TENTANG
PENCATATAN PERKAWINAN DI KUA DAN KANTOR
CATATAN SIPIL
Diajukan untuk memenuhi tugas Semester Pendek Mata Kuliah Kapita Selekta
Hukum Keluarga
Di Susun
Oleh:
MUHAMMAD FAISHAL HABIB
NIM: 21154125
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang diberi judul PENCATATAN PERKAWINAN DI
KUA DAN KANTOR CATATAN SIPIL.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Kesimpulan ..................................................................................... 13
A. LATAR BELAKANG
1
M.Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam , (Jakarta: Prenada Media,
2003), Hal.123
2
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi
Kritis Perkembangan Hukum Islam dan fikih, UU No. 1?1974 Sampai KHI, (Jakarta: Kencana,
2004), cet. III, Hal.122
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Dasar Hukum Pencatatan Perkawinan?
2. Bagaimana Prosedur Pencatatan Perkawinan?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Unuk Mengetahui Dasar Hukum Pencatatan Perkawinan.
2. Untuk Mengetahui Pencatatan Perkawinan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pemerintah telah melakukan upaya pencatatan ini sejak lama sekali, karena
perkawinan selain merupakan akad suci, ia juga mengandung hubungan
keperdataan. Ini dapat dilihat dalam perjelasan umum Undang-Undang N0.1
Tahun 1974, nomor 2. 3
Sebelum berlakunya undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
berbagai hukum perkawinan diklasifikasikan berdasarkan warga Negara dan
daerahnya, pembagiannya sebagai berikut:4
a. Bagi orang-orang Indonesia Asli yang beragama Islam berlaku hukum agama
yang telah diresipir dalam hukum adat.
b. Bagi orang Indonesia asli lainnya berlaku hukum adat.
c. Bagi orang-orang Indonesia asli lainnya berlaku yang beragama Kristen
berlaku Huwelijksordonantie Christen Indonesia (Stbl. 1993 Nomor 74)
d. Bagi keturunan Timur Asing Cina dan warga Negara Indonesia keturunan
cinan berlaku ketentuan hukum berlaku ketentuan-ketentuan Kitab Undang-
undang Hukum Perdata dengan sedikit perubahan;
e. Bagi orang-orang Timur Asing lainnya dan warga negera Indonesia Keturunan
Timur Asing lainnya tersebut berlaku Hukum Adat merka.5
f. Bagi orang-orang Eropa dan warga Indonesia keturunan eropa dan yang
disamakan dengan mereka berlaku Undang-Undang Hukum Perdata.6
Sejak diundangkannya UU. No.1 Tahun 1974, merupakan era bagi
kepentingan umat Islam khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. UU
3
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo, 2003), cet.VI, hal.108
4
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, hal.108
5
Undang-Undang Perkawinan,(Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2004), Cet. I, hal.34
6
Undang-Undang perkawinan, (Semarang: Beringin Jaya), hal.25
3
No.1 Tahun 1974 merupakan kodifikasi dan unifikasi hukum perkawinan, yang
bersifat nasional yang menepatkan hukum Islam memiliki eksistensinya sendiri,
tanpa harus diresipiir oleh Hukum Adat7. Karena itu sangat wajar, apabila ada
yang berpendapat bahwa kelahiran UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan
merupakan ajal teori iblis receptie yang dimotori Snouck Hourgronje.8
Setelah berlaku UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan berlaku unifikasi.
Bawha Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan yang berlaku (pasal 2 ayat
1 Undang-Undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974).9 Bagi mereka yang
melakukan perkawinan menurut agama Islam, pencatatan dilakukan di Kantor
Urusan Agama (KUA).10 Sedang bagi yang beragama Katholik, Kristen, Budha,
Hindu, pencatatan itu dilakukan di Kantor Catatan Sipil (KCS).11
7
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), cet.II, hal.
27
8
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, hal.108-109
9
LBH Apik Jakarta, pentingnya pencatatan perkawinan, artikel di akses pada 9 Januari
2021 dari http://www.lbh-apik.or.id/fact-14%20penct.%20perkawinan.htm,.
10
Iir Hariman, Pencatatatn Perkawinan, artikel diakses pada 9 Januari 2021 dari
http://kancanaasli.blogspot.com/2009/09/pencatatan-perkawinan.html, pada tanggal 9 Januari 2021
11
Mardian Alisyaban Hidayat, Pencatatan Perkawinan, artikel pada 9 Januari 2021 dari
http://www.mardianaly.co.cc/2010/04/pencatatan-perkawinan.html.....
4
Islam dalam wilayahnya. Untuk memenuhi ketentuan itu maka setiap perkawinan
harus dilangsungkan dihadapan dan dibawah pengawasan PPN karena PPN
mempunyai tugas dan kedudukan yang kuat menurut hukum, ia adalah Pegawai
Negeri yang diangkat oleh Menteri Agama pada tiap-tiap KUA Kecamatan.12
Masyarakat dalam merencanakan perkawinan agar melakukan persiapan
sebagai berikut :
1. Masing-masing calon mempelai saling mengadakan penelitian apakah mereka
saling cinta/setuju dan apakah kedua orang tua mereka
menyetujui/merestuinya. Ini erat kaitannya dengan surat-surat persetujuan
kedua calon mempelai dan surat izin orang tua bagi yang belum berusia 21
tahun .
2. Masing-masing berusaha meneliti apakah ada halangan perkawinan baik
menurut hukum munakahat maupun menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku. (Untuk mencegah terjadinya penolakan atau pembatalan
perkawinan).
3. Calon mempelai supaya mempelajari ilmu pengetahuan tentang pembinaan
rumah tangga hak dan kewajiban suami istri dsb.13
4. Dalam rangka meningkatkan kualitas keturunan yang akan dilahirkaan calon
mempelai supaya memeriksakan kesehatannya dan kepada calon mempekai
wanita diberikan suntikan imunisasi tetanus toxoid.
5. Pemeriksaan kehendak nikah
6. Pemberitahuan Kehendak Nikah
Setelah persiapan pendahuluan dilakukan secara matang maka orang yang
hendak menikah memberitahukan kehendaknya kepada PPN yang mewilayahi
tempat akan dilangsungkannya akad nikah sekurang-kurangnya 10 hari kerja
12
KUA Arahan Indramayu Jawa Barat, Prosedur Pernikahan Di Kantor Urusan Agama
(KUA), artikel diakses pada 9 Januari 2021 dari
http://kuaarahan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=56&Itemid=34hjjhghghg
ghghg
13
KUA Arahan Indramayu Jawa Barat, Prosedur Pernikahan Di Kantor Urusan Agama
(KUA), artikel diakses pada 9 Januari 2021dari
http://kuaarahan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=56&Itemid=34hjjhghghg
ghghg
5
sebelum akad nikah dilangsungkan. Pemberitahuan Kehendak Nikah berisi data
tentang nama kedua calon mempelai, hari dan tanggal pelaksanaan akad nikah,
data mahar/maskawin dan tempat pelaksanaan upacara akad nikah (di Balai
Nikah/Kantor atau di rumah calon mempelai, masjid gedung dll). Pemberitahuan
Kehendak Nikah dapat dilakukan oleh calon mempelai, wali (orang tua) atau
wakilnya dengan membawa surat-surat yang diperlukan:
6
13. Bagi catin yang akan melangsungkan pernikahan ke luar wilayah
Kecamatan harus ada Surat Rekomendasi Nikah dari KUA setempat.
14. Kedua catin mendaftarkan diri ke KUA sekurang-kurangnya 10 (sepuluh)
hari kerja dari waktu melangsungkan Pernikahan. Apabila kurang dari 10
(sepuluh) hari kerja, harus melampirkan surat Dispensasi Nikah dari
Camat.
15. Bagi WNI keturunan, selain syarat-syarat tersebut dalam poin 1 s/d 10
harus melampirkan foto copy Akte kelahiran dan status
kewarganegaraannya (K1).
16. Surat Keterangan tidak mampu dari Lurah/Kepala Desa bagi mereka yang
tidak mampu.
14
KUA Arahan Indramayu Jawa Barat, Prosedur Pernikahan Di Kantor Urusan Agama
(KUA), artikel diakses pada 9 Januari 2021dari
http://kuaarahan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=56&Itemid=34hjjhghghg
ghghg
7
Berdasarkan UU No. 1 tahun 1974 Yo. Peraturan Pemerintah No. 9 tahun
1975 yang merupakan alat pelaksanaan, Kantor Catatan Sipil dan Kependudukan
mempunyai tugas mencatat perkawinan dan perceraian bagi yang beragam Non
Islam, serta perkawinan campuran.
15
Kantor catatan Sipil Lamongan, Pencatatan Sipil, artikel pada 9 Januari 2021 dari
http://Lamongan.net/instansi/kantor_Catata_Sipil_dan_Kependudukan/index.php?option=com_co
ntent&task=view/id=&lmetid=33
8
j. Pas foto ukuran 4 x 6 (tiga pas foto terdiri dari calon mempelai pria dan
wanita).
D. SAHNYA PERKAWINAN
16
LBH Apik Jakarta, pentingnya pencatatan perkawinan, artikel di akses pada 9 Januari
2021 dari http://www.lbh-apik.or.id/fact-14%20penct.%20perkawinan.htm,.
9
melaksanakan pemberkatan atau ritual lainnya (bagi yang non muslim), maka
perkawinan tersebut adalah sah, terutama di mata agama dan kepercayaan
masyarakat.
Karena sudah dianggap sah, akibatnya banyak perkawinan yang tidak dicatatkan.
Bisa dengan alasan biaya yang mahal, prosedur berbelit-belit atau untuk
menghilangkan jejak dan bebas dari tuntutan hukum dan hukuman adiministrasi
dari atasan, terutama untuk perkawinan kedua dan seterusnya (bagi pegawai
negeri dan ABRI). Perkawinan tak dicatatkan ini dikenal dengan istilah
Perkawinan Bawah Tangan (Nikah Syiri’)17
E. PENCATATAN PERKAWINAN
17
Safaruddin, Pentingnya Pencatatan Perkawinan, artikel di akses pada 9 Januari 2021 dari
http://kuakasihan.org/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=15
10
wali. Apalagi pihak lain yang mencoba untuk memposisikan dirinya sebagai
penghulu yang tidak ada surat keputusannya sebagai penghulu. 18
a. Dasar hukum
Pencatatan setiap peristiwa perkawinan yang dilakukan warga Negara
Indonesia ataupun warga Negara asing yang tinggal di Indonesia wajib dilakukan.
Petugas melakukan pencatatan ini adalah kantor pencatatan sipil. Hal tersebut
diatur dalam UU Nomor 23 tahun 2006 dan pelaksanaannya diatur dalam
peraturan pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang pelaksanaannya.20
b. Syarat pencatatannya
1. Surat perkawinan yang telah dibuat oleh pemuka penghayat kepercayaan
2. Foto copy KTP
3. Pas foto suami dan isteri
4. Akta kelahiran
5. Paspor suami dan atau istri bagi orang asing.
18
LBH Apik Jakarta, pentingnya pencatatan perkawinan, artikel di akses pada 9 Januari
2021 dari http://www.lbh-apik.or.id/fact-14%20penct.%20perkawinan.htm,.
19
Yudi Setianto, Dkk, Panduan Lengkap Mengurus Segala Dokumen Perijinan, Pribadi,
keluarga, Bisnis & Pendidikan, (Jakarta: Pranita Offest, 2008,) Cet.II, hal.53
20
Yudi Setianto, Dkk, Panduan Lengkap Mengurus Segala Dokumen Perijinan, Pribadi,
keluarga, Bisnis & Pendidikan, hal.53
11
c. Prosedur Pencatatan
1. Mengambil formulir pencatatan di kantor Unit Pelaksanaan Tekhnis Dinas
(UPTD) instansi pelaksana (kantor pencatatan sipil di kecamatan) dan
mengisinya.
2. Menyerahkannya kembali ke UPTD Instansi pelaksana yang dilengkapi
dengan persyaratan-persyaratan tersebut di atas.
3. Pejabat UPTD melakukan verifikasi dan validasi terhadap terhadap data
yang tercantum dalam formulir pencatatan perkawinan.
4. Ketika sudah lengkap maka pejabat mencatat paa register akta perkawinan
dan menerbitkan kutipan akte perkawinan penghayat kepercayaan lalu
diserahkan kepasa suami dan istri. 21
21
Yudi Setianto, Dkk, Panduan Lengkap Mengurus Segala Dokumen Perijinan, Pribadi,
keluarga, Bisnis & Pendidikan, hal.56
12
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, cet.II,
2007.
Hasan, M.Ali, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam , Jakarta: Prenada
Media, 2003.
Iir Hariman, Pencatatatn Perkawinan, artikel diakses pada 9 Januari 2021 dari
http://kancanaasli.blogspot.com/2009/09/pencatatan-perkawinan.html.
Kantor catatan Sipil Lamongan, Pencatatan Sipil, artikel di akses pada 9 Januari
2021darihttp://Lamongan.net/instansi/kantor_Catata_Sipil_dan_Kependudu
kan/index.php?option=com_content&task=view/id=&lmetid=33.
Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia:
Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dan fikih, UU No. 1/1974 Sampai
KHI, Jakarta: Kencana, 2004.
14