Anda di halaman 1dari 8

PERSPEKTIF AL-QUR’AN TERHADAP FENOMENA PERNIKAHAN

BEDA AGAMA DI INDONESIA

Tugas UAS

Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu:

Trie Yunita Sari, M.A.

Disusun Oleh:

Reza Aprilia

11210340000225

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2023 M / 1444 H
Abstrak

Reza Aprilia, 11210340000225, Mahasiswi S1, Program Studi Ilmu Al-Qur’an Dan
Tafsir, Fakultas Ushuluddin, Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, Perspektif Al-
Qur’an Terhadap Fenomena Pernikahan Beda Agama di Indonesia

Proposal penelitian ini akan membahas mengenai Perspektif Al-Qur’an Terhadap


Fenomena Pernikahan Beda Agama di Indonesia. Topik ini masih menjadi perbincangan
hangat dan kontroversi di tengah-tengah masyarakat Indonesia dan selalu diperbincangkan
oleh para peneliti di kalangan muslim hingga saat ini, seiring dengan meningkatnya umat
Islam yang melaksanakannya. Pernikahan beda agama di Indonesia belakangan ini mulai
secara terang-terangan disahkan oleh Pengadilan Negeri di beberapa daerah di Indonesia. Hal
ini, menimbulkan asumsi masyarakat Indonesia khususnya bagi umat Islam bahwa Islam
memperbolehkan dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an. Asumsi itulah yang
melatarbelakangi peneliti untuk mengkajinya lebih lanjut.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif


menggunakan pendekatan sosiologi agama. Peneliti mengumpulkan data dengan melakukan
wawancara dan observasi. Selain itu, peneliti mengutip beberapa referensi yang bersumber
dari berkas kepustakaan (Library Research). Ditinjau dari latar belakang, penelitian ini
ditujukan untuk menjelaskan bagaimana pandangan Islam mengenai fenomena pernikahan
beda agama di Indonesia dan menjelaskan bagaimana hukum mengenai pernikahan beda
agama berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait hal tersebut. Serta bertujuan untuk
mengetahui urgensi dari fenomena pernikahan beda agama menurut Majelis Ulama
Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi umat Islam di Indonesia
agar tetap kokoh menjalankan perintah Allah sesuai syariat disaat maraknya trend pernikahan
beda agama di Indonesia.

Kata Kunci: Pernikahan Beda Agama, Al-Qur’an, Islam


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di dalam UU Perkawinan yakni Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
tentang Pekawinan, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan
seorang perempuan sebagai sepasang suami istri yang bertujuan membentuk keluarga
yang kekal dan bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan harus
dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya masing-masing
agar suatu perkawinan dinyatakan sah berdasarkan Undang-Undang Perkawinan No. 1
Tahun 1974 Pasal 2 Ayat 1. 1

Indonesia merupakan negara yang mempunyai beraneka ragam agama yang


diyakini oleh penduduknya. Selain itu, Indonesia merupakan negara dengan mayoritas
penduduk yang memeluk agama Islam di Dunia. Pelbagai agama yang ada di Indonesia
berkaitan erat dengan relasi sosial antar individu, sehingga perbedaan agama ini
memunculkan keragamanan di dalamnya. Akibat dari relasi sosial ini, yang berujung
terhadap pernikahan beda agama. 2

Fenomena tersebut secara gamblang bertentangan dengan firman Allah dalam QS.
Al-Baqarah ayat 221, yang menjelaskan bahwa dalam Islam pernikahan beda agama itu
sangat dilarang atau haram:

‫َو اَل َت ْن ِك ُح وا ا ْل ُم ْش ِر َك ا ِت َح َّتٰى ُيْؤ ِم َّن ۚ َو َأَل َم ٌة ُم ْؤ ِم َن ٌة َخ ْيٌر ِم ْن ُم ْش ِر َك ٍة‬


‫َو َل ْو َأ ْع َج َب ْتُك ْم ۗ َو اَل ُتْن ِك ُح وا ا ْل ُم ْش ِر ِك ي َن َح َّتٰى ُيْؤ ِم ُنواۚ َو َل َع ْب ٌد ُم ْؤ ِم ٌن َخ ْيٌر ِم ْن‬
‫ُم ْش ِر ٍك َو َل ْو َأْع َج َب ُك ْم ۗ ُأو َٰل ِئ َك َيْد ُع و َن ِإَل ى ال َّنا ِر ۖ َو ال َّلُه َي ْد ُع و ِإَل ى ا ْل َج َّنِة‬
‫َو ا ْل َم ْغ ِفَر ِة ِبِإْذ ِنِه ۖ َو ُيَبِّي ُن آ َيا ِتِه ِل ل َّنا ِس َل َع َّلُهْم َي َت َذَّك ُر و َن‬

1
Abd Razak Musahib, “Kajian Pernikahan Bedah Agama Menurut Hukum Islam, Jurnal Inovasi
Penelitian: Universitas Madako Tolitoli, Vol. 1 No. 11, April 2021, hal. 2283
2
Fadzril Julian Riqval, “Perkawinan Beda Agama Di Indonesia Menurut Hukum Islam Dalam
Pandangan Empat Madzhab”, Jurnal Hukum Keluarga dan Peradilan Islam: Universitas Islam Negeri Salatiga ,
Indonesia, Vol. 4 No. 1, 2023, hal. 48
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun
dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan
wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin
lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke
neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran.” (QS. Al-Baqarah: 221)

Ayat ini menjelaskan bahwasanya dalam pandangan Islam, Allah melarang dengan
tegas bagi seorang muslim untuk menikahi dengan orang yang musyrik sebelum mereka
beriman. Dapat disimpulkan bahwa jika pasangan suami istri berpegang teguh pada agama
yang sama maka kehidupan akan tercipta dengan sempurna mengajak ke surga dan
ampunan dengan izin-Nya.

Apabila suami istri berbeda keyakinan maka akan menimbulkan berbagai kesulitan
baik dari lingkungan keluarga, dalam masalah ibadah, pendidikan anak, dan sebagainya
sehingga menjadi ketidakharmonisan dalam rumah tangga. 3

Namun, untuk menjaga kebahagian dalam sebuah keluarga, Islam tidak melarang
terhadap pernikahan seorang Muslim dengan perempuan ahlul kitab yang tercantum dalam
QS. Al-Maidah ayat 5 “…Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang
menjaga kerhormatan diantara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-
perempuan yang menjaga kehormatan diantara orang-orang yang diberi kitab sebelum
kamu, apabila kamu membayar maskawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan
maksud berzina dan bukan untuk menjadikan perempuan piaraan4…” Perempuan ahlul
kitab maksdunya yakni dari kalangan Yahudi dan Nasrani.

Dalam ranah ini, para ulama sepakat bahwasannya praktik tersebut hukumnya
makruh tanzih. Artinya seorang muslim dianjurkan untuk menikah dengan perempuan
muslimah, karena jika menikah dengan perempuan ahlul bait berarti menentang lebih
utama. Selain itu, sebagian ulama melarang pernikahan seorang muslim dengan
perempuan ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) terdapat syirik yang jelas.

3
Fadzril Julian Riqval, “Perkawinan Beda Agama Di Indonesia Menurut Hukum Islam Dalam
Pandangan Empat Madzhab”, Jurnal Hukum Keluarga dan Peradilan Islam, hal. 49
4
Al-Qur’an Indonesia
Adapun, di dalam Undang-Undang tentang perkawinan telah diatur mengenai
larangan perkawinan beda agama yakni Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat 1:
“Perkawinan adalah sah, jika dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu”. Lalu, Pasal 2 ayat 2 berbunyi: “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku”.5

Ditinjau dari latar belakang, fokus penelitian ini ditujukan untuk menjelaskan
bagaimana pandangan Islam mengenai fenomena pernikahan beda agama di Indonesia dan
menjelaskan bagaimana hukum mengenai pernikahan beda agama berdasarkan ayat-ayat
Al-Qur’an yang terkait hal tersebut. Serta bertujuan untuk mengetahui urgensi dari
fenomena pernikahan beda agama menurut Majelis Ulama Indonesia. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi umat Islam di Indonesia agar tetap kokoh menjalankan
perintah Allah sesuai syariat disaat maraknya trend pernikahan beda agama di Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian


dengan judul “Perspektif Al-Qur’an Terhadap Pernikahan Beda Agama di
Indonesia.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakarang yang telah diuraikan di atas maka, peneliti
mengindetifikasi masalah-masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Adanya asumsi masyarakat terhadap ayat Al-Qur’an tentang pernikahan


beda agama
2. Apakah terdapat hukum di ayat-ayat Al-Qur’an yang memperbolehkan
pernikahan beda agama

C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah


Agar pembahasan dalam penelitian tidak melebar, peneliti membatasi pada
Perspektif Al-Qur’an Terhadap Fenomena Pernikahan Beda Agama di Indonesia.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara umum tujuan diadakannya penelitian
ini adalah untuk untuk mengetahui bagaimana Perspektif Al-Qur’an Terhadap Fenomena
Pernikahan Beda Agama di Indonesia.

5
Fadzril Julian Riqval, “Perkawinan Beda Agama Di Indonesia Menurut Hukum Islam Dalam
Pandangan Empat Madzhab”, Jurnal Hukum Keluarga dan Peradilan Islam, hal. 49
E. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan juga memberikan
informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Perspektif Al-
Qur’an Terhadap Fenomena Pernikahan Beda Agama di Indonesia.
b. Manfaat Akademis. Semoga penelitian ini menjadi menjadi bagian dari kemajuan
terhadap pengetahuan dan wawasan bagi peneliti maupun dari kalangan akademis
serta masyarakat pada umumnya.
c. Penelitian ini dilakukan guna memenuhi tugas Ujian Akhir Semester pada mata kuliah
Metodologi Penelitian.

F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian, penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif ditambah dengan melakukan wawancara terhadap masyarakat di sekitar
Kelurahan Sunter Jaya RW. 01 Jakarta Utara serta mengumpulkan berbagai jurnal,
e-book dan sebagainya terkait pernikahan beda agama. Tujuan penelitian kualitatif
yaitu untuk mengetahui jawaban terhadap suatu fenomena melalui prosedur ilmiah
secara sistematis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif menggunakan
pendekatan sosiologi agama dengan maksud mencari kesinambungan relasi antara
masyarakat setempat dengan adanya maraknya fenomena pernikahan beda agama.
2. Peneliti mengumpulkan data dari dua sumber:
a. Sumber primer
1) Wawancara
Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan cara
wawancara, yakni mendapatkan informasi dengan cara bertanya
kepada informan. Adapun narasumber dalam wawancara ini adalah
ketua RW. 01
2) Observasi. Selain itu, peneliti mengutip beberapa referensi yang
bersumber dari berkas kepustakaan (Library Research) sebagai
sumber sekunder.

G. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan kajian terhadap karya terdahulu. Untuk menghindari
kesamaan penelitian sebelumnya dan mempermudah dalam proses pelaksanaan penelitian,
maka peneliti akan menjadikan beberapa literatur yang telah ada sebagai acauan dan
perbandingan sehingga penelitian menjadi lebih baik dan bisa dipertanggungjawabkan.
Tinjauan kepustakaan yang peneliti pilih antara lain:

Jurnal yang ditulis oleh Ibnu Radwan Siddik Turnip yang berjudul “Perkawinan
Beda Agama: Perspektif Ulama Tafsir, Fatwa Mui dan Hukum Keluarga Islam di
Indonesia” yang diterbitkan oleh Al-Tadabbur pada tahun 2021: Jurnal Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir Universitas Islam Negeri Sumatera Utara dengan menggunakan metode
kualitatif dengan symber data kepustakaan (Library Research). Dari Hasil penelitian
menunjukkan bahwa para ulama tafsir bersepakat mengenai larangan bagi laki-laki
muslim menikahi wanita musyrik dan kafir dan begitu pula bagi wanita muslimah dilarang
dikawini oleh lelaki musyrik dan kafir. Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan
Fatwa mengenai keharaman bagi umat Islam untuk menikahi wanita dan laki-laki non-
muslim baik mereka yang Ahli Kitab ataupun tidak.

Kemudian, Skripsi yang ditulis oleh Khoimatul Hasanah Mahasiswi Program Studi
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember pada tahun 2021 yang berjudul “Tafsir Ayat-Ayat Nikah
Dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Penafsiran Mufassir A’zab dan Mutazawwaj)” yang
menggunakan jenis penelitian kualitatif. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam
Al-Qur’an, menikah berarti terjalinnya hubungan suami istri secara sah. Dan mengambil
penafsiran dari Mufassir a’zab dan mutazawwaj mengenai menikah.

Jurnal yang ditulis oleh Dina Sakinah Siregar diterbitkan oleh Jurnal Asy-
Syukriyyah pada tahun 2023 yang berjudul “Dua Sisi Nikah Beda Agama: Hukum Agama
vs Negara (Pemikiran M. Quraish Shihab & Nurcholis Madjid)” yang menggunakan
metode kualitatif. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa terdapat larangan perkawinan
beda agama baik yang diatur dalam Al-Qur'an, KHI maupun fatwa MUI. Namun, dalam
undang-undang pengaturan perkawinan beda agama tidak diatur secara eksplisit. Peneliti
menemukan beberapa putusan Pengadilan Negeri mengenai penetapan izin perkawinan
beda agama yang mana putusan-putusan tersebut mengacu pada aturan UU No. 23 Tahun
2006 dan mengaitkannya dengan Hak Asasi Manusia yang diatur dalam UUD 1945.

Tinjauan Pustaka di atas telah peneliti urutkan dari tahun ketahun, Namun
penelitian sebelumnya lebih berpacu kepada perspektif Al-Qur’an terhadap fenomena
pernikahan beda agama di Indonsia oleh karena itu untuk mengisi kekosongan tersebut
peneliti melakukan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Indonesia

Hasanah, Khoimatul. (2021). “Tafsir Ayat-Ayat Nikah Dalam Al-Qur’an (Studi Analisis
Penafsiran Mufassir A’zab dan Mutazawwaj)”. Skripsi. Program Studi Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

Musahib, Abd Razak. (2021). “Kajian Pernikahan Bedah Agama Menurut Hukum Islam.
Jurnal Inovasi Penelitian: Universitas Madako Tolitoli. Vol. 1 No. 11. hal. 2283

Riqval, Fadzril Julian. (2023). “Perkawinan Beda Agama Di Indonesia Menurut Hukum
Islam Dalam Pandangan Empat Madzhab”, Jurnal Hukum Keluarga dan
Peradilan Islam: Universitas Islam Negeri Salatiga Indonesia. Vol. 4 No. 1. hal.
48-49

Siregar, Dina Sakinah. (2023). “Dua Sisi Nikah Beda Agama: Hukum Agama vs Negara
(Pemikiran M. Quraish Shihab & Nurcholis Madjid)”. Jurnal Asy-Syukriyyah:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalihaga.

Turnip, Ibnu Radwan Siddik. (2021). “Perkawinan Beda Agama: Perspektif Ulama Tafsir,
Fatwa Mui dan Hukum Keluarga Islam di Indonesia”. Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai