LAPORAN PENELITIAN
Oleh:
1) 19210115 Syamsud Dhuha
2) 19230004 Siti ummi Rohmatin
3) 18230008 Muhammad Iqbal Ainur Rofiq
4) 19230027 Rahma Khofifah K.U
5) 19230038 Klarisa Nurul Aulia
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang sebenarnya tidak bisa hidup satu
orang. Sepanjang hidupnya, seseorang pasti membutuhkan bantuan dari
orang lain. Ketika melakukan sesuatu dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya Bekerja, berinteraksi, dan aktivitas lainnya. Hubungan juga sangat
Ini identik dengan pernikahan. Pernikahan adalah satu Peristiwa hukum
yang hampir dialami semua orang. Pengertian pernikahan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu peristiwa yang berasal dari
kata nikah yang berarti membentuk suatu keluarga dengan lawan jenis dan
mempunyai suami atau istri.1 Sedangkan pengertian pernikahan menurut
Pasal 16 ayat 1 Undang-Undang Tahun 2019 tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan adalah ikatan antara laki-
laki dan perempuan sebagai pasangan suami istri, keluarga yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2 Padahal untuk
mencapai tujuan pernikahan, pernikahan harus dipersiapkan dengan baik
dan matang, sehingga dimotivasi dan ditegakkan baik oleh pihak spiritual,
materil maupun administratif.
2
yang berlaku, hal itu dikarenakan Indonesia merupakan negara hukum yang
menjunjung tinggi hukum yang berlaku, dan dikarenakan pernikahan
merupakan sebuah perbuatan yang dilakukan oleh manusia (subjek hukum),
maka pernikahan pun menjadi sebuah perbuatan hukum yang tentu akan
menimbulkan akibat akibat hukum yang nantinya akan diterima dan dialami
oleh orang yang akan melangsungkan pernikahan tersebut.3
3
Mohammad Rifqy Fakhriza dan Mia Hadiati," Analisis terhadap Perkawinan Beda Agama ditinjau
dari peraturan Perundangan Undangan di Indonesia (Studi Kasus Penetapan
278/Pdt.P/2019/PN.SKT)", Hukum Adigama, no1(2021):
https://journal.untar.ac.id/index.php/adigama/article/view/12028/7716
3
B. Batasan Masalah
Agar kajian penelitian ini fokus pada permasalahan serta dapat
dipahami dengan baik dan benar, maka peneliti membatasi penelitian ini
pada pembahasan pernikahan beda agama.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar hukum dan pandangan Hakim Pengadilan Negeri
Gresik terhadap pernikahan beda agama di Indonesia?
2. Bagiamana implikasi penetapan Hakim Pengadilan Negeri Gresik
terhadap perkawinan beda agama?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menjelaskan dasar hukum serta pandangan Hakim Pengadilan
Negeri Gresik terhadap pernikahan beda agama.
2. Untuk mendeskripsikan akibat dari penetapan pengadilan terkait
pernikahan beda agama.
E. Manfaat Penelitian
Aspek tujuan merupakan suatu hal yang penting untuk ditinjau
dalam sebuah penelitian, Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian
ini ialah:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan maupun
mengembangkan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai
atura pernikaha beda agama dalam pandangan beberapa hakim.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi rujukan untuk
memperoleh pengetahuan pihak yang berkepentingan, khususnya serta
bagi masyarakat pada umumnya mengenai aturan terkait pernikaha beda
agama.
4
F. Definsi Operasional
Untuk menginterpretasikan arti dan maksud dalam judul penelitian
ini dengan baik dan benar agar tidak terjadi dan terhindar dari
kesalahpahaman, maka perlu ditegaskan pengertian dari beberapa istilah
yang terdapat didalamnya yakni:
1. Pernikahan merupakan pertalian sah antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan. Perikaha tidak hanya menyangkut para mempelai,
tapi keluarga kedua belah pihak.4
2. Pernikahan beda agama adalah pernikahan yang dilakukan antara laki-
laki dan perempuan yang masing- masing berbeda agama.
4
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata( Jakarta : PT Inter Masa, 1994), 231.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjaua pustaka berisi kerangka teori atau landasa konsep, Landasan atau
kerangka teori dibuat sebagai pegangan dan pisau analisis dalam memecahkan
persoalan hukum dalam penelitian ini.
1. Perkawinan
2. Agama
6
BAB III
METODE PENELITIAN
5
Moh. Naziir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 33. Lihat juga Suryana,
Metodologi Penelitian: Model Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia, 2010), 21.
Menurut pendapat lain disebutkan bahwasannya metode penelitian merupakan tata cara atau
prosedur yang digunakan dalam melakukan suatu penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan
pembaharuan ilmu pengetahuan yang berasal dari objek yang diteliti.
6
Bachtiar, Metode Penelitian Hukum, (Tangerang: UNPAM PRESS, 2018), 55.
Perbedaan antara kedua penelitian ini ialah terletak pada penggalian data, dimana pada penelitian
hukum normatif penggalian data dapat dilakukan berdasarkan riset perpustakaan dengan mengkaji
berbagai literatur tentang hukum, sedangkan pada penelitian hukum empiris penggalian data
dilaksanakan secara langsung dilapangan yang mengharuskan peneliti mengetahui fakta dan
permasalahan yang terjadi di masyarakat.
7
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), 15.
7
(deskriptif research) yang tujuanya untuk melihat secara langsung
penerapan hukum dengan keadaan masyarakat yang diatur oleh hukum.
Penelitian hukum empiris tidak hanya terfokus pada masyarakat, tetapi
juga tertuju pada para penegak hukum dan fasilitas yang diharapkan
sebagai penunjang pelaksanaan peraturan tersebut.8 Dalam hal ini ada
kaitannya terhadap Pernikahan beda agama di Indonesia serta bagaimana
pertimbangan hakim di Pengadilan Negeri / Hubungan Industrial Gresik.
8
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2005), 32.
9
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Yogyakarta: Gadjah
Mada Press, 2008), 68. Lihat juga Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, 93.
Terdapat 5 jenis pendekatan dalam penelitian hukum yaitu:
a. Pendekatan Undang-Undang (statute approach);
b. Pendekatan Kasus (case approach);
c. Pendekatan historis (historical approach);
d. Pendekatan perbandingan (comparative approach); dan
e. Pendekatan konseptual (conceptual approach).
10
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian hukum, 133.
8
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1974 pasal 2 ayat 1.11
2) UU Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan.12
3) Peraturan pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan
Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974.
11
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3019
12
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4674.
13
Peter mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, 134.
14
Pendekatan konseptual merupakan pendekatan yang beranjak dari pandangan-pandangan dan
doktrin-doktrin yang berkembang didalam Ilmu Hukum, yakni dengan mempelajari pandangan-
pandangan dan doktrin-doktrin dalam Ilmu Hukum, sehingga pemahaman atas pandangan-
pandangan dan doktrin-doktrin tersebuat yang kemudian akan menjadi landasan bagi peneliti dalam
membangun suatu argumentasi dalam memecahkan isu yang dihadapi, dikuti dari Zulfi Diane Zaini,
“Implementasi Pendekatan Yuridis Normatif dan Pendekatan Normatif Sosiologis dalam Penelitian
Hukum”, Pranata Hukum, 130.
15
Suhaimi, “Problem Hukum dan Pendekatan dalam Penelitian Hukum Normatif”, Jurnal Yustisia,
Vol. 19 (2018), 208.
9
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana pengambilan sampel
penelitian dan bertujuan untuk memperoleh data-data yang diperlukan.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (proposive) yaitu di
Pengadilan Negeri/Hubungan Industrial Gresik.
4. Sumber Data
Sumber data merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan
penelitian. Untuk memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan
preskripsi mengenai apa yang seharusnya diperlukan dalam sumber-
sumber penelitian.16 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
diklasifikasikan menjadi data primer dan data sekunder. Adapun data
priper yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1974 pasal 2 ayat 1.
b. UU Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan.
c. Peraturan pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan
Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974.
Adapun data sekunder adalah bahan-bahan data berupa semua
publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen
resmi, meliputi buku-buku teks, kamus-kamus, jurnal-jurnal hukum,
dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.17 Adapun data
bahan hukum sekunder dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
a. Buku-buku yang memuat pembahasan tentang pernikahan
beda agama;
16
Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber-sumber penelitian yang
berupa bahan-bahan hukum primer, bahan-bahan hukum sekunder, dan tersier, dikutip dari Peter
Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, 181.
17
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta; Pranemedia Group, 2005),181.
10
b. Jurnal-jurnal tentang pernikahan beda agama;
c. Putusan- putusan pengadilan terkait pernikahan beda
agama;
18
Juliansyah Noor, Metode Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi Dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana
Prenada MediaGroup, 2012), 141.
11
ambil ialah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1974 pasal 2 ayat 1,UU Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan, Peraturan pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang
pelaksanaan Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974, Buku-buku yang
memuat pembahasan tentang pernikahan beda agama, Jurnal-jurnal
tentang pernikahan beda agama, Putusan- putusan pengadilan terkait
pernikahan beda agama, kamus hukum dan kamus besar Bahasa
Indonesia.
19
Muslan Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, (Malang: UMM Press, 2009), 121.
20
Jonaedi Efendi, Johny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, 236.
12
Classifayying atau klarifikasi adalah menyusun dan
mengelompokkan data yang di dapat dalam suatu permasalahan,
tujuan klarifikasi ini adalah mempermudah pembacaan dan
pembahasan yang sesuai dengan kebutuhan Penelitian
c. Verifikasi (Verifikasi (Verifiying)
Verifikasi data adalah pembuktian kebenaran data untuk
menjamin validitas data yang telah terkumpul. Verifikasi dilakukan
dengan cara menemui informan dan memberikan hasil wawancara
dengannya untuk ditanggapi apakah data tersebut sesuai dengan
yang informasikan atau tidak
d. Analisis (Analyzing)
Analisis adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk
yang mudah untuk dipahami. Proses ini digunakan guna memperoleh
gambaran dari subjek yang diteliti, tanpa harus diperinci secara
detail.21
e. Kesimpulan (Concluding)
Tahapan terakhir yakni kesimpulan, yaitu menyimpulkan
bahan-bahan yang telah terkumpul dan disusun sehingga
mempermudah nanti penjabarannya seperti hasil wawancara,
dokumentasi, dan pedoman hukum yang sesuai dengan penelitian.
21
LKP2M, Research Book for LKP2M, (Malang: Universitas Islam Negeri Malang, 2005), 60.
13
BAB IV
22
Pasal 2 Ayat 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.
23
Pasal 2 Ayat 2, 1974.
14
dikantor catatan sipil. Pencatatan tersebut hanya digunakan untuk
memenuhi persyaratan formil administrasi sebagaimana yang telah diatur
dalam pasal 2 ayat (2) UU Pernikahan, sedangkan dalam keabsahanya
menurut agama bergantung pada ketentuan-ketentuan hukum tiap-tiap
agamanya dan juga hal tersebut merupakan keinginan para calon mempelai.
24
Pasal….UU perkawinan No. 1 Tahun 1974
15
2) Pernikahan yang benar-benar ikhlas melaksanakan keyakinan
agamanya dan menjalankan ajarannya selama-lamanya dalam
kehidupan berumah tangga dan berumah tangga.
3) Masing-masing pasangan tetap mempertahankan keyakinan
agamanya. Pernikahan bervariasi menurut agama masing-
masing, tetapi mungkin pelaksanaannya bisa saja dipagi hari
para mempelai melangsungkan pernikahan menurut salah satu
agama keyakinan pasangan, kemudian pada siang harinya
melangsungkan pernikahan menurut agama mempelai yang
satunya. Pernikahan dengan cara seperti yang telah peneliti
jelaskan sebelumnya sudah banyak di praktekan dengan
konsekuensi masing-masing pasangan yang akan hidup
bersama dengan menjalankan kepercayaan agama masing-
masing.
B. Pandangan Hakim Pengadilan Negeri Gresik
16
ﺖ َﺣﺘ ﱠٰﻰ ﯾُْﺆِﻣﱠﻦ ۚ َوَﻷ ََﻣﺔٌ ﱡﻣْﺆِﻣﻨَﺔٌ َﺧْﯿٌﺮ ِّﻣﻦ ﱡﻣْﺸِﺮَﻛٍﺔ َوﻟَْﻮ أ َْﻋَﺠﺒَﺘُْﻜْﻢ ۗ َوَﻻ ِ َوَﻻ ﺗ َﻨِﻜُﺤﻮ۟ا ٱْﻟُﻤْﺸِﺮَٰﻛ
ٓ
ُ ﺗ ُﻨِﻜُﺤﻮ۟ا ٱْﻟُﻤْﺸِﺮِﻛﯿَﻦ َﺣﺘ ﱠٰﻰ ﯾُْﺆِﻣﻨُﻮ۟ا ۚ َوﻟَﻌَْﺒﺪٌ ﱡﻣْﺆِﻣٌﻦ َﺧْﯿٌﺮ ِّﻣﻦ ﱡﻣْﺸِﺮٍك َوﻟَْﻮ أ َْﻋَﺠﺒَُﻜْﻢ ۗ أ ُ ۟و ٰﻟَِﺌَﻚ ﯾَْﺪ
ۖ ﻋﻮَن ِإﻟَﻰ ٱﻟﻨﱠﺎِر
ﻋٓﻮ۟ا ِإﻟَﻰ ٱْﻟَﺠﻨﱠِﺔ َوٱْﻟَﻤْﻐِﻔَﺮِة ِﺑﺈِْذِﻧِﮫۦ ۖ َوﯾُﺒَﯿُِّﻦ َءا ٰﯾَِﺘِﮫۦ ِﻟﻠﻨﱠﺎِس ﻟَﻌَﻠﱠُﮭْﻢ ﯾَﺘ َﺬَﱠﻛُﺮوَن
ُ َوٱﱠ•ُ ﯾَْﺪ
25
https://tafsirweb.com/855-surat-al-baqarah-ayat-221.html
17
Selanjutnya pendapat dari hakim kedua yaitu Bapak Agung
Nugroho Suryo Sulistio, SH., M.Hum. beliau berpendapat bahwa
pernikahan beda agama merupakan hal yang kasuistik, karena pada
dasarnya perkara pernikahan beda agama tidak hanya asal memutus
penetapan, tetapi dilihat dari bagaimana perkara itu sendiri atau dilihat dari
berbagai pertimbangan.
26
Pasal 34 Undang-undang (UU) tentang Administrasi Kependudukan. LN.2006/NO.124.
18
dilaksanakan secara islam. Dengan begitu pernikahan beda agama yang
melalui penetapan pengadilan maka pencatatan dilakukan di Pencatatan
Sipil.
Menurut pak Agung kasus ini harus kasuistis apa masalahnya dan
berbagai pertimbangan lainya. Sampai sekarang uji materiil UU pernikahan
masih belum dikabulkan. Akibat hukum terkait kewarisan anak pada
pernikahan beda agamaq, kalau islam masuk dalam ranah peradilan agama,
bagi non muslim di pengadilan negeri, tetapi pada prakteknya kewarisan
tidak sepenuhnya mengikuti hukum islam, beda dengan pernikahan, kalau
pernikahan seratus persen secara praktek dilakukan di indonesia.
19
UU pernikahan Tahun 1974 tidak secara eksplisit mengatur tentang
pernikahan beda agama, namun dalam UU Disdukcapil ada aturan ketika
orang ingin melaksanakan pernikahan beda agama harus melalui penetapan
pengadilan terlebih dahulu. Oleh karena itu hal ini masih menjadi polemik
dan sangat sensitive bila ada perkara atau penetapan pengadilan terkait
pernikahan beda agama, padahal tidak mengetahui bagaimana
pertimbangan dan prosedur yang dijalani untuk sampai pada titik penetapan
ini.
20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
21
begitupun dengan pencatatanya, hal tersebut menjadi ketidakpastian
hukum. Pasal 2 ayat 1 UU pernikahan no. 1 tahun 1974 sudah jelas
mengatakan bahwa pernikahan adalah sah apabila dilakukan menurut
agama dan kepercayaan masing-masing, maka kalimat tersebut akan
kembali pada bagaimana aturan masing-masing agama itu berlaku.
B. Daftar Pustaka
Undang-Undang
Buku
LKP2M. (2005). Research Book for LP2M. Malang: Universitas Islam Negeri
Malang.
22
MuslanAbdurrahman. (2009). Metode Penelitian Hukum. Malang: UMM Press.
Jurnal
Suhaimi. (2018). Problem Hukum dan Pendekatan dalam Penelitian Hukum
Normatif. Jurnal Yustisia, 208.
Website
https://tafsirweb.com/855-surat-al-baqarah-ayat-221.html
Mohammad Rifqy Fakhriza dan Mia Hadiati," Analisis terhadap Perkawinan Beda
Agama ditinjau dari peraturan Perundangan Undangan di Indonesia (Studi
Kasus Penetapan 278/Pdt.P/2019/PN.SKT)", Hukum Adigama, no1(2021):
https://journal.untar.ac.id/index.php/adigama/article/view/12028/7716
.
23
Dokumentasi
Wawancara
24