyusun
Medan, 6 Januari 2009
http://www.artikel.abajadun.com/2012/09/makalah-jilbab-dan-modernisasi.html

Makalah Tentang Hijab


KATA PENGANTAR
Assalamu’allaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyusun makalah tentang problematika  Kehidupan yang berkaitan dengan hukum Islam yang berjudul
Hijab Dalam Syariat Islam. Makalah ini kami susun agar pembaca dapat mengetahui syariat-syariat Islam
mengenai hijab.

Di era modern ini banyak sekali kita temui jenis-jenis dan variasi dalam berhijab. Tentunya, ada
yang memenuhi syariat, dan ada yang tidak memenuhi syariat. Makalah ini akan mengulas masalah
tersebut. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada gading yang tak retak,
mohon maaf bila terdapat salah kata yang kurang berkenan di hati pembaca sekalian.

Wassalamu’allaikum Wr. Wb.

Tangerang,     April 2013

                                                                                                          Penyusun

  

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I   PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

1.1    Latar Belakang Masalah.................................................................................................. 1


1.2    Rumusan Masalah............................................................................................................ 2

1.3    Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 3

2.1  Pengertian Hijab atau Jilbab........................................................................................... 3

2.2.1. Pengertian Jilbab Secara Bahasa ................................................................................. 3

2.1.2  Pengertian Jilbab Secara Istilah.................................................................................... 3

2.2  Kriteria Jilbab / Hijab yang Baik Menurut Syariat.......................................................... 4

2.3 Keutamaan Jilbab Bagi Wanita........................................................................................ 5

2.4 Menurut Hadist................................................................................................................ 7

2.5 Manfaat Jilbab Bagi Kesehatan........................................................................................ 7

2.6 Cara Merawat Jilbab......................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 9

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 9

3.2 Saran................................................................................................................................. 9

ii

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jilbab merupakan kata yang tidak asing lagi diperdengarkan oleh telinga kita saat ini. Suatu kain
yang berfungsi sebagai penutup aurat wanita kini sedang ramai dipergunakan sebagai trend center
dunia fashion. Banyak terdapat model dan tipe-tipe jilbab disugguhkan kepada wanita muslimah untuk
mempercantik diri. Bahkan sampai diadakan suatu pameran untuk mengenalkan produk jilbab dengan
berbagai model. Karena terdapat fenomena, jilbab digunakan hanya saat mengikuti kegiatan disekolah
seperti sekolah dan kegiatan lain di sekolah agar terlihat rapi dan elegan bersama-sama teman
sekolahnya. Lalu setelah selesai mengikuti kegiatan tersebut dan sampai dirumah, atau bermain jilbab
sudah tergeletak  dan tidak digunakan lagi.

Minimnya pengetahuan tentang hakikat menggunakan jilbab serta tuntunan yang diberlakukan
oleh agama Islam, membuat wanita-wanita muslim seenaknya mengenakan jilbab. Pada dasarnya jilbab
berfungsi untuk menutup aurat kewanitaan agar terhindar dari hal maksiat. Akan tetapi, terkadang saat
ini hanya digunakan sebagai kedok atau identitas bagi wanita-wanita tertentu agar terkesan baik, sopan,
santun, dan berbudi luhur. Dan bahkan hanya dijadikan sebagai trend dan fashion style saja. Bila
fenomena ini terus berkelanjutan, betapa mirisnya kondisi wanita muslim dan harga diri dari wanita
muslim sekarang ini.

Untuk menghadapi fenomena-fenomena dewasa ini tentang pengetahuan menggunakan jilbab.


Maka, akan dibahas tentang hakikat berjilbab, fungsi jilbab, manfaat jilbab, dan hukum serta ketentuan
berjilbab. Selain itu, pembahasan ini agar bermanfaat bagi pembaca dan dijadikan sebagai suatu
pengetahuan yang berupa referensi menggunakan jibab yang baik dan benar sesuai syariat Islam yang
sesungguhnya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari paparan yang telah dijelaskan diatas, dapat ditentukan suatu rumusan masalah sebagai
berikut :

1.      Apakah hakikat berjilbab itu?

2.      Apakah kriteria jilbab yang baik menurut syariat islam?

3.      Apa saja kah hadis-hadis yang membahas tentang hijab?

4.      Apakah kriteria jilbab yang baik menurut syariat islam?

5.      Apakah manfaat berjilbab bagi wanita muslim menurut Islam maupun sains ?
6.      Bagaimana hukum berjilbab menurut syariat islam?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Dapat mengetahui hakikat berjilbab

2.      Dapat mengetahui kriteria jilbab yang baik menurut syariat islam

3.      Dapat mengetahui hadis-hadis yang membahas tentang hijab

4.      Dapat mengetahui kriteria jilbab yang baik menurut syariat islam

5.      Dapat mengetahui manfaat berjilbab bagi wanita muslim menurut Islam maupun sains

6.      Dapat mengetahui hukum berjilbab menurut syariat islam.

  

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hijab Atau Jilbab

2.1.1Pengertian jilbab secara bahasa

Jilbab menurut kamus Al-Mu’jam al Wasith memiliki makna sebagai berikut:

1.   Qomish (sejenis jubah).


2.  Kain yang menutupi seluruh badan.

3.  Khimar (kerudung).

4.  Pakaian atasan seperti milhafah (selimut).

5.  Semisal selimut (baca: kerudung) yang dipakai seorang wanita untuk menutupi tubuhnya.

Sedangkan jilbab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kerudung lebar yang dipakai
wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada. Sedangkan kerudung berarti kain
penutup kepala perempuan. Dan dalam bahasa Arab jilbab memiliki arti sebagai kain lebar yang
diselimutkan ke pakaian luar yang menutupi kepala, punggung, dan dada, yang biasa dipakai wanita
ketika keluar dari rumahnya.

2.1.2   Pengertian jilbab secara istilah

Menurut Ibnu Hazm, jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh badan, bukan hanya
sebagiannya. Menurut Ibnu Katsir jilbab adalah semacam selendang yang dikenakan di atas khimar yang
sekarang ini sama fungsinya seperti izar (kain penutup). Menurut Syaikh bin Baz jilbab adalah kain yang
diletakkan di atas kepala dan badan di atas kain (dalaman).

 Jadi, jilbab adalah kain yang dipakai perempuan untuk menutupi kepala, wajah dan seluruh
badan. Sedangkan kain untuk menutupi kepala disebut khimar. Jadi perempuan menutupi dengan jilbab,
kepala, wajah dan semua badan di atas kain (dalaman). Beliau juga mengatakan bahwa jilbab adalah
kain yang diletakkan seorang perempuan di atas kepala dan badannnya untuk menutupi wajah dan
badan, sebagai pakaian tambahan untuk pakaian yang biasa (dipakai di rumah).

Pada dasarnya jilbab berbeda dengan kerudung. Kerudung merupakan kain yang digunakan
untuk menutupi kepala, leher, hingga dada sedangkan jilbab maliputi keseluruhan pakaian yang
menutup mulai dari kepala sampai kaki kecuali muka dan telapak tangan hingga pergelangan tangan.
Sehingga seseorang yang mengenakan jilbab pasti berkerudung tetapi orang yang berkerudung belum
tentu berjilbab.

2.2 Kriteria Jilbab/ Hijab Yang Baik Menurut Syariat

Jilbab bukanlah berarti merendahkan martabat wanita, melainkan meninggikannya serta


melindungi kesopanan dan kesuciannya.

Jilbab yang sesuai dengan syariah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.      Menutup Seluruh Badan Kecuali Wajah dan Telapak Tangan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

pkš‰r'¯»tƒ ÓÉ<¨Z9$# @è% y7Å_ºurø—X{ y7Ï?$uZt/ur Ïä!$|$
¡ÎSurtûüÏZÏB÷sßJø9$# šúüÏRô‰ãƒ £`ÍköŽn=tã `ÏB £`ÎgÎ6Î6»n=y_ 4 
y7Ï9ºsŒ#’oT÷Šr& br& z`øùt÷èムŸxsù tûøïsŒ÷sム3 šc%x.ur ª!$# 
  #Y‘qàÿxî $VJŠÏm§‘ÇÎÒÈ

Artinya : Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan


isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke
seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.

[1232] Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.

2.      Bukan Berfungsi Sebagai Perhiasan

Sebagaimana terdapat dalam surat An Nuur ayat 31, “…Dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya…” Ketika jilbab dan pakaian wanita dikenakan agar aurat dan perhiasan mereka tidak
nampak, maka tidak tepat ketika menjadikan pakaian atau jilbab itu sebagai perhiasan karena tujuan
awal untuk menutupi perhiasan menjadi hilang. Banyak kesalahan yang timbul karena poin ini
terlewatkan, sehingga seseorang merasa sah-sah saja menggunakan jilbab dan pakaian indah dengan
warna-warni yang lembut dengan motif bunga yang cantik, dihiasi dengan benang-benang emas dan
perak atau meletakkan berbagai pernak-pernik perhiasan pada jilbab mereka.

3.       Kainnya Harus Tebal, Tidak Tipis

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang dua kelompok yang termasuk ahli neraka dan
beliau belum pernah melihatnya,
“Dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya, suatu kaum yang memiliki cambuk
seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya dan wanita yang kasiyat (berpakaian
tapi telanjang, baik karena tipis atau pendek yang tidak menutup auratnya), mailat mumilat (bergaya
ketika berjalan, ingin diperhatikan orang), kepala mereka seperti punuk onta. Mereka tidak masuk surga
dan tidak mendapatkan baunya, padahal baunya didapati dengan perjalanan demikian dan demikian.”
(HR. Muslim)

Banyak wanita muslimah yang seakan-akan berjilbab, namun pada hakekatnya tidak berjilbab karena
mereka memakai jilbab yang berbahan tipis dan transparan.

4.      Tidak Diberi Wewangian atau Parfum

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkaitan tentang wanita-wanita yang memakai
wewangian ketika keluar rumah,

“Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka
mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.” (HR. Tirmidzi)

5.      Tidak Menyerupai Pakaian Laki-Laki

Terdapat hadits-hadits yang menunjukkan larangan seorang wanita menyerupai laki-laki atau sebaliknya
(tidak terbatas pada pakaian saja). Salah satu hadits yang melarang penyerupaan dalam masalah
pakaian adalah hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang
memakai pakaian pria.” (HR. Abu Dawud)

2.3  Keutamaan Berjilbab bagi Wanita

1.      Jilbab Itu Adalah Ketaatan Kepada Allah Dan Rasul  


Allah SWT telah mewajibkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, berdasarkan  firman–Nya.Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak pula bagi perempuan yang
muminah,.apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan
ada bagi mereka.pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan Rasul-.....Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan
kesesatan yang nyata. (Q.S. Al-Ahzab: .......36)

2.      Jilbab Itu Iffah (Kemuliaan)

Allah SWT menjadikan kewajiban menggunakan hijab sebagai tanda Iffah (menahan diri dari
maksiat). Allah Subhanahu wa Taala berfirman (yang artinya): Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-
istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mumin: Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. (Q.S. Al-Ahzab: 59)

Itu karena mereka menutupi tubuh mereka untuk menghindari dan menahan diri dari perbuatan
jelek (dosa), karena itu mereka tidak diganggu. Maka orang-orang fasik tidak akan mengganggu
mereka. Dan pada firman Allah karena itu mereka tidak diganggu sebagai isyarat bahwa mengetahui
keindahan tubuh wanita adalah suatu bentuk gangguan berupa fitnah dan kejahatan bagi mereka.

3. Jilbab itu kesucian

           Allah SWT mensifati  jilbab sebagai kesucian bagi hati orang-orang mumin, laki-laki maupun
perempuan. Karena mata bila tidak melihat maka hatipun tidak berhasrat. Pada saat seperti ini, maka
hati yang tidak melihat akan lebih suci. Ketiadaan fitnah pada saat itu lebih nampak, karena hijab itu
menghancurkan keinginan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya, Allah SWT berfirman Maka
janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit dalam hatinya. (Q.S. Al-Ahzab: 32)

4. Jilbab Itu Pelindung

Rasulullah SAW bersabda Sesungguhnya Allah itu Malu dan Melindungi serta


Menyukai rasa malu dan perlindungan Sabda beliau yang lain yang artiny): Siapa
saja di antara wanita yang melepaskan pakaiannya di selain rumahnya, maka Allah
Azza wa Jalla telah mengoyak perlindungan rumah itu dari padanya.Jadi balasannya
setimpal dengan perbuatannya.

5. Jilbab itu Taqwa

                     Allah SWT berfirman(yang artinya): Hai anak Adam! Sesungguhnya Kami telah


menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. (Q.S. Al-Araaf: 26)

6.      Jilbab Itu Iman

Allah SWT tidak berfirman kecuali kepada wanita-wanita beriman (yang artinya): Dan katakanlah
kepada wanita yang beriman. (Q.S. An-Nur: 31).Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Dan
istri-istri orang beriman. (Q.S. Al-Ahzab: 59)

Dan ketika wanita-wanita dari Bani Tamim menemui Ummul Muminin, Aisyah radhiyallahu anha
dengan pakaian tipis, beliau berkata: Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah)
bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita
beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.

7.      Jilbab Itu Perasaan Cemburu

Hijab itu selaras dengan perasaan cemburu yang merupakan fitrah seorang laki-laki sempurna yang
tidak senang dengan pandangan-pandangan khianat yang tertuju kepada istri dan anak wanitanya.
Berapa banyak peperangan terjadi pada masa Jahiliyah dan masa Islam akibat cemburu atas seorang
wanita dan untuk menjaga kehormatannya. Ali bin Abi Thalib Radiyallahu anhu berkata:  Telah
sampai kepadaku bahwa wanita-wanita kalian berdesak-desakan dengan laki-laki
kafir orang ajam (non Arab) di pasar-pasar, tidakkah kalian merasa cemburu?
Sesungguhnya tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak memiliki perasaan
cemburu.

2.4 Menurut Hadis


Banyak hadis-hadis atau riwayat-riwayat yang membahas tentang hijab, oleh karenanya perlu
kita pilah-pilah dan kelompokkan riwayat-riwayat tersebut dalam beberapa kategori.

Dalam hadis disebutkan bahwa pada suatu hari Jabir bin Abdullah bersama Rasulullah menuju
rumah putrinya Sayyidah Fathimah. Sesampainya di pintu rumah, Rasulullah mengucapkan salam dan
meminta izin kepada putrinya untuk masuk sambil memberitahukan bahwa dia bersama Jabir bin
Abdullah. Sayyidah Fathimah meminta beliau untuk menunggu sebentar karena pada waktu itu beliau
belum menutup rambutnya. Setelah Sayyidah Fathimah menutup rambutnya, Rasulullah dan Jabir
masuk ke rumah Sayyidah Fathimah. Rasulullah melihat wajah putrinya pucat dan kekuning-kuningan,
kemudian bertanya mengapa hal ini terjadi. Sayyidah Fathimah menjawab bahwa wajah pucatnya 
dikarenakan rasa lapar yang menderanya. Mendengar hal itu Rasulullah langsung berdoa kepada Allah
agar menghilangkan rasa lapar yang diderita oleh putrinya.

Dari hadis di atas kita dapat mengambil dua kesimpulan: pertama, Sayyidah Fathimah  tidak menutup
wajahnya di hadapan laki-laki non muhrim. Kedua, tidak wajib menutup wajah di hadapan laki-laki non
muhrim. 

2.5 Manfaat Jilbab bagi Kesehatan

            Wanita cenderung lebih besar resikonya dibandingkan pria untuk terserang penyakit kulit seperti
kanker kulit jika terlalu sering terpajan oleh sinar matahari yang banyak mengandung sinar UV (pada
pukul 09.00-16.00). dengan menutup aurat menggunkan jilbab dan khimar/kerufung maka kulit dan
rambut akan terjaga dan kemungkinan terkena kanker itu menjadi lebih kecil.

       Begitu juga dengan rambut. Rambut yang tertutup olrh khimar/kerudung akan lebih sehat dan lebih
halus dibandingkan dengan rambut yang selalu terkena sinar matahari karena memang sinar matahari
dapat membuat rambut kita menjadi rusak. Rambut yang dilindungi tidak akan mudah patah, memerah
dan bercabang.

2.6 Cara merawat Jilbab

Berikut ini tips bagaimana cara merawat Jilbab yang baik:


1.      Untuk semua jenis Kerudung dan jilbab jangan pernah mencucinya dengan mesin cuci. Karena akan
merusak dacron atau busa dikepala untuk kerudung yang bermodel bergo dan merusak bahan jilbab
untuk jenis bahan sutra atau katun. Cukup digosok-gosok saja dengan tangan dan tidak perlu disikat.

2.      Untuk kerudung yang berbahan sutra jangan pernah mencucinya dengan detergen atau sabun cuci,
gunakanlah shampo. Caranya dengan mencelupkan kerudung pada air yang telah diberi shampo.
Biarkan sesaat dan tidak perlu diperas pada saat menjemurnya.

3.      Apapun bahan dari kerudung tersebut, jangan lupa untuk menjemur dengan posisi bagian    dalamnya
yang diluar dan jemur ditempat yang teduh, hindari menjemur dibawah terik matahari langsung.Agar
warna kerudung tidak cepat memudar.

4.      Pada saat menyetrika kerudung jangan pernah pula menyetrika dacron atau busa untuk kerudung yang
berbentuk bergo, karena akan merusak bentuk dacron dan jangan menggunkan setrika yang panas
untuk berbagai jenis bahan kerudung.

 BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Untuk menetapkan kewajiban hijab bagi kaum wanita, kita juga bisa merujuk sirah kaum wanita
muslimah pada zaman Rasulullah. Mereka selalu menutupi tubuh dan rambut mereka ketika berada di
hadapan non muhrim, [Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Tahlile nu wa Amali az Hijab dar Asre Hadzir,
hal 49] seperti yang kita lihat dari hadis tentang kedatangan Rasulullah bersama Jabir ke rumah Sayyidah
Fathimah  as.

Begitu juga dengan akal manusia, akal manusia juga dapat membuktikan kewajiban hijab bagi kaum
wanita. Akal akan senantiasa memerintahkan segala perbuatan yang membawa manfaat dan akan
memerintahkan untuk melakukan hal itu, begitu juga sebaliknya akal akan selalu memperingatkan
manusia dari hal-hal yang membahayakan manusia.
Oleh karena itu, ketika melihat bahwa hijab akan memberikan keamanan, ketenangan atau dapat
memupuk rasa cinta kasih di antara sesama maka akal yang sehat dan tidak tertawan oleh hawa nafsu
akan memerintahkan untuk berhijab. Wallahu a’lam

3.2 Saran

Setelah membaca penjelasan pada bab sebelumnya, penulis menyarankan kepada wanita
muslimah yang merasa belum berhijab, untuk segera berhijab guna melaksanakan perintah Allah SWT.
Karena perintah untuk berhijab tidak lain untuk melindungi dan menjaga kehormatan kaum muslimah
sendiri.

  

DAFTAR PUSTAKA

http://mustyka-mustyka.blogspot.com/2011/12/makalah-jilbab-hijab.html

http://www.al-shia.org/html/id/service/maqalat/044.htm

http://catatantugassekolah.blogspot.com/2013/04/karya-tulis-pentingnya-berjilbab-bagi.html

http://cchacunk.blogspot.com/2013/10/makalah-tentang-hijab.html

http://mycieyblog.blogspot.com/2009/12/makalah-jilbab-dan-modernisasi.html

https://makalahsekolahan.blogspot.co.id/2015/05/makalah-tentang-hijab.html

JILBAB MODERN VS JILBAB SYAR’I


November 8, 2013

ABSTRAK
Jilbab merupakan bagian dari syari’at islam yang penting untuk dilaksanakan
oleh seorang muslimah. Ia bukanlah sekedar identitas atau menjadi hiasan
semata dan juga bukan penghalang bagi seorang muslimah untuk
menjalankan aktivitas kehidupannya.

Jilbab juga bukan hanya sekedar menutup aurat tetapi memiliki banyak
manfaat menurut sains dan islam.

Pada era sekarang pemakaian jilbab telah banyak sekali bentuk dan
macamnya, dalam makalah ini kami juga akan menjelaskan jilbab yang
benar menurut islam, al-quran, dan hadist, agar pembaca tahu bagaimana
jilbab menurut syari’at islam itu.

Perubahan bentuk jilbab dari bentuk-bentuk sederhana yang masih sesuai


dengan ajaran islam bergeser kedalam bentuk mode yang simple, praktis,
dan lebih mengutamakan aspek keindahan daripada jilbab sebagai penutup
aurat. Dalam hal ini kami juga akan menjelaskan tentang perkembangan
jilbab dan penyimpangannya. Selain itu, dalam makalah ini juga kami
menjelaskan tentang berbagai macam pengaruh perubahan fungsi jilbab.

PEMBAHASAN
1. A.    KONSEP JILBAB
1)      Pengertian Jilbab

Jilbab merupakan bagian dari syari’at islam yang penting untuk dilaksanakan
oleh seorang muslimah. Ia bukanlah sekedar identitas atau menjadi hiasan
semata dan juga bukan penghalang bagi seorang muslimah untuk
menjalankan aktivitas kehidupannya. Menggunakan jilbab yang sesuai
dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wajib
dilakukan oleh setiap muslimah, sama seperti ibadah-ibadah lainnya seperti
sholat, puasa yang diwajibkan bagi setiap muslim.
1. Jilbab adalah bentuk mufrad (tunggal) dari jalabib yang berarti pakaian tebal
yang menutup seluruh badan wanita mulai dari kepala sampai ujung kaki. Makna
inilah yang dimaksudkan dalam ayat hijab pada surat al-Ahzab. Berkata Imam al-
Qurtubi dalam tafsirnya :
“Jalabib adalah bentuk jamak (plural) dari kata jilbab yang berarti pakaian
yang digunakan untuk menutup seluruh badan wanita”.

Dari makna ini jelaslah bahwa yang dimaksud dengan jilbab yang
diperintahkan dalam Alqur’an adalah pakaian yang bisa menutupi seluruh
tubuh wanita, bukan sekedar balutan kain yang hanya menutup bagian
kepala saja. Dalil Alqur’an:

Allah berfirman:
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri istrimu,anak anak perempuanmu,dan istri
istri orang mukmin : ” Hendak lah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya lebih mudah untuk dikenal,karena
itu mereka tidak diganggu. (QS. al-Ahzab : 33 : 59 ).

Dalam ayat ini dengan tegas Allah memerintahkan para wanita untuk
mengulurkan jilbab-jilbab mereka keseluruh tubuhnya. Sedangkan asal dari
sebuah perintah adalah wajib. Ayat ayat lain yang menyatakan hal serupa
juga terdapat dalam al-Ahzab : 22,23,33,53-55. Demikian pula pada Alqur’an
surat an-Nur {24] ayat 31 dan 60.

1. Secara bahasa, dalam kamus al Mu’jam al Wasith 1/128, disebutkan bahwa


jilbab memiliki beberapa makna, yaitu:
1)      Qomish (sejenis jubah);

2)      Kain yang menutupi seluruh badan;

3)      Khimar (kerudung);

4)      Pakaian atasan seperti milhafah (selimut);

5)      Semisal selimut (baca: kerudung) yang dipakai seorang wanita untuk
menutupi tubuhnya.

1. Adapun secara istilah, berikut ini perkataan para ulama’ tentang hal ini :
Ibnu Hazm rahimahullah mengatakan, “Jilbab menurut bahasa Arab yang
disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pakaian yang
menutupi seluruh badan, bukan hanya sebagiannya.”

Sedangkan Ibnu Katsir mengatakan, “Jilbab adalah semacam selendang


yang dikenakan di atas khimar yang sekarang ini sama fungsinya seperti izar
(kain penutup).” (Syaikh Al Bani dalam Jilbab Muslimah).

1. Manfaat Jilbab Menurut Islam dan Sains


Allah memerintahkan sesuatu pasti ada manfaatnya untuk kebaikan
manusia. Dan setiap yang benar-benar manfaat dan dibutuhkan manusia
dalam kehidupannya, pasti disyariatkan atau diperintahkan oleh-Nya. Di
antara perintah Allah itu adalah berjilbab bagi wanita muslimah. Berikut ini
beberapa manfaat berjilbab menurut Islam dan Sains :

1. Selamat dari Adzab Allah (Adzab Neraka)


“Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya;
sekelompok laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka
mencambuk manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian
namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada
sesuatu mirip punuk unta. Mereka (wanita-wanita seperti ini) tidak akan
masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Sedangkan bau surga itu
tercium dari jarak yang jauh” (HR. Muslim).

Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan


“Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang
menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan
maksud menunjukkan kecantikannya.

1. Terhindar dari Pelecehan


Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah
laku mereka sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar.
Sebagaiman sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam:

“Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki dari pada
wanita.” (HR. Bukhari).

Jikalau wanita pada jaman Rasul merupakan fitnah terbesar bagi laki-laki
padahal wanita pada jaman ini konsisten terhadap jilbab mereka dan tak
banyak lelaki jahat saat itu, maka bagaimana wanita pada jaman sekarang?
Tentunya akan menjadi target pelecehan. Hal ini telah terbukti dengan
tingginya pelecehan di negara-negara Eropa (wanitanya tidak berjilbab).

1. Memelihara Kecemburuan Laki-Laki


Sifat cemburu adalah sifat yang telah Allah subhanahu wataala
tanamkan kepada hati laki-laki agar lebih menjaga harga diri wanita yang
menjadi mahramnya. Cemburu merupakan sifat terpuji dalam Islam.

“Allah itu cemburu dan orang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah
adalah apabila seorang mukmin menghampiri apa yang diharamkan-Nya.”
(HR. Muslim).

Bila jilbab ditanggalkan, rasa cemburu laki-laki akan hilang. Sehingga jika
terjadi pelecehan tidak ada yang akan membela.

1. Akan seperti Bidadari Surga


“Dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya,
mereka tak pernah disentuh seorang manusia atau jin pun sebelumnya.”(QS.
Ar-Rahman: 56).

“Mereka laksana permata yakut dan marjan.” (QS. Ar-Rahman: 58).


“Mereka laksana telur yang tersimpan rapi.” (QS. Ash-Shaffaat: 49).

Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga. Yaitu
menundukkan pandangan, tak pernah disentuh oleh yang
bukan mahramnya, yang senantiasa dirumah untuk menjaga kehormatan
diri. Wanita inilah merupakan perhiasan yang amatlah berharga. Dengan
berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga.

1. Mencegah Penyakit Kanker Kulit


Kanker adalah sekumpulan penyakit yang menyebabkan sebagian sel tubuh
berubah sifatnya. Kanker kulit adalah tumor-tumor yang terbentuk akibat
kekacauan dalam sel yang disebabkan oleh penyinaran, zat-zat kimia, dan
sebagainya.

Penelitian menunjukkan kanker kulit biasanya disebabkan oleh sinar Ultra


Violet (UV) yang menyinari wajah, leher, tangan, dan kaki. Kanker ini banyak
menyerang orang berkulit putih, sebab kulit putih lebih mudah terbakar
matahari.

Kanker tidaklah membeda-bedakan antara laki-laki dan wanita. Hanya saja,


wanita memiliki daya tahan tubuh lebih rendah dari pada laki-laki.

Oleh karena itu, cara untuk melindungi tubuh dari kanker kulit adalah
dengan menutupi kulit. Salah satunya dengan berjilbab. Karena dengan
berjilbab, kita melindungi kulit dari sinar UV. Melindungi tubuh bukan dengan
memakai kerudung gaul dan baju ketat. Kenapa? Karena hal itu percuma
saja. Karena sinar UV masih bisa menembus pakaian yang ketat apalagi
pakaian transparan. Berjilbab disini haruslah sesuai kriteria jilbab.

1. Memperlambat Gejala Penuaan


Penuaan adalah proses alamiah yang sudah pasti dialami oleh semua orang
yaitu lambatnya proses pertumbuhan dan pembelahan sel-sel dalam tubuh.
Gejala-gejala penuaan antara lain adalah rambut memutih, kulit keriput, dan
lain-lain.

Penyebab utama gejala penuaan adalah sinar matahari. Sinar matahari


memang penting bagi pembentukan vitamin D yang berperan penting
terhadap kesehatan kulit. Namun, secara ilmiah dapat dijelaskan bahwa
sinar matahari merangsang melanosit (sel-sel melanin) untuk mengeluarkan
melanin, akibatnya rusaklah jaringan kolagen dan elastin. Jaringan kolagen
dan elastin berperan penting dalam menjaga keindahan dan kelenturan kulit.

B.     BUSANA YANG SESUAI SYARIAT


1)      Menutupi seluruh tubuh selain yang dikecualikan

Lihat surat an Nuur: 31 Ayat ini menegaskan kewajiban bagi para wanita


mukminah untuk menutup seluruh perhiasan, tidak memperlihatkan
sedikitpun kepada orang-orang yang bukan mahromnya kecuali perhiasan
yang biasa nampak.

2)      Tidak ketat sehingga menggambarkan bentuk tubuh

Saudariku…Perhatikanlah pesan putri Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam,


Fatimah binti Rosullulloh shollallohu alaihi wa sallam.. Beliau pernah
berpesan kepada Asma’ : “Wahai Asma’ ! Sesungguhnya aku memandang
buruk perilaku kaum wanita yang memakai pakaian yang dapat
menggambarkan tubuhnya…)”  (Dikeluarkan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah
dan Baihaqi).

3)      Kainnya harus tebal, dan tidak tembus pandang sehingga tidak
nampak kulit tubuh

4)    Tidak menyerupai pakaian laki-laki.

Ada hadits nih, Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu


anhu berkata :“Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam melaknat pria yang
memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria” (HR. Abu
Daud, Ibnu Majah, Hakim dan Ahmad dengan sanad shohih)

5) Tidak mencolok dan berwarna yang dapat menarik perhatian

Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan


kecantikannya serta segala sesuatu yang mestinya ditutup karena hal itu
dapat membangkitkan syahwat kaum lelaki.

Sungguh aneh tapi nyata, banyak para wanita apabila keluar rumah
berdandan berjam-jam dengan sedemikian moleknya, tapi kalau di dalam
rumah, di depan sang suami yang seharusnya mendapatkan pelayanan yang
menyenangkan, justru biasa-biasa saja bahkan kerap kali rambutnya acak-
acakan, bau badan tak sedap dianggap tidak masalah, penampilan
menjengkelkan sudah hal yang lumrah, demikian seterusnya. Ini memang
kenyataan yang tak bisa dipungkiri lagi. Semoga Alloh subhanahu wa
ta’ala menunjukkan kita semua ke jalan yang benar.
Tapi jangan difahami penjelasan di atas secara dangkal, sehingga timbul
suatu pemahaman bahwa pakaian wanita harus hitam saja sebagaimana
difahami sebagian wanita komitmen.

6)   Tidak menyerupai pakaian wanita kafir

Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam pernah bersabda :

‫من تشبه بقوم فهو منهم‬

“Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk dari kaum


tersebut.” (HR. Abu Daud dan Ahmad dengan sanad shohih.

Betapa sedih hati kita melihat kaum hawa sekarang ini begitu antusias
menggandrungi mode-mode busana ala barat baik melalui majalah, televisi
dan foto-foto tata rias para artis dan bintang film. Setiap kali ada mode
busana baru ala barat yang mereka dapati, serentak itu juga mereka
langsung mencoba dan menikmatinya. Laa Haula Walaa Quwwata illaa
BIllahi.

7)   Bukan pakaian untuk mencari popularitas

Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar  rodhiyallohu anhu yang berkata :


Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :

ً ‫س ُه هَّللا ُ َث ْو َب َم َذلَّ ٍة َي ْو َم ا ْلقِ َيا َم ِة ُث َّم أَ ْل َه َب فِي ِه َن‬


‫ارا‬ َ ‫ش ْه َر ٍة فِي ال ُّد ْن َيا أَ ْل َب‬
ُ ‫س َث ْو َب‬
َ ِ‫َمنْ لَب‬

Barang siapa mengenakan pakaian syuhroh (untuk mencari popularitas) di


dunia, niscaya Alloh mengenakan pakaian kehinaan kepadanya pada hari
kiamat, kemudian membakarnya dengan api neraka. (HR. Abu Daud dan
Ibnu Majah dengan sanad hasan)

Maksud pakaian syuhroh adalah setiap pakaian dengan tujuan meraih


popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakaian tersebut mahal,
yang dipakai dengan tujuan berbangga-bangga dengan dunia, maupun
pakaian yang bernilai rendah yang dipakai seorang dengan tujuan
menunjukkan kezuhudannya dan riya’.

8)   Tidak diberi parfum atau wangi-wangian

Dari Abu musa Al-Asy’ari rodhiyallohu anhu bahwasanya ia berkata :


Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
ْ ‫أَ ُّي َما ا ْم َرأَ ٍة‬
‫اس َت ْع َط َرتْ َف َم َّرتْ َعلَى َق ْو ٍم لِ َي ِجدُوا مِنْ ِري ِح َها َف ِه َي َزانِ َي ٌة‬

“Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum


laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah
pezina.” (HR.Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad,dll dengan sanad shohih)

Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu anhu ia berkata : Rosululloh shollallohu alaihi


wa sallam bersabda :

‫اء اآْل خ َِر َة‬


َ ‫ش‬َ ‫ش َهدْ َم َع َنا ا ْل ِع‬
ْ ‫ورا فَاَل َت‬ َ َ‫ام َرأَ ٍة أ‬
ً ‫صا َبتْ َب ُخ‬ ْ ‫أَ ُّي َما‬

“Siapapun perempuan yang memakai bakhur (wewangian sejenis


kemenyan-pent), maka janganlah ia menyertai kita dalam menunaikan
sholat isya’ yang akhir. (HR.Muslim, Abu Awanah,dll)

Ibnu daqiq Al-“Ied mengatakan : “Hadits tersebut menunjukkan haramnya


wewangian bagi wanita yang hendak keluar menuju masjid, karena hal itu
akan dapat membangkitkan nafsu birahi kaum laki-laki.”

Itulah larangan agama yang diterjang habis-habisan oleh sekian banyak


wanita. Coba perhatikan secara seksama, Jikalau ke masjid saja dilarang, lalu
bagaimana pendapatmu dengan tempat-tempat lainnya seperti pasar,
supermarket, terminal dan sebagainya. Tentu lebih dahsyat dosanya.
Sungguh, terasa tidak pernah sepi suatu bus kota dari bau parfum yang
campur dengan keringat.

Sampai disini, berakhirlah pembicaraan kita mengenai hakikat jilbab beserta


syarat-syaratnya. Kesimpulannya adalah sebagai berikut :

1)      Hendaklah jilbab menutupi seluruh badannya kecuali wajah dan


telapak tangan. Dengan catatan, apabila seorang menutupi keduanya maka
ini jelas lebih suci dan utama;

2)      Tidak ketat sehingga menggambarkan lekuk tubuh;

3)      Kainnya harus tebal, tidak tipis dan tidak tembus pandang sehingga
menampakkan

kulit tubuh;

4)      Tidak menyerupai pakaian laki-laki;


5)      Tidak mencolok dan berwarna yang dapat menarik perhatian;

6)      Tidak menyerupai pakaian wanita kafir;

7)      Bukan pakaian untuk mencari popularitas;

8)      Tidak diberi parfum atau wangi-wangian.

C.    PERKEMBANGAN JILBAB DAN PENYIMPANGAN YANG TERJADI

Perkembangan jilbab pada masyarakat Indonesia merupakan perubahan


yang terjadi secara bertahap dari waktu ke waktu. Perubahan pada mode
jilbab sebagai akibat adanya kemampuan manusia dalam bentuk inovasi
kebudayaan (jilbab). Perubahan bentuk jilbab dari bentuk-bentuk sederhana
yang masih sesuai dengan ajaran islam bergeser kedalam bentuk mode
yang simple, praktis, dan lebih mengutamakan aspek keindahan daripada
jilbab sebagai penutup aurat.

Perubahan mode jilbab (kebudayaan materi) telah merubah pola prilaku


manusia dan kemudian pola pikirnya (ide/gagasan). Perubahan dalam
kebudayaan materi (mode jilbab) dari bentuk yang sederhana (dimana
bentuk jilbab masih sesuai dengan ajaran nilai-nilai islam) ke dalam bentuk
yang lebih kompleks dan bervariasi sehingga menyimpang dari ajaran islam,
menyebabkan pola prilaku dari manusia yang mengenakan jilbab tersebut
menjadi bergeser serta pola pikir terhadap makna yang ada dalam
penggunaan jilbab juga berubah

Perubahan jilbab tersebut pada dasarnya telah mengacaukan hukum -hukum


islam yang ada di dalam masyarakat. Jilbab-jilbab yang beredar dalam
masyarakat tidak dapat lagi dikatakan sebagai alat untuk menutup aurat.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan mode jilbab yang semakin
bervariasi tersebut memberikan banyak manfaat dalam masyarakat
(mempercantik penampilan, praktis, sopan, dsb) sehingga jilbab tersebut
dapat terintegrasi atau diterima di kalangan masyarakat.

Kesalahan Dalam Cara Memakai Jilbab

Mengenai penggunaannya, jilbab itu sendiri bukanlah jenis jilbab atau


kerudung gaul seperti fenomena yang sering kita lihat sekarang-sekarang
ini. Kerudung yang digunakan haruslah syar’I dan sesuai dengan yang
diperintahkan oleh Allah dan Rasulnya, baik itu dala Al Qur’an ataupun
hadits. Nah, disini akan dibahas sedikit mengenai jilbab atau lebih ke gaya
berbusana kaum muslimah yang seharusnya atau kita kenal dengan istilah
syar’i.

Sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam : “Bahwa anak


perempuan apabila telah cukup umurnya, maka mereka tidak boleh dilihat
akan dia melainkan mukanya dan kedua telapak tangannya hingga
pergelangan” (H.R. Abu Daud)”. Itu sabda Rasulullah. Tapi nyatanya
sekarang, banyak para muslimah yang salah mengartikan jilbab dan gaya
berbusana yang syar’i.

Berikut Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam berkerudung


dan berbusana muslimah

– Kerudung tidak menutupi dada

Ini bertentangan dengan firman Allah SWT dalam Al-qur’an “.. dan


hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya … ” (QS. An
Nur : 31)

– Rok kurang panjang (agak ngatung)

Hal ini tidak sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tarmizi dan
Nasa’i, dari Ummu Salamah r.a. “”Ya Rasulullah, bagaimana dengan
perempuan dan kain-kain mereka yang sebelah bawah?” Sabda
Rasulullah S.A.W : “Hendaklah mereka memanjangkan barang
sejengkal dan janganlah menambahkan lagi keatasnya”

– Pakaian ketat dan menampakkan bentuk tubuh

Selain terlihat dan terasa sesak, ternyata pakaian yang ketat juga tidak baik
untuk kesehatan. Sebuah penelitian membuktikan bahwa pakaian yang ketat
menyebabkan kulit kekurangan ruang untuk bernafas. Akibat yang
ditimbulkan dari mengenakan pakaian ketat – mulai dari yang teringan
seperti biduran, adanya bercak ringan di bagian tubuh tertentu sampai
dengan penyakit yang cukup berbahaya, seperti kemandulan dan kanker.

– Menggunakan riasan make up yang tebal.

Menggunakan riasan make up bagi seorang perempuan tidaklah dilarang,


tapi anjurannya adalah ‘jangan berlebihan’ karena segala sesuatu ynag
berlebihan itu tidak baik dan Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan. Selain itu, jika make up anda terlalu tebal, maka kurang sehat untuk
wajah anda karena kulit wajah tidak dapat bernafas dengan baik dan
menyisakan residu yang berlebihan pada wajah sehingga jika tidak telaten
dapat menyebabkan jerawat di wajah. Apalagi ada beberapa muslimah yang
mungkin malas berwudhu atau hanya berwudhu sekedarnya saja dengan
alasan menjaga riasan wajah agar tetap awet.

– Kesalahan lainnya dalam berkerudung, diantaranya adalah tidak


memakai kaos kaki, mengenakan blus yang pendek, memakai rok dengan
belahan tinggi serta mengenakan kerudung yang terbuat dari bahan yang
tipis/jarang.

D.    PENGARUH PENYEBAB PERUBAHAN FUNGSI JILBAB

1)      Modernisasi                               

Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah


yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan
masyarakat. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah
proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih
maju dalam rangka untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat. Sebagai
suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi biasanya merupakan bentuk
perubahan sosial yang terarah dan terencana.

2)      Globalisasi

Istilah globalisasi berasal dari kata global atau globe (globe = bola


dunia; global = mendunia). Berdasarkan akar katanya tersebut, dapat
diartikan globalisasi sebagai suatu proses masuk ke lingkungan dunia. Pada
era modern ini harus diakui bahwa peradaban manusia telah memasuki
tahapan baru, yaitu dengan adanya revolusi komunikasi.

3)      Sekularisasi

Sekularisasi atau sekulerisme dalam penggunaan masa kini secara garis


besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau
harus berdiri terpisah dari agamaatau kepercayaan. Sekularisme dapat
menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan
kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam
masalah kepercayaan serta tidak menganakemaskan sebuah agama
tertentu.
KESIMPULAN

Penggunaan jilbab pada saat ini telah mengalami pergeseran fungsi, jilbab
dipakai karena kepraktisan dalam pemakaiannya. Hal ini jika dikaitkan
dengan fungsi awal jilbab yaitu untuk menutup aurat wanita kecuali muka
dan telapak tangan, dengan memperhatikan aturan kriteria yang diatur
dalam syari’at islam, akan tetapi pada saat ini kurang diperhatikan oleh
individu pemakai jilbab. Pada dasarnya perkembangan jilbab saat ini makin
variatif tidak menjadikan permasalahan ketika masih memperhatikan
prinsip-prinsip kriteria penggunaan jilbab yang sesuai dengan ketentuan
dalam ajaran syari’at islam. Pergeseran ini dapat sangat terlihat
dari fashion yang lebih dikedepankan daripada syariat, kurang pahamnya
mengenai syariat menyebabkan syariat yang mengikuti fashion bukan
sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA

http://lpmradenintan.blogspot.com/2012/02/bangga-dengan-jilbab.html
https://octavianinur.wordpress.com/2013/11/08/jilbab-modern-vs-jilbab-syari/

Sejarah Kerudung/Hijab/Jilbab dan


Perkembanganya Perspektif Pembacaan
Perkembangan Budaya Materi
Posted by: KerudungBandung , May 29, 2013

Kerudung/Hijab/Jilbab menjadi salah satu budaya materi yang mengalami


perkembangan yang cukup signifikan dalam konteks cara pandang si pembuat dan
pemakainya, dan berakibat pada perubahan makna dan model Kerudung/Hijab/Jilbab
itu sendiri. Sehingga menurut hemat penulis dengan Kerudung/Hijab/Jilbab itu sendiri
akan cukup menjelaskan cara pandang masyarakat pendukung budaya
Kerudung/Hijab/Jilbab ini.
Sejarah dan Perkembangan Kerudung/Hijab/Jilbab

Kerudung/Hijab/Jilbab awalnya adalah sebuah benda yang kemunculanya akibat dari


dorongan syaraiat, artinya munculnya ide budaya materi Kerudung/Hijab/Jilbab
adalah berasal dari hukum Alloh yang jelas, sudah diberi definisi dan ketentuan apa
yang dimaksud, dan dalam kadar seperti apa sesuatu bisa disebut sebagai sebuah
Kerudung/Hijab/Jilbab (Al ~ Qur’an surat An – Nur (24): 31).  Sehingga manusia
tinggal memahami kemudian mewujudkanya. Dalam konteks ini, penulis menafsirkan
awalnya Kerudung/Hijab/Jilbab masih sebatas sebagai fungsi teknis, artinya baru
sebatas sebagai sebuah benda yang memiliki fungsi untuk menutupi bagian tubuh
yang dilarang untuk dilihat oleh orang lain, untuk menghindari maksiat bagi yang
melihat(  Al ~ Qur’an surat Al – Ahzab (33): 59). Kemudian fungsi
Kerudung/Hijab/Jilbab tidak hanya sebatas sebagai fungsi teknis saja. Karena dalil
tidak sebatas itu dalam memerintah, akan tetapi Kerudung/Hijab/Jilbab juga sebagai
sebuah identitas bagi si pemakainya. akibatnya masyarakat Arap yang memakai
Kerudung/Hijab/Jilbab sesuai syariat memiliki identitas sosial baru, yaitu sebagai
seorang wanita muslim yang dihormati dan lelaki segan dan tidak menggangu,
demikianlah catatan sejarah berkata. Sehingga jika Kerudung/Hijab/Jilbab dikaitkan
sebagai sebuah identitas sosial kaitanya dengan keagamaan, maka pembacaan
Kerudung/Hijab/Jilbab berkembang lagi, tidak hanya sebatas teknofak, dan sosiofak
akan tetapi fungsi ideofak otomatis juga melekat karena Kerudung/Hijab/Jilbab
adalah bagian dari syariat agama islam, yang tak lain islam sebagai sebuah ideologi
bagi sebagaian manusia dimuka bumi ini.

Abad ke 7 adalah abad dimana awal perintah berkerudung/berhijab, dalam konteks


abad ke 7 di semenanjung Arabia, kondisi sosial masyarakat jauh dari pengaruh
peradaban dua imperium besar yaitu Romawi dan Persia.(lihat: sejarah Muhammad,
M Husein Haekal) Hal ini sebagai dampak dari geomorfologi Arab yang terpencil dan
terkukung dari pegunungan dan padang pasir, hal ini berdampak pada pengaruh
budaya yang cukup kecil terjadi, sehingga apa yang dikembangkan oleh masyarakat
masih sesuai dengan doktrin yang ada di lingkungan masyarakat Arab.
Kerudung/Hijab/Jilbab sebagai sebuah hasil pemahaman atas dalil agama juga belum
mengalami perubahan akibat pengaruh dua pusat kebudayaan dan masih sesuai
dengan makna, dan ketentuanya, yang dimaksud disini sesuai dengan dalil adalah
Kerudung/Hijab/Jilbab berarti: kain penutup kepala sehingga kain menjulur hingga
dada. Hal ini dapat ditarik sebuah pengetian bahwa masyarakat pendukung
kebudayaan Kerudung/Hijab/Jilbab pada awalnya masih memegang teguh ketentuan-
ketentuan dalil tentang Kerudung/Hijab/Jilbab, dan belum terfikirkan untuk merubah
makna Kerudung/Hijab/Jilbab. Pasca islam pada abad ke 9-12 mengalami
perkembangan dan persebaran mengalami akulturasi dengan kebudayaan lainya,
misalnya di sebagaian Negara timur-tengah berkembang model
Kerudung/Hijab/Jilbab dengan cadar, burqa, niqop, dan masker, kemudian
berkembang pula di Nusantara atau Melayu abad 19 Kerudung/Hijab/Jilbab selendang
yang tidak menutupi penuh kepala, dan hanya di selampirkan. di kawasan timur juga
berkembang Kerudung/Hijab/Jilbab dengan motif hiasan tertentu sesuai dengan
konteks lingkunganya, tidak sebatas polos tanpa motif, dan lain sebagainya. Hal ini
menggambarkan bahwa ada sebuah perkembangan dalam berupaya untuk
menafsiakan Kerudung/Hijab/Jilbab. Faktorya tentu banyak, hal ini terkait dengan
kondisi sosial budaya, lingkungan, dan pemahaman atas dalil agama.

Singkatnya dalam konteks kondisi sosial-budaya misalnya: pendapat yang masih


menjadi perdebatan para ahli, bahwa khusunya di Jawa pada abad 19, masih sedikit
masyarakat yang memakai Kerudung/Hijab/Jilbab sesuai ketentuan dalil, hanya
sebatas selendang yang diselampirkan di kepala, hal ini sebagaian berpendapat
bahwa, hal ini sebagai dampak pola penyebaran agama islam yang dilakukan oleh
Wali Songo, yang sangat toleran dengan budaya lokal, sehingga pada waktu itu Wali
Songo baru menyampaikan masalah Teologis belum sampai pada masalah fiqih
Kerudung/Hijab/Jilbab, karena menyadari bahwa hal ini akan merubah budaya
berpakaian masyarakat jawa yang sangat mencolok. Contoh lain dalam konteks
kondisi lingkungan alam: misalnya pada masyarakat di Melayu, yang memakai
Kerudung/Hijab/Jilbab dengan bahan dan motif yang lebih variatif, hal ini
menggambarkan kondisi bahan baku Kerudung/Hijab/Jilbab, yang sesuai dengan
kondisi sumber daya alam masyarakat pendukungnya. Dan contoh yang terakhir
adalah perubahan Kerudung/Hijab/Jilbab karena pemahaman dalil agama yang
menyebabkan berubahanya Kerudung/Hijab/Jilbab. Misalnya saja Cadar yang masih
menjadi perdebatan para ulama dalam hal keharusanya memakai.

Dari semua proses dari awal pemahaman manusia atas dalil agama yang
menyebutkan keharusan berkerudung/berhijab, hingga abad selanjutnya dalam
proses perubahan Kerudung/Hijab/Jilbab dapat dimaknai bahwa manusia pendukung
budaya materi Kerudung/Hijab/Jilbab memiliki pola fikir pada dimensi
Kerudung/Hijab/Jilbab sebagai sebuah benda materi sacral, karena ini adalah
perintah Alloh, sehingga tidak ada inovasi yang berarti, jika ada hal ini disebabkan
karena factor-faktor yang sebenarnya bukan melenceng dari anggapan kesakralan
itu sendiri, ini hanya terkait dengan factor teknis saja, belum beranjak pada masalah
pergeseran ideologi.

Memaknai Fenomena Perubahan Budaya Materi: Kerudung/Hijab/Jilbab Kreatif

Yang dimaksud Kerudung/Hijab/Jilbab Kreatif dalam hal ini adalah sebuah


Kerudung/Hijab/Jilbab yang penulis anggap hilang dari sisi nilai-nilai ideologis
sebagai dasar kemunculnya, dan bergeser yang lebih menonjol pada sisi gaya hidup
atau sebuah mode. Sehingga Kerudung/Hijab/Jilbab disini mengalami pergeseran
makna, dari sacral menjadi profane. Kerudung/Hijab/Jilbab kreatif hari ini juga telah
menjadi symbol-simbol lapisan sosial, tentusaja maksud penulis bukan sebatas
symbol lapisan sosial dalam kontek antara agama, seperti pada permulaan
munculnya Kerudung/Hijab/Jilbab itu sendiri, akan tetapi sebagai sebuah symbol
lapisan sosial dalam kontek klasifikasi tingkatan ekonomi. Selanjutnya penulis juga
menemukan sebuah fenomena yang cukup menarik bahwa fenomena
Kerudung/Hijab/Jilbab kreatif telah menarik segelintir orang untuk mengapresiasi
melalui sebuah perkumpulan yang dipersatukan atas dasar budaya materi ini.
Ternyata hobi, kegemaran dan bisnis memakai Kerudung/Hijab/Jilbab ini
mengispirasikan sekelompok wanita untuk mendirikan sejumlah situs untuk
mempromosikan dan kemudian mempunyai basis massa dan visi-missi tertentu.

Kemudian munculnya Kerudung/Hijab/Jilbab kreatif juga menumbuhkan sebuah


klasifikasi yang baru, hal ini sebuah fenomena yang biasa dalam konteks zaman
sekarang. Misalnya kita berangkat dari sebuah contoh, agar mudah menggambarkan
hal ini. Lagam atau model pada budaya materi celana jeans misalnya, tahun 70-an
umum telah berkembang model calana jeans cutbrai, baru pada tahun 90-an model
ini sempat menghilang, dan kembali muncul tahun 2007. Kemudian model ini tahun
2010 menghilang karena model celana jeans pensil. Gaya celana pensil ini secara
otomatis akan menganeliasi gaya cutbraiy, sehingga jika ada remaja yang masih
memakai celana jeans cutbraiy saat ini dalam perspektif klasifikasi fashions dia
akan masuk pada golongan mode kuna. Hal ini terjadi secara otomatis, sehingga
celana pensil dalam waktu sekejap menjamur dan dipakai segala lapisan masyarakat
yang selalu tidak mau ketinggalan mode. Nampaknya begitu juga dengan
Kerudung/Hijab/Jilbab ini. Kerudung/Hijab/Jilbab ini mulai menjamur,apalagi dengan
dukungan media massa dan elektronik, Kerudung/Hijab/Jilbab ini siap-siap akan
menjadi pusat perhatian baru, sehingga masyarakat akan banyak memburu model
ini. Dalam perkembangan waktu seperti yang berlaku pada celana jeans, bahwa jika
masih ada yang menggunakan Kerudung/Hijab/Jilbab “formal” maka secara otomatis
dia akan masuk dalam klasifikasi gaya era masa lalu, tentu hal ini melalui kacamata
masyarakat pengagum mode.

Kemunculan mode ini memang tidak datang sesederhana seperti apa yang kita
banyangkan. Kemunculan ini tentu melalui beberapa fase dan kepentingan. Ada
beberapa tahapan yang penulis jabarkan disini tentu dalam kontek
Indonesia. Pertama:  bahwa munculnya Kerudung/Hijab/Jilbab yang marak di
Indonesia baru muncul pasca tumbangnya rezim Orde Baru. Pada waktu itu ditandai
dengan munculnya kerudungisasi dikalangan masyarakat kampus. Orde Baru adalah
dimana Kerudung/Hijab/Jilbab menjadi sebuah hal yang masih awam untuk dipakai.
Hal ini memang sangat terkait dengan situasi politik dan budaya pada masa itu.
Peperangan yang panjang pasca kemerdekaan, sampai kondisi pemerintah yang
antipati terhadap gerakan ekstrimis kanan yang terwakilkan oleh gerakan DII dan
Negara Islam Indonesia hingga terakhir tragedi Tanjung Priok berdampak pada
pengamalan agama islam. Selain itu juga kebijakan pemerintah yang cukup represif
terhadap pengawasan kegiatan pengamalan agama dan siar islam yang dilakukan
sejumlah organisasi islam juga berdampak pada sosialisasi atas
Kerudung/Hijab/Jilbab ini, sehingga dampaknya sangat terlihat pada masa Orde Baru
sedikit muslimah yang memakai Kerudung/Hijab/Jilbab. Kedua: era tahun 90-an,
pemerintah cukup mulai memperhatikan kehidupan beragama. Hal ini sebagai
sebuah dampak dari kehidupan pribadi Soeharto yang sudah mulai berusia lanjut.
Religiusitas Soeharto meningkat ditandai dengan berangkatnya haji dan umroh yang
selalu dipertontonkan melalui media, hal ini dampaknya cukup bagus, kelonggaran
beragama mulai ditunjukan dengan beberapa surat keputusan presiden yang
dikeluarkan.

Ketiga: pasca reformasi ada sekolompok masyarakat yang menginginkan kehidupan


islami di setiap lini aktivitas, dan juga dibarengi dengan kebebasan berekspresi, hal
ini semakin mempermudah segala aktivitas hidup sesuai dengan ideologi masing-
masing. Keempat: kemudian fase yang terakhir inilah yang menyuburkan symbol-
simbol agama dipakai dalam kehidupan, termasuk Kerudung/Hijab/Jilbab. Sebuah
catatan yang penulis tekankan adalah pada awalnya masyarakat belum berfikiran
akan memodifikasi gaya Kerudung/Hijab/Jilbab mereka. hal ini tentu saja dapat
dipahami bahwasanya, masyarakat baru belajar memakai simbol baru yang
sebenarnya sudah lama dikenal, dampaknya adalah normative, dan masih sesuai
dengan ketentuan yang selaras dengan dalil.
Fase selanjutnya memang Kerudung/Hijab/Jilbab menjadi trend masyarakat
muslimah indonesia. hal ini mendorong pula dimunculkanya aturan-atruran yang
melegalkan Kerudung/Hijab/Jilbab, terutama di instansi-instansi islam yang sebagai
lembaga pendukung kebudayaan ini. Dampaknya massive Kerudung/Hijab/Jilbab
menjadi hal yang biasa atau lumrah pada perkembangan selanjutnya. Kelumprahan
inilah sebenarnya akar dari sebuah upaya desakralisasi Kerudung/Hijab/Jilbab itu
sendiri, ditambah penekanan pada esensi kewajiban berkerudung bagi seorang
muslimah mulai ditinggalkan, dan hanya sebatas peraturan berkerudung yang
diberlakukan, terutama untuk sekolah islam. Tentu saja hal ini tidak mewadahi
jikalau muncul sebuah apologistik, terhadap esensi berkerudung.

Kepentingan Pasar Sebagai Pengaruh

Pasar adalah kekuatan yang selalu mendorong sebuh perubahan kebudayaan.


Kepentingan pasar tidak akan toleran terhadap nilai-nilai dan batas norma tertentu.
Karena dalam kacamata kepentingan pasar, keuntungan adalah segalanya. Jikalau
keuntungan itu harus diupayakan dengan menerobos batas-batas kemanusiaan,
bukanlah menjadi persoalan. Perspektif ini akan terus berlaku terutama bagi dunia
moderen yang menitik beratkan pada financial sebagai tolok ukur suatu keberhasilan
kehidupan. Sehingga banyak orang yang berusaha mengupayakanya hingga titik
darah penghabisan.

Sejumlah produsen pasca menjamurnya pemakai Kerudung/Hijab/Jilbab, sangat


menyadari sebuah peluang keuntungan dari adanya trend ini. Hal ini tentu memacu
munculnya kreativitas untuk menghasilkan sebuah produk yang mampu menarik
konsumen lebih banyak. Inovasi-inovasi mulai dari Kerudung/Hijab/Jilbab yang
praktis dipakai, indah dengan berbagai aksesorisnya, dan berbahan kain tertentu
yang semuanya memanjakan bagi pemakainya, menjadi trend selanjutnya. Menurut
salah satu produsen Kerudung/Hijab/Jilbab diindonesia yang dikutip dari republika
co.id menuturkan bahwa: pengaruh televisi dan media massa lain menyebabkan
beragamnya pilihan gaya busana keseharian. Meski tetap patuh pada pakem, setiap
Muslimah lebih berani mengeksplorasi gaya dengan tampilan berbeda dengan busana
muslim sesuai karakter personal. Menurut ia Aplikasi Kerudung/Hijab/Jilbab juga tak
ketinggalan. Prinsipnya, kaidah berbusana Muslim tetap dijalankan, namun
perempuan masih bisa bereksplorasi dengan Kerudung/Hijab/Jilbabnya, kata dia.
Selama ini, busana Muslim tidak lagi identik dengan kesan feminin. Sekarang ini,
mulai bermunculan jilbab bergaya sporty. Adapula, jilbab bergaya Hoodie, yakni
jilbab dengan penutup kepala namun menutupi bagian dada dengan detail mengkerut
sehingga sehingga tidak perlu lagi mengenakan kalung atau rantai.

Kemudian dalam beberapa episode pembiritaan dalam republika disebutkan bahwa


beberapa komunitas jilbab telah menjamur, motif mereka sebenarnya adalah
keprihatinan akan kondisi pasar jilbab yang dikuasai oleh pasar asing seperti cina
dan timur tengah. Atas keprihatinanya tersebut mereka berusaha menciptakan
produk mandiri untuk memenuhi pasar dalam negeri. Meskipun gaya masih banyak
mengadopsi gaya luar. Adapun contoh komunitas yang sekaligus menjadi nama situs
internet adalah Hij Up, dan Jilbab Cantik. Sekarang telah ada berpuluh-puluh gaya
jilbab contohnya: Chrysant, Rose, Orchid, Jasmine, Sakura dan Tulip, Daisy dan
Violet. Selain bisnis, mereka mempunyai alasan untuk mesosialisaikan jilbab kepada
masyarakat yang belum memakainya. Sengan cara mengembangkan model
diharapkan masyarakat semakin mencintai jilbab.

Dalih untuk menciptakan gaya untuk menambah kesan Kerudung/Hijab/Jilbab mampu


menampung aspirasi bagi setiap individu si pemakainya menjadi salah satu alasan
yang berkembang saat ini. Sebenarnya jika kita berfikir positif tentu hal ini sah-sah
saja. Jika benar dan konsisten apa yang dikatakan oleh produsen tadi bahwa tanpa
melanggar koridor hukum, atau kaidah Kerudung/Hijab/Jilbab, jangan sampai gaya
mengorbankan esensi Kerudung/Hijab/Jilbab. sebenarnya Kerudung/Hijab/Jilbab
kreatif tidaklah buruk dampak kemunculanya. Alasanya hal ini akan meningkatkan
minat para muslimah untuk memakai Kerudung/Hijab/Jilbab. Selain itu dengan
adanya banyak pilihan model Kerudung/Hijab/Jilbab, muslimah yang belum
memakainya akan lebih tertarik.

Hal yang disayangkan adalah penekanan akan Kerudung/Hijab/Jilbab kreatif hanya


berhenti pada wilayah fashion atau gaya saja. Sehingga nilai-nilai atau esensi akan
Kerudung/Hijab/Jilbab itu sendiri tidak diketahui oleh pemakainya. Memang penulis
akui bahwa hal ini bukan tugasnya para produsen, terlebih bagi produsen yang hanya
mengejar keuntungan. Akan tetapi setidaknya jika memang ada sejumlah produsen
yang peduli akan hal ini, tentusaja seharusnya produsen akan berimbang dalam
memproduksi Kerudung/Hijab/Jilbab yaitu antara kreatifitas dan sesuai dengan
koridor berkerudung/berhiijab yang benar. Tentu saja hal ini juga bagi para
pemakainya. Jika para pemakai menganggap bahwa Kerudung/Hijab/Jilbab adalah
bagian dari perintah agama yang tentu saja sacral dan tidak boleh di modifikasi yang
mengarah pada pelanggaran akan pakem dalil, maka seharusnya para pemakai harus
sadar bahwa Kerudung/Hijab/Jilbab dengan gaya yang tidak sesuai seharusnya
jangan dibeli atau dipakai.

Lahirnya komunitas pecina Kerudung/Hijab/Jilbab kreatif setidaknya juga ikut


mensosialisasikan bagaimana Kerudung/Hijab/Jilbab yang normative itu. Kalaupun
mereka ingin menciptakan model atau gaya yang baru, hendaknya itu harus
dibarengi dengan penjelasan-penjelasan atau batasan-batasannya. Sehingga peran
komunitas ini tidak sebatas pada sosialisasi trens masa kini, akan tetapi juga
flashback pada masa lampau tentang hakekat Kerudung/Hijab/Jilbab itu di
syariatkan.

Kesimpulan
Dari fenomena perubahan budaya materi Kerudung/Hijab/Jilbab tersebut penulis akan
berusaha menyimpulkan bahwasanya ada beberapa hal yang ditekankan disini. Yang
pertama adalah terdapat perkembangan gaya dalam budaya materi ini, hal ini
menandakan bahwa proses transformasi nilai-nilai atau pemaknaan akan budaya
materi ini tidak sepenuhnya tersampaikan. Hal ini diakibatkan oleh beberapa factor
budaya, sosial, politik dan lain sebagainya yang menunjukan proses yang sangat
panjang perubahanya. Pada tahap perkembangan akhir pada Kerudung/Hijab/Jilbab
kreatif ada beberapa hal yang dapat dibaca bahwa telah terjadi penyimpangan
pemahaman terhadap esensi pemakianya. Sehingga tahap awal
Kerudung/Hijab/Jilbab yang masih dalam dimensi ekofak, sosialfak dan ideofak,
berkembang pula pada salah satu penekananya yaitu sosialfak. Artinya penekanan
Kerudung/Hijab/Jilbab hanya pada wilayah atribut sosial atau penanda status sosial
yang mempertegas perbedaan sosial si pemakainya. Hal ini jauh menyimpang dari
hakekat makna Kerudung/Hijab/Jilbab sebenarnya.

http://www.kerudungbandung.com/sharing/sejarah-kerudunghijabjilbab-dan-perkembanganya-
perspektif-pembacaan-perkembangan-budaya-materi

Selasa, 23 Oktober 2012

Perubahan Mode Jilbab dan Pengaruhnya Sudut Pandang Teori


Fungsionalis

Perubahan Mode Jilbab dan Pengaruhnya Terhadap Makna Pemakaian Jilbab

1.      Pendahuluan

Masyarakat itu dinamis dan yang statis itu adalah perubahannya. Artinya bahwa masyarakat
senantiasa bergerak menuju suatu perubahan, tidak ada satupun masyarakat yang tidak mengalami
perubahan, dan perubahan itu akan selalu ada dalam masyarakat. Perubahn yang ada dalam masyarakat
disebut juga sebagai perubahan sosial dan budaya. Karena pada dasarnya masyarakat dan kebudayaan
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan, begitupun
sebaliknya budaya merupakan hasil dari masyarakat.

Perubahan sosial adalah perubahan dalam struktur masyarakat yang dibentuk oleh nilai-nilai
etika dan budaya, norma, simbol dan produk budaya, yang disebabkan karena kekuatan internal dan
eksternal (banyaknya faktor) dalam perkembangan sejarah, yang mempengaruhi cara kita hidup dan
melihat dunia dari orang-orang dalam kelompok sosial, dan dianggap oleh ilmu-ilmu sosial, seperti
sosiologi , antropologi , ekonomi, politik dan sejarah.

Faktor-faktor subjektif dapat dibentuk oleh ideologi individu dan kelompok, atau target, yang
diberikan oleh kondisi ekonomi, sosial dan politik pada satu titik. Mereka juga mungkin internal, seperti
pengaruh lingkungan, kekeringan parah atau banjir, atau perselisihan dengan pengaruh, tindakan-
politik, atau eksternal dari perusahaan lain, seperti dengan efek meningkatkan dari globalisasi.
Perubahan sosial merupakan fenomena universal yang terjadi pada tingkat yang berbeda dalam
berbagai masyarakat dan konsekuensi yang berbeda untuk kelompok yang berbeda. Beberapa
perubahan yang transenden, menciptakan revolusioner seperti yang terjadi dengan Revolusi Industri
pada abad kedelapan belas.

Perubahan yang terjadi dalam masyarakat meliputi hal-hal yang sifatnya sangat kompleks.
Ketika suatu perubahan terjadi maka akan menimbulkan perubahan-perubahan lainnya. Dari perubahan
yang sifatnya sangat dasar yaitu perubahan pada kebudayaan material akan mempengaruhi pada
tingkah laku, kemudian dari perubahan pola prilaku tersebut akan berpengaruh pada perubahan sistem
ide atau sistem gagasan.

Perubahan pada kebudayaan materil akan nampak jelas pada perubahan wujud atau bentuk,
dimana perubahan ini biasanya terjadi dengan adanya penemuan baru ataupun melalui cara inovasi.
Perubahan ini termasuk perubahan yang waktunya relatif cepat (revolusi). Contohnya seperti perbahan
bentuk dari yang sederhana kearah bentuk-bentuk yang bervariasi atau beragam, dari alat-alat
tradisional ke mesin modern, dan sebagainya.

Perubahan wujud kebudayaan yang berikutnya adalah perubahan pada pola prilaku atau system
tindakan. Perubahan ini terjadi tidak lepas dari pengaruh adanya perubahan pada wujud kebudayaan
materi. System tindakan manusia yang bergeser disebabkan karena adanya perubahan pada alat-alat
budaya yang digunakannya. Sebgai contoh pola prilaku petani setelah ditemukannya mesin traktor,
mereka tidak perlu lagi bangun pagi-pagi pergi kesawah untuk mencangkul sawahnya. Para petani
sekarang bisa mengarap sawahnya disiang hari dengan menggunakan traktor.

Pola prilaku manusia yang telah bergeser dari sebelumnya juga akan berpengaruh pada
perubahan cara berfikirnya, ideologi, maupun pandangan mengenai hidupnya. Perubahan ini sifatnya
sangat mendasar seehingga memerlukan jangka waktu yang relative lama (evolusi) untuk mencapai
sebuah perubahan. Secara kasat mata perubahan ini tidak terlihat jelas seperti pada perubahan-
perubahan lainnya. Diperlukan sudut pandang subjektif dari berbgai individu maupun masyarakat untuk
mendapatkan data yang jelas sehingga dapat menjelaskan bahwa dalam suatu masyarakat telah terjadi
perubahan system ide atau gagasan. System ide atau gagasan ini meliputi makna-makna dari suatu
barang simbolik, pola pikir individu, dan keterbukaan individu terhadap budaya-budaya baru.

Dari ketiga wujud budaya tersebut, saya belajar untuk menginterpretasikan melalui bentuk-
bentuk perubahan yang terjadi dalam lingkungan sekitar saya  yaitu kampus dan masyarakat umum.
Salah satu yang menjadi analisis saya yaitu perubahan bentuk (materil), pola prilaku, motivasi, dan
makna dalam pemakaian jilbab dengan menggunakan Teori Fungsionalis oleh William F. Ogburn.

2.      Perubahan Mode Jilbab Mempengaruhi Fungsinya (Kasus)

Akhir-akhir ini di rombel 2 jurusan Sosiologi dan Antropologi, UNNES, terjadi banyak perubahan,
mulai dari cara mahasiswa berpakain maupun cara mereka berpikir. Salah satu wujud nyata perubahan
tersebut adalah individu-individu mahasiswi yang dulunya tidak memakai jilbab baru-baru ini mulai
mengenakan kerudung atau jilbab. Perubahan ini terjadi secara bertahap dari satu individu ke individu
yang lainnya, sebenarnya ada apa dibalik kenyataan itu?. Mungkinkah mereka benar-benar ingin
mendekatkan diri pada sang maha Esa dengan cara mengenakan jilbab?, atau adakah faktor lain yang
mempengaruhi mereka untuk mengenakan kerudung atau jilbab?.

Pada dasarnya mengenakan jilbab dilakukan oleh muslimah sebagai wujud taqwa atas perintah
Allah dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 59: “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Melihat kenyataan yang terjadi sekarang ini, mereka yang sudah berjilbab ataupun yang baru-
baru ini mengenakan jilbab, masih mengenakan pakaian yang menyerupai laki-laki, celana dan baju
ketat menunjukan bentuk tubuh mereka, dimana seharusnya ini dilarang oleh agama islam. Bahkan
mereka juga menyadari bahwa kerudung atau jilbab yang mereka pakai itu tidak sesuai dengan jilbab
yang dianjurkan oleh agama islam.

Mode dari jilbab yang digunakan para mahasiswi ini bentuknya bervariasi, ada yang disebut
jilbab kaos atau jilbab jeblosan (jilbab langsung pakai), pasmina (jilbab panjang dengan berbagai macam
motive), paris  (jilbab polos segi empat), maroko, dan lainnya. Beragam macam dan jenis jilbab
dikenakan oleh mereka, dari yang hanya berjilbab ala kadarnya dengan bahan yang tipis dan masih
keliahatan rambutnya sampai jilbab syari yang menutup penuh aurat mereka.

Kebiasaan masyarakat atau khususnya mahasiswa yang termakan jaman menjadikan mereka
gandrung trend fashion yang sedang “hits” saat ini, tidak peduli lagi dengan fungsi jilbab itu sendiri.
Tidak usah heran apabila kita temukan di sebuah artikel majalah fashion remaja wanita yang mengulas
bagaimana jilbab juga bisa tetap mengikuti trend fashion saat ini dengan aksesoris juga jenis baju/celana
yang jauh dari busana muslimah (jilbab) ideal yang sesungguhnya.

Walaupun sering dipaksakan namun pada kenyataanya para wanita muslimah di masyarakat kita
banyak yang mengikuti trend tersebut. Entah karena takut ketinggalan jaman atau sekedar hanya ikut-
ikutan karena kurangnya pemahaman yang menyeluruh akan artinya jilbab di dalam agama kita.

Pergeseran makna dari jilbab, juga merupakan hal yang menarik untuk di kaji dari sejarah
perkembangan jilbab di Indonesia. Jilbab mulai lazim dipakai di Indonesia sekitar tahun 1980-an, di
mana saat itu terjadi peritiwa revolusi besar di Iran ketika Imam Khomeini berhasil menggusur Reza
Pahlevi yang dipopulerkan sebagai antek dunia Barat di Timur Tengah. Khomeini menjadi lambang
kemenangan Islam terhadap boneka Barat. Simbol-simbol kekuatan Khomeini, seperti foto Imam
Khomeini dan komunitas Black Veil menjadi tren di kalangan generasi muda Islam seluruh dunia.
Semenjak itu jilbab mulai menghiasi kampus dunia Islam, tidak terkecuali Indonesia. Jika kita
menggunakan Konsep TriadicPeirce, jilbab pada zaman tersebut dapat di

jabarkan sebagai berikut:

Sign Vehicle ------- Jilbab

Sense                    -------- Muslim


Referent            -------- Kemenangan islam terhadap barat, kebanggaan menjadi orang Islam.

Seiring dengan perubahan zaman, walaupun jilbab masih menjadi simbol dari Islam, namun
penafsiran terhadap makna jilbab dalam masyarakat Indonesia pun mengalami perubahan. Pada tahun
1990an, jilbab identik dengan perempuan baik-baik  yang santun, ramah, berbudaya. Para penggunanya
terbatas pada perempuan kalangan yang tinggi tingkat religiusitasnya. Setelah itu, para ibu-ibu pejabat-
pun (diikuti oleh Ibu-ibu pejabat bawahanya)  berlomba-lomba untuk memakai jilbab untuk
menciptakan kesan perempuan yang demikian. Bahkan jilbab telah menjadi tren bagi mereka. Akan
ganjil rasanya jika melihat istri pejabat yang beragama Islam untuk tidak menggunakan jilbab.

Menginjak awal abad ke-21, jilbab telah menjadi sebuah tren dalam dunia mode, dengan
modifikasi di sana-sini (bahkan mungkin telah melenceng dari konsep dasarnya), para perempuan
eksekutif muda pun dan para ABG nyaman untuk memakainya. Meminjam istilah Dr. Sawirman, saat ini
makna jilbab telah mengalami pseudo/false identity (identitas tipuan) , di mana para pengguna jilbab
masih menginginkan untuk menunjukkan kesan sebagai perempuan baik-baik  yang santun, ramah,
berbudaya namun disisi lain mereka bukan perempuan dengan tipe tersebut. Kebutuhan untuk dianggap
“baik” di dalam masyarakatlah yang mendorong sebagian perempuan untuk menggunakan jilbab. Perda-
perda mengenai peraturan penggunaan jilbab di sekolah-sekolah pun mulai ramai digalakkan di berbagai
daerah, terutama yang mayoritas Muslim penduduknya untuk meningkatkan kesadaran remaja akan
ilmu agama dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Jilbab sebagai simbol Islam telah memberi
pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat.

3.      ANALISIS

A.    Perubahan Fungsi Jilbab sebagai Perubahan Sosial

Pada awalnya, jilbab berfungsi untuk menutup aurat yang harus dikenakana secara konsisten,
akan tetapi dari hasil observasi ditemukan adanya pergeseran fungsi jilbab yang dikenakan oleh
mahasiswi saat ini. Jilbab dipakai karena praktis, hemat dan modis dengan keragaman variasi. Hal ini
menunjukan adanya perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Selo
Soemarjan, perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan didalam suatu
masyarakat yang mempengaruhi system sosial, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola prilaku
diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat (Soerjono Soekanto 2006:263).

Perubahan dari pergeseran fungsi jilbab yang sampai di kalangan mahasiswi yaitu terletak pada
orientasi pemakaian jilbab serta perubahan pada nilai, sikap dan pola prilaku individu pemakai jilbab
yang diharapkan mampu menginternalisasi nilai-nilai islam ke dalam diri sehingga lebih baik dari
individu-individu yang tidak memakai jilbab.

Perubahan lain nampak pada cara pandang individu terhadap pakaian jilbab yang semakin
mudah diterima.  Dengan variasi model jilbab saat ini semakin memberikan kemudahan kepada individu
pemakai jilbab untuk memilih jenis jilbab yang akan dipakai. Indahnya variasi dalam busana jilbab
menjadikan tampilan individu pemakai jilbab menjadi lebih cantik dan rapi. Dengan demikian pandangan
kuno terhadap jilbab berangsur hilang, serta penggunaan jilbab menjadi makin meningkat.
Meningkatnya jumlah pemakai jilbab, khususnya di kalangan mahasiswi, menunjukan adanya
perubahan kondisi masyarakat sebagai akibat dari kemajuan kemampuan manusia dalam menemukan
hal baru yang diminati  masyarakat yaitu melalui kemampuan mendesain model jilbab yang menarik
individu untuk memakai. Hal ini sesuai dengan konsep perubahan sosial yang dijelaskan oleh Gillil dan
Gillin yang mengatakan bahwa perubahan sosial  sebagai bagian variasi-variasi dari cara-cara hidup yang
telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,komposisi
penduduk, ideology, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan baru dalam masyarakat
(Soerjono Soekanto 2006:263).

Dari teori yang dikemukakan oleh Gillil dan Gillin, menunjukan pada contoh jilbab yang
digunakan oleh mahasiswi di lingkungan kampus, khususnya di rombel dua jurusan sosiologi dan
antropologi, model dan bentuk jilbab sangat beragam. Jenis model jilbab yang banyak dipakai oleh
mahassiswi antara lain jilbab kaos atau jilbab jeblosan (jilbab langsung pakai), jilbab kecil dengan
dimasukan ke dalam baju hem, jilbab kecil dililitkan leher yang dipadukan dengan kaos pendek berdeker
serta celana panjang. Sedangkan jika dilihat dari kriteria jilbab yang dikemukakan oleh Syeikh
Muhammad Nashirudin Al Bani ada tujuh yaitu (1) menutup seluru tubuh kecuali muka dan telapak
tangan, (2) bukan berfungsi sebagai model pakaian, (3) kain tebal tidak transparan, (4) longgar atau tidak
ketat dan tidak membentuk lekuk tubuh, (5) tidak menyerupai pakaian laki-laki, (6) tidak menyerupai
pakaian jahiliyah, (7) bukan pakaian popularitas. Dengan demikian bentuk dan jenis jilbab yang dipakai
oleh sebagian besar mahasiswi sekarang ini belum sesuai dengan aturan syari’at islam. Pada dasarnya
variasi jilbab tidak menjadi permasalahan selama dalam pembuatan model jilbab memperhatikan aturan
kriteria jilbab yang sesuai dengan ajaran islam.

Hasil observasi saya menunjukan bahwa penggunaan jilbab yang dilakukan oleh mahasiswi pada
saat ini telah mengalami pergeseran fungsi. Walapun jilbab sudah banyak dipakai dan jumlahnyapun
makin meningkat dari waktu ke waktu oleh sebagian besar mahasiswi tetapi bentuk dari jilbab yang
dipakai belum memenuhi kriteria aturan jilbab yang sesuai dengan ajaran islam. Seperti halnya jilbab
yang digunakan oleh sebagian besar mahasiswi rombel dua Jurusan Sosiologi dan Antropologi
Universitas Negeri Semarang dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

B.     Perubahan Mode Jilbab dan Pengaruhnya Sudut Pandang Teori Fungsionalis

William F. Ogburn, mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur
kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar
unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsure-unsur immaterial (Soerjono Soekanto 2006:262).
Dari definisi tersebut dapat digambarkan melalui perubahan model jilbab (materil) dan pengaruhnya
terhadap pola prilaku, motivasi, dan makna (immaterial) pemakaian jilbab.

Melihat perkembangan jilbab yang ada di Indonesia menunjukan dimana perubahan terjadi dari
tahap ke tahap dengan kurun waktu yang cukup lama. Hal ini sesuai dengan pandangan  para penganut
Teori Fungsionalis. Mereka  lebih menerima perubahan sosial sebagai sesuatu yang konstan dan tidak
memerlukan penjelasan. Perubahan dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan keseimbangan
masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu telah diintegrasikan dalam
kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata bermanfaat, maka perubahan itu bersifat fungsional dan
akhirnya diterima oleh masyarakat, tetapi apabila terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat,
perubahan akan ditolak. Tokoh dari teori ini adalah William Ogburn. Secara lebih ringkas, pandangan
Teori Fungsionalis adalah sebagai berikut.

a. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.

b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat.

c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.

d. Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di kalangan anggota
kelompok masyarakat.

Perkembangan jilbab pada masyarakat Indonesia merupakan perubahan yang terjadi secara
bertahap dari waktu ke waktu. Perubahan pada mode jilbab sebagai akibat adanya kemampuan manusia
dalam bentuk inovasi kebudayaan (jilbab). Perubahan bentuk jilbab dari bentuk-bentuk sederhana yang
masih sesuai dengan ajaran islam bergeser kedalam bentuk mode yang simple, praktis, dan lebih
mengutamakan aspek keindahan daripada jilbab sebagai penutup aurat.

 Perubahan jilbab tersebut pada dasarnya telah mengacaukan hukum -hukum islam yang ada di
dalam masyarakat. Jilbab-jilbab yang beredar dalam masyarakat tidak dapat lagi dikatakan sebagai alat
untuk menutup aurat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan mode jilbab yang semakin
bervariasi tersebut memberikan banyak manfaat dalam masyarakat (mempercantik penampilan, praktis,
sopan, dsb) sehingga jilbab tersebut dapat terintegrasi atau diterima di kalangan masyarakat.

Mode jilbab yang modis dan beragam selain diterima dalam masyarakat, juga meningkatkan
jumlah pemakainya. Modelnya yang semakin bervariasi dan modis menyebabkan individu-individu
dalam masyarakat ingin mengenakannya. Apalagi sekarang ini dengan cuaca yang panas, sebagian
mahasiswi mengenakan jilbab saat pergi kuliah dengan alasan agar tidak panas. Hal ini membuktikan
bahwa jilbab di zaman sekarang memiliki banyak fungsi. Tidak peduli fungsi awal (sebagai penutup
aurat), perkembangan jilbab mampu melewati tahapan kritis (kurang diterima oleh masyarakat karena
dianggap melanggar syari’at islam), namun karena perubahan jilbab baru lebih fungsional dari yang
sebelumnya, sehingga jilbab tersebut dapat diterima masyarakat dengan baik.

Perubahan mode jilbab (kebudayaan materi) telah merubah pola prilaku manusia dan kemudian
pola pikirnya (ide/gagasan). Perubahan dalam kebudayaan materi (mode jilbab) dari bentuk yang
sederhana (dimana bentuk jilbab masih sesuai dengan ajaran nilai-nilai islam) ke dalam bentuk yang
lebih kompleks dan bervariasi sehingga menyimpang dari ajaran islam, menyebabkan pola prilaku dari
manusia yang mengenakan jilbab tersebut menjadi bergeser serta pola pikir terhadap makna yang ada
dalam penggunaan jilbab juga berubah.

Pergeseran prilaku pemakai jilbab, dimana dahulu pemakai jilbab adalah wanita yang beretika
baik, segala prilakunya mencerminkan seorang muslim yang taat pada agama. Cara berpakaian mereka
benar-benar menutup aurat sebagaimana dianjurkan oleh syari’at islam. Melihat kenyataan yang terjadi,
sekarang ini prilaku pemakai jilbab sudah tidak lagi menunjukan bahwa jilbab itu sebagai symbol
keimanan. Mereka yang mengenakan jilbab masih menggunakan pakaian-pakaian ketat sehingga
kelihatan bentuk tubuhnya. Prilaku seseorang yang mengenakan jilbab hampir tidak ada bedanya
dengan mereka yang tidak berjilbab.

Konsep perubahan yang terjadi pada perubahan mode jilbab, sebagai berikut;

Kebudayaan Materil; mode jilbab

Pola prilaku/ system prilaku pemakai jilbab

Ide/Gagasan; cara berpikir, motivasi, makna jilbab

                                                                                         

                                                                                         

                                                                             

                                                                              Arah Perubahan

Perubahan bentuk model jilbab dari bentuk sederhana keararah yang lebih kompleks,
terhambat oleh adanya nilai-nilai ajaran islam yang ada di masyarakat. Dimana model jilbab baru
menyebabkan permasalahan dalam masyarakat, karena dianggap sudah menyimpang dari fungsinya
sebagai penutup aurat wanita. Namun karena fungsi jilbab yang baru ternyata lebih fungsional daripada
jilbab yang sebelumnya maka mode jilbab yang bervariasi tersebut dapat terintegrasi dalam masyarakat.

Ketika mode jilbab yang baru dapat diterima oleh masyarakat, maka akan berpengaruh pada
perubahan-perubahan yang sifatnya immaterial seperti pola prilaku pemakai jilbab, peningkatan jumlah
pengguna jilbab, motivasi, dan makna yang ada dalam jilbab itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan
penelitian yang obyektif terhadap hokum-hukum yang ada di masyarakat, memberikan gambaran
perubahan sosial dan kebudayaan. Pergeseran nilai, norma dan budaya dalam masyarakat dapat
dipahami dengan urutan waktu, dari suatu waktu tertentu ke waktu berikutnya.

Meskipun masyarakat relative stabil namun perubahan sosial dan budaya akan tetap terjadi, dan
pengaruhnya yang ditimbulkan oleh perubahan material akan lebih luas daripada perubahan material itu
sendiri. Hal tersebut dapat digambarkan dengan contoh prubahan mode jilbab yang telah
mempengaruhi aspek-aspek sosial budaya immaterial yang sifatnya sangat luas.
  

4.      Simpulan

Penggunaan jilbab pada saat ini telah mengalami pergeseran fungsi, jilbab dipakai karena
kepraktisan dalam pemakaiannya. Hal ini jika dikaitkan dengan fungsi awal jilbab yaitu untuk menutup
aurat wanita kecuali muka dan telapak tangan, dengan memperhatikan aturan kriteria yang diatur
dalam syari’at islam, akan tetapi pada saat ini kurang diperhatikan oleh individu pemakai jilbab. Pada
dasarnya perkembangan jilbab saat ini makin variatif tidak menjadikan permasalahan ketika masih
memperhatikan prinsip-prinsip kriteria penggunaan jilbab yang sesuai dengan ketentuan dalam ajaran
syari’at islam.

Perubahan mode jilbab menyebabkan konflik dalam masyarakat, namun karena perubahan
tersebut lebih fungsional dari sebelumnya sehingga perubahan dapat diterima oleh masyarakat. Mode
jilba baru yang telah terintegrasi dalam masyarakat, memerpengaruhi pada perubahan-perubahan yang
sifatnya immaterial seperti pola prilaku pemakai jilbab, peningkatan jumlah pengguna jilbab, motivasi,
dan makna yang ada dalam jilbab itu sendiri.

Sumber Bacaan

  Sosiologi Suatu Pengantar. Soerjono Soekanto. 2006.

  Teori-teori Sosiologi Klasik dan Modern. Doyle Paul Johnson. 1986.

  Pengantar Ilmu Antropologi.  Koentjaraningrat. 2000.

  firmanhdyt@yahoo.com. Jilbab sebagi sebuah symbol. Oleh: Firman Hidayat. Diunduh pada 24 juni. Pukul
19:50

  http//:pengertian-berjilbab. Homepage Sakinah. Dunduh 24 Juni. Pukul 19:52.

  Mengapa muslim harus berjilbab. Diposkan oleh Muhammad Abduh Tuasikal. Diunduh 24 Juni. Pukul
19:53.

  arbz_1990@yahoo.co.id oleh Rizki Febriansyah, diunduh pada 24 juni. 19.43

  MuslimBusana.com. diunduh pada 2 juli. pukul 20.21.

  http://www.bukanmuslimahbiasa.com/ Diposkan oleh Badrut Tamam Hikmawan Fauzi di 08:47 diunduh


pada 2 juli 20.25.

  Media belajar sosiologi. Teori-teori Perubahan Sosial. Diposkan oleh Achmad Alfin.

http://abdulghofursparatise.blogspot.co.id/2012/10/perubahan-mode-jilbab-dan-pengaruhnya.html
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Dalam kehidupan masyarakat, Hijab atau yang sering kita sebut dengan jilbab menurut
pandangan umum merupakan salah satu budaya Islam dimana kegunaan jilbab tersebut adalah
sebagai penutup aurat bagi kaum hawa, terutama bagi wanita-wanita yang sangat taat pada
agamanya.
Selain itu jilbab juga dijadikan sebagai cerminan diri wanita
muslimah, sholehayang berakhlakul karimah, serta senantiasa menjaga kesopanan baik sikap
maupun tingkah lakunya.
sering kali kita menjumpai wanita-wanita muslimah yang menggunakan berbagai model
jilbab. Di kalangan anak remaja, terdapat banyak model jilbab, seperti  jilbab angka sembilan,
jilbab arab, jilbab punuk onta dan masih banyak model jilbab yang lainnya. Hal ini membuktikan
bahwa ketertarikan wanita muslim untuk mengembangkan fashionnya melalui jilbab.
Minimnya pengetahuan tentang hakikat menggunakan jilbab serta tuntunan yang
diberlakukan oleh agama islam, membuat wanita-wanita muslim seenaknya mengenakan
jilbab. Terkadang saat ini jilbab hanya digunakan sebagai hiasan  atau identitas bagi wanita-
wanita tertentu agar terkesan baik, sopan, santun, dan berbudi luhur. Bahkan hanya dijadikan
sebagai trend dan fashion style saja. Bila fenomena ini terus berkelanjutan, betapa mirisnya
kondisi wanita muslim dan harga diri dari wanita muslim sekarang ini.
Maka dari itu kami tertarik membahas tentang hijab agar bermanfaat bagi pembaca dan
dijadikan sebagai suatu pengetahuan.

1
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan yang telah diungkapkan dalam latar belakang, maka dirumuskan
beberapa masalah sebgai berikut :
1.      Apa makna hijab dalam modernisasi.
2.      Apa keutamaan hijab.
3.      Apa batasan-batasan dalam penggunaan hijab.
4.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya hijab modern.
5.      Dampak-dampak yang terjadi seiring munculnya hijab modern.

C.Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut :
1.      Mengetahui tentang makna hijab
2.      Mengetahui fungsi hijab yang sebenarnya
3.      Mengetahui perkembangan hijab pada era modernisasi

D.Manfaat Penulisan
            Diharapkan dengan penulisan makalah ini dapat memberikan pengetahuanyang lebih
luas dalam menyikapi banyaknya mode-mode yang sedang marak di kalangan masyarakat
terutama para remaja.

B.   Sistematika Penulisan
 Pada BAB I PENDAHULUAN berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

Pada BAB II PEMBAHASAN berisi definisi hijab dalam modernisasi, keutamaanhijab, faktor-


faktor munculnya hijab modern, batasan-batasan penggunaan hijab, dampak penggunaan hijab
di era modernisasi.
Pada BAB III PENTUP berisi kesimpulan dan saran.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Definisi Hijab dan Modernisasi
Hijab atau ħijāb (bahasa Arab: ‫اب‬11‫ ) حج‬adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti
penghalang mencegah, menutup dan menghalangi. Tetapi kata ini lebih sering mengarah pada
kata "jilbab" memiliki arti sebagai kain lebar yang diselimutkan ke pakaian luar yang menutupi
kepala, punggung, dan dada, yang biasa dipakai wanita ketika keluar dari rumahnya.
 Sedangkan jilbab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kerudung lebar yang
dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada. Sedangkan kerudung
berarti kain penutup kepala perempuan.
Menurut Ibnu Hazm, jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh badan, bukan hanya
sebagiannya. Menurut Ibnu Katsir jilbab adalah semacam selendang yang dikenakan di atas
khimar yang sekarang ini sama fungsinya seperti izar (kain penutup). Menurut Syaikh bin Baz
jilbab adalah kain yang diletakkan di atas kepala dan badan di atas kain (dalaman).
Jadi, jilbab adalah kain yang dipakai perempuan untuk menutupi kepala, wajah dan
seluruh badan. Sedangkan kain untuk menutupi kepala disebut khimar. Jadi perempuan menutupi
dengan jilbab, kepala, wajah dan semua badan di atas kain (dalaman).
Sedangkan pengertian Modernisasi sendiri adalah proses pergeseran sikap dan mentalitas
sebagai warga masyarakat untuk kita hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini hidup yang
mengikuti perkembangan jaman pada saat sekarang ini.

3
Di zaman sekarang ini semakin semarak saja kita lihat perempuan-perempuan muslimah
untuk memperlihatkan penampilan yang cantik, anggun, gaul dan mempesona. Dia memakai
Jilbab berdasarkan trend mode, semakin gaul Jilbab yang dipakainya itu semakin pede saja ia
yang memakaianya belum lagi jika kita coba menyelidiki sikap dan tingkah lakunya perempuan-
perempuan yang berjilbab itu, ada yang tidak bisa mengendalikan emosi dan hasratnya. Ada
yang memakai Jilbab atas motif “ Saya sudah taubat maka saya berjilbab”.
Disinilah tampaknya kita dihadapkan dengan fakta yang semakin jauh perempuan-
perempuan Muslimah untuk Jilbab, Jilbab yang tadinya merupakan perkara yang sederhana kami
telah berubah menjadi perkara yang rumit dan sulit. Jika disepakati bahwa hakikat Jilbab
sesungguhnya tidak hanya untuk menutupi awal saja, melainkan juga untuk menjaga kesucian
dan kehormatan seorang perempuan Muslimah dimata para lelaki yang bukan muhrimnya. Oleh
karena itu perempuan muslimah itu haruslah menjaga kehormatan, kesucian, dan keamanan
dirinya dengan cara memakai Jilbab.

4
B.   Keutamaan Hijab
Dari sisi pemakaian jilbab, marilah kita kembali merenungkan falsafah jilbab islami dan
penerapannya dimana islam mewajibkan kaum perempuan muslimah berjilbab. Di antara
kewajiban seorang muslimah terdapat keutamaan-keutamaan dari penggunaan hijab tersebut
diantaranya :
1.     Hijab itu adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul. Rasulullah SAW bersabda:“Wanita itu
aurat”  maksudnya adalah bahwa ia harus menutupi tubuhnya.
2.     Hijab itu ‘iffah. Allah SWT menjadikan kewajiban menggunakan hijab sebagai
tanda ‘Iffah (menahan diri dari maksiat). Itu karena mereka menutupi tubuh mereka untuk
menghindari dan menahan diri dari perbuatan jelek (dosa), “karena itu mereka tidak diganggu”.
Maka orang-orang fasik tidak akan mengganggu mereka. Dan pada firman Allah “karena itu
mereka tidak diganggu” sebagai isyarat bahwa mengetahui keindahan tubuh wanita adalah suatu
bentuk gangguan berupa fitnah dan kejahatan bagi mereka.
3.     Hijab itu kesucian. Allah SWT menyifati hijab sebagai kesucian bagi hati orang-orang
mu’min, laki-laki maupun perempuan. Karena mata bila tidak melihat maka hatipun tidak
berhasrat. Pada saat seperti ini, maka hati yang tidak melihat akan lebih suci. Ketiadaan fitnah
pada saat itu lebih nampak, karena hijab itu menghancurkan keinginan orang-orang yang ada
penyakit di dalam hatinya
4.     Hijab itu pelindung. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi :
((‫الحيَا َء َوال ِّس ْت َر‬ َّ
َ ُّ‫))إن هللاَ َحيِ ٌّي َستِي ٌر ي ُِحب‬
“Sesungguhnya Allah itu Malu dan Melindungi serta Menyukai rasa malu dan perlindungan”
5.     Hijab itu haya’ (rasa malu).  Dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW :
َ ُ‫إن ُخل‬
َ ‫ق اإل ْسالَ ِم‬
((1‫الحيَا ُء‬ َّ ‫ َو‬، 1‫ين ُخلُقًا‬
ٍ ‫))إن لِ ُكلِّ ِد‬
َّ
“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa
malu.” Sabda beliau yang lain: “Malu itu adalah bagian dari iman dan iman itu di surga.”

5
C.    Faktor-faktor munculnya hijab modern
1.      Maraknya tayangan televisi atau bacaan yang terlalu berkiblat ke mode Barat.Faktor ini adalah
yang paling dominan semenjak menjamurnya televisi dengan persaingan merebut pemirsa dan
menjamurnya berbagai tabloid yang menggambar mode buka-bukaan ala Barat yang
menyebabkan munculnya peniruan dikalangan generasi muda islam.
2.      Minimnya pengetahuan anak terhadap nilai-nilai islam sebagai akibat kurangnya fungsi jam
pendidikan agama disekolah-sekolah umum.
3.      Kegagalan fungsi keluarga. Munculnya fenomena Jilbab gaul ini secara tidak langsung
menggambarkan kegagalan fungsi keluarga sebagai kontrol terhadap gerak langkah anak-anak
muda. Para orang tua telah gagal memberikan pendidikan agama yang benar, parahnya orang tua
sendiri cenderung terbawa arus modern.
D.    Batasan-batasan penggunaan hijab

Sebagai kaum hawa yang menjadi pengguna jilbab sekiranya harus mengetahui batasan-batasan
dalam penggunaan jilbab itu sendiri. Adapun batasan-batasan singkatnya dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Bisa menutup rambutnya secara keseluruhan, sehingga tidak boleh bagi perempuan
muslimah yang memakai jilbab tetapi masih terlihat ada anak rambutnya yang kelihatan di dahi
seperti yang populer kita lihat sekarang ini.
2. Juga bisa menutup leher keseluruhan sehingga menghindarkan diri dari tatapan mata
laki-laki yang akan membawa gairah seksual ketika melihat leher tersebut.
3. Juga kita menutup dadanya yang memakai jilbab sedemikian sehingga menemukan ada
perempuan yang memakai jilbab sedemikian sehingga lehernya masih kelihatan.

6
Lalu berlanjut pula kelihatan adadnya, hal ini terjadi sebab ia mengikatkan dua ujung jilbabnya
ke belakang lehernya. Ini juga perilaku yang tidak islami dari sisi falsafah etika islam.
4.      Juga mengenakan pakaian yang longgar agar terhindar dari tampaknya lekuk-lekuk tubuhnya.
Empat hal tersebut adalah batas-batas pemakaian jilbab bagi perempuan muslimah.
Perempuan muslimah harus memperhatikan dan menerapkan empat hal tersebut, di saat yang
sama ia juga harus memperhatikan sikap. Ucapan. Dan perbauatan yang justru akan membawa
kecenderungan yang negatif.
E.   Dampak penggunaan hijab di era modern
Pada era sekarang banyak penggunaan jilbab yang tidak sesuai dengan
sebagaimana mestinya, yang menjadikan penggunaan jilbab sebagai salah satu ajang perlombaan
kecantikan yang mencari perhatian kaum adam. Dengan timbulnya hal tersebut maka timbullah
beberapa dampak seperti :
1.      Maksiat kepada Allah dan Rasul. Barangsiapa yang maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya
maka ia hanya akan mencelakakan dirinya sendiri dan tidak akan mencelakakan Allah
sedikitpun.
2.      Menyebabkan laknat dan dijauhkan dari rahmat Allah. Rasulullah SAW bersabda: “Akan
ada pada akhir umatku nanti wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, kepala mereka
bagaikan punuk unta, laknatlah mereka karena mereka adalah wanita-wanita yang pantas
dilaknat.”
3.      Sifat penghuni neraka. Sesuai dengan sabda rasulullah : “Ada dua golongan penghuni neraka
yang belum pernah saya lihat; kaum yang membawa cemeti bagai ekor sapi yang digunakan
memukul menusia dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang...”

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Cukup banyak seharusnya kaum perempuan yang menyadari pentingnya jilbab dalam
pergaulan sehari-harinya. Dengan berjilbab, secara dini mereka sudah membentengi diri dari
bencana godaan, rayuan nakal hingga kekerasan atau kejahatan seksual. Harusnya bagi kaum
muslimah zaman sekarang boleh-boleh saja mengikuti mode yang terus berkembang terutama
penggunaan hijab, tetapi harus diseimbangi pula dengan ketentuan mengenai batasan-batasan
untuk berhijab dengan mode yang beragam. Agar tidak salah-salah dengan niat yang baik untuk
berjilbab namun yang terjadi justru maksiat.
B.   Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari banyaknya kekurangan-kekurangan,
baik dari segi isi maupun dalam penulisan. Untuk itu kami sangat mengharapkan sekali baik itu
kritikan, saran, ataupun masukan yang sifatnya membangun dan untuk perbaikan penulisan ini.

http://kariziarash.blogspot.co.id/2013/04/hijab.html

Makalah Jilbab/ Hijab


PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Kerudung atau Jilbab merupakan kata yang tidak asing lagi diperdengarkan oleh telinga
kita saat ini. Suatu kain yang berfungsi sebagai penutup aurat wanita kini sedang ramai
dipergunakan sebagai trend center  dunia fashion. Banyak terdapat model dan tipe-tipe jilbab
disugguhkan kepada wanita muslimah untuk mempercantik diri. Bahkan sampai diadakan suatu
pameran untuk mengenalkan produk jilbab dengan berbagai model.

Dewasa ini sering kali kita menjumpai wanita-wanita muslimah yang menggunakan
berbagai model jilbab. Di kalangan mahasiswa, terdapat banyak model jilbab, seperti  jilbab
angka sembilan, jilbab arab, jilbab punuk onta dan masih banyak model jilbab yang lainnya. Hal
ini membuktikan bahwa ketertarikan wanita muslim untuk mengembangkan fashionnya melalui
jilbab. Karena terdapat fenomena, jilbab digunakan hanya saat mengikuti perkulihan agar terlihat
rapi dan elegan bersama-sama teman kuliah. Lalu setelah selesai mengikuti perkulihan dan
sampai dirumah, kos, atau bermain jilbab sudah tergeletak  dan tidak digunakan lagi.

Minimnya pengetahuan tentang hakikat menggunakan jilbab serta tuntunan yang


diberlakukan oleh agama islam, membuat wanita-wanita muslim seenakknya mengenakan jilbab.
Pada dasarnya jilbab berfungsi untuk menutup aurat kewanitaan agar terhindar dari hal maksaiat.
Akan tetapi, terkadang saat ini hanya digunakan sebagai kedok atau identitas bagi wanita-wanita
tertentu agar terkesan baik, sopan, santun, dan berbudi luhur. Dan bahkan hanya dijadikan
sebagai trend dan fashion style saja. Bila fenomena ini terus berkelanjutan, betapa mirisnya
kondisi wanita muslim dan harga diri dari wanita muslim sekarang ini.

Untuk menghadapi fenomena-fenomena dewasa ini tentang pengetahuan menggunakan


jilbab. Maka, akan dibahas tentang hakikat berjilbab, fungsi jilbab, manfaat jilbab, dan hukum
serta ketentuan berjilbab. Selain itu, pembahasan ini agar bermanfaat bagi pembaca dan
dijadikan sebagai suatu pengetahuan yang berupa referensi menggunakan jibab yang baik dan
benar seuai syariat islam yang sesungguhnya.

B.     RUMUSAN MASALAH

Dari paparan yang telah dijelaskan diatas, dapat ditentukan suatu rumusan masalah
sebagai berikut :

1.      Apakah hakikat berjilbab itu?


2.      Apakah kriteria jilbab yang baik menurut syariat islam?
3.      Apakah manfaat berjilbab bagi wanita muslim menurut Islam maupun sains ?
4.      Bagaimana hukum berjilbab menurut syariat islam?
PEMBAHASAN

I.         HAKIKAT JILBAB
a.      Pengertian jilbab secara bahasa

Jilbab menurut kamus Al-Mu’jam al Wasith memiliki makna sebagai berikut:

1. Qomish (sejenis jubah).


2. Kain yang menutupi seluruh badan.
3. Khimar (kerudung).
4. Pakaian atasan seperti milhafah (selimut).
5. Semisal selimut (baca: kerudung) yang dipakai seorang wanita untuk menutupi tubuhnya.
Sedangkan jilbab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kerudung lebar yang
dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada. Sedangkan kerudung
berarti kain penutup kepala perempuan. Dan dalam bahasa Arab jilbab memiliki arti sebagai kain
lebar yang diselimutkan ke pakaian luar yang menutupi kepala, punggung, dan dada, yang biasa
dipakai wanita ketika keluar dari rumahnya.

b.      Pengertian jilbab secara istilah


Menurut Ibnu Hazm, jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh badan, bukan hanya
sebagiannya. Menurut Ibnu Katsir jilbab adalah semacam selendang yang dikenakan di atas
khimar yang sekarang ini sama fungsinya seperti izar (kain penutup). Menurut Syaikh bin Baz
jilbab adalah kain yang diletakkan di atas kepala dan badan di atas kain (dalaman). Jadi, jilbab
adalah kain yang dipakai perempuan untuk menutupi kepala, wajah dan seluruh badan.
Sedangkan kain untuk menutupi kepala disebut khimar. Jadi perempuan menutupi dengan jilbab,
kepala, wajah dan semua badan di atas kain (dalaman). Beliau juga mengatakan bahwa jilbab
adalah kain yang diletakkan seorang perempuan di atas kepala dan badannnya untuk menutupi
wajah dan badan, sebagai pakaian tambahan untuk pakaian yang biasa (dipakai di rumah).
Pada dasarnya jilbab berbeda dengan kerudung. Kerudung merupakan kain yang
digunakan untuk menutupi kepala, leher, hingga dada sedangkan jilbab maliputi keseluruhan
pakaian yang menutup mulai dari kepala sampai kaki kecuali muka dan telapak tangan hingga
pergelangan tangan. Sehingga seseorang yang mengenakan jilbab pasti berkerudung tetapi orang
yang berkerudung belum tentu berjilbab.

II.      KRITERIA JILBAB/ HIJAB YANG BAIK MENURUT SYARIAT

Jilbab bukanlah berarti merendahkan martabat wanita, melainkan meninggikannya serta


melindungi kesopanan dan kesuciannya.
Jilbab yang sesuai dengan syariah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Menutup Seluruh Badan Kecuali Wajah dan Telapak Tangan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ِ ‫ك َونِ َساء ْال ُم ْؤ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِمن َجاَل بِيبِ ِه َّن َذلِكَ أَ ْدنَى أَن ي ُْؤ َذ ْينَ َو َكانَ هَّللا ُ َغفُوراً ر‬
ً ‫َّحيما‬ َ ‫يَا أَيُّهَا النَّبِ ُّي قُل أِّل َ ْز َوا ِج‬
َ ِ‫ك َوبَنَات‬

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
ْ َ‫ار ِه َّن َويَحْ ف‬
َ ‫ظنَ فُر‬
‫ُوجه َُّن َواَل يُ ْب ِدينَ ِزينَتَه َُّن إِاَّل َما ظَهَ َر ِم ْنهَا‬ َ ‫ت يَ ْغضُضْ نَ ِم ْن أَب‬
ِ ‫ْص‬ ِ ‫…وقُل لِّ ْل ُم ْؤ ِمنَا‬
َ

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
dari padanya…” (QS. An Nuur: 31)

Dari syarat pertama ini, maka jelaslah bagi seorang muslimah untuk menutup seluruh
badan kecuali yang dikecualikan oleh syari’at. Maka, sangat menyedihkan ketika seseorang
memaksudkan dirinya memakai jilbab, tapi dapat kita lihat rambut yang keluar baik dari bagian
depan ataupun belakang, lengan tangan yang terlihat sampai sehasta, atau leher dan telinganya
terlihat jelas sehingga menampakkan perhiasan yang seharusnya ditutupi.
Namun terdapat keringanan bagi wanita yang telah menopause yang tidak ingin kawin
sehingga mereka diperbolehkan untuk melepaskan jilbabnya, sebagaimana terdapat dalam surat
An Nuur ayat 60:

‫ ٌر لَّه َُّن‬1‫تَ ْعفِ ْفنَ خَ ْي‬1‫ ٍة َوأَن يَ ْس‬1َ‫ت بِ ِزين‬ َ َ‫ْس َعلَ ْي ِه َّن ُجنَا ٌح أَن ي‬
َ 1‫ابَه َُّن َغ ْي‬11َ‫ض ْعنَ ثِي‬
ٍ ‫ ا‬1‫ر ُمتَبَرِّ َج‬1 ِ ‫َو ْالقَ َو‬
َ ‫اع ُد ِمنَ النِّ َساء الاَّل تِي اَل يَرْ جُونَ نِ َكاحا ً فَلَي‬
‫َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع‬

“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada
ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian (jilbab) mereka dengan
tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Bijaksana.”

2. Bukan Berfungsi Sebagai Perhiasan

Sebagaimana terdapat dalam surat An Nuur ayat 31, “…Dan janganlah mereka


menampakkan perhiasannya…” Ketika jilbab dan pakaian wanita dikenakan agar aurat dan
perhiasan mereka tidak nampak, maka tidak tepat ketika menjadikan pakaian atau jilbab itu
sebagai perhiasan karena tujuan awal untuk menutupi perhiasan menjadi hilang. Banyak
kesalahan yang timbul karena poin ini terlewatkan, sehingga seseorang merasa sah-sah saja
menggunakan jilbab dan pakaian indah dengan warna-warni yang lembut dengan motif bunga
yang cantik, dihiasi dengan benang-benang emas dan perak atau meletakkan berbagai pernak-
pernik perhiasan pada jilbab mereka.

Namun, terdapat kesalahpahaman juga bahwa jika seseorang tidak mengenakan jilbab
berwarna hitam maka berarti jilbabnya berfungsi sebagai perhiasan. Hal ini berdasarkan
beberapa atsar tentang perbuatan para sahabat wanita di zaman Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa
sallam yang mengenakan pakaian yang berwarna selain hitam. Salah satunya adalah atsar dari
Ibrahim An Nakhai,

‫أنه كان يدخل مع علقمة و األسود على أزواج النبي صلى هللا عليه و سلم و يرا هن في اللحف الحمر‬

“Bahwa ia bersama Alqomah dan Al Aswad pernah mengunjungi para istri Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan ia melihat mereka mengenakan mantel-mantel berwarna merah.” (HR.
Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al Mushannaf)

Dengan demikian, tolak ukur sebagai perhiasan ataukah bukan adalah berdasarkan
kebiasaan (keterangan dari Syaikh Ali Al Halabi). Sehingga suatu warna atau motif menarik
perhatian pada suatu masyarakat maka itu terlarang dan hal ini boleh jadi tidak berlaku pada
masyarakat lain.

3. Kainnya Harus Tebal, Tidak Tipis


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang dua kelompok yang termasuk
ahli neraka dan beliau belum pernah melihatnya,

َ ‫ت ْال َمائِلَ ِة اَل يَ ْد ُخ ْلنَ ْال َجنَّةَ َواَل يَ ِج ْدنَ ِر‬


َ ‫ا لَي‬11َ‫يحهَا َوإِ َّن ِري َحه‬
‫ ُد ِم ْن‬1‫ُوج‬ ِ ‫ت ُر ُءو ُسه َُّن َكأ َ ْسنِ َم ِة ْالب ُْخ‬
ٌ ‫ت َمائِاَل‬
ٌ ‫ات ُم ِمياَل‬
ٌ َ‫َاري‬ ٌ َ‫َونِ َسا ٌء َكا ِسي‬
ِ ‫ات ع‬
‫ير ِة َك َذا َو َك َذا‬
َ ‫َم ِس‬

“Dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya, suatu kaum yang memiliki
cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya dan wanita yang
kasiyat (berpakaian tapi telanjang, baik karena tipis atau pendek yang tidak menutup auratnya),
mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang), kepala mereka seperti
punuk onta. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya, padahal baunya
didapati dengan perjalanan demikian dan demikian.” (HR. Muslim)

Banyak wanita muslimah yang seakan-akan berjilbab, namun pada hakekatnya tidak
berjilbab karena mereka memakai jilbab yang berbahan tipis dan transparan.

4. Tidak Diberi Wewangian atau Parfum

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkaitan tentang wanita-wanita


yang memakai wewangian ketika keluar rumah,

ٌ‫ فهيا زانِي ٍة‬،‫ّت على قوم ليَ ِجدُوا ِري ِْحها‬


ْ ‫استعطرت ف َمر‬
ْ ‫ايّما امرأ ٍة‬

“Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka
mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.” (HR. Tirmidzi)

‫أيما امرأة أصابت بخورا فال تشهد معنا العشاء االخرة‬

“Siapapun perempuan yang memakai bakhur, maka janganlah ia menyertai kami dalam
menunaikan shalat isya’.” (HR. Muslim)

5. Tidak Menyerupai Pakaian Laki-Laki

Terdapat hadits-hadits yang menunjukkan larangan seorang wanita menyerupai laki-laki


atau sebaliknya (tidak terbatas pada pakaian saja). Salah satu hadits yang melarang penyerupaan
dalam masalah pakaian adalah hadits dari Abu Hurairahradhiallahu’anhu, ia berkata

‫لعن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم الرجل يلبس لبسة المرأة و المرأة تلبس لبسة الرجل‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan
wanita yang memakai pakaian pria.” (HR. Abu Dawud)

Dan hadist lain berbunyi:


“Allah melaknat kaum laki-laki yang menyerupai kaum perempuan dan kaum perempuan yang
menyeerupai kaum laki-laki”(HR. Bukhari).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Kesamaan dalam perkara lahir mengakibatkan


kesamaan dan keserupaan dalam akhlak dan perbuatan.”

Dengan menyerupai pakaian laki-laki, maka seorang wanita akan terpengaruh dengan
perangai laki-laki dimana ia akan menampakkan badannya dan menghilangkan rasa malu yang
disyari’atkan bagi wanita. Bahkan yang berdampak parah jika sampai membawa kepada maksiat
lain, yaitu terbawa sifat kelaki-lakian, sehingga pada akhirnya menyukai sesama wanita.
http://mustyka-mustyka.blogspot.co.id/2011/12/makalah-jilbab-hijab.html

Anda mungkin juga menyukai