Anda di halaman 1dari 15

MENANGGAPI KEPUTUSAN PENGADILAN NEGRI

TERKAIT PERIZINAN NIKAH BEDA AGAMA

(PERSPEKRIF AGAMA TENTANG PERNIKAHAN BEDA AGAMA)

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh

Ahmad Fa’izul Mufid

MA’HAD ALY NURUL JADID


PAITON, PROBOLINGGO
Kata Pengantar

Puji dan syukur pada tuhan yang maha esa atas rahmatnya yang
membantu saya menyelesaikan proposal penelitian yang nantinya akan
di ajukan sebagai salah satu tugas kelulusan di semester 3. Kami
berharap apa yang telah kami tulis menjadi yang terbaik bagi kami dan
di anggap mampu memahami materi yang telah di sampaikan selama ini
sekian Terimakasih.

Ahmad Fa’izul Mufid


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat indonesia merupakan masyarakat mejemuk, yang kesehariannya


selalu dikaitkan dengan etnis atau suku bangsa dan agama. Konsekuensi dari
kemajemukan tersebut adalah adanya perbedaan dalam segalahal, mulai dari cara
pandang hidup dan interaksi antara individu yang di satukan dalam MOTTO Bineka
Tunggal Ika. 1Diantara agama yang telah diakui di indonesia yaitu Islam,Kristen
protestan,Katolik,Hindu,Bhuda dan Khonghucu.Interaksi sosial ini nantinya akan
membuka hubungan yang berlanjut kedalam jenjang pernikahan.

2
Perkawinan merupakan adat-istiadat turun temurun yang bertujuan untuk
menyatukan hubungan di antara kedua mempelai dan juga hubungan kekeluargaan di
antaranya kerabat kedua pihak. Dengan perkawinan akan timbul suatu ikatan yang berisi
hak dan kewajiban.

Perkawinan bukanlah hanya sekedar masalah pribadi dari mereka yang akan
melangsungkan perkawinan itu saja ,melainkan juga menjadi salah satu masalah
keagamaan yang cukup sensitif dan erat sekali hubungannya dengan kerohanian
seseorang. Setiap agama mempunyai aturan sendiri yang harus di jalankan oleh
penganutnya masing-masing seperti dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2, bahwa “Negara
menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu”

Pengertian perkawinan dalam UUD Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yaitu :


“Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami intri dengan

1
Buku Majalah Sidogiri
2
Buku Psikologi Suryamentaram
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”. Maksud ikatan lahir batin disi seperti yang di jelaskan
dalam Al-Quran An-Nisa (4):1. Dalam faham Islam salah satu tujuan di ciptakannya
manusia adalah sebagai khalifah di bumi, Oleh karenanya untuk menjalankan perintah
imaratul-ardh itu manusia di haruskan untuk dapat berkembang biak dengan baik.

Baik dalam artian mengikuti aturan aturan yang ada. Islam melarang keras adanya
pernikahan beda agama seperti dalam ayat 221 Al-Baqarah atau al-mumtahanan ayat 10
dan al-Ma’idah ayat 5 dan dalil-dalil yang lain. Meski mayoritas ulama’memperbolehkan
seorang pria muslim menikah dengan wanita ahli kitab. 3Perempuan ahli kitab yang di
maksud adalah mereka yang memiliki nenek moyang yahudi sebelum di utusnya Nabi
Isa, dan yang memiliki nenek moyang Nasrani sebelum di utusnya nabi muhammad.

Begitu juga dalam ajaran Agama Hindu sebagaimana tercantum dalam kitab
manusmirit, pernikahan bersifat religus karena ia adalah ibadah dan sebuah kewajiban.
Nikah akan di katakan sah jika telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Diantaranya jika
salah satunya bukan penganut Hindu,atau pernikahan antara penganut Hindu dengan
nonhindu,maka pernikahannya ini dianggap tidak sah menurut hukum Hindu Pengesahan
suatu perkawinan menurut agama Hindu harus dilakukan oleh seorang Pedande yang
memenuhi syarat untuk itu. Kalau ada perkawinan beda agama, 4Pedande tidak akan
mengesahkan perkawinan tersebut. Dalam agama Hindu tidak dikenal adanya nikah beda
agama. Ini karena sebelum perkawinan harus dilakukan terlebih dahulu upacara
keagamaan. Dimana dalam upacara keagamaan tersebut apabila calon mempelai tidak
beragam Hindu, maka ia wajib disucikan sebagai penganut agama Hindu terlebih dahulu.
Apabila kalau tidak disucikan terlebih dahulu dan kemudian dilaksanakan perkawinan,
hal ini dianggap melanggar dalam Seloka.

Memandang dari masalah di atas akan semakin jelas mengenai problem di


masyarakat tentang pernikahan beda agama. Walaupun demikian dalam kenyataan
masyarakat masih banyak melakukan perkawinan ini yang di lakukan secara tertutup atau
secara terang-terangan, Hal semacam ini bisa saja di benarkan dan bisa saja di
3
Kitab Fiqh syafi’i al-muyassaroh ( Damaskus: Dar AlFikr, 120) Cet. 2. Juz II
4
V-89 Kitab Manawadharnasastra. (Monib, Nurcholis, 2008:118)
salahkan,benar jika di antara kedua agama itu memperbolehkan adanya pernikahan
semacam ini sebagai mana yang di jelaskan dalam UUD Nomor 1 Tahun 1974 yang
dapat di tafsirkan bahwa sepanjang hukum agama masing-masing pihak membolehkan
terjadinya perkawinan beda agama, maka perkawinan beda agama tidak akan menjadi
salah. Namun jika hukum agama masing-masing pihak atau salah satu tidak
memperbolehkan adanya perkawinan beda agama, maka hal tersebut akan menjadi
masalah karena menurut pasal 2 ayat (1) UUD Nomor 1 tahub 1974 keabsahan
perkawinan didasarkan pada hukum agama dan kepercayaan masing-masing.

Adanya pernikahan antar agama akan menimbulkan suatu problem serius yang
sulit diselesaikan di kemudian hari, misalnya mengenai hak dan kewajiban suami istri,
kewarisan dan hak asuh anak, masalah agama anak meski, sekilas dapat di pandang
bahwa ini adalah kesempatan bagi lelaki Muslim untuk mempengaruhi wanita non
Muslim. Namun dari sisi lain,hal ini justru memiliki bahaya yang amat besar bagi anak
tersebut. Polesan tangan ibu memiliki pengaruh besar terhadap ‘nasib’ akidah dan
akhlaknya, karena ibu adalah sekolah petama bagi anak-anaknya. Oleh karenanya
perkawinan beda agama hanya akan menimbulkan masalah-maslah yang berkelanjutan,
maka banyak pihak yang menentang perkawinan beda agama.

Dari uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
“MENANGGAPI KEPUTUSAN PENGADILAN NEGRI TERKAIT PERIZINAN NIKAH
BEDA AGAMA (perspekrif agama tentang pernikahan beda agama).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dengan permasalahan yang ada maka penelitian ini
mengklasifikasi hukum pernikahan di beberapa agama yang telah di akui negara yakni

1) Hukum dalam syariat islam mengenai perkawinan beda agama .


2) Hukum pernikahan di agama Non Islam yang sependapat dengan syariat islam.
3) Bagaimana praktik perkawinan beda agama di indonesia

C. Pembatasan Masalah
Sesuai permasalahan yang telah tercantum, maka untuk menghindari agar jangan
sampai timbul suatu pembahasan yang nantinya keluar dari pokok permasalahan dalam
kaitannya dengan judul yang telah dipilih tersebut, maka untuk itu fokus pembahasan
dalam penulisan penelitian ini lebih kesyarian islam dan syariat di agama lain yang
sependapat,karena mayoritas masyarakat indonesia.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Syariat Islam menghukumi nikah beda agama dan dalil yang di gunakan
sebagai refrensi dalam keputusan agama islam?
2. Agama apa saja yang sependapat dengan syariat islam?
3. Bagai mana praktik pelaksanaan beda agama yang di lakukan di indonesia?

E.Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka dapat di fahami bahwa tujuan yang ingin di penulis
capai adalah sebagai berikut :

a. Untuk menginformasikan tentang hukum pernikahan dalam syariat islam


b. Agar dapat meklarifikasi hukum antar agama

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harap memberi manfaat sebagai berikut

a. Memberi kesadaran bagi para penganut agama tentang larangan dan problem pernikahan
beda agama.
b. Diharapkan dapat menambah acuhan yang benar bagi hakim dalam pengambilan
keputusan hukum melihat masyarakat indonesia yang bersifat mejemuk.

F. Kerangka Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumus Masalah
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

BAB II STUDI PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Jenis dan Strategi Penelitian
C. Subjek dan Objek Penelitian
D. Data dan Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data

BAB II

STUDI PENDAHULUAN

Dalam sejarah peradaban kehidupan manusia ada tiga cara yang dilakukan. 5
Pertama ada kelompok Rahibiyah, yakni mereka yang menolak insting seksual itu dengan
melakukan pengebrian. Alasannya karena itu bisa mengganggu penghambatan terhadap
tuhan. Tapi ada kelompok yang sebaliknya yang di sebut dengan aliran ibahiya, aliran
permisivisme atau yang di sebut dengan aliran serba boleh.Mereka melampiaskan
kebutuhan seksualnya di manapun mereka berada tampa mengindahkan aturan-aturan
yang berlaku. Kelompok yang pertama itu akan mengancam kepunahan karena mereka
tidak menyalurkan kebutuhan biologisnya,tapi kelompok ibahiyah ini akan menyebabkan
kekacauan di masyarakat sebab hifzhun nasl tidak terjadi di masyarakat.

Oleh karena itu, Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia menjadi
pernikahan sebagai salah satu dari maqasid dharuriyah. Pelaksanaan maqasid dharuriyah
dilaksanakan dari dua sisi: yang pertama min janibil-wujud yang kedua min janibil-
adam.Minjanibil wujud adalah di syariatkannya nikah,sedangkan minjanibil adam adalah

5
Majalah Sidogiri Edisi Nikah Beda Agama
di haramkannya zina. Berarti tujuan pernikahan itu adalah untuk melanjutkan keturunan
agar proses imaratul-aradhi tetap berlaku.

Tapi, sebagian manusia malah beranggapan bahwa syariat islam sudah tidak
relefan lagi di zaman moderen. Mereka beranggapan bahwa syariat islam tidak memiliki
HAM. Mereka hanya terpaku pada dalil nas kuno yang tidak bisa lagi diterapkan.

Sehingga untuk menanggulangi pendapat demikian penulis akan mengkaji


kembali hukum-hukum syariat dan HAM mengenai pernikahan beda agama dan
mengkaitkannya dengan dalil dalam agama lain sebagai bukti bahwa sampai kapanpun
syariat islam akan selalu relefan dan sesuai dengan HAM dan psikologi ke
masyarakatan khususnya di indonesia.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuanya tidak


diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lain. Selanjutnya, penelitian
kualitatif dipilih karena kemantapan penelitian berdasarkan pengalaman penelitiannya
serta memungkinkah untuk mendapatkan sumber data yang lebih mudah dalam ruang
lingkup pesantren . Selain itu, metode penelitian kualitatif dapat memberikan perincian
yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian dilakukan di Ma’had Aly Nurul Jadid. Waktu penelitian pada
subjek untuk mengumpulkan data diadakan selama 1 minggu.
B. Jenis dan Strategi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Dekontruksi yang menkaji
ulang dalil-dalil yang di anggap menyimpang dengan HAM. Penelitian dekontruksi pada
penelitian ini akan menyesuaikan dalil-dalil Islam dengan dalil-dalil dalam Agama non
Islam.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian mencakup semua pihak yang mudah di akses untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Objek penelitian ini adalah
menanggapi keputusan pengadilan negri terkait nikah beda Agama yang bertentangan
dengan hukum sebagian agama yang ada di indonesia khusunya Agama Islam.
D. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data merupakan dua hal penting yang menentukan kualitas
penelitian. Data merupakan salah satu komponen riset,artinya tampa data tidak akan ada
riset. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah simpang siur keagamaan yang
memprotes keputusan pengadilan negri terkai perizinan nikah beda agama
Sumber data merupakan tempat pengumpulan data-data yang diteliti. Sumber
data dalam penelitian ini adalah Kitab-Kitab dan kajian online atau offline..
E. Teknik Pengumpulan Data
Interviu merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian kualitatif. Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang akurat dan
terpercaya untuk dianalisis lebih lanjut.
Setelah data terkumpul penelitian melakukan beberapa tindakan terhadap data,
antara lain adalah:
I. Menganalisi dan melakukan pendataan terhadap perundang-undangan
yang
Bertolak-belakang dengan ke agamaan.
II. Mengelolah data yang di peroleh dari hukum keagamaan di masing-
masing agama.
III. Menaggapi kesalahan dalam mengambil keputusan yang bertentangan
dengan data yang telah terkumpulkan
DAFTAR PUSTAKA

Al-Zuhayli, Wahbah. al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu. ( Damaskus: Dar AlFikr, 120) Cet. 2. Juz 3.

Al-Zuhayli, Wahbah. makalah . Cet 10. Juz 1. Damaskus: Dar Al-Fikr, 2009.

Al-Hanafi, Abu Bakr bin Mas’ud Al-Kasani, Badaa’i Al-Shanai’. Cet. 2. Juz 2. (Beirut: Dar Al-Kutub Al-
Ilmiyyah: 1424.

Al-Jassas, Abū Bakr. Aḥkam al-Qur’an. Jilid I. Beirut: Dar al-Fikr. 1993.

Anshary, H.M. Drs. S.H., M.H. 2010.Hukum Perkawinan Di Indonesia Masalah-masalah


Krusial.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. Tafsir al-Maraghi. Cet. 1. Jilid II. Mesir : Mathba’ah al-Halabiy. 1946.

Alkitab Indonesia, Alkitab Perjanjian Lama, hal.12

Purwa Hadiwardoyo, Perkawinan Menurut Islam dan Katolik,hlm. 14.

H Syahrani, Riduan. S.H. 2006.Seluk Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata. Bandung: PT. Alumni

Karsayuda, M. 2006. Perkawinan Beda Agama Menakar Nilai-Nilai Keadilan Kompilasi Hukum
Islam.Yogyakarta: Total Media.

Anshary, H.M. Drs. S.H., M.H. 2010.Hukum Perkawinan Di Indonesia Masalah-masalah


Krusial.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wahyuni, Sri. Perkawinan Beda Agama di Indonesia dan Hak Asasi Manusia. In Right : Jurnal Agama dan
Hak Azasi Manusia, Vol. 1, Nomor 1. 2011.

Zada, Khamami, Arus Utama Perdebatan Hukum Perkawinan Beda Agama Ahkam: Vol. XIII, No. 1,
Januari 2013.

Ahmadi, Marzha dan Muhammad, Perkawinan Beda Agama ditinjau dari Perspektif Islam dan HAM,
Khazanah, Vol. 6 No.1 Juni 2013.

Anda mungkin juga menyukai