Tugas ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Kepenghuluan Program Studi Hukum Keluarga Islam
Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone
LALA ANDRIANA
NIM: 742302019195
INDRA LESMANA
NIM: 7423020192020
Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT sebab kerena
limpahan rahmat hidayahnya saya mampu untuk menyelesaikan Makalah saya
dengan judul “Pencatatan Perkawinan” ini. Shalwat serta salam tidak lupa kita
kirimkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW sebagai “King of the
King, King of the World” yang telah menggulung tikar - tikar kejahiliaan dan
mampu membentangkan tikar – tikar kebenaran. Berdasarkan pentujung dan
hidayah dari sang Pencipta yaitu Allah SWT yang maha pemurah lagi maha
penyayang.
Selanjutnya dengan rendah hati saya memohon kritik dan saran dari
pembaca apabila terdapat hal yang ganjil, agar selanjutnya dapat saya revisi
kembali. Karena saya menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik sang Pencipta
yaitu Allah SWT.Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak – banyaknya kepada
setiap pihak yang telah mendukung serta membatu saya selama proses
menyeleseikan makalah saya hingga rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat saya haturkan, saya berharap supaya makalah
yang telah saya buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Dan bernilai ibadah disisi Allah SWT. Wallahul Muaffieq Ila Aqwamith Thariq.
Watampone, 30 Oktober 2021
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan 11
B. Saran 12
DAFTAR RUJUKAN
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
3
Marbuddin, Pengertian, Azaz dan Tatacara Perkawinan Menurut dan Dituntut oleh
Undang-Undang Perkawinan, Proyek Penerangan, (Bimbingan dan Dakwah Agama Islam Kanwil
Departemen Agama Provinsi Kalimantan Selatan: Banjarmasin,1977/1988), h. 8.
4
Abdurrahman dan Riduan Syahrani, Masalah-masalah Hukum Perkawinan di Indonesia,
(Alumni: Bandung,1986) h. 16.
3
BAB II
PEMBAHASA
N
3
4
5
Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 tanggal 13 Pebruari 2012, h.26- 27.
5
6
Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 tanggal 13 Pebruari 2012, h. 33.
6
Sehubungan dengan itu, perbuatan itu mendapat pengakuan dan dilindungi oleh
hukum. Pencatatan perkawinan di sini sangat penting merupakan bukti otentik
tentang telah dilangsungkan perkawinan yang sah.7
2. Pencatatan akad perkawinan secara resmi memiliki beberapa manfaat yang
banyak sekali, diantaranya:
a. Mendapat perlindungan hukum
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai pasangan suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(keluarga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ichigami (Pasal 1, Pasal 1 UU
1974).Pencatatan perkawinan adalah pendataan pengurusan perkawinan yang
dilakukan oleh Pencatatan Perkawinan (PPN) dengan tujuan untuk membentuk
suatu sistem hukum.
8
Ahmad Yusron, Prosedur Pencatatan Perkawinan Menurut Undang - Undang No. 1
Tahun 1974 Jo. Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 2007 (Studi Kasus Kantor Urusan Agama
Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon), Skripsi Fakultas Syariah Kementerian Agama Republik
Indonesia Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, tahun 20011 / 1431,h. 47-49
8
Dengan mengacu pada Pasal 2 (1) dan (2), Ketentuan ini merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipilih yang sah apabila perkawinan itu harus
dilaksanakan menurut hukum masing-masing agama dan pandangan dunia dan
diakreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika
hanya salah satu syarat yang terpenuhi, perkawinan tidak memenuhi unsur-unsur
yang diwajibkan secara hukum dalam UU .
Pencatatan perkawinan diatur dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor
9 tahun 1975 yang menyatakan bahwa:
1. Bagi yang beragama Islam pencatatannya oleh pegawai pencatat
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954
tentang Pencatat Nikah, Talak dan Rujuk.
2. Bagi mereka yang bukan Islam, pencatatan dilakukan oleh pegawai pencatat
perkawinan pada Kantor Catatan Sipil.
Dengan kata lain bagi mereka yang melakukan perkawinan menurut
agama Islam, pencatatan dilakukan di Kantor Urusan Agama (KUA), pada
umumnya dilaksanaan bersamaan dengan upacara akad nikah karena petugas
pencatat nikah dari KUA hadir dalam acara akad nikah tersebut. Sedang bagi yang
beragama Katholik, Kristen, Budha, Hindu, pencatatan itu dilakukan di Kantor
Catatan Sipil setelah kedua mempelai melakukan pernikahan menurut agamanya
masing- masing. Misalnya bagi mereka yang memeluk agama Katholik atau
Kristen, terlebih dahulu kedua mempelai melakukan prosesi penikahan di gereja,
9
K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Ghalia Indonesia: Jakarta, 1976), h. 16
10
dengan membawa bukti (surat kawin) dari gereja barulah pernikahan tersebut
10
Esty Indra, “Pencatatan Perkawinan’, dalam https://estyindra.weebly.com/mkn-
journal/pencatatan-perkawinan, 30 Oktober 2021.
11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
11
12
Karya ini masi jauh dari kata sempurna oleh karena itu masi sangat
memerlukan kritik dan saran yang mendukung dari teman-teman untuk
memperbaiki kedepannya.
13
DAFTAR PUSTAKA