MAS’ALUL FIQIYAH
Di Susun Oleh:
Kelompok VI
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah tentang “Berbusana Muslim” ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran Mashilul
Fikiyah. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN........................................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAAN...............................................................................................6
A. Pengertian Busana Muslim Dan Muslimah...........................................................6
B. Pengertian Aurat....................................................................................................8
C. Dalil-dalil Tentang Perintah Berbusana Muslim Dan Muslimah...........................9
D. Fungsi Pakaian.....................................................................................................11
E. Adab Berpakaian Menurut Ketentuan Islam.......................................................12
F. Perilaku Mulia Dalam Pengamalan Berbusana Muslim Dan Muslimah.............14
BAB III PENUTUP.......................................................................................................16
A. Kesimpulan..........................................................................................................16
B. Saran ...................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apa pengertian busana muslim dan muslimah?
b. Apa pengertian aurat?
4
c. Apa saja dalil-dalil tentang perintah berbusana muslim dan muslimah?
d. Bagaimana penerapan perilaku mulia dalam pengamalan berbusana muslim dan
muslimah?
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari busana muslim dan Muslimah
b. Untuk mengetahui pengertian dari aurat
c. Untuk mengetahui apa saja dalil-dalil tentang perintah berbusana muslim dan
muslimah
d. Untuk mengetahui Bagaimana penerapan perilaku mulia dalam pengamalan
berbusana muslim dan muslimah
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Karena hal itu bertentantangan dengan hal agama, maka Al-Qur;an menetapkan batas
baginya dan mengharamkan apa saja yang bertentangan dengan agama, etika dan
kemanusiaan.
Busana muslimah adalah busana yang sesuai dengan ajaran Islam, dan pengguna
gaun tersebut mencerminkan seorang muslimah yang taat atas ajaran agamanya dalam
tata cara berbusana. Busana muslimah bukan sekedar symbol melainkan dengan
mengenakannya berarti seorang perempuan telah memproklamirkan kepada makhluk
Allah Swt akan keyakinan, pandangannya terhadap dunia, dan jalan hidup yang ia
tempuh. Dimana semua itu didasarkan pada keyakinan mendalam terhadap Tuhan
yang Maha Esa dan Kuasa. Busana muslim adalah berbagai jenis busana yang dipakai
oleh wanita muslimah sesuai dengan ketentuan syariat Islam, dimaksud untuk
menutupi bagian-bagian tubuh yang tidak pantas untuk diperlihatkan kepada publik.
Yang pada intinya busana muslimah harus dikaitkan dengan sikap taqwa yang
menyangkut nilai psikologis terhadap pemakainya. Untuk menumbuhkan konsep diri
busana muslimah semua itu kembali kepada masing-masing individu, namun dengan
memperlihatkan bentuk mode (biasa dilakukan dengan tiru-tiru atau iseng-iseng saja,
mode ini didalam masyarakat biasanya sangat cepat perkembangannya.
Pada dasarnya orang mengikuti mode unttuk mempertinggi gengsinya menurut
pandangan. Contohnya pada pakaian dan celana) pakaian, warna, keindahan,
merupakan salah satu factor pendukung yang tidak dapat dipungkiri. Begitu pula
dengan berbusana muslimah atau perilaku dalam berbusana muslimah harus
menyesuaikan apa yang ia kenakan. Didalam Islam pun mengajarkan etika tentang
menutup aurat, atau busana yaitu yang terdapat dalam surat Al-A‟raf :26,
ت هّللا ِ لَ َعلَّهُ ْم يَ َّذ َّكرُون َ ِك َخ ْي ٌر َذل
ِ ك ِم ْن آيَا َ ِى َذل ِ يَا بَنِي آ َد َم قَ ْد َأن َز ْلنَا َعلَ ْي ُك ْم لِبَاسًا يُ َو
َ اري َسوْ َءاتِ ُك ْم َو ِري ًشا َولِبَاسُ التَّ ْق َو
Dimana dapat disimpulkan bahwa orang yang menutup aurat akan mendapatkan
sisi yang mulia dihadapan Tuhannya diakhir kelak dan disebutkan pula dalam Q.S Al-
Jatsiyaah ayat 21-22
7
َّ ٰ واz
ِ لِ ٰ َحzٱلص
اzzٓا َء َمzاتُهُمۡ َسzzاهُمۡ َو َم َمzzَ َوٓا ًء َّم ۡحيzت َس ْ zُوا َو َع ِملz
ْ zُت َأن نَّ ۡج َعلَهُمۡ َكٱلَّ ِذينَ َءا َمن ْ zٱجتَ َر ُح
ِ وا ٱل َّسئَِّـاz َ zَأمۡ َح ِس
ۡ َب ٱلَّ ِذين
َيَ ۡح ُك ُمون
Artinya : Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami
akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang
mereka sangka itu.
Busana muslimah kini bukan lagi secondry apparel (barang-barang atau pakaian
koleksi dari tokoh yang dipasarkan), kemampuannya dalam beradaptasi telah
mengubah staus dan membuat busana sejajar dengan busana kontemporer. Islam
kemudian memerintahkan wanita-wanita muslim untuk meamakai busana muslimah
yang membedakan orang-orang muslim dengan nonmuslim. Islam memberikan
ketetapan yang begitu jelas dalam Al-Qur‟an sebagai panduan bagi seluruh kaum
muslimah dalam berbusana. Namun, dalam kenyataan sekarang ini banyak sekali jenis
pakaian muslim yang tidak sesuai dengan apa yang digambarkan dalam Al-Qur‟an.
Berbusana muslimah selain menjadi sarana untuk menjaga pandangan dari nafsu
syahwat, juga memberikan pengaruh dalam persepsi sosial dan tingkah laku seseorang
untuk tetap berusaha berada dalam aturan Islam.
B. Pengertian Aurat
Menurut bahasa, aurat berati malu, aib, dan buruk. Kata aurat berasal dari
kata awira yang artinya hilang perasaan. Jika digunakan untuk mata, berarti hilang
cahayanya dan lenyap pandangannya. Pada umumnya, kata ini memberi arti yang
tidak baik dipandang, memalukan, dan mengecewakan. Menurut istilah dalam
hukum Islam, aurat adalah batas minimal dari bagian tubuh yang wajib ditutupi
8
karena perintah Allah Swt. Aurat dalam bahasa Urdu berarti “wanita”,
bagaimanapun dalam bahasa Urdu dan beberapa yang berbahasa Hindi di India
mengartikannya sebagai wanita, tetapi sebenarnya kalimat aurat dalam bahasa Hindi
adalah naari. Bahasa Hindi telah mengambil banyak kalimat dari bahasa Persia/Arab
dan Sanskrit. Dalam Islam, aurat bagi wanita adalah seluruh tubuhnya, kecuali kedua
telapak tangan dan muka, sedangkan untuk pria adalah antara pusar hingga lutut,
artinya pusar dan lutut sendiri bukanlah aurat.
C. Dalil-dalil tentang Perintah Berbusana Muslim dan Muslimah
1. Surat Al-Ahzab Ayat 59
َ ِ َّن ٰذلzۗ ْن َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َجاَل بِ ْيبِ ِهzَ ك َونِ َس ۤا ِء ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ يُ ْدنِي
َك اَ ْد ٰن ٓى اَ ْن يُّع َْر ْفنَ فَاَل يُْؤ َذ ْي ۗن َ ِك َوبَ ٰنت َ اجِ ٰيٓاَيُّهَا النَّبِ ُّي قُلْ اِّل َ ْز َو
َو َكانَ هّٰللا ُ َغفُوْ رًا َّر ِح ْي ًما
mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka
tidak diganggu. Dan Allah Swt. Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Dalam ayat ini, Rasulullah saw. diperintahkan untuk menyampaikan kepada para
istrinya dan juga sekalian wanita mukminah termasuk anak-anak perempuan beliau
untuk memanjangkan jilbab mereka dengan maksud agar dikenali dan membedakan
dengan perempuan non-mukminah. Hikmah lain adalah agar mereka tidak diganggu.
Karena dengan mengenakan jilbab, orang lain mengetahui bahwa dia adalah seorang
mukminah yang baik.
9
masih melihat di sekeliling kita, mereka yang mengaku dirinya muslimah, masih
tanpa malu mengumbar auratnya. Padahal Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya
rasa malu dan keimanan selalu bergandengan kedua-duanya. Jika salah satunya
diangkat, maka akan terangkat kedua-duanya.” (Hadis Sahih berdasarkan syarah
Syeikh Albani dalam kitab Adabul Mufrad).
ر ِه َّن ع َٰلىz ِ ِر ْبنَ بِ ُخ ُمzض ْ َا َو ْليzَ َر ِم ْنهzَظه َ اzz ِد ْينَ ِز ْينَتَه َُّن اِاَّل َمzرُوْ َجه َُّن َواَل يُ ْبzُظنَ ف ْ َار ِه َّن َويَحْ ف ِ zْص َ نَ ِم ْن اَبzُض ْ ت يَ ْغض ِ ْؤ ِم ٰنzَوقُلْ لِّ ْل ُم
ْْن ِز ْينَتَه َُّن اِاَّل لِبُعُوْ لَتِ ِه َّن اَوْ ٰابَ ۤا ِٕى ِه َّن اَوْ ٰابَ ۤا ِء بُعُوْ لَتِ ِه َّن اَوْ اَ ْبن َۤا ِٕى ِه َّن اَوْ اَ ْبن َۤا ِء بُعُوْ لَتِ ِه َّن اَوْ اِ ْخ َوانِ ِه َّن اَوْ بَنِ ْٓي اِ ْخ َوانِ ِه َّن اَوzَ جُ يُوْ بِ ِه ۖ َّن َواَل يُ ْب ِدي
ِ ظهَرُوْ ا ع َٰلى عَوْ ٰر
ت ْ َت اَ ْي َمانُه َُّن اَ ِو التَّابِ ِع ْينَ َغي ِْر اُولِى ااْل ِ رْ بَ ِة ِمنَ الرِّ َجا ِل اَ ِو الطِّ ْف ِل الَّ ِذ ْينَ لَ ْم ي ْ بَنِ ْٓي اَ َخ ٰوتِ ِه َّن اَوْ نِ َس ۤا ِٕى ِه َّن اَوْ َما َملَ َك
َّن َوتُوْ ب ُْٓوا اِلَى هّٰللا ِ َج ِم ْيعًا اَيُّهَ ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ نzۗ النِّ َس ۤا ِء ۖ َواَل يَضْ ِر ْبنَ بِاَرْ ُجلِ ِه َّن لِيُ ْعلَ َم َما ي ُْخفِ ْينَ ِم ْن ِز ْينَتِ ِه
Artinya: “Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka
menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah
suami mereka, atau putra- putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau
putra- putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam)
mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki- laki (tua)
yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua
kepada Allah wahai orang- orang yang beriman, agar kamu beruntung.”
Dalam ayat ini, Allah Swt. berfirman kepada seluruh hamba-Nya yang
mukminah agar menjaga kehormatan diri mereka dengan cara menjaga pandangan,
menjaga kemaluan, dan menjaga aurat. Dengan menjaga ketiga hal tersebut,
dipastikan kehormatan mukminah akan terjaga. Ayat ini merupakan kelanjutan dari
perintah Allah Swt. kepada hamba-Nya yang mukmin untuk menjaga pandangan dan
menjaga kemaluan.
10
4.Hadis dari Ummu ‘Aţiyyah
D. Fungsi Pakaian
Fungsi pakaian, yakni sebagai penutup aurat, untuk menjaga kesehatan, dan
untuk keindahan. Tuntunan Islam mengandung didikan moral yang tinggi. Dalam
masalah aurat, Islam telah menetapkan bahwa aurat lelaki adalah antara pusar samapi
11
kedua lutut. Sedangkan bagi perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan
telapak tangan.
Mengenai bentuk atau model pakaian, Islam tidak memberi batasan, karena hal
ini berkaitan dengan budaya setempat. Oleh karena itu, kita diperkenankan memakai
pakaian dengan model apapun, selama pakaian tersebut memenuhi persyaratan
sebagai penutup aurat. Berikut Adab Berpakaian Menurut Islam.
E. Adab Berpakaian Menurut Ketentuan Islam
1. Ketentuan berpakain menurut syariat islam
Islam Menjadikan Al Qur'an dan hadis sebagai pedoman untuk mengatur segala
aspek kehidupan manusia, karena Allah SWT. menjadikan segala sesuatu
termasuk aktivitas manusia harus bernilai ibadah dan memberi manfaat termasuk
dalam mengenakan pakaian. Mengenakan pakaian dalam Islam diatur sedemikian
rupa, tidak sekedar penutup badan dari panasnya matahari dan dingginnya suhu
udara, melainkan sebagai sarana beribadah dan meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah swt. Artinya dengan berbusana sesuai dengan petunjuk
dan tuntunan islam dapat dijadikan sebagai sarana meningkatkan iman dan takwa
kepada Allah swt., karena sebaik baik perlindungan badan adalah takwa kepada
Allah SWT.
a. Nilai Religius Maksudnya pakaian yang hendak dipakai harus sesuai dengan
ketentuan islam baik fungsi maupun tujuannya.pakaian hendaknya berfungsi
untu menutup aurat dengan tujuan untuk menjaga dan harga diri manusia serta
bernilai ibadah. bagi perempuan,seluruh bagian tubuhnya merupakan
aurat,kecuali wajah dan telapak tangan,seedangkan bagi laki laki, aurat yang
harus ditutup mulai dari bagian pusar sampai dengan lutut jika mengenakan
pakaian tidak sesuai dengan ketentuan di atas, meka tindakan tersebut
termasuk melanggar apa yang di tentukan Allah SWT
b. Nilai estetika Pakaian yang dipakai hendaknya memiliki nilai setetika, yakni
nilai seni yang memberikan kepatutan, keindahan dan kebaikan bagi
pemakainya, kamu pada dasarnya manusia merupakan mahluk yang memiliki
jiwa seni, sehingga dalam berbaagai model demi menampilakan keindahan
seni sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah swt. hanya saja, model busana
yang dikembangkan harus tetap di sesuaikan dengan nilai religius sebagai
mana yang telah di sebutkan.
12
c. Nilai medisTidak kalah pentingnya pakaian hendkanya memiliki nilai medis.
yakni untuk melindungi kesehatan manusia dari bebagai penyakit atau
gangguan akan, dengan mengenakan pakaian tubuh manusia akan lebih
terlindungi dan terjada dari terik matahari dan dingginnya suhu udara Ketiga
kriteria di atas merupakan sati kesatuan,sehingga dalam penerapannya tidak
bisa di pisahkan. dalam kondisi pa pun yang tidak bisa di tinggalkan adalah
harus memenuhi nilai religius artinya pakaian yang di pakai guna menutup
aurat, menjaga kehormatan, serta ibadah kepada Allah SWT
2. Menghayati Adab Berpakain Menurut Islam
Mengenakan pakaian dengan di dasari atas pemahaman dan penghayatan terhadap
nilai nilai islam akan lebih memberi makna dan manfaat bagi pemakainnya. untuk
membantu bagaimana menghayati nilai nilai yang terkandung dalam ketentuan
berpakaian menurut islam di butuhkan hal sebagai beriukut
memahami ketentuan berpakaian menurut islam
menyadari pentingnya beropakaian menurut islam
menghayati pentingnya nilai dan fungsi berpakain menurut ketentuan
islam
menumbuhkan rasa percaya diri dalam mengenakan pakaian sesuai
ketentuan islam
membiasakan diri bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari hari
dengan ketulusan hati serta berniat ibada.
13
a) Berpakaian dengan niat untuk beribadah kepada Allah Swt.
b) Mendahulukan anggota badan yang kanan ketika hendak memakai
pakaian sambil membaca do'a " Segala puji bagi Allah yang telah
mengenakan pakaian ini kepadakau dan mengaruniakannya kepadaku,
padahal diriku tidak mempunyai daya dan kekuatan" (HR. Tirmidzi,
Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
c) Mendahulukan anggota badan yang kiri ketika hendak melepaskan
pakaian sambil membaca do'a "dengan menyebut nama Allah yang
tiada tuhan (yang berhak di sembah) selain dia"
d) Bahan tidak boleh dari sutra dan emas
e) Menurup aurat dengan memenuhi kriteria etika dan estetika
f) pakaian yang dipakai dalam kondisi bersih, tidak najis, karena sewaktu
waktu bisa di pakai untuk shalat
g) Di sunahkan memilih warna putih, dimaksudkan agar senantiasa
terjaga dan ingat akan kematian, karena pada saat meninggal akan
mengenakan kain kafan yang berwarna putih
2. Bagi perempuan
a) Berpakaian dengan niat untuk beribadah kepada Allah swt.
b) mendahulukan anggota bada yang kanan ketika hendak memakai
pakaian sambil membaca do'a yang tadi
c) mendahulukan aggota badan yagn kiri ketika hendak melepaskan
pakaian sambil membaca do'a yang tadi sama
d) menutup Aurat dengan memenuhi kriteria etika dan estetika
e) Memankangkan kerudung sampai menutup dada
f) pakaian yang dipakai dalam kondisi bersih, tidak najis, karena sewaktu
waktu bisa di pakai untuk shalat
g) Di sunahkan memilih warna putih, dimaksudkan agar senantiasa
terjaga dan ingat akan kematian, karena pada saat meninggal akan
mengenakan kain kafan yang berwarna putih
F. Perilaku Mulia dalam Pengamalan Berbusana Muslim dan Muslimah
Mengenakan busana yang sesuai dengan syariat Islam bertujuan agar manusia
terjaga kehormatannya. Ajaran Islam tidak bermaksud untuk membatasi atau mempersulit
gerak dan langkah umatnya. Akan tetapi dengan aturan dan syariat tersebut manusia akan
14
terhindar dari berbagai kemungkinan yang akan mendatangkan bencana dan kemudaratan
bagi dirinya. Berikut ini beberapa perilaku mulia yang harus dilakukan sebagai
pengamalan berbusana sesuai syariat Islam, baik di lingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat
1. Sopan-santun dan Ramah-tamah
Sopan-santun dan ramah-tamah merupakan ciri mendasar orang yang beriman. Hal ini
merupakan salah satu akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. sebagai teladan
dan panutan. Rasulullah saw. adalah orang yang santun dan lembut perkataannya serta
ramah-tamah perilakunya. Hal itu ditunjukkan oleh Rasulullah saw. bukan saja
kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya, tetapi kepada orang lain bahkan kepada
orang yang memusuhinya sekalipun.
2. Jujur dan Amanah
Jujur dan amanah adalah sifat orang-orang yang beriman dan saleh. Tidak akan keluar
perkataan dusta dan perilaku khianat jika seseorang benar-benar beriman kepada
Allah Swt. Orang yang membiasakan diri dengan hidup jujur dan amanah, maka
hidupnya akan diliputi dengan kebahagiaan. Betapa tidak, banyak orang yang
hidupnya gelisah dan menderita karena hidupnya penuh dengan dusta. Dusta adalah
seburuk-buruk perkataan.
3. Gemar Beribadah
Beribadah adalah kebutuhan rohani bagi manusia sebagaimana olahraga, makan,
minum, dan istirahat sebagai kebutuhan jasmaninya. Karena ibadah adalah kebutuhan,
maka tidak ada alasan orang yang beriman untuk melalaikan atau meninggalkannya.
Orang yang beriman akan dengan senang hati melakukannya tanpa ada rasa
keterpaksaan sedikitpun.
4. Gemar Menolong Sesama
Menolong orang lain pada hakikatnya adalah menolong diri sendiri. Bagi orang yang
beriman, menolong dengan niat ikhlas karena Allah Swt. semata- mata akan
mendatangkan rahmat dan karunia yang tiada tara. Berapa banyak orang yang gemar
membantu orang lain hidupnya mulia dan terhormat. Namun sebaliknya, bagi orang-
orang yang kikir dan enggan membantu orang lain, dapat dipastikan ia akan
mengalami kesulitan hidup di dunia ini. Tolonglah orang lain, niscaya pertolongan
akan datang kepadamu meskipun bukan berasal dari orang yang kamu tolong.
5. Menjalankan Amar Makruf dan Nahi Munkar
15
Maksud amar makruf dan nahi munkar adalah mengajak dan menyeru orang lain
untuk berbuat kebaikan dan mencegah orang lain melakukan
kemungkaran/kemaksiatan. Hal ini dapat dilakukan dengan efektif jika ia telah
memberikan contoh yang baik bagi orang lain yang diserunya. Tugas mulia tersebut
haruslah dilakukan oleh setiap orang yang beriman. Ajaklah orang lain berbuat
kebaikan dan cegahlah ia dari kemungkaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam adalah agama yang sempurna yang ajarannya mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia. Ajaran Islam mengatur semua urusan manusia agar terwujud
kehidupan yang aman, nyaman, dan damai. Dalam hal berbusana, Islam mengajarkan
bahwa busana memiliki fungsi utama sebagai penutup aurat selain fungsi-fungsi yang lain
seperti fungsi sebagai hiasan dan penahan rasa panas atau dingin. Dengan demikian, maka
bagi orang-orang yang beriman busana adalah sesuatu yang sangat penting untuk
diperhatikan terutama bagi kalangan perempuan.
Hal ini tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi kaum perempuan, terutama di
tengah-tengah kepungan budaya modern yang sangat mengesampingkan masalah syariat
agama. Banyak yang beranggapan bahwa urusan busana atau berpakaian adalah urusan
“privasi” setiap orang, merupakan bagian dari hak asasi manusia yang tidak boleh orang
lain atau kelompok lain ikut mengatur urusan tersebut.
Namun demikian, apapun alasan yang dikemukakan oleh orang-orang tentang
ajaran Islam yang satu ini, bagi kita bahwa gaya modern dan gaya yang tidak harus
membuka aurat. Tidak ada kaitannya antara modernitas suatu kelompok atau masyarakat
dengan busana atau pakaian yang membuka aurat. Dalam hal ini, kita dapat melihat dan
meniru bangsa Jepang yang sangat maju dan modern dengan tetap melestarikan
budayanya termasuk dalam berpakaian.
16
Dalam konteks berbusana, menutup aurat bukan saja baik dan saran, bahkan para
perempuan akan jauh terlihat lebih cantik, anggun dan berwibawa dengan busana yang
menutup aurat, Selain itu, pemakainya juga akan terhindar dari fitnah dan perbuatan tidak
menyenangkan dari orang yang akan berbuat jahat seperti berbuat seksual. Bukankah
timbulnya kejahatan-kejahatan seksual seperti kejahatan pemerkosaan, perzinaan, bahkan
pelecehan seksual yang dilakukan di tempat-tempat umum atau keramaian, pemicunya
karena tergoda dengan cara berbusana kaum perempuan yang sangat seksi.
B. Saran
Menutup aurat adalah kewajiban agama yang ditegaskan dalam al-Qur’an maupun
hadis Rasulullah saw. Kewajiban menutup aurat disyariatkan untuk kepentingan manusia
itu sendiri sebagai wujud kasih sayang dan perhatian Allah Swt. terhadap kemaslahatan
hamba-Nya di muka bumi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonimious. 2010. Al-Hidayah Al-Qur’an Perkata Tajwid Kode Angka. Tangerang Selatan:
Kalim.
As Suyuthi, Jalaludin. 2008. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press.
Kementerian Agama RI. 2011. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Kementerian Agama RI.
Kementerian Agama RI. 2011. Islam Rahmatan Lil’alamin. Jakarta: Kementerian Agama RI.
Kementerian Agama RI. 2012. Tafsir al-Qur’an Tematik. Jakarta: Kementerian Agama RI.
Masan AF. 2009. Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas VIII. Semarang: Toha Putra.
Mu’thi, Fadlolan Musyaffa’. 2008. Potret Islam Universal. Tuban: Syauqi Press.
Sarwat, Ahmad. 2011. Seri Fiqih dan Kehidupan (2): Thaharah. Jakarta: DU Publishing.
Shihab, Quraisy. 1998. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan.
Syaltut, Mahmud. 1990. Tafsir Al-Qur’anul Karim. Bandung: Diponegoro
18
19