BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kata yang disebut dengan Jilbab dan kata Modernisasi, dalam
kehidupan masyarakat Jilbab dikenal sebagai alat atau untuk tempat menutup aurat yang digunakan untuk para
wanita yang menggunakannya. Pada umumnya Jilbab dikalangan masyarakat sangat penting bagi wanita. Terutama
wanita-wanita yang sangat taat pada agamanya.
Sedangkan kita juga sering mendengar kata-kata Modernisasi yang dalam artinya sendiri adalah gaya
hidup yang mengikuti perkembangan jaman pada saat ini, pada makalah ini sendiri kami sajikan mulai dari
pengertian Jilbab dan Modernisasi.
Pada materi makalah ini, kita semua telah mempelajari tentang pengertian Jilbab dan Modernisasi.
Pengertian itu sendiri telah dilakukan di dalam kalangan masyarakat luas, dengan menggabungkan Jilbab itu sendiri
dengan Modernisasi yang seiring dengan perkembangan jaman pada saat sekarang ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Jilbab Dan Modernisasi
Pengertian Jilbab adalah kerudung wanita yang menutupi kepala dan wajahnya apabila ia keluar untuk
suatu keperluan. Ada pula yang mengartikan Jilbab itu sebagai pakaian yang lebar sekaligus berudung. Di zaman
sekarang ini semakin semarak saja kita lihat perempuan-perempuan muslimah untuk memperlihatkan penampilan
yang cantik, anggun, gaul dan mempesona. Dia memakai Jilbab berdasarkan trend mode, semakin gaul Jilbab yang
dipakainya itu semakin pede saja ia yang memkaianya belum lagi jika kita coba menyelidiki sikap dan tingkah
lakunya perempuan-perempuan yang terjilbab itu, ada yang tidak bisa mengendalikan emosi dan hasratnya. Ada
yang memakai Jilbab atas motif “ Saya sudah taubat maka saya berjilbab”. Ada yang memakaianya karena
menyadari bahwa umurnya semakin tua sehingga semakin ingin memasrahkan diri pada yang kuasa, dan masih
banyak alasan-alasan perempuan muslimah ingin memakai Jilbab.
Pertanyaan yang sama juga pantas diajukan kepada mereka yang tergila-gila dengan gaya (mode)
berpakaian dan berjilbab : Untuk apakah mengikuti mode berpakaian dan berjilbab sehingga semakin baru mode
pakaian Jilbab tersebut. Bukankah gaya hidup yang seperti ini jelas-jelas meniru Barat dalam bentuk yang lain.
Disinilah tampaknya kita dihadapkan dengan fakta yang semakin jauh perempuan-perempuan Muslimah untuk
memakai Jilbab, Jilbab yang tadinya merupakan perkara yang sederhana kami telah berubah menjadi perkara yang
rumit dan sulit. Jika disepakati bahwa hakikat Jilbab sesungguhnya tidak hanya untuk menutupi awal saja, melainkan
juga untuk menjaga kesucian dan kehormatan seorang perempuan Muslimah dimata para lelaki yang bukan
muhrimnya. Oleh karena itu permepuan muslimah itu haruslah menjaga kehormatan, kesucian, dan keamanan
dirinya dengan cara memakai Jilbab.
Sebandingkan pengertian Modernisasi sendiri adalah proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai
warga masyarakat untuk kita hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini hidup yang mengikuti perkembangan
jaman pada saat sekarang ini.
Itulah fenomena remaja islam modern dengan jilbabnya yang khas, jilbab model seperti ini mereka sebut
kudung gaul, jilbab gaul atau jilbab gaya seleb. Entah siapa yang pertama kali memulai yang jelas mode jilbab itu
seperti ini muncul di awal tahun 2000 atau menjelang melinium, Era ini memberikan kebebsan mengekspresikan
segala ide yang cenderung kebebsan.
Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Jilbab Gaul
1. Maraknya tayangan televisi atau bacaan yang terlalu berkiblat ke mode Barat. Faktor ini adalah yang paling dominan
semenjak menjamurnya televisi dengan persaingan merebut pemirsa dan menjamurnya berbagai tabloid yang
menggambar mode buka-bukaan ala Barat yang menyebabkan munculnya peniruan dikalangan generasi muda
islam.
2. Minimnya pengetahuan anak terhadap nilai-nilai islam sebagai akibat kurangnya fungsi jam pendidikan agama
disekolah-sekolah umum
3. Kegagalan fungsi keluarga. Munculnya fenomena Jilbab gaul ini secara tidak langsung menggambarkan kegagalan
fungsi keluarga sebagai kontrol terhadap gerak langkah anak-anak muda. Para orang tua telah gagal memberikan
pendidikan agama yang benar, parahnya orang tua sendiri cenderung terbawa arus modern.
Falsafah Jilbab Islami
Tidak sedikit orang beranggapan bahwa persoalan jilbab tidaknya seoprang perempuan itu hanya
berkutat pada masalah apakah penampilan seorang. Perempuan didalam kehidupan sosial itu lebih baik berjilbab
ataukah telanjang, jadi banak orang yang menganggap dan menyakini bahwa persoalan jilbab adalah persoalan
pilihan. Oleah karenanya, sebab menganggap persoalan jilbab hanyalah persoalan pilihan, maka biasanya mereka
melihat persoalan ini dengan cara dikotomik :
1. Lebih baik tidak berjilbab tetapi bisa menjaga kehormatan, kemuliaan, dan kesucian diri dari pada berjilbab tapi tidak
bisa mejaga hal-hal ini.
2. Atau, lebih baik tidak berjilbab tetapi tidak pacaran dari pada berjilbab masih juga pacaran
3. Atau, minimal berjilbab dari pada tidak sebab jilbab merupakan kewajiban
4. Atau, paling baik berjilbab sekaligus bisa menjaga kehormatan, kemuliaan, dan kesuciaan diri.
Falsafah jilbab islami tidak mendukung cara berpikir yang seperti ini. Dengan kata lain bukan seperti inilah
pandangan dunia islam, dalam mewajibkan seorang perempuan muslimah itu menggerakan jilbab. Dengan
menganggap dan menyakini bahwa persoalan jilbab adalah persoalan pilihan yang sangat di kotomis seperti diatas
maka persoalan jilbab tampak anyalh menjadi persoalan sepihak saja, yakni pihak perempuan. Baik-buruknya
berjilbab atau tidak seakan-seakan hanya tergantung pada perempuan dan hanya tentang perempuan muslimah
saja.
Batas-Batas Dan Cara Pemkaian Jilbab
Memakai jilbab dalam batasn-batasan sebagai berikut :
1. Bisa menutup rambutnya secara keseluruhan, sehingga tidak boleh bagi perempuan muslimah yang memakai jilbab
tetapi masih terlihat ada anak rambutnya yang kelihatan di dahi seperti yang populer kita lihat sekarang ini.
2. Juga bisa menutup leher keseluruhan sehingga menghindarkan diri dari tatapan mata laki-laki yang akan membawa
gairah seksual ketika melihat leher tersebut.
3. Juga kita menutup dadanya yang memakai jilbab sedemikian sehingga menemukan ada perempuan yang memakai
jilbab sedemikian sehingga lehernya masih kelihatan, lalu berlanjut pula kelihatan adadnya, hal ini terjadi sebab ia
mengikatkan dua ujung jilbabnya ke belakang lehernya. Ini juga perilaku yang tidak islami dari sisi falsafah etika
islam.
4. Juga mengenakan pakaian yang longgar agar terhindar dari tampaknya lekuk-lekuk tubuhnya.
Empat hal tersebut adalah batas-batas pemakaian jilbab bagi perempuan muslimah. Perempuan
muslimah harus memperhatikan dan menerapkan empat hal tersebut, di saat yang sama ia juga harus
memperhatikan sikap. Ucapan. Dan perbauatan yang justru akan membawa kecenderungan yang negatif.
Jilbab Dan Citra Perempuan Muslimah Minimalis
Dari sisi pemakaian jilbab, marilah kita kembali merenungkan falsafah jilbab islami dan penerapnnya
dimana islam mewajibkan kaum perempuan muslimah berjilbab :
1. Dengan jilbab. Aurat tertutup, terlindungi dan terjaga dari hal-hal yang tidak di inginkan
2. Dengan jilbab pula perempuan muslimah akan terjaga dan terpeliahara kesucian, kehrmatan, dan kemuliannya sebagai
manusia
3. Dengan jilbab perempuan muslimah akan lebih bisa berucap bersikap dan bertindak serta berwibawa tenang dan anggun
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Cukup banyak seharusnya kaum perempuan yang menyadari pentingnya jilbab dalam pergaulan sehari-
harinya. Dengan berjilbab, secara dini mereka sudah membentengi diri dari bencana godaan, rayuan nakal hingga
kekerasan ataukejahatan seksual. Tapi, ternyata justru kian banyak saja kaum perempuan yang mencampakkan
jilbab, mereka bilang bahwa memakai jilbab itu kolot, enggak gaul dan enggak cantik, mereka lalu memilih tampil
modis dan gaul dengan cara memamerkan bagian-bagian auratnya akibatnya cepat atau lambat mereka pun menjadi
santapan para lelaki liar.
Sementara di sisi lain muncul pula kalangan yang mengusung model “jilbab gaul” rambut memang ditutupi
namun rambut depan masih kelihatan, leher masih dipajang, pusar dibiarkan kelihatan lekukan-lekukan tubuh
sengaja dikemas menonjol di balik balutan celana-celana ketatnya, ujung-ujungnya mereka pun ternyata tak selamat
dari mata-mata liar para hidung belang yang berserakan di jalanan……….!dengan melihat kondisi pergaulan yang
memprhatinkan itu, makalah ini menyajikan pemikiran-pemikiran yang cemerlang tentang pentinganya jilbab yang
benar bagi kaum hawa jangan keburu beranggapan miring menggunakan jilbab. Itu akan mengurangi kecantikan
anda, tetapi, malah justru bersama jilbab itu anda akan tampil lebih keren, trendi aman dan sekaligus jauh dari dosa
akibat pamer aurat ……….! Jilbab gaul atau jilbab seleb menjadi trend kawula muda modern yang tidak mau
ketinggalan mode.
DAFTAR PUSTAKA
Muhyidin, Muhammad. 2005. Jilbab Itu Kerennn. Jogyakarta : Diva Press.
Shifari, Al- Abu. 2001. Kudung Gaul. Bandung : Mujahid Press.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan, rahmat dan karunia-
nya sehingga kami dapat menyelesaikan dan menuyusun makalah ini dengan judul Jilbab dan Modernisasi.
Makalah ini disusun berdasarkan kumpulan-kumpulan buku yang ada makalah ini diharapkan dapat
membantu para siswa agar dapat mengerti judul dari makalah ini, makalah ini diharapkan dapat memberi
pengetahuan bagi para siswa. Yang penyajiannya menggunakan pendekatan pembelajaran. Sehingga siswa yang
ingin belajar teori maupun praktik juga ingin menerapkan didalam dunia nyata.
Makalah ini diharapkan dapat membantu para siswa untuk dapat memberi bekal pembelajaran pada diri
mereka sendiri sehingga para siswa bisa mengerti apa yang disampaikan oleh isi makalah ini sendiri. Kami telah
berupaya semaksimal mungkin untuk membuat makalah ini sebagai makalah yang akan mudah dimengerti oleh para
siswa, untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak baik praktisi maupun narasumber sangat kami harapkan.
Kepada semua pihak yang telah membantu selesainya makalah ini, kami mengucapkan banyak terimah
kasih semoga langkah awal kita ini merupakan ambil dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan semoga
kita sama mendapat limbahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin
Penyusun
Medan, 6 Januari 2009
http://www.artikel.abajadun.com/2012/09/makalah-jilbab-dan-modernisasi.html
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyusun makalah tentang problematika Kehidupan yang berkaitan dengan hukum Islam yang berjudul
Hijab Dalam Syariat Islam. Makalah ini kami susun agar pembaca dapat mengetahui syariat-syariat Islam
mengenai hijab.
Di era modern ini banyak sekali kita temui jenis-jenis dan variasi dalam berhijab. Tentunya, ada
yang memenuhi syariat, dan ada yang tidak memenuhi syariat. Makalah ini akan mengulas masalah
tersebut. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada gading yang tak retak,
mohon maaf bila terdapat salah kata yang kurang berkenan di hati pembaca sekalian.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 3
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 9
3.2 Saran................................................................................................................................. 9
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Jilbab merupakan kata yang tidak asing lagi diperdengarkan oleh telinga kita saat ini. Suatu kain
yang berfungsi sebagai penutup aurat wanita kini sedang ramai dipergunakan sebagai trend center
dunia fashion. Banyak terdapat model dan tipe-tipe jilbab disugguhkan kepada wanita muslimah untuk
mempercantik diri. Bahkan sampai diadakan suatu pameran untuk mengenalkan produk jilbab dengan
berbagai model. Karena terdapat fenomena, jilbab digunakan hanya saat mengikuti kegiatan disekolah
seperti sekolah dan kegiatan lain di sekolah agar terlihat rapi dan elegan bersama-sama teman
sekolahnya. Lalu setelah selesai mengikuti kegiatan tersebut dan sampai dirumah, atau bermain jilbab
sudah tergeletak dan tidak digunakan lagi.
Minimnya pengetahuan tentang hakikat menggunakan jilbab serta tuntunan yang diberlakukan
oleh agama Islam, membuat wanita-wanita muslim seenaknya mengenakan jilbab. Pada dasarnya jilbab
berfungsi untuk menutup aurat kewanitaan agar terhindar dari hal maksiat. Akan tetapi, terkadang saat
ini hanya digunakan sebagai kedok atau identitas bagi wanita-wanita tertentu agar terkesan baik, sopan,
santun, dan berbudi luhur. Dan bahkan hanya dijadikan sebagai trend dan fashion style saja. Bila
fenomena ini terus berkelanjutan, betapa mirisnya kondisi wanita muslim dan harga diri dari wanita
muslim sekarang ini.
Dari paparan yang telah dijelaskan diatas, dapat ditentukan suatu rumusan masalah sebagai
berikut :
5. Apakah manfaat berjilbab bagi wanita muslim menurut Islam maupun sains ?
6. Bagaimana hukum berjilbab menurut syariat islam?
5. Dapat mengetahui manfaat berjilbab bagi wanita muslim menurut Islam maupun sains
BAB II
PEMBAHASAN
5. Semisal selimut (baca: kerudung) yang dipakai seorang wanita untuk menutupi tubuhnya.
Sedangkan jilbab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kerudung lebar yang dipakai
wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada. Sedangkan kerudung berarti kain
penutup kepala perempuan. Dan dalam bahasa Arab jilbab memiliki arti sebagai kain lebar yang
diselimutkan ke pakaian luar yang menutupi kepala, punggung, dan dada, yang biasa dipakai wanita
ketika keluar dari rumahnya.
Menurut Ibnu Hazm, jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh badan, bukan hanya
sebagiannya. Menurut Ibnu Katsir jilbab adalah semacam selendang yang dikenakan di atas khimar yang
sekarang ini sama fungsinya seperti izar (kain penutup). Menurut Syaikh bin Baz jilbab adalah kain yang
diletakkan di atas kepala dan badan di atas kain (dalaman).
Jadi, jilbab adalah kain yang dipakai perempuan untuk menutupi kepala, wajah dan seluruh
badan. Sedangkan kain untuk menutupi kepala disebut khimar. Jadi perempuan menutupi dengan jilbab,
kepala, wajah dan semua badan di atas kain (dalaman). Beliau juga mengatakan bahwa jilbab adalah
kain yang diletakkan seorang perempuan di atas kepala dan badannnya untuk menutupi wajah dan
badan, sebagai pakaian tambahan untuk pakaian yang biasa (dipakai di rumah).
Pada dasarnya jilbab berbeda dengan kerudung. Kerudung merupakan kain yang digunakan
untuk menutupi kepala, leher, hingga dada sedangkan jilbab maliputi keseluruhan pakaian yang
menutup mulai dari kepala sampai kaki kecuali muka dan telapak tangan hingga pergelangan tangan.
Sehingga seseorang yang mengenakan jilbab pasti berkerudung tetapi orang yang berkerudung belum
tentu berjilbab.
Jilbab yang sesuai dengan syariah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Menutup Seluruh Badan Kecuali Wajah dan Telapak Tangan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
pkš‰r'¯»tƒ ÓÉ<¨Z9$# @è% y7Å_ºurø—X{ y7Ï?$uZt/ur Ïä!$|$
¡ÎSurtûüÏZÏB÷sßJø9$# šúüÏRô‰ãƒ £`ÍköŽn=tã `ÏB £`ÎgÎ6Î6»n=y_ 4
y7Ï9ºsŒ#’oT÷Šr& br& z`øùt÷èムŸxsù tûøïsŒ÷sム3 šc%x.ur ª!$#
#Y‘qàÿxî $VJŠÏm§‘ÇÎÒÈ
[1232] Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.
Sebagaimana terdapat dalam surat An Nuur ayat 31, “…Dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya…” Ketika jilbab dan pakaian wanita dikenakan agar aurat dan perhiasan mereka tidak
nampak, maka tidak tepat ketika menjadikan pakaian atau jilbab itu sebagai perhiasan karena tujuan
awal untuk menutupi perhiasan menjadi hilang. Banyak kesalahan yang timbul karena poin ini
terlewatkan, sehingga seseorang merasa sah-sah saja menggunakan jilbab dan pakaian indah dengan
warna-warni yang lembut dengan motif bunga yang cantik, dihiasi dengan benang-benang emas dan
perak atau meletakkan berbagai pernak-pernik perhiasan pada jilbab mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang dua kelompok yang termasuk ahli neraka dan
beliau belum pernah melihatnya,
“Dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya, suatu kaum yang memiliki cambuk
seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya dan wanita yang kasiyat (berpakaian
tapi telanjang, baik karena tipis atau pendek yang tidak menutup auratnya), mailat mumilat (bergaya
ketika berjalan, ingin diperhatikan orang), kepala mereka seperti punuk onta. Mereka tidak masuk surga
dan tidak mendapatkan baunya, padahal baunya didapati dengan perjalanan demikian dan demikian.”
(HR. Muslim)
Banyak wanita muslimah yang seakan-akan berjilbab, namun pada hakekatnya tidak berjilbab karena
mereka memakai jilbab yang berbahan tipis dan transparan.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkaitan tentang wanita-wanita yang memakai
wewangian ketika keluar rumah,
“Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka
mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.” (HR. Tirmidzi)
Terdapat hadits-hadits yang menunjukkan larangan seorang wanita menyerupai laki-laki atau sebaliknya
(tidak terbatas pada pakaian saja). Salah satu hadits yang melarang penyerupaan dalam masalah
pakaian adalah hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang
memakai pakaian pria.” (HR. Abu Dawud)
Allah SWT menjadikan kewajiban menggunakan hijab sebagai tanda Iffah (menahan diri dari
maksiat). Allah Subhanahu wa Taala berfirman (yang artinya): Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-
istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mumin: Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. (Q.S. Al-Ahzab: 59)
Itu karena mereka menutupi tubuh mereka untuk menghindari dan menahan diri dari perbuatan
jelek (dosa), karena itu mereka tidak diganggu. Maka orang-orang fasik tidak akan mengganggu
mereka. Dan pada firman Allah karena itu mereka tidak diganggu sebagai isyarat bahwa mengetahui
keindahan tubuh wanita adalah suatu bentuk gangguan berupa fitnah dan kejahatan bagi mereka.
Allah SWT mensifati jilbab sebagai kesucian bagi hati orang-orang mumin, laki-laki maupun
perempuan. Karena mata bila tidak melihat maka hatipun tidak berhasrat. Pada saat seperti ini, maka
hati yang tidak melihat akan lebih suci. Ketiadaan fitnah pada saat itu lebih nampak, karena hijab itu
menghancurkan keinginan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya, Allah SWT berfirman Maka
janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit dalam hatinya. (Q.S. Al-Ahzab: 32)
Allah SWT tidak berfirman kecuali kepada wanita-wanita beriman (yang artinya): Dan katakanlah
kepada wanita yang beriman. (Q.S. An-Nur: 31).Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Dan
istri-istri orang beriman. (Q.S. Al-Ahzab: 59)
Dan ketika wanita-wanita dari Bani Tamim menemui Ummul Muminin, Aisyah radhiyallahu anha
dengan pakaian tipis, beliau berkata: Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah)
bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita
beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.
Hijab itu selaras dengan perasaan cemburu yang merupakan fitrah seorang laki-laki sempurna yang
tidak senang dengan pandangan-pandangan khianat yang tertuju kepada istri dan anak wanitanya.
Berapa banyak peperangan terjadi pada masa Jahiliyah dan masa Islam akibat cemburu atas seorang
wanita dan untuk menjaga kehormatannya. Ali bin Abi Thalib Radiyallahu anhu berkata: Telah
sampai kepadaku bahwa wanita-wanita kalian berdesak-desakan dengan laki-laki
kafir orang ajam (non Arab) di pasar-pasar, tidakkah kalian merasa cemburu?
Sesungguhnya tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak memiliki perasaan
cemburu.
Dalam hadis disebutkan bahwa pada suatu hari Jabir bin Abdullah bersama Rasulullah menuju
rumah putrinya Sayyidah Fathimah. Sesampainya di pintu rumah, Rasulullah mengucapkan salam dan
meminta izin kepada putrinya untuk masuk sambil memberitahukan bahwa dia bersama Jabir bin
Abdullah. Sayyidah Fathimah meminta beliau untuk menunggu sebentar karena pada waktu itu beliau
belum menutup rambutnya. Setelah Sayyidah Fathimah menutup rambutnya, Rasulullah dan Jabir
masuk ke rumah Sayyidah Fathimah. Rasulullah melihat wajah putrinya pucat dan kekuning-kuningan,
kemudian bertanya mengapa hal ini terjadi. Sayyidah Fathimah menjawab bahwa wajah pucatnya
dikarenakan rasa lapar yang menderanya. Mendengar hal itu Rasulullah langsung berdoa kepada Allah
agar menghilangkan rasa lapar yang diderita oleh putrinya.
Dari hadis di atas kita dapat mengambil dua kesimpulan: pertama, Sayyidah Fathimah tidak menutup
wajahnya di hadapan laki-laki non muhrim. Kedua, tidak wajib menutup wajah di hadapan laki-laki non
muhrim.
Wanita cenderung lebih besar resikonya dibandingkan pria untuk terserang penyakit kulit seperti
kanker kulit jika terlalu sering terpajan oleh sinar matahari yang banyak mengandung sinar UV (pada
pukul 09.00-16.00). dengan menutup aurat menggunkan jilbab dan khimar/kerufung maka kulit dan
rambut akan terjaga dan kemungkinan terkena kanker itu menjadi lebih kecil.
Begitu juga dengan rambut. Rambut yang tertutup olrh khimar/kerudung akan lebih sehat dan lebih
halus dibandingkan dengan rambut yang selalu terkena sinar matahari karena memang sinar matahari
dapat membuat rambut kita menjadi rusak. Rambut yang dilindungi tidak akan mudah patah, memerah
dan bercabang.
2. Untuk kerudung yang berbahan sutra jangan pernah mencucinya dengan detergen atau sabun cuci,
gunakanlah shampo. Caranya dengan mencelupkan kerudung pada air yang telah diberi shampo.
Biarkan sesaat dan tidak perlu diperas pada saat menjemurnya.
3. Apapun bahan dari kerudung tersebut, jangan lupa untuk menjemur dengan posisi bagian dalamnya
yang diluar dan jemur ditempat yang teduh, hindari menjemur dibawah terik matahari langsung.Agar
warna kerudung tidak cepat memudar.
4. Pada saat menyetrika kerudung jangan pernah pula menyetrika dacron atau busa untuk kerudung yang
berbentuk bergo, karena akan merusak bentuk dacron dan jangan menggunkan setrika yang panas
untuk berbagai jenis bahan kerudung.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk menetapkan kewajiban hijab bagi kaum wanita, kita juga bisa merujuk sirah kaum wanita
muslimah pada zaman Rasulullah. Mereka selalu menutupi tubuh dan rambut mereka ketika berada di
hadapan non muhrim, [Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Tahlile nu wa Amali az Hijab dar Asre Hadzir,
hal 49] seperti yang kita lihat dari hadis tentang kedatangan Rasulullah bersama Jabir ke rumah Sayyidah
Fathimah as.
Begitu juga dengan akal manusia, akal manusia juga dapat membuktikan kewajiban hijab bagi kaum
wanita. Akal akan senantiasa memerintahkan segala perbuatan yang membawa manfaat dan akan
memerintahkan untuk melakukan hal itu, begitu juga sebaliknya akal akan selalu memperingatkan
manusia dari hal-hal yang membahayakan manusia.
Oleh karena itu, ketika melihat bahwa hijab akan memberikan keamanan, ketenangan atau dapat
memupuk rasa cinta kasih di antara sesama maka akal yang sehat dan tidak tertawan oleh hawa nafsu
akan memerintahkan untuk berhijab. Wallahu a’lam
3.2 Saran
Setelah membaca penjelasan pada bab sebelumnya, penulis menyarankan kepada wanita
muslimah yang merasa belum berhijab, untuk segera berhijab guna melaksanakan perintah Allah SWT.
Karena perintah untuk berhijab tidak lain untuk melindungi dan menjaga kehormatan kaum muslimah
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://mustyka-mustyka.blogspot.com/2011/12/makalah-jilbab-hijab.html
http://www.al-shia.org/html/id/service/maqalat/044.htm
http://catatantugassekolah.blogspot.com/2013/04/karya-tulis-pentingnya-berjilbab-bagi.html
http://cchacunk.blogspot.com/2013/10/makalah-tentang-hijab.html
http://mycieyblog.blogspot.com/2009/12/makalah-jilbab-dan-modernisasi.html
https://makalahsekolahan.blogspot.co.id/2015/05/makalah-tentang-hijab.html
ABSTRAK
Jilbab merupakan bagian dari syari’at islam yang penting untuk dilaksanakan
oleh seorang muslimah. Ia bukanlah sekedar identitas atau menjadi hiasan
semata dan juga bukan penghalang bagi seorang muslimah untuk
menjalankan aktivitas kehidupannya.
Jilbab juga bukan hanya sekedar menutup aurat tetapi memiliki banyak
manfaat menurut sains dan islam.
Pada era sekarang pemakaian jilbab telah banyak sekali bentuk dan
macamnya, dalam makalah ini kami juga akan menjelaskan jilbab yang
benar menurut islam, al-quran, dan hadist, agar pembaca tahu bagaimana
jilbab menurut syari’at islam itu.
PEMBAHASAN
1. A. KONSEP JILBAB
1) Pengertian Jilbab
Jilbab merupakan bagian dari syari’at islam yang penting untuk dilaksanakan
oleh seorang muslimah. Ia bukanlah sekedar identitas atau menjadi hiasan
semata dan juga bukan penghalang bagi seorang muslimah untuk
menjalankan aktivitas kehidupannya. Menggunakan jilbab yang sesuai
dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wajib
dilakukan oleh setiap muslimah, sama seperti ibadah-ibadah lainnya seperti
sholat, puasa yang diwajibkan bagi setiap muslim.
1. Jilbab adalah bentuk mufrad (tunggal) dari jalabib yang berarti pakaian tebal
yang menutup seluruh badan wanita mulai dari kepala sampai ujung kaki. Makna
inilah yang dimaksudkan dalam ayat hijab pada surat al-Ahzab. Berkata Imam al-
Qurtubi dalam tafsirnya :
“Jalabib adalah bentuk jamak (plural) dari kata jilbab yang berarti pakaian
yang digunakan untuk menutup seluruh badan wanita”.
Dari makna ini jelaslah bahwa yang dimaksud dengan jilbab yang
diperintahkan dalam Alqur’an adalah pakaian yang bisa menutupi seluruh
tubuh wanita, bukan sekedar balutan kain yang hanya menutup bagian
kepala saja. Dalil Alqur’an:
Allah berfirman:
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri istrimu,anak anak perempuanmu,dan istri
istri orang mukmin : ” Hendak lah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya lebih mudah untuk dikenal,karena
itu mereka tidak diganggu. (QS. al-Ahzab : 33 : 59 ).
Dalam ayat ini dengan tegas Allah memerintahkan para wanita untuk
mengulurkan jilbab-jilbab mereka keseluruh tubuhnya. Sedangkan asal dari
sebuah perintah adalah wajib. Ayat ayat lain yang menyatakan hal serupa
juga terdapat dalam al-Ahzab : 22,23,33,53-55. Demikian pula pada Alqur’an
surat an-Nur {24] ayat 31 dan 60.
3) Khimar (kerudung);
5) Semisal selimut (baca: kerudung) yang dipakai seorang wanita untuk
menutupi tubuhnya.
1. Adapun secara istilah, berikut ini perkataan para ulama’ tentang hal ini :
Ibnu Hazm rahimahullah mengatakan, “Jilbab menurut bahasa Arab yang
disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pakaian yang
menutupi seluruh badan, bukan hanya sebagiannya.”
“Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki dari pada
wanita.” (HR. Bukhari).
Jikalau wanita pada jaman Rasul merupakan fitnah terbesar bagi laki-laki
padahal wanita pada jaman ini konsisten terhadap jilbab mereka dan tak
banyak lelaki jahat saat itu, maka bagaimana wanita pada jaman sekarang?
Tentunya akan menjadi target pelecehan. Hal ini telah terbukti dengan
tingginya pelecehan di negara-negara Eropa (wanitanya tidak berjilbab).
“Allah itu cemburu dan orang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah
adalah apabila seorang mukmin menghampiri apa yang diharamkan-Nya.”
(HR. Muslim).
Bila jilbab ditanggalkan, rasa cemburu laki-laki akan hilang. Sehingga jika
terjadi pelecehan tidak ada yang akan membela.
Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga. Yaitu
menundukkan pandangan, tak pernah disentuh oleh yang
bukan mahramnya, yang senantiasa dirumah untuk menjaga kehormatan
diri. Wanita inilah merupakan perhiasan yang amatlah berharga. Dengan
berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga.
Oleh karena itu, cara untuk melindungi tubuh dari kanker kulit adalah
dengan menutupi kulit. Salah satunya dengan berjilbab. Karena dengan
berjilbab, kita melindungi kulit dari sinar UV. Melindungi tubuh bukan dengan
memakai kerudung gaul dan baju ketat. Kenapa? Karena hal itu percuma
saja. Karena sinar UV masih bisa menembus pakaian yang ketat apalagi
pakaian transparan. Berjilbab disini haruslah sesuai kriteria jilbab.
3) Kainnya harus tebal, dan tidak tembus pandang sehingga tidak
nampak kulit tubuh
Sungguh aneh tapi nyata, banyak para wanita apabila keluar rumah
berdandan berjam-jam dengan sedemikian moleknya, tapi kalau di dalam
rumah, di depan sang suami yang seharusnya mendapatkan pelayanan yang
menyenangkan, justru biasa-biasa saja bahkan kerap kali rambutnya acak-
acakan, bau badan tak sedap dianggap tidak masalah, penampilan
menjengkelkan sudah hal yang lumrah, demikian seterusnya. Ini memang
kenyataan yang tak bisa dipungkiri lagi. Semoga Alloh subhanahu wa
ta’ala menunjukkan kita semua ke jalan yang benar.
Tapi jangan difahami penjelasan di atas secara dangkal, sehingga timbul
suatu pemahaman bahwa pakaian wanita harus hitam saja sebagaimana
difahami sebagian wanita komitmen.
Betapa sedih hati kita melihat kaum hawa sekarang ini begitu antusias
menggandrungi mode-mode busana ala barat baik melalui majalah, televisi
dan foto-foto tata rias para artis dan bintang film. Setiap kali ada mode
busana baru ala barat yang mereka dapati, serentak itu juga mereka
langsung mencoba dan menikmatinya. Laa Haula Walaa Quwwata illaa
BIllahi.
3) Kainnya harus tebal, tidak tipis dan tidak tembus pandang sehingga
menampakkan
kulit tubuh;
Hal ini tidak sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tarmizi dan
Nasa’i, dari Ummu Salamah r.a. “”Ya Rasulullah, bagaimana dengan
perempuan dan kain-kain mereka yang sebelah bawah?” Sabda
Rasulullah S.A.W : “Hendaklah mereka memanjangkan barang
sejengkal dan janganlah menambahkan lagi keatasnya”
Selain terlihat dan terasa sesak, ternyata pakaian yang ketat juga tidak baik
untuk kesehatan. Sebuah penelitian membuktikan bahwa pakaian yang ketat
menyebabkan kulit kekurangan ruang untuk bernafas. Akibat yang
ditimbulkan dari mengenakan pakaian ketat – mulai dari yang teringan
seperti biduran, adanya bercak ringan di bagian tubuh tertentu sampai
dengan penyakit yang cukup berbahaya, seperti kemandulan dan kanker.
2) Globalisasi
3) Sekularisasi
Penggunaan jilbab pada saat ini telah mengalami pergeseran fungsi, jilbab
dipakai karena kepraktisan dalam pemakaiannya. Hal ini jika dikaitkan
dengan fungsi awal jilbab yaitu untuk menutup aurat wanita kecuali muka
dan telapak tangan, dengan memperhatikan aturan kriteria yang diatur
dalam syari’at islam, akan tetapi pada saat ini kurang diperhatikan oleh
individu pemakai jilbab. Pada dasarnya perkembangan jilbab saat ini makin
variatif tidak menjadikan permasalahan ketika masih memperhatikan
prinsip-prinsip kriteria penggunaan jilbab yang sesuai dengan ketentuan
dalam ajaran syari’at islam. Pergeseran ini dapat sangat terlihat
dari fashion yang lebih dikedepankan daripada syariat, kurang pahamnya
mengenai syariat menyebabkan syariat yang mengikuti fashion bukan
sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
http://lpmradenintan.blogspot.com/2012/02/bangga-dengan-jilbab.html
https://octavianinur.wordpress.com/2013/11/08/jilbab-modern-vs-jilbab-syari/
Dari semua proses dari awal pemahaman manusia atas dalil agama yang
menyebutkan keharusan berkerudung/berhijab, hingga abad selanjutnya dalam
proses perubahan Kerudung/Hijab/Jilbab dapat dimaknai bahwa manusia pendukung
budaya materi Kerudung/Hijab/Jilbab memiliki pola fikir pada dimensi
Kerudung/Hijab/Jilbab sebagai sebuah benda materi sacral, karena ini adalah
perintah Alloh, sehingga tidak ada inovasi yang berarti, jika ada hal ini disebabkan
karena factor-faktor yang sebenarnya bukan melenceng dari anggapan kesakralan
itu sendiri, ini hanya terkait dengan factor teknis saja, belum beranjak pada masalah
pergeseran ideologi.
Kemunculan mode ini memang tidak datang sesederhana seperti apa yang kita
banyangkan. Kemunculan ini tentu melalui beberapa fase dan kepentingan. Ada
beberapa tahapan yang penulis jabarkan disini tentu dalam kontek
Indonesia. Pertama: bahwa munculnya Kerudung/Hijab/Jilbab yang marak di
Indonesia baru muncul pasca tumbangnya rezim Orde Baru. Pada waktu itu ditandai
dengan munculnya kerudungisasi dikalangan masyarakat kampus. Orde Baru adalah
dimana Kerudung/Hijab/Jilbab menjadi sebuah hal yang masih awam untuk dipakai.
Hal ini memang sangat terkait dengan situasi politik dan budaya pada masa itu.
Peperangan yang panjang pasca kemerdekaan, sampai kondisi pemerintah yang
antipati terhadap gerakan ekstrimis kanan yang terwakilkan oleh gerakan DII dan
Negara Islam Indonesia hingga terakhir tragedi Tanjung Priok berdampak pada
pengamalan agama islam. Selain itu juga kebijakan pemerintah yang cukup represif
terhadap pengawasan kegiatan pengamalan agama dan siar islam yang dilakukan
sejumlah organisasi islam juga berdampak pada sosialisasi atas
Kerudung/Hijab/Jilbab ini, sehingga dampaknya sangat terlihat pada masa Orde Baru
sedikit muslimah yang memakai Kerudung/Hijab/Jilbab. Kedua: era tahun 90-an,
pemerintah cukup mulai memperhatikan kehidupan beragama. Hal ini sebagai
sebuah dampak dari kehidupan pribadi Soeharto yang sudah mulai berusia lanjut.
Religiusitas Soeharto meningkat ditandai dengan berangkatnya haji dan umroh yang
selalu dipertontonkan melalui media, hal ini dampaknya cukup bagus, kelonggaran
beragama mulai ditunjukan dengan beberapa surat keputusan presiden yang
dikeluarkan.
Kesimpulan
Dari fenomena perubahan budaya materi Kerudung/Hijab/Jilbab tersebut penulis akan
berusaha menyimpulkan bahwasanya ada beberapa hal yang ditekankan disini. Yang
pertama adalah terdapat perkembangan gaya dalam budaya materi ini, hal ini
menandakan bahwa proses transformasi nilai-nilai atau pemaknaan akan budaya
materi ini tidak sepenuhnya tersampaikan. Hal ini diakibatkan oleh beberapa factor
budaya, sosial, politik dan lain sebagainya yang menunjukan proses yang sangat
panjang perubahanya. Pada tahap perkembangan akhir pada Kerudung/Hijab/Jilbab
kreatif ada beberapa hal yang dapat dibaca bahwa telah terjadi penyimpangan
pemahaman terhadap esensi pemakianya. Sehingga tahap awal
Kerudung/Hijab/Jilbab yang masih dalam dimensi ekofak, sosialfak dan ideofak,
berkembang pula pada salah satu penekananya yaitu sosialfak. Artinya penekanan
Kerudung/Hijab/Jilbab hanya pada wilayah atribut sosial atau penanda status sosial
yang mempertegas perbedaan sosial si pemakainya. Hal ini jauh menyimpang dari
hakekat makna Kerudung/Hijab/Jilbab sebenarnya.
http://www.kerudungbandung.com/sharing/sejarah-kerudunghijabjilbab-dan-perkembanganya-
perspektif-pembacaan-perkembangan-budaya-materi
1. Pendahuluan
Masyarakat itu dinamis dan yang statis itu adalah perubahannya. Artinya bahwa masyarakat
senantiasa bergerak menuju suatu perubahan, tidak ada satupun masyarakat yang tidak mengalami
perubahan, dan perubahan itu akan selalu ada dalam masyarakat. Perubahn yang ada dalam masyarakat
disebut juga sebagai perubahan sosial dan budaya. Karena pada dasarnya masyarakat dan kebudayaan
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan, begitupun
sebaliknya budaya merupakan hasil dari masyarakat.
Perubahan sosial adalah perubahan dalam struktur masyarakat yang dibentuk oleh nilai-nilai
etika dan budaya, norma, simbol dan produk budaya, yang disebabkan karena kekuatan internal dan
eksternal (banyaknya faktor) dalam perkembangan sejarah, yang mempengaruhi cara kita hidup dan
melihat dunia dari orang-orang dalam kelompok sosial, dan dianggap oleh ilmu-ilmu sosial, seperti
sosiologi , antropologi , ekonomi, politik dan sejarah.
Faktor-faktor subjektif dapat dibentuk oleh ideologi individu dan kelompok, atau target, yang
diberikan oleh kondisi ekonomi, sosial dan politik pada satu titik. Mereka juga mungkin internal, seperti
pengaruh lingkungan, kekeringan parah atau banjir, atau perselisihan dengan pengaruh, tindakan-
politik, atau eksternal dari perusahaan lain, seperti dengan efek meningkatkan dari globalisasi.
Perubahan sosial merupakan fenomena universal yang terjadi pada tingkat yang berbeda dalam
berbagai masyarakat dan konsekuensi yang berbeda untuk kelompok yang berbeda. Beberapa
perubahan yang transenden, menciptakan revolusioner seperti yang terjadi dengan Revolusi Industri
pada abad kedelapan belas.
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat meliputi hal-hal yang sifatnya sangat kompleks.
Ketika suatu perubahan terjadi maka akan menimbulkan perubahan-perubahan lainnya. Dari perubahan
yang sifatnya sangat dasar yaitu perubahan pada kebudayaan material akan mempengaruhi pada
tingkah laku, kemudian dari perubahan pola prilaku tersebut akan berpengaruh pada perubahan sistem
ide atau sistem gagasan.
Perubahan pada kebudayaan materil akan nampak jelas pada perubahan wujud atau bentuk,
dimana perubahan ini biasanya terjadi dengan adanya penemuan baru ataupun melalui cara inovasi.
Perubahan ini termasuk perubahan yang waktunya relatif cepat (revolusi). Contohnya seperti perbahan
bentuk dari yang sederhana kearah bentuk-bentuk yang bervariasi atau beragam, dari alat-alat
tradisional ke mesin modern, dan sebagainya.
Perubahan wujud kebudayaan yang berikutnya adalah perubahan pada pola prilaku atau system
tindakan. Perubahan ini terjadi tidak lepas dari pengaruh adanya perubahan pada wujud kebudayaan
materi. System tindakan manusia yang bergeser disebabkan karena adanya perubahan pada alat-alat
budaya yang digunakannya. Sebgai contoh pola prilaku petani setelah ditemukannya mesin traktor,
mereka tidak perlu lagi bangun pagi-pagi pergi kesawah untuk mencangkul sawahnya. Para petani
sekarang bisa mengarap sawahnya disiang hari dengan menggunakan traktor.
Pola prilaku manusia yang telah bergeser dari sebelumnya juga akan berpengaruh pada
perubahan cara berfikirnya, ideologi, maupun pandangan mengenai hidupnya. Perubahan ini sifatnya
sangat mendasar seehingga memerlukan jangka waktu yang relative lama (evolusi) untuk mencapai
sebuah perubahan. Secara kasat mata perubahan ini tidak terlihat jelas seperti pada perubahan-
perubahan lainnya. Diperlukan sudut pandang subjektif dari berbgai individu maupun masyarakat untuk
mendapatkan data yang jelas sehingga dapat menjelaskan bahwa dalam suatu masyarakat telah terjadi
perubahan system ide atau gagasan. System ide atau gagasan ini meliputi makna-makna dari suatu
barang simbolik, pola pikir individu, dan keterbukaan individu terhadap budaya-budaya baru.
Dari ketiga wujud budaya tersebut, saya belajar untuk menginterpretasikan melalui bentuk-
bentuk perubahan yang terjadi dalam lingkungan sekitar saya yaitu kampus dan masyarakat umum.
Salah satu yang menjadi analisis saya yaitu perubahan bentuk (materil), pola prilaku, motivasi, dan
makna dalam pemakaian jilbab dengan menggunakan Teori Fungsionalis oleh William F. Ogburn.
Akhir-akhir ini di rombel 2 jurusan Sosiologi dan Antropologi, UNNES, terjadi banyak perubahan,
mulai dari cara mahasiswa berpakain maupun cara mereka berpikir. Salah satu wujud nyata perubahan
tersebut adalah individu-individu mahasiswi yang dulunya tidak memakai jilbab baru-baru ini mulai
mengenakan kerudung atau jilbab. Perubahan ini terjadi secara bertahap dari satu individu ke individu
yang lainnya, sebenarnya ada apa dibalik kenyataan itu?. Mungkinkah mereka benar-benar ingin
mendekatkan diri pada sang maha Esa dengan cara mengenakan jilbab?, atau adakah faktor lain yang
mempengaruhi mereka untuk mengenakan kerudung atau jilbab?.
Pada dasarnya mengenakan jilbab dilakukan oleh muslimah sebagai wujud taqwa atas perintah
Allah dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 59: “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Melihat kenyataan yang terjadi sekarang ini, mereka yang sudah berjilbab ataupun yang baru-
baru ini mengenakan jilbab, masih mengenakan pakaian yang menyerupai laki-laki, celana dan baju
ketat menunjukan bentuk tubuh mereka, dimana seharusnya ini dilarang oleh agama islam. Bahkan
mereka juga menyadari bahwa kerudung atau jilbab yang mereka pakai itu tidak sesuai dengan jilbab
yang dianjurkan oleh agama islam.
Mode dari jilbab yang digunakan para mahasiswi ini bentuknya bervariasi, ada yang disebut
jilbab kaos atau jilbab jeblosan (jilbab langsung pakai), pasmina (jilbab panjang dengan berbagai macam
motive), paris (jilbab polos segi empat), maroko, dan lainnya. Beragam macam dan jenis jilbab
dikenakan oleh mereka, dari yang hanya berjilbab ala kadarnya dengan bahan yang tipis dan masih
keliahatan rambutnya sampai jilbab syari yang menutup penuh aurat mereka.
Kebiasaan masyarakat atau khususnya mahasiswa yang termakan jaman menjadikan mereka
gandrung trend fashion yang sedang “hits” saat ini, tidak peduli lagi dengan fungsi jilbab itu sendiri.
Tidak usah heran apabila kita temukan di sebuah artikel majalah fashion remaja wanita yang mengulas
bagaimana jilbab juga bisa tetap mengikuti trend fashion saat ini dengan aksesoris juga jenis baju/celana
yang jauh dari busana muslimah (jilbab) ideal yang sesungguhnya.
Walaupun sering dipaksakan namun pada kenyataanya para wanita muslimah di masyarakat kita
banyak yang mengikuti trend tersebut. Entah karena takut ketinggalan jaman atau sekedar hanya ikut-
ikutan karena kurangnya pemahaman yang menyeluruh akan artinya jilbab di dalam agama kita.
Pergeseran makna dari jilbab, juga merupakan hal yang menarik untuk di kaji dari sejarah
perkembangan jilbab di Indonesia. Jilbab mulai lazim dipakai di Indonesia sekitar tahun 1980-an, di
mana saat itu terjadi peritiwa revolusi besar di Iran ketika Imam Khomeini berhasil menggusur Reza
Pahlevi yang dipopulerkan sebagai antek dunia Barat di Timur Tengah. Khomeini menjadi lambang
kemenangan Islam terhadap boneka Barat. Simbol-simbol kekuatan Khomeini, seperti foto Imam
Khomeini dan komunitas Black Veil menjadi tren di kalangan generasi muda Islam seluruh dunia.
Semenjak itu jilbab mulai menghiasi kampus dunia Islam, tidak terkecuali Indonesia. Jika kita
menggunakan Konsep TriadicPeirce, jilbab pada zaman tersebut dapat di
Seiring dengan perubahan zaman, walaupun jilbab masih menjadi simbol dari Islam, namun
penafsiran terhadap makna jilbab dalam masyarakat Indonesia pun mengalami perubahan. Pada tahun
1990an, jilbab identik dengan perempuan baik-baik yang santun, ramah, berbudaya. Para penggunanya
terbatas pada perempuan kalangan yang tinggi tingkat religiusitasnya. Setelah itu, para ibu-ibu pejabat-
pun (diikuti oleh Ibu-ibu pejabat bawahanya) berlomba-lomba untuk memakai jilbab untuk
menciptakan kesan perempuan yang demikian. Bahkan jilbab telah menjadi tren bagi mereka. Akan
ganjil rasanya jika melihat istri pejabat yang beragama Islam untuk tidak menggunakan jilbab.
Menginjak awal abad ke-21, jilbab telah menjadi sebuah tren dalam dunia mode, dengan
modifikasi di sana-sini (bahkan mungkin telah melenceng dari konsep dasarnya), para perempuan
eksekutif muda pun dan para ABG nyaman untuk memakainya. Meminjam istilah Dr. Sawirman, saat ini
makna jilbab telah mengalami pseudo/false identity (identitas tipuan) , di mana para pengguna jilbab
masih menginginkan untuk menunjukkan kesan sebagai perempuan baik-baik yang santun, ramah,
berbudaya namun disisi lain mereka bukan perempuan dengan tipe tersebut. Kebutuhan untuk dianggap
“baik” di dalam masyarakatlah yang mendorong sebagian perempuan untuk menggunakan jilbab. Perda-
perda mengenai peraturan penggunaan jilbab di sekolah-sekolah pun mulai ramai digalakkan di berbagai
daerah, terutama yang mayoritas Muslim penduduknya untuk meningkatkan kesadaran remaja akan
ilmu agama dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Jilbab sebagai simbol Islam telah memberi
pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat.
3. ANALISIS
Pada awalnya, jilbab berfungsi untuk menutup aurat yang harus dikenakana secara konsisten,
akan tetapi dari hasil observasi ditemukan adanya pergeseran fungsi jilbab yang dikenakan oleh
mahasiswi saat ini. Jilbab dipakai karena praktis, hemat dan modis dengan keragaman variasi. Hal ini
menunjukan adanya perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Selo
Soemarjan, perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan didalam suatu
masyarakat yang mempengaruhi system sosial, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola prilaku
diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat (Soerjono Soekanto 2006:263).
Perubahan dari pergeseran fungsi jilbab yang sampai di kalangan mahasiswi yaitu terletak pada
orientasi pemakaian jilbab serta perubahan pada nilai, sikap dan pola prilaku individu pemakai jilbab
yang diharapkan mampu menginternalisasi nilai-nilai islam ke dalam diri sehingga lebih baik dari
individu-individu yang tidak memakai jilbab.
Perubahan lain nampak pada cara pandang individu terhadap pakaian jilbab yang semakin
mudah diterima. Dengan variasi model jilbab saat ini semakin memberikan kemudahan kepada individu
pemakai jilbab untuk memilih jenis jilbab yang akan dipakai. Indahnya variasi dalam busana jilbab
menjadikan tampilan individu pemakai jilbab menjadi lebih cantik dan rapi. Dengan demikian pandangan
kuno terhadap jilbab berangsur hilang, serta penggunaan jilbab menjadi makin meningkat.
Meningkatnya jumlah pemakai jilbab, khususnya di kalangan mahasiswi, menunjukan adanya
perubahan kondisi masyarakat sebagai akibat dari kemajuan kemampuan manusia dalam menemukan
hal baru yang diminati masyarakat yaitu melalui kemampuan mendesain model jilbab yang menarik
individu untuk memakai. Hal ini sesuai dengan konsep perubahan sosial yang dijelaskan oleh Gillil dan
Gillin yang mengatakan bahwa perubahan sosial sebagai bagian variasi-variasi dari cara-cara hidup yang
telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,komposisi
penduduk, ideology, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan baru dalam masyarakat
(Soerjono Soekanto 2006:263).
Dari teori yang dikemukakan oleh Gillil dan Gillin, menunjukan pada contoh jilbab yang
digunakan oleh mahasiswi di lingkungan kampus, khususnya di rombel dua jurusan sosiologi dan
antropologi, model dan bentuk jilbab sangat beragam. Jenis model jilbab yang banyak dipakai oleh
mahassiswi antara lain jilbab kaos atau jilbab jeblosan (jilbab langsung pakai), jilbab kecil dengan
dimasukan ke dalam baju hem, jilbab kecil dililitkan leher yang dipadukan dengan kaos pendek berdeker
serta celana panjang. Sedangkan jika dilihat dari kriteria jilbab yang dikemukakan oleh Syeikh
Muhammad Nashirudin Al Bani ada tujuh yaitu (1) menutup seluru tubuh kecuali muka dan telapak
tangan, (2) bukan berfungsi sebagai model pakaian, (3) kain tebal tidak transparan, (4) longgar atau tidak
ketat dan tidak membentuk lekuk tubuh, (5) tidak menyerupai pakaian laki-laki, (6) tidak menyerupai
pakaian jahiliyah, (7) bukan pakaian popularitas. Dengan demikian bentuk dan jenis jilbab yang dipakai
oleh sebagian besar mahasiswi sekarang ini belum sesuai dengan aturan syari’at islam. Pada dasarnya
variasi jilbab tidak menjadi permasalahan selama dalam pembuatan model jilbab memperhatikan aturan
kriteria jilbab yang sesuai dengan ajaran islam.
Hasil observasi saya menunjukan bahwa penggunaan jilbab yang dilakukan oleh mahasiswi pada
saat ini telah mengalami pergeseran fungsi. Walapun jilbab sudah banyak dipakai dan jumlahnyapun
makin meningkat dari waktu ke waktu oleh sebagian besar mahasiswi tetapi bentuk dari jilbab yang
dipakai belum memenuhi kriteria aturan jilbab yang sesuai dengan ajaran islam. Seperti halnya jilbab
yang digunakan oleh sebagian besar mahasiswi rombel dua Jurusan Sosiologi dan Antropologi
Universitas Negeri Semarang dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
William F. Ogburn, mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur
kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar
unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsure-unsur immaterial (Soerjono Soekanto 2006:262).
Dari definisi tersebut dapat digambarkan melalui perubahan model jilbab (materil) dan pengaruhnya
terhadap pola prilaku, motivasi, dan makna (immaterial) pemakaian jilbab.
Melihat perkembangan jilbab yang ada di Indonesia menunjukan dimana perubahan terjadi dari
tahap ke tahap dengan kurun waktu yang cukup lama. Hal ini sesuai dengan pandangan para penganut
Teori Fungsionalis. Mereka lebih menerima perubahan sosial sebagai sesuatu yang konstan dan tidak
memerlukan penjelasan. Perubahan dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan keseimbangan
masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu telah diintegrasikan dalam
kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata bermanfaat, maka perubahan itu bersifat fungsional dan
akhirnya diterima oleh masyarakat, tetapi apabila terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat,
perubahan akan ditolak. Tokoh dari teori ini adalah William Ogburn. Secara lebih ringkas, pandangan
Teori Fungsionalis adalah sebagai berikut.
d. Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di kalangan anggota
kelompok masyarakat.
Perkembangan jilbab pada masyarakat Indonesia merupakan perubahan yang terjadi secara
bertahap dari waktu ke waktu. Perubahan pada mode jilbab sebagai akibat adanya kemampuan manusia
dalam bentuk inovasi kebudayaan (jilbab). Perubahan bentuk jilbab dari bentuk-bentuk sederhana yang
masih sesuai dengan ajaran islam bergeser kedalam bentuk mode yang simple, praktis, dan lebih
mengutamakan aspek keindahan daripada jilbab sebagai penutup aurat.
Perubahan jilbab tersebut pada dasarnya telah mengacaukan hukum -hukum islam yang ada di
dalam masyarakat. Jilbab-jilbab yang beredar dalam masyarakat tidak dapat lagi dikatakan sebagai alat
untuk menutup aurat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan mode jilbab yang semakin
bervariasi tersebut memberikan banyak manfaat dalam masyarakat (mempercantik penampilan, praktis,
sopan, dsb) sehingga jilbab tersebut dapat terintegrasi atau diterima di kalangan masyarakat.
Mode jilbab yang modis dan beragam selain diterima dalam masyarakat, juga meningkatkan
jumlah pemakainya. Modelnya yang semakin bervariasi dan modis menyebabkan individu-individu
dalam masyarakat ingin mengenakannya. Apalagi sekarang ini dengan cuaca yang panas, sebagian
mahasiswi mengenakan jilbab saat pergi kuliah dengan alasan agar tidak panas. Hal ini membuktikan
bahwa jilbab di zaman sekarang memiliki banyak fungsi. Tidak peduli fungsi awal (sebagai penutup
aurat), perkembangan jilbab mampu melewati tahapan kritis (kurang diterima oleh masyarakat karena
dianggap melanggar syari’at islam), namun karena perubahan jilbab baru lebih fungsional dari yang
sebelumnya, sehingga jilbab tersebut dapat diterima masyarakat dengan baik.
Perubahan mode jilbab (kebudayaan materi) telah merubah pola prilaku manusia dan kemudian
pola pikirnya (ide/gagasan). Perubahan dalam kebudayaan materi (mode jilbab) dari bentuk yang
sederhana (dimana bentuk jilbab masih sesuai dengan ajaran nilai-nilai islam) ke dalam bentuk yang
lebih kompleks dan bervariasi sehingga menyimpang dari ajaran islam, menyebabkan pola prilaku dari
manusia yang mengenakan jilbab tersebut menjadi bergeser serta pola pikir terhadap makna yang ada
dalam penggunaan jilbab juga berubah.
Pergeseran prilaku pemakai jilbab, dimana dahulu pemakai jilbab adalah wanita yang beretika
baik, segala prilakunya mencerminkan seorang muslim yang taat pada agama. Cara berpakaian mereka
benar-benar menutup aurat sebagaimana dianjurkan oleh syari’at islam. Melihat kenyataan yang terjadi,
sekarang ini prilaku pemakai jilbab sudah tidak lagi menunjukan bahwa jilbab itu sebagai symbol
keimanan. Mereka yang mengenakan jilbab masih menggunakan pakaian-pakaian ketat sehingga
kelihatan bentuk tubuhnya. Prilaku seseorang yang mengenakan jilbab hampir tidak ada bedanya
dengan mereka yang tidak berjilbab.
Konsep perubahan yang terjadi pada perubahan mode jilbab, sebagai berikut;
Arah Perubahan
Perubahan bentuk model jilbab dari bentuk sederhana keararah yang lebih kompleks,
terhambat oleh adanya nilai-nilai ajaran islam yang ada di masyarakat. Dimana model jilbab baru
menyebabkan permasalahan dalam masyarakat, karena dianggap sudah menyimpang dari fungsinya
sebagai penutup aurat wanita. Namun karena fungsi jilbab yang baru ternyata lebih fungsional daripada
jilbab yang sebelumnya maka mode jilbab yang bervariasi tersebut dapat terintegrasi dalam masyarakat.
Ketika mode jilbab yang baru dapat diterima oleh masyarakat, maka akan berpengaruh pada
perubahan-perubahan yang sifatnya immaterial seperti pola prilaku pemakai jilbab, peningkatan jumlah
pengguna jilbab, motivasi, dan makna yang ada dalam jilbab itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan
penelitian yang obyektif terhadap hokum-hukum yang ada di masyarakat, memberikan gambaran
perubahan sosial dan kebudayaan. Pergeseran nilai, norma dan budaya dalam masyarakat dapat
dipahami dengan urutan waktu, dari suatu waktu tertentu ke waktu berikutnya.
Meskipun masyarakat relative stabil namun perubahan sosial dan budaya akan tetap terjadi, dan
pengaruhnya yang ditimbulkan oleh perubahan material akan lebih luas daripada perubahan material itu
sendiri. Hal tersebut dapat digambarkan dengan contoh prubahan mode jilbab yang telah
mempengaruhi aspek-aspek sosial budaya immaterial yang sifatnya sangat luas.
4. Simpulan
Penggunaan jilbab pada saat ini telah mengalami pergeseran fungsi, jilbab dipakai karena
kepraktisan dalam pemakaiannya. Hal ini jika dikaitkan dengan fungsi awal jilbab yaitu untuk menutup
aurat wanita kecuali muka dan telapak tangan, dengan memperhatikan aturan kriteria yang diatur
dalam syari’at islam, akan tetapi pada saat ini kurang diperhatikan oleh individu pemakai jilbab. Pada
dasarnya perkembangan jilbab saat ini makin variatif tidak menjadikan permasalahan ketika masih
memperhatikan prinsip-prinsip kriteria penggunaan jilbab yang sesuai dengan ketentuan dalam ajaran
syari’at islam.
Perubahan mode jilbab menyebabkan konflik dalam masyarakat, namun karena perubahan
tersebut lebih fungsional dari sebelumnya sehingga perubahan dapat diterima oleh masyarakat. Mode
jilba baru yang telah terintegrasi dalam masyarakat, memerpengaruhi pada perubahan-perubahan yang
sifatnya immaterial seperti pola prilaku pemakai jilbab, peningkatan jumlah pengguna jilbab, motivasi,
dan makna yang ada dalam jilbab itu sendiri.
Sumber Bacaan
firmanhdyt@yahoo.com. Jilbab sebagi sebuah symbol. Oleh: Firman Hidayat. Diunduh pada 24 juni. Pukul
19:50
Mengapa muslim harus berjilbab. Diposkan oleh Muhammad Abduh Tuasikal. Diunduh 24 Juni. Pukul
19:53.
http://abdulghofursparatise.blogspot.co.id/2012/10/perubahan-mode-jilbab-dan-pengaruhnya.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan masyarakat, Hijab atau yang sering kita sebut dengan jilbab menurut
pandangan umum merupakan salah satu budaya Islam dimana kegunaan jilbab tersebut adalah
sebagai penutup aurat bagi kaum hawa, terutama bagi wanita-wanita yang sangat taat pada
agamanya.
Selain itu jilbab juga dijadikan sebagai cerminan diri wanita
muslimah, sholehayang berakhlakul karimah, serta senantiasa menjaga kesopanan baik sikap
maupun tingkah lakunya.
sering kali kita menjumpai wanita-wanita muslimah yang menggunakan berbagai model
jilbab. Di kalangan anak remaja, terdapat banyak model jilbab, seperti jilbab angka sembilan,
jilbab arab, jilbab punuk onta dan masih banyak model jilbab yang lainnya. Hal ini membuktikan
bahwa ketertarikan wanita muslim untuk mengembangkan fashionnya melalui jilbab.
Minimnya pengetahuan tentang hakikat menggunakan jilbab serta tuntunan yang
diberlakukan oleh agama islam, membuat wanita-wanita muslim seenaknya mengenakan
jilbab. Terkadang saat ini jilbab hanya digunakan sebagai hiasan atau identitas bagi wanita-
wanita tertentu agar terkesan baik, sopan, santun, dan berbudi luhur. Bahkan hanya dijadikan
sebagai trend dan fashion style saja. Bila fenomena ini terus berkelanjutan, betapa mirisnya
kondisi wanita muslim dan harga diri dari wanita muslim sekarang ini.
Maka dari itu kami tertarik membahas tentang hijab agar bermanfaat bagi pembaca dan
dijadikan sebagai suatu pengetahuan.
1
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan yang telah diungkapkan dalam latar belakang, maka dirumuskan
beberapa masalah sebgai berikut :
1. Apa makna hijab dalam modernisasi.
2. Apa keutamaan hijab.
3. Apa batasan-batasan dalam penggunaan hijab.
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya hijab modern.
5. Dampak-dampak yang terjadi seiring munculnya hijab modern.
C.Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang makna hijab
2. Mengetahui fungsi hijab yang sebenarnya
3. Mengetahui perkembangan hijab pada era modernisasi
D.Manfaat Penulisan
Diharapkan dengan penulisan makalah ini dapat memberikan pengetahuanyang lebih
luas dalam menyikapi banyaknya mode-mode yang sedang marak di kalangan masyarakat
terutama para remaja.
B. Sistematika Penulisan
Pada BAB I PENDAHULUAN berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hijab dan Modernisasi
Hijab atau ħijāb (bahasa Arab: اب11 ) حجadalah kata dalam bahasa Arab yang berarti
penghalang mencegah, menutup dan menghalangi. Tetapi kata ini lebih sering mengarah pada
kata "jilbab" memiliki arti sebagai kain lebar yang diselimutkan ke pakaian luar yang menutupi
kepala, punggung, dan dada, yang biasa dipakai wanita ketika keluar dari rumahnya.
Sedangkan jilbab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kerudung lebar yang
dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada. Sedangkan kerudung
berarti kain penutup kepala perempuan.
Menurut Ibnu Hazm, jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh badan, bukan hanya
sebagiannya. Menurut Ibnu Katsir jilbab adalah semacam selendang yang dikenakan di atas
khimar yang sekarang ini sama fungsinya seperti izar (kain penutup). Menurut Syaikh bin Baz
jilbab adalah kain yang diletakkan di atas kepala dan badan di atas kain (dalaman).
Jadi, jilbab adalah kain yang dipakai perempuan untuk menutupi kepala, wajah dan
seluruh badan. Sedangkan kain untuk menutupi kepala disebut khimar. Jadi perempuan menutupi
dengan jilbab, kepala, wajah dan semua badan di atas kain (dalaman).
Sedangkan pengertian Modernisasi sendiri adalah proses pergeseran sikap dan mentalitas
sebagai warga masyarakat untuk kita hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini hidup yang
mengikuti perkembangan jaman pada saat sekarang ini.
3
Di zaman sekarang ini semakin semarak saja kita lihat perempuan-perempuan muslimah
untuk memperlihatkan penampilan yang cantik, anggun, gaul dan mempesona. Dia memakai
Jilbab berdasarkan trend mode, semakin gaul Jilbab yang dipakainya itu semakin pede saja ia
yang memakaianya belum lagi jika kita coba menyelidiki sikap dan tingkah lakunya perempuan-
perempuan yang berjilbab itu, ada yang tidak bisa mengendalikan emosi dan hasratnya. Ada
yang memakai Jilbab atas motif “ Saya sudah taubat maka saya berjilbab”.
Disinilah tampaknya kita dihadapkan dengan fakta yang semakin jauh perempuan-
perempuan Muslimah untuk Jilbab, Jilbab yang tadinya merupakan perkara yang sederhana kami
telah berubah menjadi perkara yang rumit dan sulit. Jika disepakati bahwa hakikat Jilbab
sesungguhnya tidak hanya untuk menutupi awal saja, melainkan juga untuk menjaga kesucian
dan kehormatan seorang perempuan Muslimah dimata para lelaki yang bukan muhrimnya. Oleh
karena itu perempuan muslimah itu haruslah menjaga kehormatan, kesucian, dan keamanan
dirinya dengan cara memakai Jilbab.
4
B. Keutamaan Hijab
Dari sisi pemakaian jilbab, marilah kita kembali merenungkan falsafah jilbab islami dan
penerapannya dimana islam mewajibkan kaum perempuan muslimah berjilbab. Di antara
kewajiban seorang muslimah terdapat keutamaan-keutamaan dari penggunaan hijab tersebut
diantaranya :
1. Hijab itu adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul. Rasulullah SAW bersabda:“Wanita itu
aurat” maksudnya adalah bahwa ia harus menutupi tubuhnya.
2. Hijab itu ‘iffah. Allah SWT menjadikan kewajiban menggunakan hijab sebagai
tanda ‘Iffah (menahan diri dari maksiat). Itu karena mereka menutupi tubuh mereka untuk
menghindari dan menahan diri dari perbuatan jelek (dosa), “karena itu mereka tidak diganggu”.
Maka orang-orang fasik tidak akan mengganggu mereka. Dan pada firman Allah “karena itu
mereka tidak diganggu” sebagai isyarat bahwa mengetahui keindahan tubuh wanita adalah suatu
bentuk gangguan berupa fitnah dan kejahatan bagi mereka.
3. Hijab itu kesucian. Allah SWT menyifati hijab sebagai kesucian bagi hati orang-orang
mu’min, laki-laki maupun perempuan. Karena mata bila tidak melihat maka hatipun tidak
berhasrat. Pada saat seperti ini, maka hati yang tidak melihat akan lebih suci. Ketiadaan fitnah
pada saat itu lebih nampak, karena hijab itu menghancurkan keinginan orang-orang yang ada
penyakit di dalam hatinya
4. Hijab itu pelindung. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi :
((الحيَا َء َوال ِّس ْت َر َّ
َ ُّ))إن هللاَ َحيِ ٌّي َستِي ٌر ي ُِحب
“Sesungguhnya Allah itu Malu dan Melindungi serta Menyukai rasa malu dan perlindungan”
5. Hijab itu haya’ (rasa malu). Dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW :
َ ُإن ُخل
َ ق اإل ْسالَ ِم
((1الحيَا ُء َّ َو، 1ين ُخلُقًا
ٍ ))إن لِ ُكلِّ ِد
َّ
“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa
malu.” Sabda beliau yang lain: “Malu itu adalah bagian dari iman dan iman itu di surga.”
5
C. Faktor-faktor munculnya hijab modern
1. Maraknya tayangan televisi atau bacaan yang terlalu berkiblat ke mode Barat.Faktor ini adalah
yang paling dominan semenjak menjamurnya televisi dengan persaingan merebut pemirsa dan
menjamurnya berbagai tabloid yang menggambar mode buka-bukaan ala Barat yang
menyebabkan munculnya peniruan dikalangan generasi muda islam.
2. Minimnya pengetahuan anak terhadap nilai-nilai islam sebagai akibat kurangnya fungsi jam
pendidikan agama disekolah-sekolah umum.
3. Kegagalan fungsi keluarga. Munculnya fenomena Jilbab gaul ini secara tidak langsung
menggambarkan kegagalan fungsi keluarga sebagai kontrol terhadap gerak langkah anak-anak
muda. Para orang tua telah gagal memberikan pendidikan agama yang benar, parahnya orang tua
sendiri cenderung terbawa arus modern.
D. Batasan-batasan penggunaan hijab
Sebagai kaum hawa yang menjadi pengguna jilbab sekiranya harus mengetahui batasan-batasan
dalam penggunaan jilbab itu sendiri. Adapun batasan-batasan singkatnya dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Bisa menutup rambutnya secara keseluruhan, sehingga tidak boleh bagi perempuan
muslimah yang memakai jilbab tetapi masih terlihat ada anak rambutnya yang kelihatan di dahi
seperti yang populer kita lihat sekarang ini.
2. Juga bisa menutup leher keseluruhan sehingga menghindarkan diri dari tatapan mata
laki-laki yang akan membawa gairah seksual ketika melihat leher tersebut.
3. Juga kita menutup dadanya yang memakai jilbab sedemikian sehingga menemukan ada
perempuan yang memakai jilbab sedemikian sehingga lehernya masih kelihatan.
6
Lalu berlanjut pula kelihatan adadnya, hal ini terjadi sebab ia mengikatkan dua ujung jilbabnya
ke belakang lehernya. Ini juga perilaku yang tidak islami dari sisi falsafah etika islam.
4. Juga mengenakan pakaian yang longgar agar terhindar dari tampaknya lekuk-lekuk tubuhnya.
Empat hal tersebut adalah batas-batas pemakaian jilbab bagi perempuan muslimah.
Perempuan muslimah harus memperhatikan dan menerapkan empat hal tersebut, di saat yang
sama ia juga harus memperhatikan sikap. Ucapan. Dan perbauatan yang justru akan membawa
kecenderungan yang negatif.
E. Dampak penggunaan hijab di era modern
Pada era sekarang banyak penggunaan jilbab yang tidak sesuai dengan
sebagaimana mestinya, yang menjadikan penggunaan jilbab sebagai salah satu ajang perlombaan
kecantikan yang mencari perhatian kaum adam. Dengan timbulnya hal tersebut maka timbullah
beberapa dampak seperti :
1. Maksiat kepada Allah dan Rasul. Barangsiapa yang maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya
maka ia hanya akan mencelakakan dirinya sendiri dan tidak akan mencelakakan Allah
sedikitpun.
2. Menyebabkan laknat dan dijauhkan dari rahmat Allah. Rasulullah SAW bersabda: “Akan
ada pada akhir umatku nanti wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, kepala mereka
bagaikan punuk unta, laknatlah mereka karena mereka adalah wanita-wanita yang pantas
dilaknat.”
3. Sifat penghuni neraka. Sesuai dengan sabda rasulullah : “Ada dua golongan penghuni neraka
yang belum pernah saya lihat; kaum yang membawa cemeti bagai ekor sapi yang digunakan
memukul menusia dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang...”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cukup banyak seharusnya kaum perempuan yang menyadari pentingnya jilbab dalam
pergaulan sehari-harinya. Dengan berjilbab, secara dini mereka sudah membentengi diri dari
bencana godaan, rayuan nakal hingga kekerasan atau kejahatan seksual. Harusnya bagi kaum
muslimah zaman sekarang boleh-boleh saja mengikuti mode yang terus berkembang terutama
penggunaan hijab, tetapi harus diseimbangi pula dengan ketentuan mengenai batasan-batasan
untuk berhijab dengan mode yang beragam. Agar tidak salah-salah dengan niat yang baik untuk
berjilbab namun yang terjadi justru maksiat.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari banyaknya kekurangan-kekurangan,
baik dari segi isi maupun dalam penulisan. Untuk itu kami sangat mengharapkan sekali baik itu
kritikan, saran, ataupun masukan yang sifatnya membangun dan untuk perbaikan penulisan ini.
http://kariziarash.blogspot.co.id/2013/04/hijab.html
A. LATAR BELAKANG
Kerudung atau Jilbab merupakan kata yang tidak asing lagi diperdengarkan oleh telinga
kita saat ini. Suatu kain yang berfungsi sebagai penutup aurat wanita kini sedang ramai
dipergunakan sebagai trend center dunia fashion. Banyak terdapat model dan tipe-tipe jilbab
disugguhkan kepada wanita muslimah untuk mempercantik diri. Bahkan sampai diadakan suatu
pameran untuk mengenalkan produk jilbab dengan berbagai model.
Dewasa ini sering kali kita menjumpai wanita-wanita muslimah yang menggunakan
berbagai model jilbab. Di kalangan mahasiswa, terdapat banyak model jilbab, seperti jilbab
angka sembilan, jilbab arab, jilbab punuk onta dan masih banyak model jilbab yang lainnya. Hal
ini membuktikan bahwa ketertarikan wanita muslim untuk mengembangkan fashionnya melalui
jilbab. Karena terdapat fenomena, jilbab digunakan hanya saat mengikuti perkulihan agar terlihat
rapi dan elegan bersama-sama teman kuliah. Lalu setelah selesai mengikuti perkulihan dan
sampai dirumah, kos, atau bermain jilbab sudah tergeletak dan tidak digunakan lagi.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari paparan yang telah dijelaskan diatas, dapat ditentukan suatu rumusan masalah
sebagai berikut :
I. HAKIKAT JILBAB
a. Pengertian jilbab secara bahasa
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ِ ك َونِ َساء ْال ُم ْؤ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِمن َجاَل بِيبِ ِه َّن َذلِكَ أَ ْدنَى أَن ي ُْؤ َذ ْينَ َو َكانَ هَّللا ُ َغفُوراً ر
ً َّحيما َ يَا أَيُّهَا النَّبِ ُّي قُل أِّل َ ْز َوا ِج
َ ِك َوبَنَات
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
ْ َار ِه َّن َويَحْ ف
َ ظنَ فُر
ُوجه َُّن َواَل يُ ْب ِدينَ ِزينَتَه َُّن إِاَّل َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َ ت يَ ْغضُضْ نَ ِم ْن أَب
ِ ْص ِ …وقُل لِّ ْل ُم ْؤ ِمنَا
َ
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
dari padanya…” (QS. An Nuur: 31)
Dari syarat pertama ini, maka jelaslah bagi seorang muslimah untuk menutup seluruh
badan kecuali yang dikecualikan oleh syari’at. Maka, sangat menyedihkan ketika seseorang
memaksudkan dirinya memakai jilbab, tapi dapat kita lihat rambut yang keluar baik dari bagian
depan ataupun belakang, lengan tangan yang terlihat sampai sehasta, atau leher dan telinganya
terlihat jelas sehingga menampakkan perhiasan yang seharusnya ditutupi.
Namun terdapat keringanan bagi wanita yang telah menopause yang tidak ingin kawin
sehingga mereka diperbolehkan untuk melepaskan jilbabnya, sebagaimana terdapat dalam surat
An Nuur ayat 60:
ٌر لَّه َُّن1تَ ْعفِ ْفنَ خَ ْي1 ٍة َوأَن يَ ْس1َت بِ ِزين َ َْس َعلَ ْي ِه َّن ُجنَا ٌح أَن ي
َ 1ابَه َُّن َغ ْي11َض ْعنَ ثِي
ٍ ا1ر ُمتَبَرِّ َج1 ِ َو ْالقَ َو
َ اع ُد ِمنَ النِّ َساء الاَّل تِي اَل يَرْ جُونَ نِ َكاحا ً فَلَي
َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع
“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada
ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian (jilbab) mereka dengan
tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Bijaksana.”
Namun, terdapat kesalahpahaman juga bahwa jika seseorang tidak mengenakan jilbab
berwarna hitam maka berarti jilbabnya berfungsi sebagai perhiasan. Hal ini berdasarkan
beberapa atsar tentang perbuatan para sahabat wanita di zaman Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa
sallam yang mengenakan pakaian yang berwarna selain hitam. Salah satunya adalah atsar dari
Ibrahim An Nakhai,
أنه كان يدخل مع علقمة و األسود على أزواج النبي صلى هللا عليه و سلم و يرا هن في اللحف الحمر
“Bahwa ia bersama Alqomah dan Al Aswad pernah mengunjungi para istri Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan ia melihat mereka mengenakan mantel-mantel berwarna merah.” (HR.
Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al Mushannaf)
Dengan demikian, tolak ukur sebagai perhiasan ataukah bukan adalah berdasarkan
kebiasaan (keterangan dari Syaikh Ali Al Halabi). Sehingga suatu warna atau motif menarik
perhatian pada suatu masyarakat maka itu terlarang dan hal ini boleh jadi tidak berlaku pada
masyarakat lain.
“Dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya, suatu kaum yang memiliki
cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya dan wanita yang
kasiyat (berpakaian tapi telanjang, baik karena tipis atau pendek yang tidak menutup auratnya),
mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang), kepala mereka seperti
punuk onta. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya, padahal baunya
didapati dengan perjalanan demikian dan demikian.” (HR. Muslim)
Banyak wanita muslimah yang seakan-akan berjilbab, namun pada hakekatnya tidak
berjilbab karena mereka memakai jilbab yang berbahan tipis dan transparan.
“Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka
mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.” (HR. Tirmidzi)
“Siapapun perempuan yang memakai bakhur, maka janganlah ia menyertai kami dalam
menunaikan shalat isya’.” (HR. Muslim)
لعن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم الرجل يلبس لبسة المرأة و المرأة تلبس لبسة الرجل
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan
wanita yang memakai pakaian pria.” (HR. Abu Dawud)
Dengan menyerupai pakaian laki-laki, maka seorang wanita akan terpengaruh dengan
perangai laki-laki dimana ia akan menampakkan badannya dan menghilangkan rasa malu yang
disyari’atkan bagi wanita. Bahkan yang berdampak parah jika sampai membawa kepada maksiat
lain, yaitu terbawa sifat kelaki-lakian, sehingga pada akhirnya menyukai sesama wanita.
http://mustyka-mustyka.blogspot.co.id/2011/12/makalah-jilbab-hijab.html