OLEH
KELOMPOK 14
1. Intan Indah Sari Abdul Kadir (2011211007)
2. Riko Hidayat (2011211024)
i
KATA PENGANTAR
Bismilahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-NYA dan karunia-NYA
sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta manfaat bagi para pembaca maupun
kami sebagai penyusun makalah.
Sholawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga dan para sahabatnya karena berkat perjuangan merekalah sehinggga kita dapat
merasakan manisnya iman dan indahnya islam pada hari ini.
Kami merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu, krirtik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat di butuhkan untuk penyusunan makalah kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai fuqoha’ dalam mengemukakan hakekat perkawinan hanya menonjolkan
aspek lahiriyah yang bersifat normatif. Seolah-olah akibat sahnya sebuah perkawinan hanya
sebatas timbulnya kebolehan terhadap sesuatu yang sebelumnya sangat dilarang, yakni
berhubungan badan antara laki-laki dengan perempuan. Dengan demikian yang menjadi inti
pokok pernikahan itu adalah akad (pernikahan) yaitu serah terima antara orang tua calon
mempelai wanita dengan calon mempelai laki-laki.
Perkawinan umat Islam di Indonesia juga mengacu pada pedoman hukum Islam. Dengan
perkataan lain hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia sesuai dengan hukum Islam
sebagaimana pemahaman kalangan fuqoha’. Perkawinan juga bertujuan untuk memperluas
dan mempererat hubungan kekeluargaan, serta membangun masa depan individu keluarga dan
masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, jika telah ada kesepakatan antara orang pemuda
dengan seorang pemudi untuk melaksanakan akad nikah pada hakekatnya kedua belah pihak
telah sepakat untuk merintis jalan menuju kebahagiaan lahir batin melalui pembinaan yang
ditetapkan agama.
Barangkali, faktor-faktor yang ditetapkan terakhir inilah yang lebih mendekati tujuan hakekat
dari perkawinan yang diatur oleh Islam. Oleh sebab itu, sah tidaknya perkawinan menurut
Islam adalah tergantung pada akadnya. Karena sedemikian rupa pentingnya akad dalam
perkawinan itu maka berdasarkan dalil-dalil yang ditemukan, para fuqoha’ telah berijtihad
menetapkan syarat-syarat dan rukun untuk sahnya sesuatu akad nikah.
Sebagaimana hasil ilmu pengetahuan dan teknologi mengenai permasalahan baru dalam soal
perkawinan yaitu tentang sahnya akad nikah yang ijab qabulnya dilaksanakan melalui
telepon?.
Adzan ialah sebuah panggilan yang diserukan oleh muadzin ketika waktu
shalat tiba. Adzan dilakukan setiap hari selama 5 kali sehari selama terus menerus dan
tidak pernah berhenti di seluruh dunia karena adanya perbedaan waktu di berbagai
belahan dunia sehingga adzan selalu terdengar sepanjang kehidupan masih ada atau
sebelum kiamat datang. Di dalam adzan juga terdpaat sunnah sunnah di dalamnya
serta berkah bagi yang mendengarkan dan menjawabnya.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Apakah Sah Akad Nikah Lewat Telepon Dalam Hukum Isalam?
2. Apa Hukum Seruan Azan Lewat Radio?
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan serta penyusunan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui serta memahami sahnya akad nikah lewat radio.
2. Untuk mengetahui serta memahami hukum seruan azan lewat radio.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hukum Akad Nikah Lewat Telepon
1. Pengertian Pernikahan
Akad (nikah dari bahasa Arab )عقدatau ijab qabul, merupakan ikrar pernikahan. Yang
dimaksud akad pernikahan adalah ijab dari pihak wali perempuan atau wakilnya dari qabul
dari pihak calon suami atau wakilnya. Menurut syara’ nikah adalah satu akad yang berisi
diperbolehkannya melakukan persetubuhan dengan menggunakan lafadz ( انكاحmenikahkan)
atau ( تزويجmengawinkan). Kata nikah ini sendiri secara hakiki bermakna akad dan secara
majazi bermakna persetubuhan menurut pendapat yang shoheh ;
2. Rukun Pernikahan
Adapun rukun nikah ada 5, yaitu :
1. Wali
2. Pengantin laki-laki
3. Pengantin perempuan
4. Dua saksi laki-laki
5. Akad nikah
Akad nikah merupakan syarat wajib dalam proses atau ucapan perkawinan menurut Islam
akad nikah boleh dijalankan oleh wali atau diwakilkan kepada juru nikah.
وال يص^ح عق^د.وشروط الصيغة كونها بصريح مشتق انك^اح او ت^زويج ول^و بغ^ير العربي^ة جيث فهم^ا العق^دان والش^اهدان
وانما السرط عدم الفسق وفى بعض النسخ ب^ولى ذك^ر وه^و.النكاح اال بولي غدل او ماذونه والعدالة ليست بشرط في الولى
اي الذكور – إختراز عن األنثى فانما ال تزوج نفسها وال غيرها.
Syarat (akad) yaitu adanya akad itu jelas keluar dari lafadz نك^^احatau ( ت^^زويجaku nikahi)
walaupun akad tersebut tanpa menggunakan bahasa arab sekitarnya kedua lafadz itu
dipahami oleh dua orang yang akad dan dua saksi.
3
Dan tidak sah akad nikah kecuali dengan wali yang adil, atau orang yang mendapatkan ijin
wali. Syarat dalam wali itu disyaratkan tidak fasiq di sebagian nusakh itu harus wali laki-laki
yang lebih diunggulkan dari pada wanita, karena sesungguhnya wanita itu tidak bisa
menikahkan diri sendiri atau menikahkan orang lain.
4
Artinya, dalam masalah ibadah, manusia tidak boleh membuat-buat (merekayasa aturan
sendiri).
b. Nikah merupakan peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dan itu
bukanlah sembarangan akad, tetapi merupakan akad yang mengandung sesuatu yang sacral
dan syiar islam serta tanggungjawab yang berat bagi suami istri, sebagaimana firman Allah
dalam al-Quran surat nisa’ ayat : 21
Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat.
Tidak boleh membuat mudarat kepada diri sendiridan kepada orang lain.
Tinggalkanlah sesuatu yang meragukan engkau, (berpeganglah) dengan sesuatu yang tidak
meragukan engkau.
Menghindari mafsadah (resiko) harus didahulukan atas usaha menarik (mencari) maslahah
5
Ketidakabsahan akad nikah via telepon ini karena dua faktor. Faktor pertama, rukun sighat
ijab qabul pernikahan yang dilakukan secara telepon tergolong shigat kinayah (tidak jelas).
Padahal akad nikah disyaratkan menggunakan shigat yang sharih atau jelas. Dalam hal ini,
pakar fiqih Syafi’i kontemporer al-Habib Zain bin Smith (lahir 1357 H/1936 M) menegaskan:
Artinya, “Telpon menjadi shighat kinayah dalam beberapa akad, seperti akad jual beli,
akad salam dan akad sewa; maka akad-akad tersebut itu sah dilakukan dengan perantara
telpon. Adapun akad nikah maka tidak sah, karena dalam akad nikah disyaratkan harus ada
lafal yang jelas, sedangkan telpon itu kinayah (mengandung makna dua/lafal yang tidak
jelas).” (Zain bin Ibrahim bin Smith, al-Fawaid al-Mukhtarah li Salik Thariq al-Akhirah, [ttp.:
Ma’had Dar al-Lughah wa ad-Da’wah, 1429 H/2008 M], ed: Ali bin Hasan
Faktor kedua, tidak adanya kesatuan majelis secara offline yang memungkinkan
kedua orang saksi melihat dua (2) pelaku akad, yaitu suami dan wali calon istri yang
menikahkannya, serta mendengar shigat ijab qabul dari mereka secara langsung.
Sebagaimana dimaklumi, akad nikah disyaratkan harus persaksian secara langsung oleh dua
orang saksi. Meskipun dalam fiqih kontemporer, akad mu’amalah melalui perantara alat
komunikasi modern seperti telegram, faksimile, atau internet dapat dinilai sah, tetapi
demikian tidak berlaku untuk akad nikah. Sebab, dalam akad nikah, disyaratkan adanya
kesaksian langsung dari dua (2) orang saksi. Karenanya, keabsahan melakukan transaksi
mu’amalah dengan alat-alat modern tersebut tidak mencakup akad nikah. Hal ini
sebagaimana dirumuskan dalam Keputusan Majelis Majma’ al-Fiqh al-Islami nomor 6/3/45
tentang Pelaksanaan Akad dengan Perantara Alat Komunikasi Modern yang ditetapkan dalam
dalam Muktamar VI di Arab Saudi pada 17-23 Sya’ban 1430 H/14-20 Maret 1990 M: َأ َّن
اط اِإْل ْش^^هَا ِد فِيْ^^ ِه
ِ الس^^ابِقَةَ اَل ت َْش^^ َم ُل النِّ َك^^ا َح اِل ْش^^تِ َر ِ ْالقَ َوArtinya, “Sungguh kaidah-kaidah yang telah
َّ اع^^ َد
dijelaskan (keabsahan akad mu’amalah dengan perantara alat-alat modern) tidak mencakup
akad nikah, karea di dalamnya disyaratkan adanya persaksian.” (Keputusan Majelis Majma’
al-Fiqh al-Islami nomor 6/3/45 tentang Pelaksanaan Akad dengan Perantara Alat Komunikasi
Modern dalam Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, [Damaskus: Dar al-Fikr,
tth], juz VII, halaman 157). Rumusan hukum yang menetapkan ketidakabsahan akad nikah
via telepon merupakan rumusan yang sangat berhati-hati seiring dengan prinsip fiqih: ‘Al-
Abdha’ yuhtathu laha fauqa ghairiha” (Urusan kehalalan wanita bagi laki-laki lain harus
diperlakukan secara lebih hati-hati daripada urusan lainnya.” (Abu Bakr ibn as-Sayyid
Muhammad Syattha ad-Dimyathi, Hasyiyah I’anah at-Thalibin ‘ala Hall Alfazh Fath al-
Mu’in, [Bairut: Dar al-Fikr, tth.], juz III, halaman 86). Namun demikian secara hukum fiqih
terdapat solusi untuk melangsungkan pernikahan secara jarak jauh, yaitu melalui perwakilan
atau akad wakalah baik melalui perantara surat, utusan, telepon, jaringan internet, video call
maupun semisalnya. (Al-Baijuri, Hâsyiyyatus Syaikh Ibrâhîm al-Baijuri, juz I, halaman 739).
Kemudian calon suami yang ada di luar negeri dapat membuat surat kuasa atau menunjuk
wakil orang yang dipercayainya untuk mewakilinya menerima akad nikah dari wali calon
istri. Hal demikian mengingat dalam wakalah tidak disyaratkan adanya kesatuan majelis
6
sebagaimana aturan yang sangat ketat dalam akad nikah. Detail cara calon suami menunjuk
wakilnya dan sighat wakil calon suami dalam menerima akad nikah tersebut dapat dibaca
dalam tulisan berjudul: Hukum Calon Suami Mewakilkan Akad Nikah karena Positif Covid-
19. Ringkasnya, akad nikah via video call hukumnya tidak sah. Namun terdapat solusi, yaitu
calon suami menunjuk wakil untuk menerima akad nikahnya. Demikian secara hukum fikih.
Adapun berkaitan dengan hukum negara dan urusan adminstrasi lainnya dapat
dikonsultasikan ke KUA (Kantor Urusan Agama) terdekat.
Dari berbagai wacana atau referensi yang terdapat dalam Al Qur’an dan hadist,
hukum adzan dengan menggunakan radio ialah haram atau tidak diperbolehkan karena
menghilangkan berbagai adab adzan seperti menghadap ke kiblat dan sebagainya serta
menghilangkan sunnah sunnah dalam adzan seperti menjawab dan mendengarkan adzan.
Kenapa demikian? benarkah termasuk kesalahan dalam mengumandangkan adzan? Berikut
penjelasannya dari berbagai sumber syariat islam.
Dari penjelasan ulama tersebut dapat disimpulkan bahwa adzan ialah sesuatu yang wajib
dilakukan, keutamaan adzan merupakan panggilan untuk shalat yang wajib dilakukan oleh
muadzin secara langsung di setiap waktu shalat, bukan mengulang ulang atau mengiklankan
apa yang telah dibuat. Hukum adzan menggunakan radio dinyatakan tidak sah karena tidak
mengikuti apa yang telah ditetapkan dalam syariat islam.
Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Syekh Abdurrazzaq ‘Afifi, Sykeh Abdullah
bin Ghadyan (Lajnah Daimah) ditanya juga: “Sungguh saya telah mendengar dari sebagian
orang di negara-negara Islam (bahwa) mereka merekam di kaset radio (suara) adzan
haromain syarifain (Mekkah dan Madinah) dan menaruh radio di depan pengeras suara (dan
mengumandangkan) adzan sebagai pengganti muadzin. Apakah diperbolehkan shalat?
(tolong) disertai dalil dari kitab dan sunnah dengan komentar sedikit?
Mereka menjawabnya: “Sesunggunya tidak cukup adzan yang disyariatkan untuk shalat wajib
(dengan mengumandakan) adzan dari radio rekaman adzan. Bahkan seharusnya muadzin
(mengumandangkan) adzan sendiri untuk (menunaikan) shalat. Sebagaimana (ada) ketentuan
7
dari perintah Nabi sallallahu’alaihi wasallam untuk adzan. Dan asal dari perintah adalah
(hukumnya) wajib.
Jelas dari penjelasan tersebut bermakna bahwa adzan ialah sesuatu yang wajib dan telah
diperintah oleh Rasulullah, wajib dilakukan oleh muadzin secara langsung, dilakukan untuk
mengajak mendirikan shalat. Adzan dengan menggunakan radio rekaman tidak cukup kuat
untuk dianggap sebagai sesuatu yang dijalankan sesuai sumber syariat islam sehingga tidak
diakui kebenarannya.
Hukum adzan menggunakan kaset ialah haram, adzan yang dilakukan tidak diterima
karena adzan wajib dilakukan oleh muadzin secara langsung, bukan dilakukan oleh kaset
yang merupakan benda mati. Jika ada yang melakukan hal demikian maka tidak
diperkenankan untuk dicontoh dan wajib dibenarkan karena melakukan sesuatu yang telah
melanggar syariat dan merupakan sebuah bentuk bid’ah yang menyesatkan
Adzan dengan menggunakan radio ialah contoh bid’ah menyesatkan yang dilakukan
oleh orang orang yang malas pergi ke masjid dan malas melakukan adzan karena memiliki
rasa iman yang kurang sehingga menganggap bahwa kewajiban tersebut dapat digantikan
dengan kaset.
Bid’ah ialah sesuatu yang dilebih lebihkan atau syariat islam yang diubah tanpa adanya
sumber yang jelas sehingga berisi sesuatu yang tidak benar dan menyesatkan. Adzan dengan
kaset tidak pernah ada yang membenarkan sebab wujud dari hal yang tak pernah diajarkan
oleh Rasulullah. pada jaman terdahulu apapun keadaanya walaupun dalam keadaan islam
belum diterima banyak orang dan banyak disakiti oleh kafir, adzan tetap dilakukan langsug
oleh manusia dengan niat karena Allah.
8
6. Menghilangkan Sunnah Adzan
Adzan memiliki berbagai adab seperti wajib dilakukan dalam keadaan suci atau
wudhu terlebih dahulu, menghadap kiblat, menoleh ke kiri dan ke kanan, harus beragama
islam dan sebagainya yang merupakan segala sesuatu untuk menunjukkan bahwa adzan
tersebut sah. Dan seua hal tersebut tentu tidak mungkin bisa dipenuhi oleh rekaman radio.
7. Tidak Sah
“Tidak boleh bagi seorang untuk mencukupkan pada adzan orang lain, karena adzan
adalah ibadah badan, maka tidak sah dari dua orang, seperti halnya dengan shalat”.[ Al-Bahru
Ro’iq 1/277-278, Mawahibul Jalil 1/434, Al-Majmu’ 3/106, al-Mughni 2/68]. Penjelasannya
ialah adzan tidak boleh dicukupkan atau dipenuhi dengan sesuatu yang tidak memiliki
kemampuan untuk memenuhinya, sehingga tidak sah jika adzan di sebuah masjib atau di
mushala dilakukan dengan radio atau kaset rekaman.
Adzan wajib dilakukan langsung oleh manusia yang mengerti dan sadar akan apa yang
dilakukan yakni mengenai adzan yang dikumandangkan tersebut, adzan dianggap seperti
ibadah shalat yang memang harus dilakukan oleh orang itu sendiri tak bisa dilakukan atau
digantikan oleh sesuatu yang lain apalagi oleh sesuatu yang merupakan benda mati.
Dengan adanya masalah dan kebingungan mengenai adzan yang digantikan oleh radio
sedangkan tidak ada yang mampu memberikan keterangan dengan jelas, maka dari MUI
(Majelis Ulama Indonesia) memutuskan sebaai berikut, “Adzan itu dilakukan oleh seorang
Muslim yang hadir di tempat (masjid atau mushalla) dimana shalat akan dilakukan. Adzan
yang dilakukan seperti di televisi atau radio-radio sebagai petunjuk waktu shalat (seperti
kebiasaan memukul bedug) boleh saja : tetapi tidak sah untuk shalat lima waktu atau shalat
Jum’at..”.
Jelas dari fatwa MUI tersebut bahwa hukum adzan menggunakan radio jelas haram
hukumnya, keputusan tersebut tidak asal diambil atau disimpulkan begitu saja, tentu
berdasarkan berbagai hadist dan firman Allah serta ungkapan para ulama. Sebagai umay
muslim kita wajib menganutnya yakni meyakini bahwa adzan menggunakan kaset hukumnya
ialah tidak sah dan tidak dapat dijadikan sebagai patokan untuk shalat wajib.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nikah merupakan peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dan itu
bukanlah sembarangan akad, tetapi merupakan akad yang mengandung sesuatu yang sacral
dan syiar islam serta tanggungjawab yang berat bagi suami istri, sebagaimana firman Allah
dalam al-Quran surat nisa’ ayat : 21
Nikah lewat telepon mengandung risiko tinggi berupa kemungkinan adanya penyalahgunaan
atau penipuan (gharar/khida’), dan dapat pula menimbulkan keraguan (confused atau syak),
apakah telah dipenuhi atau tidak rukun-rukun dan syarat-syarat nikahnya dengan baik. Dan
yang demikian itu tidak sesuai dengan hadist Nabi/kaidah fiqih
Ketidakabsahan akad nikah via telepon ini karena dua faktor. Faktor pertama, rukun sighat
ijab qabul pernikahan yang dilakukan secara telepon tergolong shigat kinayah (tidak jelas).
Padahal akad nikah disyaratkan menggunakan shigat yang sharih atau jelas. Dalam hal ini,
pakar fiqih Syafi’i kontemporer al-Habib Zain bin Smith (lahir 1357 H/1936 M) menegaskan:
adzan ialah sesuatu yang wajib dilakukan, keutamaan adzan merupakan panggilan
untuk shalat yang wajib dilakukan oleh muadzin secara langsung di setiap waktu shalat,
bukan mengulang ulang atau mengiklankan apa yang telah dibuat. Hukum adzan
menggunakan kaset dinyatakan tidak sah karena tidak mengikuti apa yang telah ditetapkan
dalam syariat islam.
Sesunggunya tidak cukup adzan yang disyariatkan untuk shalat wajib (dengan
mengumandakan) adzan dari radio rekaman adzan. Bahkan seharusnya muadzin
(mengumandangkan) adzan sendiri untuk (menunaikan) shalat. Sebagaimana (ada) ketentuan
dari perintah Nabi sallallahu’alaihi wasallam untuk adzan. Dan asal dari perintah adalah
(hukumnya) wajib
fatwa MUI tersebut bahwa hukum adzan menggunakan radio jelas haram hukumnya,
keputusan tersebut tidak asal diambil atau disimpulkan begitu saja, tentu berdasarkan
berbagai hadist dan firman Allah serta ungkapan para ulama. Sebagai umay muslim kita
wajib menganutnya yakni meyakini bahwa adzan menggunakan kaset hukumnya ialah tidak
sah dan tidak dapat dijadikan sebagai patokan untuk shalat wajib.
10
B. Saran
Untuk memahami materi secara mendalam dibutuhkan ketekunan serta konsisten dalam
memahami serta menganalisa setiap isi makalah yang berkaitan dengan hukum akad nikah
lewat telepon dan seruan azan lewat radio. Bagi pembaca diharapkan bisa menggali informasi
serta pengetahuan tentang fiqih kontemporer terkhusunya materi dalam makalah ini.
Demikian yg dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak dan kelemahanya, Karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau refrensi yang ada hubunganya dengan judul
makalah ini. Penyususn banyak berharap para pembaca memberikan keritik dan saran yang
membangun pada penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembacanya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Read more: AKAD NIKAH LEWAT TELEPON ~ Kumpulan Makalah & Artikel
https://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/09/akad-nikah-lewat-
telepon.html#ixzz7jZ8sov5c
Sumber: https://islam.nu.or.id/bahtsul-masail/hukum-akad-nikah-via-video-call-
karena-pandemi-6hRjx
·
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-adzan-menggunakan-kaset
12