Anda di halaman 1dari 14

JOURNAL ‘ULUMUL HADITS

“Pakaian Syar’i Wanita”

Dosen Pembimbing : Nur Ikhlas, MA


1. Rubiawati (19.1158)
2. Dinda Putri Syahrani (19.1137)
3. Futihatus Sirriyah (19.1135)
STAIN SULTAN ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU
Prodi : Manajemen Pendidikan Islam
Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
E-mail : rubiawati54@gmail.com

ABSTRACT

Muslim clothes among several Indonesian women this ending year is an exciting
phenomenon. Certainly thing this is very different from the previous condition. Female spirit
Indonesia to wear the hijab can be found in almost all areas public, both within the
government and in the private sphere. This phenomenon is a positive impact the media gives
information about other public figures who realize is importance carry out one of the
teachings of Islam about closing genitalia. Other than that, supports various advancements
and developments in civilization sophisticated and fast produce a wide range of products
used for human needs. One aspect that develops and can affect human life is the clothing
industry, clothing is basically a primary need that is very much needed by humans in the
world, this is proven by the emergence of various models and ingredients that vary greatly
throughout the world.

Keyword : Muslim Clothes, Characteristik

ABSTRAK

Pakaian muslim dikalangan wanita Indonesia beberapa tahun berakhir ini merupakan
fenomena yang menarik. Tentu hal ini sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya.
Semangat wanita Indonesia untuk mengenakan jilbab hampir dapat dijumpai di semua area
publik, baik di lingkungan pemerintah maupun di lingkungan swasta. Fenomena ini

1
merupakan dampak positif media yang memberikan informasi tentang publik figure lain nya
yang menyadari pentingnya melaksanakan salah satu ajaran islam mengenai menutup
aurat. Selain itu, di dukung berbagai kemajuan dan perkembangan peradaban yang serba
canggih dan cepat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam yang digunakan
untuk kebutuhan manusia. Salah satu aspek berkembang dan dapat mempengaruhi
kehidupan manusia adalah indrustri pakaian, pakaian pada dasarnya adalah kebutuhan
primer yang sangat dibutuhkan oleh manusia di dunia, hal ini terbukti dengan munculnya
berbagai model dan bahan yang sangat bervariasi di seluruh dunia.

Kata kunci : Busana Muslim, Karakteristik

2
PENDAHULUAN

Busana merupakan cerminan pemakai dan kebutuhan setiap manusia. Busana


juga mencirikan pribadi insan dalam segi martabat, status dalam kehidupan bersosial
dan bergaul. Wanita diciptakan dengan tabiat cinta berhias, berdandan, dan indah
dalam berpakaian dan lain-lain. Namun Islam mengatur semua itu dengan porsi
tertentu dipergunakan pada tempat serta situasi tertentu. Kenyataan di masyarakat
adalah lebih banyak wanita yang menghamburkan uang untuk kepentingan
pakaiannya, perhiasan, alat-alat kecantikan, rambut dan hiasan-hiasan remeh dan
berlebihan lainnya. Padahal semuanya tidak akan menambah kemajuan
perekonomian dan tidak akan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Bahkan
sebaliknya dapat menambah beban masyarakat jika dilakukan tidak menurut aturan
Islam.
Dan lengkaplah sudah dunia ini dipenuhi mode-mode jahiliyah yang
mengusung kebebasan berpikir dan berperilaku yang steril dari nilai-nilai Islam.
Ironisnya, kemunduran ini mereka sebut kemajuan. Pamer aurat dianggap seni.
Perzinaan dianggap zamannya dan pembunuhan janin (aborsi) dianggap hak asasi.
Maka lahirlah generasi instan, yaitu generasi yang tidak memiliki kepedulian
terhadap moral. Yang mereka pikirkan hanya kenikmatan sesaat walaupun harus
merugikan orang lain. (Abu Al-Ghifari, Remaja Korban Mode, Bandung: Mujahid
Press, 2003, hal. 13.)
Disamping itu dengan perkembangan zaman yang senantiasa berubah dari
waktu ke waktu dalam aspek kehidupan manusia maka berkaitan dengan perubahan
budaya pakaian wanita dan batasan-batasannya harus tidak menyimpang dari aturan
syari’at Islam. Sehingga penulis ingin membahas secara khusus dan mendalam
dalam sebuah judul “Pakaian Syar’i Wanita”.

3
Pengertian Pakaian (Busana) Syar’i

Secara istilah, pakaian adalah barang yang dipakai (meliputi baju, celana
dan aksesoris), sedangkan syar’i adalah istilah yang diambil dari Bahasa Arab
yang berarti sesuai dengan aturan (syari’at) atau hukum agama yang menetapkan
peraturan hidup manusia meliputi hubungan manusia dengan Allah Subhanahu
wa Ta’ala, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan
alam sekitar yang didasarkan pada al-Qur’an dan Hadis.1

Jilbab dalam Islam berasal dari kata jalaba yang artinya menghimpun
atau membawa.2

Salah satu cara berpakaian yang menjadi pusat perhatian saat ini adalah
penggunaan jilbab (penutup kepala). Jilbab berasal dari Bahasa Arab, artinya
sama dengan tabir atau dinding atau penutup.3

Tujuan Syari’at Berkenaan Dengan Syarat-syarat Pakaian (Busana) Wanita

Disyariatkannya berpakaian bagi wanita di dalam Islam adalah untuk


mewujudkan tujuan yang asasi. Pertama,untuk menutup aurat dan menjaga jangan
sampai terjadi fitnah. Kedua, untuk membedakannya dariwanitalain dan sebagai
penghormatan bagi wanita muslimah tersebut.

Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan kemukakan masing-masing tujuan


tersebut sebagai berikut :

1. Tujuan pertama
Sebagian orang modern mempertanyakan, kalau pakaian itu dimaksudkan
untuk menutup aurat atau demi kenyamanan dari fitnah, maka mengapakah
aurat wanita berbeda dengan aurat laki-laki, padahal masing-masing dapat
memfitnah yang lain dengan tubuhnya?
1
Selengkapnya lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, 2016
2
Alfatri Adlin, MenggeldahHasrat; sebuah Pendekatan Multi Perspektif,(Yogyakarta: Jalasutra,
2006), hlm. 343
3
Idatul Fitri dan Nurul Khasanah RA, 110 Kekeliruan Dalam Berjilbab, (Jakarta Timur: Al-
Maghfirah, 2013) Hal. 9

4
Pertanyaan ini akan dijawab dengan jwaban sebagai berikut:
a. Perbedaan tingkatan fitnah masing-masing.
Allah telah memberikan kekhususan pada tubuh wanita yang
membedakannya dari tubuh laki-laki dan menjadikan setiap bagian
tubuhnya sebagai fitnah khusus. Sementara itu, wanita dapat melihat tubuh
laki-laki secara global tanpa memperhatikan detail-detailnya. Maksudnya,
tubuh laki-laki itu tidak menimbulkan rangsangan khusus kepada wanita.
Kalaupun ada, maka rangsangannya sangat kecil. berbeda dengan tubuh
wanita, tiap-tiap bagian memiliki keindahan, daya tarik, dan rangsangan
tersendiri.
Akan tetapi, realitas kehidupan manusia mengakui sesuatu yang lebih
jauh dari itu, yaitu kita melihat kaum laki-laki berhias dan berpakaian
secara berlebihan, sehingga hampir tidak ada yang tampak selain wajah dan
tangannya, sedangkan kaum wanita berhias dengan memakai pakaian mini.
Barangkali hal ini disebabkan karena bentuk tubuh laki-laki yang
buruk/kasar, sebaliknya tubuh wanita terlihat lembut dan indah.
b. Perbedaan lapangan kerja masing-masing
Yang kami maksudkan ialah pekerjaan pokok masing-masing.
Pekerjaan pokok laki-laki ialah mencari rezeki ke luar rumah dengan
menyita sebagian besar waktunya untuk mengerjakan bermacam-macam
pekerjaan sehingga akan menjadikannya repot kalau harus menutup seluruh
tubuhnya. Lapangan pekerjaan wanita adalah dirumah dan mengasuh anak-
anaknya, sehingga dalam sebagian besar waktunya ia terlindungi di dalam
rumah dan tidak perlu menutup seluruh tubuhnya.
Apabila suatu waktu wanita bekerja ke luar rumah untuk memenuhi
kebutuhan pribadi atau masyarakat, maka ini merupakan sisi khusus yang
mengharuskan ia mengenakan pakaian yang menutup seluruh tubuhnya.
Hanya saja, hal ini sangat merepotkan dan menyulitkannya, atau kalau
seorang wanita terpaksa bekerja diluar rumah dalam sebagian besar
waktunya, dan sangat merepotkan dirinya kalau menutup seluruh tubuhnya
dengan sempurna, maka para ahli ijtihad hendaklah berijtihad untuk

5
menetapkan bagi mereka batas-batas kemudahan sedapat mungkin untuk
menerapkan kaidah.
Apakah para ulama itu berani mentolerir wanita untuk memperingan
penutupan kepala dengan menutup rambut tanpa menutup leher ketika
mereka harus bergerak di saat cuaca panas? Apakah para ulama itu berani
memperbolehkan wanita menampakkan sebagian lengannya ketika mereka
melakukan pekerjaan berat yang mengharuskan mereka membuka bagian
tubuh ini? Misalnya membuka betisnya karena harus mencebur ke dalam air
dan sebagaiannya. Apakah dalam hal ini dapat diterima pernyataan sebagian
Fuqaha Hanafiyah “Al-Ibtila’ bil ibtida’?” (ujian itu dengan
menampakkan…). Al-Marghinani, pengarang kibat Al-Hidayah berkata,
Dan mengecualikan kedua anggota tubuhnya itu adalah karena ujian
(ibtila’) untuk menampakkanya.4
Al-Kamal Ibnul Humam berkata dalam Syarah al-Hidayah, “Tak
diragukan lagi tentang keberadaan wanita sebagai aurat jika didasarkan
pada sabda Nabi Muhammad, “Wanita itu adalah aurat” dengan
diperbolehkan mengeluarkan sebagiannya sebagai cobaan (ujian) dengan
menampakann…”,yaitu menampakkan kedua kaki karena dalam
cobaan(kerepotan). Artinya, cobaan yang mengharuskan mereka
menampakkan kedua kaki. Disebutkan pula dalam Al-Ikhtiyar, ‘bila terbuka
lengannya maka sahlah shalatnya karena ini termasuk perhiasan luar, yaitu
gelang. Dan adakalanya iaperlua membukannya untuk bekerja, tetapi
menutupnya adalah lebih utama. Dan sebagian ulama mengatakan bahawa
itu adalah aurat didalam shalat, bukan diluarnya.
Al-Babarti, pengarang Syarah Al-‘Inayah ‘ala al-Hidayah, berkata,
”Al-Hasan meriwayatkan dari Iman Abu Hanifah bahwa kaki itu tidak
termasuk aurat, dan Al-Karkhi juga berpandapat demikian. Penyusun (Kitab
Al-‘Inayah ‘ala al-Hidayah) berkata, ‘Dan ini adalah pendapat yang paling
tepat’ karena mendapat cobaan dengan menampakkan kaki apa bila berjalan

4
Lihat Ibnu al-Humam al-Hanafi, Syarah Kitab Fathul Qadir ‘ala al-Hidayah wa bihamsyihi dan
Akmaluddin Muhammad bin Mahmud Al-Babarti, Syarah Al-‘Inayah ‘ala Al-Hidayah, juz 1, hlm.
258-259

6
dengan tidak memakai alas kaki atau sandal, atau kadang-kadang tidak
memakai kaos kaki.’”
Al-Marghinani berkata lagi, “Apa yang menjadi aurat laki-laki juga
menjadi aurat bagi wanita budak karena wanita budak itu keluar untuk
memenuhi keperluan majikannya dengan pakaian kerjanya sebagaimana
biasanya.”
Al-Kamal ibnul Humam berkata di dalam syarahnya, ”Perkataanya,
‘karena ia keluar….’ Maksudnya bahwa yang menggugurkan hukum aurat
itu ialah kesulitan yang tetap (terus-menerus) baginya jika seluruh tubuhnya
dihukumi sebagai aurat, Padahal ia perlu keluar rumah dan bekerja secara
lanagsung yang sudah barang tentu bercampur-baur dengan orang banyak.”
Maka hendaklah kita renungkan disini bagaimana keperluan dan
penghilangan kesulitan itu menjadi illat (alasan hukum) pemberian
kemudahan bagi wanita merdeka untuk membuka lengannya diluar shalat ,
dan bagi wanita budak untuk membuka sebagian tubuhnya.
Akhirnya perlu kami kemukakan suatu peristiwa yang terjadi pada
perang Uhud. Pada saat itu Sayyidah Aisyah dan Ummu Sulaim perlu
menyingsingkan pakaian mereka hingga tampak gelang kaki mereka karena
mereka mengangkut girbah (tempat air) di punggungnya dengan cepat dan
menuangkannya kemulut prang-orang yang membutuhkannya.5
Aurat laki-laki itu meskipun terbatas, namun tradisi manusia secara
umum, lebih-lebih tradisi Islami, menganjurkan laki-laki pada kebanyakan
kondisinya menutup sebagian besar tubuhnya.
2. Tujuan Kedua
Adapun tujuan yang kedua --yaitu memuliakan atau menghormati
muslimah yang merdeka dan membedakannya dari budak—maka kami
katakan bahwa ini merupakan metode pembedaan yang bagus karena tidak
didasarkan pada bermegah-megahan pangkat, kedudukan (status social),
harta (status ekonomi), dan kekuasaan melaikan dengan tindakan mulia, yaitu

5
Bukhari, Kitab Jihad, Bab Wanita Turut Serta dalam Peperangan Bersama Kaum Laki-laki, Juz 6,
hlm. 418. Dan Muslim, Kitab Jihad, Bab Wanita Turut Serta Berperang Bersama Laki-laki, Juz 5,
hlm. 197

7
ketaatan dan penjagaan serta pemeliharaan diri dari keburukan. Ini
dimaksudkan untuk menjunjung tinggi martabat wanita yang mengenakan
pakaian itu, sebagaimana dimaksudkan untuk memuliakan dan
menghormatinya dari sisi kemanusiaan.
Untuk tujuan ini, kami kemukakan alsan kami sebagai berikut.
a. Tubuh wanita secara umum mengandung fitnah, dan di samping itu kita
melihat syariat menetapkan tiga tingkatan menutup tubuh bagi wanita
mukmin. Tingkatan pertama, khusus bagi Ummu Mukminin (istri-istri
Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam). Mereka harus menutup diri dari
pandangan laki-laki, kecuali ketika sedang keluar rumah. Dalil mengenai
masalah ini sudah kami paparkan dimuka. Tingkatan kedua, bagi wanita
mukmin yang merdeka. Mereka harus menutup seluruh tubuhnya kecuali
wajah dan telapak tangannya.
b. Masing-masing tingkat penutupan aurat dengan tingkat kemuliaan
kedudukannya memiliki tingkat hukuman (sanksi) tersendiri jika yang
bersangkutan melakukan perbuatan keji (pelanggaran). Ummahatul
Mukminin yang tingkat penutupan aurat dan kemuliaan kedudukannya
paling tinggi, hukumannya dua kali lipat hukuman wanita merdeka (yang
bukan istri Nabi). Allah berfirman :
⧫ ⧫  ◆⧫
⧫ ⧫⬧ 
➔ ⬧ ➔
◼⧫ ⬧ ◆  ✓➔
  
Artinya : “Hai istri-istri nabi, siapa-siapa di antaramu yang
mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan di lipat gandakan
siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu
mudah bagi Allah” (QS. Al-Ahdzab : 30)
Sedangkan wanita merdeka yang tingkat kemuliaannya sedang (tengah-
tengah), hukumannya dua kali lipat hukuman wanita budak yang

8
tingkatannya paling rendah. Allah berfirman, “Apabila mereka (wanita
budak) mengerjakan perbuatan yang keji (zina), maka atas mereka
separuh hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami”.
Ibnu Rusyd mengemukakan alasannya dengan mengatakan, “Tujuan
dikuranginya hukuman bagi budak itu ialah untuk memberikan
keringanan karena kedudukan (status)nya yang rendah, sedang perbuatan
keji yang dilakukannya itu sendiri tidak lebih jelek daripada kalau
dilakukan oleh orang mereka6. Maksudnya, semakin tinggi kedudukan
seseorang maka semakin beratlah hukumannya kalau ia melakukan
maksiat, dan semakin rendah kedudukannya maka semakin ringan
hukumannya. Perlu diperhatikan bahwa penutupan aurat istri-istri Nabi,
dalam tingkatannya yang tinggi itu didasarkan pada pemberian
keistimewaan dan pemberian kemuliaan kepada Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam, sedang istri-istri beliau mengikuti beliau dalam
mendapatkan penghormatan ini.
Akhirnya, apabila Islam memuliakan wanita dengan menyuruhnya
menutup tubuh, dan fitnah kewanitaannya, serta tidak menampakkannya
kecuali jika diperlukan, maka tradisi kaum muslimin juga menuntut
kaum laki-laki yang terhormat untuk tidak menampakkan kelebihan dan
kekuatan serta kekekaran tubuhnya kecuali jika diperlukan. Hal itu
disebabkan kemuliaan manusia menurut timbangan Islam diukur dari
segi akal pikiran, akhlak, ilmu dan keutamaannya, bukan dari
ketampanan wajahnya. Allah berfirman :
  ⧫
⬧◆ ⬧  ◼
 ❑➔ ➔◆
 ❑➔◆➔⧫ ⧫⬧◆
  ⧫⧫ 

6
Ibn Rusyd, Bidayatul Mujtahid, juz 2, hlm. 47

9
⧫    ⬧
 
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat : 13)
Rasulullah Shallalahu Alaihi Wassalam bersabda, yang artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) fisik dan rupa wajahmu,
tetapi menilai hatimu.” (HR.Muslim)7

Karakteristik Pakaian (Busana) yang Sesuai Syari’at

Menurut Quraish Shihab dalam buku Wanita dalam Konsep Islam Modernis
karya Faisar Ananda Arfa menguraikan tentang turunnya surat An-Nur dan Al-
Ahzab. Menurutnya pada awal Islam di Madinah memakai pakaian yang sama
dengan wanita umumnya, termasuk wanita susiala atau hamba sahaya. Mereka
secara umum, memakai baju dan kerudung bahkan jilbab, namum lebar dan
terbuka, memakai kerudung tapi dikebelakangkan. Dalam kondisi seperti itulah,
turun surat Al-Ahzab ayat 59 tentang pemakaian jilbab dan ayat An-Nur ayat 31
dengan pakaian atau baju kurung longgar dilengkapi dengan kerudung penutup
kepala. Agar dapat membedakan mereka dengan wanita non-muslimah, identitas
mereka jelas dan menghindari dari orang-orang usil.8 Dimana Allah berfirman yang
berbunyi :

→⧫ ◆⬧☺ ➔◆


→⧫⬧◆  
 ◆ ➔
 ⧫⬧ ⧫  ⧫⧫
☺➔ ⧫➢◆◆ 
7
Muslim, Kitab Kebajikan, Menyambung Hubungan Famili, dan Adab Kesopanan, Bab Haramnya
Menzalimi Orang Muslim, Menghinanya, dan Merendahkannya, juz 8, hlm. 11.
8
Faisar Ananda Arfa, Wanita dalam Konsep Islam Modernis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004),
hlm. 131-132.

10
 ◆  ❑ ◼⧫
⬧❑➔  ⧫⧫
 ⧫◆ 
 ⬧❑➔ ⧫◆
  
◆❑  ⬧❑➔
 ◆❑ ⧫ 
 ◆❑ ⧫
⬧◼⧫ ⧫  
 ☺
  ✓➔
  ⧫
⬧   
◆❑⧫ ◼⧫ →⧫
⧫➢ ◆  
⧫ ◼➔ 
 ⧫  ⧫✓
➔⬧  ◼ ❑❑➔◆
➔⬧ ❑⬧☺ ⧫
 ❑⬧➔

Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan


pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang

11
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur : 31)

Setiap wanita diwajibkan menutup seluruh tubuhnya (kecuali muka dan


telapak tangan) dari pandangan laki-laki yang bukan mahram. Mereka tidak
dilarang menampakkan zinat (perhiasan) nya kepada beberapa golongan laki-laki
(laki-laki yang menjadi mahramnya) dan wanita.

Sesungguhnya syari’at jilbab merupakan syyari’at Islam yang mulia. Tidak


satu agama pun yang memuat perintah penutup aurat atau berjilbab seperti yang
ada pada Islam. Perintah jilbab adalah perintah yang secara khusus ditujukan
untuk memuliakan para muslimah. Dengannya, kehormatan seorang muslimah
akan terjaga dengan baik dari segala bentuk bahaya.9

Pakaian Syar’i atau jilbab dapat melindungi muslimah dari godaan atau
gangguan dari laki-laki jahat, lelaki yang berpenyakit hati. Bukankah yang
dilakukan Adam dan Hawa adalah menampakkan aurat mereka dengan memakan
buah khuldi. Tertutupnya aurat dengan pakaian syar’i (jilbab longgar) sehingga
tidak membuat para lelaki yang memandangnya turut berdosa juga merupakan
sebuah kemuliaan dari jilbab. Jika aurat tubuh wanita terbuka, maka akan membuat
banyak lelaki berdosa karena memandang. Ini termasuk dalam perbuatan zina yaitu
zina mata.10

Terkait dengan cara berpakaian menurut Islam. Adapaun kriteria busana


muslimah menurut M. Quraish Shihab ketika seorang perempuan keluar dari
rumahnya dan berinteraksi dengan laki-laki bukan muhrim, maka perempuan itu

9
Anton Ramdan, The Miracle of Jilbab: Hikmah Cantik dan Sehat Ilmiah Dibalik Syari’at Jilbab,
(Anton Ramdan: Indonesia, 2014), hlm. 15
10
Ibid, hlm. 24

12
harus memperhatikan sopan santun dan tata carabusana muslimah yang harus
dikenakan dengan berbagai kriteria yaitu11 :

• Menutupi seluruh badan selain bagian yang dikecualikan atau menutup aurat.
• Tidak boleh memakai pakaian yang ketat dan transparan.
• Tidak boleh memakai pakaian yang menyerupai pakaian laki-laki.
• Tidak boleh Tabarruj.12
• Tidak mengundang perhatian laki-laki.

Namun masih banyak yang jauh dari standar syar’i misalnya :

• Pakaian yang dikenakan terlalu ketat, sehingga lekuk tubuhnya kelihatan.


• Bahan pakaian yang dikenakan terlalu tipis.
• Mengenakan kudung gaul, dan lain sebagainya.

Kesimpulan

Pada hakikatnya wanita diwajibkan untuk berpakaian sesuai syari’at. Hal


tersebut diwajibkan karena untuk menghindari segala macam efek buruk yang
kemungkinan besar akan terjadi jika wanita tidak menggunakan pakaian sesuai
tuntunan Agama. Banyak sekali kisah istri-istri Nabi Muhammad yang setelah
diturunkan perintah oleh Allah kepada Nabi Muhammad agar para wanita
menjulurkan pakaiannya keseluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.

Seperti yang kita ketahui saat ini, banyak wanita yang dengan sengaja
mengumbar keindahan yang ada didalam dirinya dengan cara berpakaian sexy, atau
ada juga wanita yang mengenakan kerudung, namun pakaian yang dikenakannnya
sangat ketat, hingga membentuk lekuk tubuhnya. Hal ini tentu tidak diperbolehkan
dalam syari’at.

11
M. Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah,... hlm. 250-263
12
M. Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah,... hlm. 167

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghifari, Abu. 2003. Remaja Korban Mode. Bandung: Mujahid Press

Adlin, Alfatri. 2006. Menggeldah Hasrat: sebuah Pendekatan Multi Perspektif.


Yogyakarta: Jalasutra

Fitri, Idatul dan Nurul Khasanah RA. 2013. 110 Kekeliruan Dalam Berjilbab,.
Jakarta Timur: Al-Maghfirah

Al-Babarti, Akmaluddin Muhammad bin Mahmud. Tanpa Tahun. Syarah al-‘Inayah


‘ala al-Hidayah. Beirut: Dar al-Fikr

Rusyd, Ibnu. 1960. Bidayatul Mujtahid. Kairo: Musthafa al-Babi al-Halabi

Arfa, Faisar Ananda. 2004. Wanita dalam Konsep Islam Modernis. Jakarta:
Pustaka Firdaus

Ramdan, Anton. 2014. The Miracle of Jilbab: Hikmah Cantik dan Sehat Ilmiah
Dibalik Syari’at Jilbab, Indonesia

Shihab, M. Quraish. 2004. Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah. Jakarta: Lentera Hati

Syuqqah. Abdul Halim Abu. 2001. Fiqih Wanita Jidil 4. Jakarta: Gema Insani Press

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia, 2016

14

Anda mungkin juga menyukai