Disusun Oleh :
AMELIA ROZA
2310111011
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swt., yang maha pengasih lagi maha
penyayang, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah tentang Legalitas Perkawinan Beda Agama Di
Indonesia.
Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pengampu
Bahasa Indonesia, yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang
bermanfaat dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah perkuliahan ini. Rasa
terimakasih juga hendak saya ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
makalah perkuliahan ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan
Karya tulis ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan karya tulis
ilmiah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak-banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan..
Sebagai penulis, saya berharap pembaca bisa memberikan kritik dan saran agar
tulisan selanjutnya dapat jauh lebih baik lagi. Di sisi lain, saya berharap pembaca
menemukan pengetahuan baru dari karya tulis ilmiah ini. Walaupun tulisan ini tidak
sepenuhnya bagus,saya berharap ada manfaat yang bisa diperoleh oleh pembaca.
Penulis
PAGE \* MERGEFORMAT i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1.Latar Belakang................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3.Tujuan Penulisan............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 1
3.1. Kesimpulan........................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12
PAGE \* MERGEFORMAT i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
PAGE \* MERGEFORMAT 1
mencintai menjadi tidak terhindarkan, terutama dalam lingkungan pendidikan,
dunia kerja, dan sebagainya, di mana laki-laki dan perempuan saling
berinteraksi. Hal ini mencerminkan ungkapan lama yang menyatakan "dari mata
turun ke hati."
Namun, fenomena perkawinan lintas agama masih sering terjadi di
Indonesia. Sebagian dilangsungkan di dalam negeri, seperti pernikahan antara
Tamara Bleszynski dan Mike Lewis pada 2 Februari 2010 di Bali, sementara yang
lain memilih menikah di luar negeri, seperti pernikahan Cornelia Agatha dengan
Sony Lalwani pada 18 Maret 2006 di Hong Kong. Hal ini menimbulkan polemik
terkait perkawinan beda agama. Selain itu, Undang-Undang Perkawinan (UUP)
tidak secara tegas mengatur perkawinan beda agama, menimbulkan kekosongan
hukum yang mengakibatkan ketidakpastian hukum dan kurangnya perlindungan
hukum bagi pasangan yang menikah lintas agama. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji legalitas hukum perkawinan beda agama di Indonesia
dan menyajikan solusi yang diambil oleh pasangan yang menghadapi situasi in
PAGE \* MERGEFORMAT 1
1.3.4. Apakah perkawinan beda agama dianggap sah dalam prespektif cita hukum
Pancasila
PAGE \* MERGEFORMAT 1
BAB II
PEMBAHASAN
PAGE \* MERGEFORMAT 1
dengan melibatkan ijab kabul dalam bentuk akad nikah. Sementara itu, bagi
yang beragama Kristen, perkawinan dianggap sah jika memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan, dilaksanakan di depan pendeta dengan kehadiran
dua saksi, dan kedua mempelai sudah dibaptis. Meskipun terdapat
perbedaan dalam regulasi agama masing-masing, esensi perkawinan tetap
mengandung unsur-unsur yang sama, seperti hubungan antara pria dan
wanita, terbentuknya ikatan, dan pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan
hukum setiap sistem agama, sehingga diakui sebagai ikatan yang sah.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
dianggap sah apabila dilaksanakan sesuai dengan hukum yang berlaku dalam
agama dan keyakinan masing-masing individu."
Pasal 61: "Tidak cocok atau tidak setara bukanlah alasan yang dapat
digunakan untuk mencegah perkawinan, kecuali jika ketidakcocokan tersebut
disebabkan oleh perbedaan agama atau konflik keyakinan."
PAGE \* MERGEFORMAT 1
mengatur perkawinan antar agama, terjadi kekosongan hukum. Saat ini,
sahnya perkawinan ditentukan oleh pelaksanaannya sesuai dengan ajaran
agama dan kepercayaan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UU
Perkawinan. Ini berarti bahwa undang-undang menyerahkan kepada ajaran
agama masing-masing untuk menentukan sah tidaknya suatu perkawinan.
Meskipun perkawinan beda agama tidak dapat dilaksanakan di Indonesia
karena Kantor Catatan Sipil menolak untuk mencatatnya, mereka yang
mendapat penolakan dapat mengajukan izin perkawinan ke Pengadilan
Negeri dengan yurisdiksi di tempat perkawinan akan dilangsungkan.
Keabsahan perkawinan antar agama tetap bergantung pada norma hukum
agama masing-masing, namun dalam hal hubungan hukum perdata yang
timbul dari perkawinan, jika perkawinan tersebut diakui secara hukum, maka
dianggap sah dan dilindungi oleh hukum.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
oleh Pegawai Pencatat perkawinan di kantor catatan sipil, mengacu pada
peraturan-peraturan terkait pencatatan perkawinan.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
(2) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat perkawinan pada Register Akta
Perkawinan dan mengeluarkan Kutipan Akta Perkawinan.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
Pegawai pencatat nikah yang melanggar aturan perundang-undangan
dapat dikenai sanksi sesuai dengan Pasal 45 ayat (1) huruf b PP No. 9 Tahun
1975, yakni hukuman kurungan hingga 3 (tiga) bulan atau denda maksimal
Rp. 7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah).
Status Perkawinan
PAGE \* MERGEFORMAT 1
peraturan undang-undang perkawinan yang ada, yaitu Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974. Menurut Pasal 2 ayat (1) dan (2) UU tersebut,
perkawinan dianggap sah jika sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing, dan telah dicatatkan di Kantor Catatan Sipil.
Status Anak
Dalam konteks hukum, anak yang lahir dari perkawinan beda agama
dianggap sah jika perkawinan tersebut sah menurut agama dan kepercayaan
masing-masing, serta dicatatkan di Kantor Catatan Sipil. Hal ini sesuai dengan
Pasal 42 UU Perkawinan yang menyebutkan bahwa “anak yang sah adalah
anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah.”
PAGE \* MERGEFORMAT 1
dilahirkan dari perkawinan semacam itu dianggap tidak sah menurut
Undang-Undang Perkawinan dan hanya memiliki hubungan perdata dengan
ibunya dan keluarga ibunya. Anak tersebut tidak dapat mengklaim hak waris,
hak nafkah, atau hak perwalian dari ayahnya dan keluarga ayahnya.
2.4. Keabsahan Perkawinan Beda Agama Dalam Prespektif Cita Hukum Pancasila
Setiap negara berdiri atas dasar filosofi tertentu, yang merupakan
ekspresi dari keinginan rakyatnya. Oleh karena itu, setiap negara memiliki
filosofi yang berbeda. Sebagai contoh, Amerika Serikat memiliki filosofi
negara yang tercantum dalam Declaration of Independence, berbeda dengan
Republik Indonesia yang memiliki Pancasila sebagai filosofi, begitu juga
dengan negara-negara lainnya. Hal ini menandakan bahwa setiap tindakan
rakyat dan negara Indonesia harus sesuai dengan Pancasila, yang telah
ditetapkan sebagai dasar negara. Pancasila menjadi fondasi kokoh bagi
eksistensi NKRI dan menjadi prinsip utama dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
Pandangan hidup bangsa Indonesia yang terwujud dalam Pancasila dianggap
sebagai nilai dan prinsip-prinsip yang memberikan warna serta pedoman bagi
penyelenggara negara dalam membentuk norma hukum saat merumuskan
peraturan perundang-undangan yang akan menjadi norma hukum positif
yang dihormati oleh warga negara.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
manusia dalam kebersamaan tersebut. Prinsip ini tercermin dalam lambang
negara Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika."
PAGE \* MERGEFORMAT 1
putusan Mahkamah Konstitusi 68/PUU-XII/2014 Tahun 2014. Putusan ini
menambahkan frase "penafsiran mengenai hukum agamanya dan
kepercayaannya itu diserahkan kepada masing-masing calon mempelai" pada
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974. Mahkamah Konstitusi
menolak permohonan dengan pertimbangan bahwa putusan tersebut sesuai
dengan prinsip Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan norma-norma
yang ada di luar norma hukum positif, terutama norma agama.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
PAGE \* MERGEFORMAT 1
DAFTAR PUSTAKA
(Karim, 2016)
(Erleni, 2022)
Moh. Syamsul Muarif. (2015). Legalitas Perkawinan Beda Agama dalam Undang-
Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perk. In Tesis, UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang. http://etheses.uin-malang.ac.id/3203/1/13780030.pdf
PAGE \* MERGEFORMAT 1