Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI KUA

Dosen Pengampu : Dr. H. Hamam, M.H.I.

OLEH:

1.MOH.KHOIRUR RIZQI ANSORI (S20191053)


2.HIDAYATUS SIAMAH (S20194070)
3.NURUL HASANAH (S20194086)

FAKULTAS SYARI’AH
HUKUM KELUARGA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI JEMBER
MARET 2022

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Manajemen
dan Administrasi KUA.

tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membimbing dan membantu kami dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jember, 8 Maret 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................... 1

KATA PENGANTAR .................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................. 4

 A. Latar Belakang ............................................................ 4


 B. Rumusan Masalah ....................................................... 5
 C. Tujuan Penulisan......................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 5

 A. Pendaftaran kehendak nikah ....................................... 5


 B. Pemeriksaan kehendak nikah ...................................... 6
 C. Pengumuman kehendak nikah..................................... 7
 D. Pelaksanaan pencatatan nikah..................................... 8
 E. Penyerahan buku nikah dan kartu nikah...................... 12

BAB III PENUTUP...................................................................................... 12

 A. Simpulan ..................................................................... 12
 B. Saran............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat
atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan
ibadah.1 Sedangkan pernikahan menurut UU No. 1 Tahun 1974, pasal 1 perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.2 Adapun Ta’rif pernikahan itu sendiri adalah akad yang menghalalkan
pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta tolong-menolong antara seorang laki-laki
dan seorang perempuan yang bukan mahram.3Pada era Globalisasi, teknologi informasi
mengalami perkembangan yang begitu pesat dan telah mengubah pola pikir serta prilaku
manusia.
Perkawinan adalah suatu akad antar seorang pria dan wanita didasarkan kerelaan dan
kesukaan kedua belah pihak yang oleh pihak lain(Wali) menurut syarat dan sifat yang mana
telah ditetapkan untuk menghalkan percampuran keduanya, sehingga dalam hal ini pasangan
suami istri saling membutuhkan menjadi sekutu sebagai teman hidup dalam rumah tangga. 4
Namun demikian dalam lingkup pasal tersebut pernikahan hanya boleh dilakukan oleh
seseorang yang mempunyai wewenang penuh. Untuk mengetahui sampai sejauh manakah
hukum suatu pernikahan, maka perlu diketahui peran dari pernikahan yang mana memiliki
hubungan dengan lengkap atau tidaknya rukun serta syarat pernikahan.
Dalam rangka melengkapi kesempurnaan tersebut manusia sebagai mahluk yang mulia
yang sudah mampu, sebaiknya dianjurkan untuk memiliki pasangan, Allah SWT juga telah
membimbing manusia untuk mengetahui fitrah. Diantara fitrah tersebut ialah kecenderungan
untuk memiliki hidup secara berpasang-pasang atau dalam bahas lain ialah “ manusia
memiliki rasa ketertarikan terhadap lawan jenis yang dalam Bahasa Al-qur’an biasa disebut
dengan Azwaj(berpasang-pasang).5

B.RUMUSAN MASALAH
1
Dasar-dasar perkawinan, UU Peradilan Agama (UU RI nomor 50 tahun 2009) dan KHI ,h.140
2
UU Tentang Perkawinan pasal 1 tahun 1974
3
H. Sulaiman Rasjid, Pernikahan Islam, Fiqh Islam, (PT Algesindo Bandung) cet.83, H.374.
4
Slamet Abidin dan Aminullah, Fiqh Munakahat ( Bandung: Pustaka Setia,1999), cet. Ke-1, h. 12.
5
M. Quraish shihab, Tafsir al-Misbah, pesan, kesan, dan keserasian Al-qur’an (Jakarta: Lentera Hati,2002), Vol.
11, h.5398.

4
1. Bagaimana prosedur pernikahan menurut Kompilasi Hukum Islam ?
2. Bagaimana fungsi dari pencatatan nikah ?
3. Apakah wajib bagi masyarakat untuk mengikuti Undang-Undang dalam pernikahan ?

C.TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui prosedur pernikahan menurut Kompilasi Hukum Islam.

2. Untuk mengetahui fungsi dari pencatatan nikah.

3. Untuk mengetahui tentang tentang kewajiban bagi masyarakat untuk mengikuti undang-
undang dala pernikahan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendaftaran Kehendak Nikah
Pendaftaran kehendak nikah ini dimaksudkan adalah untuk mengetahui bahwa akan
terjadinya prosesi pernikahan dan perkawinan oleh sepasang pemuda dan pemudi. Mengikuti
aturan sebagai warga negara yang berbudi pekerti luhur maka setiap diadakannya perkawinan
dan pernikahan pasti akan di daftarkan ke Kantor Urusan Agama (KUA). Untuk pendaftaran
nikah itu sendiri secara sah dan legal oleh keputusan kemenag yaitu 10 hari sebelum
pernikahan itu dilaksanakan. Untuk syarat nikah ini pendaftarannya sesuai dengan peraturan
yang terbaru tahun 2021 ini, meliputi kelengkapan dokumen pendaftaran nikah sebagaimana
diatur dala peraturan menteri agama (PMA) nomor 20 tahun 2019. Terdapat pada BAB II
PENDAFTARAN KEHENDAK NIKAH, Bagian Kesatu Permohonan Pasal 3 :

1. Pendaftaran kehendak nikah dilakukan di KUA kecamatan tempat akad nikah akan
dilaksanakan.
2. Dalam hal pernikahan dilaksanakan di luar negeri, dicatat di kantor perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri.
3. Pendaftaran kehendak nikah dilakukan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sebelum
dilaksanakan pernikahan.

5
4. Dalam hal pendaftaran kehendak nikah dilakukan kurang dari 10 (sepuluh) hari kerja,
calon pengantin harus mendapat surat dispensasi dari camat atas nama bupati/walikota
atau Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri tempat akad nikah
dilaksanakan.

Setelah mengikuti beberapa point pasal diatas tentang peraturan Mahkamah Agung,
maka selanjutnya kepada para pasangan pemuda pemudi ini barulah melangsungkan
perlengkapan administratif dari desa maupun ke kantor pihak KUA nantinya. Hal itu bisa
dirinci sebagai berikut : Bagian Kedua Persyaratan Administratif Pasal 4.

1. Pendaftaran kehendak nikah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilakukan secara


tertulis dengan mengisi formulir permohonan dan melampirkan:
a. surat pengantar nikah dari desa/kelurahan tempat tinggal calon pengantin;
b. foto kopi akta kelahiran atau surat keterangan kelahiran yang dikeluarkan oleh
desa/kelurahan setempat;
c. foto kopi kartu tanda penduduk/resi surat keterangan telah melakukan
perekaman kartu tanda penduduk elektronik bagi yang sudah berusia 17 (tujuh
belas) tahun atau sudah pernah melangsungkan nikah;
d. foto kopi kartu keluarga;
e. surat rekomendasi nikah dari KUA Kecamatan setempat bagi calon pengantin
yang melangsungkan nikah di luar wilayah kecamatan tempat tinggalnya;
f. persetujuan kedua calon pengantin;
g. izin tertulis orang tua atau wali bagi calon pengantin yang belum mencapai
usia 21 (dua puluh satu) tahun;
h. izin dari wali yang memelihara atau mengasuh atau keluarga yang mempunyai
hubungan darah atau pengampu, dalam hal kedua orang tua atau wali
sebagaimana dimaksud dalam huruf g meninggal dunia atau dalam keadaaan
tidak mampu menyatakan kehendaknya;
i. izin dari pengadilan, dalam hal orang tua, wali, dan pengampu tidak ada;
j. dispensasi dari pengadilan bagi calon suami yang belum mencapai usia sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;
k. surat izin dari atasan atau kesatuan jika calon mempelai berstatus anggota
tentara nasional Indonesia atau kepolisian Republik Indonesia;

6
l. penetapan izin poligami dari pengadilan agama bagi suami yang hendak
beristri lebih dari seorang;
m. akta cerai atau kutipan buku pendaftaran talak atau buku pendaftaran cerai
bagi mereka yang perceraiannya terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama; dan
n. akta kematian atau surat keterangan kematian suami atau istri dibuat oleh
lurah atau kepala desa atau pejabat setingkat bagi janda atau duda ditinggal
mati.

Dalam hal warga negara Indonesia yang tinggal diluar negeri dan sudah tidak memiliki
dokumen kependudukan, syarat pernikahan sebagai berikut:

a. surat pengantar dari perwakilan Republik Indonesia di luar negeri;


b. persetujuan kedua calon pengantin;
c. izin tertulis orang tua atau wali bagi calon pengantin yang belum mencapai usia 21
(dua puluh satu) tahun;
d. penetapan izin poligami dari pengadilan agama bagi suami yang hendak beristri lebih
dari seorang;
e. akta cerai atau surat keterangan cerai dari instansi yang berwenang; dan
f. akta kematian atau surat keterangan kematian suami atau istri dibuat oleh pejabat
yang berwenang.

B. Pemeriksaan Kehendak Nikah

7
Pemeriksaan dokumen kehendak nikah ditujukan kepada sepasang calon mempelai ini
dengan tujuan untuk mengetahui setiap berkas-berkas yang diserahkan kepada pihak Kantor
Urusan Agama agar mempunyai bukti yang valid atas akan diadakannya pernikahan tersebut
dan menjadi barang bukti bilamana disuatu hari ada peristiwa yang tidak diinginkan. Selain
itu, agar terjaminnya kepastian hukum bagi kedua calon mempelai serta juga agar dapat
mengetahui akibat hukumnya, persyaratan dokumen menjadi kewajiban untuk dipenuhi,
perihal surat-menyurat akan dilakukan secara mendetail kepada yang bersangkutan. Hal-hal
mengenai pasal peraturan Menteri Agama nomor 20 tahun 2019 sebagai berikut : Bagian
Ketiga pemeriksaan Dokumen

Pasal 5

1. Kepala KUA Kecamatan/Penghulu/PPN LN melakukan pemeriksaan dokumen nikah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
2. Pemeriksaan dokumen nikah dilakukan di wilayah kecamatan/kantor perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri tempat dilangsungkannya akad nikah
3. Kepala KUA Kecamatan/Penghulu/PPN LN melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen nikah dengan menghadirkan calon suami, calon istri, dan wali untuk
memastikan ada atau tidak adanya halangan untuk menikah.
4. Dalam hal dokumen nikah dinyatakan lengkap, hasil pemeriksaan dokumen nikah
dituangkan dalam lembar pemeriksaan nikah yang ditandatangani oleh calon suami,
calon istri, wali, dan Kepala KUA Kecamatan/Penghulu/PPN LN.
5. Dalam hal calon suami, calon istri dan/atau wali tidak dapat membaca/menulis,
penandatanganan dapat diganti dengan cap jempol.

Pasal 6

1. Dalam hal pemeriksaan dokumen nikah belum memenuhi ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4, Kepala KUA Kecamatan/Penghulu/PPN LN
memberitahukan secara tertulis kepada calon suami, calon istri, dan/atau wali untuk
melengkapi dokumen persyaratan.
2. Calon suami, calon istri, dan wali atau wakilnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus melengkapi dokumen nikah paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum peristiwa
nikah.

8
Jadi penjelasannya, Sebelum pelaksanaan hari akad nikah, ada sepuluh hari kerja yang
menurut hemat penulis sebagai hari-hari yang menentukan. Apakah kehendak perkawinan
diterima atau ditolak secara hukum dan administratif oleh pejabat KUA, atau dengan
penetapan: diterima secara hukum tetapi tidak secara administratif, karena ada kekurangan
syarat. Untuk menerima permohonan kehendak nikah pasangan tentu memuat dalil - dalil
pertimbangan hukum yang kuat dan sejalan dengan Alquran, Hadis, UU dan regulasi. Namun
adakalanya, dapat diterima secara administrasi tetapi tidak secara syariat (hukum islam),
karena pasangan bermasalah.  

Lalu,  bagaimana bunyi penetapan hukum yang dikeluarkan oleh pejabat KUA, dan
apa bentuk penyampaiannya? karena selama ini Penghulu/ PPN hanya kenal form daftar
pemeriksaan nikah dan form penolakan secara administrasi, karena kekurangan syarat atau
tidak memenuhi syarat kemudian dinyatakan ditolak oleh pejabat KUA. 

Tidak disebutkan, bahwa penolakan dengan surat tersebut sebagai produk hukum
KUA, karena dianggap Penghulu / PPN bukan aparat penegak hukum, tetapi pegawai
administrasi pencatat nikah, yang ditugaskan mengawasi pernikahan sejak puluhan tahun
silam  ketika UU tentang NTCR tahun 1946 nomor 22 diterbitkan pemerintah. Dapat dilihat
di pasal 1,2 dan 3 UU ini. 

C. PENGUMUMAN KEHENDAK NIKAH

PPNPembantu PPN mengumumkan kehendak nikah pada papan pengumuman dengan


model NC setelah persyaratan dipenuhi. Pengumuman dilakukan: a. Oleh PPN di KUA
Kecamatan tempat pernikahan akan dilangsungkan dan di KUA Kecamatan tempat tinggal
masing-masing b. Oleh pembantu PPN di luar Jawa di tempat-tempat yang mudah diketahui
umum. PPNPembantu PPN tidak boleh melaksanakan akad nikah sebelum lampau sepuluh
hari kerja sejak pengumuman, kecuali seperti yang diatur dalam pasal 3 ayat 3 PP No.9
Tahun 1975 yaitu apabila terdapat alasan yang sangat penting. Misalnya salah seorang akan
segera bertugas ke luar negeri. Maka dimungkinkan yang bersangkutan memohon dispensasi
kepada Camat selanjutnya Camat atas nama Bupati memberikan dispensasi. Dalam
kesempatan waktu sepuluh hari ini calon suami isteri seyogyanya mendapat nasihat
perkawinan dari BP4 setempat.

9
Tujuan daripada pengumuman kehendak nikah adalah sebagai pertanda atau bukti
bahwa adanya pernikahan yang telah dilaksanakan oleh muda mudi, adapun Tujuan lain dari
pengumuman kehendak nikah, untuk mendapatkan masukan dari masyarakat tentang kondisi
dan status daripada calon pengantin yang sebenarnya. Ada transparansi. Jika ada pemalsuan
identitas, masyarakat mengetahui, maka informasi bisa disampaikan ke KUA. Status yang
dimaksud, yaitu status perkawinan calon pengantin, apakah dia jejaka atau duda, perawan
atau janda.

PENUTUP

A.Kesimpulan

B.SARAN

DAFTAR PUSTAKA

10
Daftar Pustaka
https://juniskaefendi.blogspot.com/2014/05/kaidah-ke-3-al-masyaqatu-tajlib-at.

https://ulumsyareah.blogspot.com/2013/04/kaidah-al-masyaqqah-tajlbi-at-taysir.

Kitab As-Sulam, Juz 2, Syaikh Abdul Hamid Hakim.( Jakarta:2008)

11

Anda mungkin juga menyukai