Dosen :Maslawani.,SHI.,MH
FAKULTAS SYARIAH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat rahmat
dan karuniaNyalah, makalah yang berjudul’PERKAWINAN BEDA AGAMA
DALAM PRESPEKTI HUKUM ISLAM DI INDONESIA’ ini dapat
terselesaikan.Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas dari dosen mata kuliah
kewirausaan Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat dan berkenan membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
perbaikan penulisan makalah yang akan datang. Walaupun demikian, kami
berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Jeneponto, 6
November 2022
Kabri Harianto
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
3. Izin tertulis/ izin pengadilan sebagai dimaksud didalam pasal 6 ayat (2), (3),
(4), (5) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974.
7. Izin tertulis dari pejabat yang ditunjuk oleh MENHANKAM PANGAB apabila
salah seorang calon mempelai atau keduanya adalah anggota Angkatan Bersenjata
64
8. Surat kuasa otentik atau dibawah tangan yang disahkan oleh pegawai pencatat,
apabila salah seorang calon mempelai atau keduanya tidak dapat hadir sendiri
karena suatu alasan yang penting sehingga mewakilkan kepada orang lain.38
Setelah dipenuhinya tatacara dan syarat-syarat pemberitahuan, serta tidak ada
halangan perkawinan, pegawai pencatat menyelenggarakan pengumuman tentang
pemberitahuan kehendak melangsungkan perkawinan dikantor pencatatan
perkawinan pada tempat yang sudah ditentukan dan mudah dibaca oleh umum
Dalam pasal 9 selanjutnya diatur mengenai hal-hal yang harus dimuat dalam
pengumuman tersebut. Kemudian di dalam pasak 10 dan 11 diatur tentang tata
cara perkawinan. Menurut pasal 10 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975
perkawinan dapat dilangsungkan setelah hari kesepuluh sejak pengumuman sesuai
dengan tata cara perkawinan menurut hukum masingmasing agama dan
kepercayaan, di hadapan Pegawai Pencatatan dengan dihadiri oleh 2 orang saksi.
Sesaat sesudah dilangsungkan perkawinan, kedua mempelai menandatangani akta
perkawinan yang kemudian diikuti oleh kedua saksi dan Pegawai Pencatat serta
oleh wali nikah atau wakilnya bagi perkawinan yang dilakukan menurut agama
Islam.39. Dengan menandatangani akta perkawinan tersebut, maka perkawinan
telah tercatat secara resmi.
Abu Hanifah dan beberapa ahli fiqih lain, salah satunya Imam Abu Saur
menyatakan bahwa ahli kitab adalah seluruh komunitas yang mempercayai salah
seorang nabi atau kitab suci yang diturunkan Allah SWT. Jadi ahli kitab menurut
mereka bukan hanya menunjuk kepada komunitas yahudi dan nasrani. Sementara
itu, setelah meneliti beberapa pendapat ulama, Quraish shihab dalam bukunya
wawasan al-Qur‟an mengemukakan kecenderungannya memahami ahli kitab
sebagai semua penganut agama yahudi dan nasrani, kapanpun, dimanapun dan
dari keturunan siapapun mereka. Pendapat ini berdasarkan pada penggunaan
alQur‟an terhadap istilah tersebut yang hanya terbatas pada kedua golongan
tersebut (yahudi dan nasrani). Pendapat Quraish Shihab di atas termasuk pendapat
yang moderat dan banyak dipegang para ulama‟. Maka pengertian ahli kitab lebih
menunjuk kepada pengertian komunitas yahudi dan nasrani pada umumnya.
Menurut Hamka, yang dimaksud dengan ahl al-kitâb adalah Yahudi dan
Nasrani. Dia tidak memberikan kriteria tertentu sehingga dengannya Yahudi dan
Nasrani tersebut dapat disebut sebagai ahl al-kitâb. Bahkan, orang nasrani yang
mempersekutukan al-Masih dengan Tuhan pun, dia kategorikan sebagai ahl al-
kitâb. Hamka berkata:
“Ada yang berkata bahwa Ahlul Kitab sama juga dengan musyrik, sebab mereka
memperserikatkan Allah dengan Isa Almasih, mengatakan Almasih anak Allah.
Padahal soal ini telah diperbincangkan sebelum ini dalam surah alNisa dan akan
dibicarakan lagi beberapa ayat sesudah ini di dalam surat ini sendiri. Soal orang
Nasrani mempersekutukan Almasih dengan Tuhan Allah adalah masalah yang
berdiri sendiri. Sekarang datang ayat ini menjelaskan soal makanan. Teranglah
bahwa ayat ini menegaskan, meskipun mereka Nasrani atau Yahudi mempunyai
kepercayaan lain terhadap Isa Almasih, namun makanan mereka halal kamu
makan”.