Anda di halaman 1dari 23

PELAKSANAAN PERKAWINAN BEDA AGAMA (STUDI TERHADAP

PUTUSAN PENETAPAN NOMOR 508/Pdt.P/2022/PN JKT.SEL)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Hukum Strata Satu (S-1) Pada Fakultas Hukum
UNIVERSITAS PAMULANG

Oleh:
ALIF OSAMA

NIM:201010201203

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023

i
DAFTAR ISI

COVER HALAMAN...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................8
C. Tujuan Penelitian........................................................................................8
D. Manfaat Penelitian......................................................................................9
E. Kerangka Teori...........................................................................................9
F. Orisinalitas Penelitian..............................................................................11
G. Sistematika Penulisan...........................................................................12
BAB II...................................................................................................................14
Tinjauan Pustaka.................................................................................................14
A. Tinjauan Umum Tentang Perkwinan Beda Agama...............................14
B. Tinjauan Umum Tentangg Perkawinan.................................................14
BAB III..................................................................................................................15
METODE PENELITIAN....................................................................................15
A. Jenis Penelitian..........................................................................................15
B. Spesifikasi Penelitian................................................................................15
C. Sumber Dan Jenis Data............................................................................15
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................16
E. Teknik Analisa Data.................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya manusia membutuhkan adanya pendamping

hidup, dengan melakukan perkawinan yang merupakan salah satu

lembaga keluarga yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Oleh

karenanya, setiap manusia yang normal dan telah dewasa pasti akan

mendambakan perkawinan. Akan tetapi, dalam melaksanakan sebuah

perkawinan itu tidak bisa dilakukan dengan cara yang sembarangan

karena perkawinan bagi manusia mempunyai tata cara dan aturan yang

sudah ditentukan oleh hukum, baik dalam Hukum Islam maupun

hukum positif.

Perkawinan merupakan ikatan yang sakral karena di dalam

ikatan perkawinan tersebut tidak hanya terdapat ikatan lahir atau

jasmani saja, tetapi juga ada ikatan rohani yang berdasarkan kepada

Ketuhanan Yang Maha Esa, maksudnya ialah bahwa suatu perkawinan

tidak hanya sekedar hubungan lahiriah saja, tetapi lebih dari itu yaitu
1
satu ikatan atau hubungan lahir batin

antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang bertujuan

untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.1 Hal tersebut sesuai dengan rumusan yang

1
Sution Usman Adji, Kawin Lari dan Kawin Antar Agama, Liberty, Yogyakarta, 1989, hlm.

1
2

terkandung di dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan.

Di Indonesia sendiri diatur melalui Undang-Undang Nomor 1

Tahun1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3019).2 Diberlakukannya Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan secara relatif telah dapat

menjawab kebutuhan terhadap peraturan perundang- undangan yang

mengatur perkawinan secara seragam dan untuk semua golongan

masyarakat di Indonesia. Namun demikian, tidak berarti bahwa

undang-undang ini telah mengatur semua aspek yang terkait dengan

perkawinan. Contoh persoalan yang tidak diatur oleh Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah perkawinan beda

agama, yaitu perkawinan antara laki-laki dan seorang perempuan yang

berbeda agama.3

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak

mengatur secara jelas tentang perkawinan beda agama. Undang-

undang ini juga tidak melarang perkawinan beda agama. Dalam Pasal

2 ayat (1) Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

yaitu: “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum

masing-

2
Sirman Dahwal, Hukum Perkawinan Beda Agama dalam Teori dan Praktiknya di
Indonesia,Mandar Maju, Bandung, 2016, hlm. 9
3
Rusli & R. Tama, Perkawinan Antar Agama dan Masalahnya, Pinoir Jaya, Bandung,
1986, hlm.11
3

masing agamanya dan kepercayaannya itu.4 Dari pasal ini dapat

disimpulkan bahwa perkawinan itu sah apabila dilakukan dalam

agama dan kepercayaan yang sama antara kedua pasangan tersebut.

Oleh karena itu, meskipun perkawinan beda agama tidak diatur secara

signifikan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, namun fenomena perkawinan semacam itu terus terjadi

dalam masyarakat Indonesia.

Dalam perkembangannya di tengah-tengah masyarakat dewasa

ini, perkawinan beda agama diistilahkan sama dengan “pernikahan

lintas agama”, yaitu pernikahan yang dilakukan antara seorang yang

beragama Islam (Muslim atau Muslimah) dengan orang non-Muslim,

baik yang dikategorikan sebagai orang musyrik maupun ahli kitab.

Masalah pernikahan lintas agama ini selalu menjadi bahan perdebatan

dikalangan ulama, hal ini karena perbedaan perspektif dalam

memahami ayat-ayat atau teks-teks agama yang melarang pernikahan

orang Muslim dengan orang musyrik.5

Beda agama yang dimaksud disini adalah perempuan muslim dengan

laki-laki non-muslim dan sebaliknya laki-laki muslim dengan

perempuan non- muslim. Keduanya boleh melakukan pernikahan

apabila pihak yang non- muslim tersebut telah masuk Islam. Adapun

4
It. Imam Hurmain, Pernikahan Lintas Agama Dalam Perspektif Jaringan Islam Liberal
(Analisis terhadap Pemikiran JIL Tentang Pernikahan Lintas Agama), “Makalah”, Disampaikan
dalam Diskusi Rutin yang Diselenggarakan F.U.S. UIN. Riau, Tanggal 5 Desember 2007, hlm.17
5
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Kencana prenada
MediaGroup, Jakarta, 2008, hlm. 28
4

larangan kawin beda agama disebutkan dalam Pasal 40 Kompilasi

Hukum Islam Indonesia yang diberlakukan berdasarkan Instruksi

Presiden Nomor 1 Tahun 1991 disebutkan bahwa: “Dilarang

melangsungkan perkawinan antara seorang pria dan wanita, karena

wanita tersebut tidak beragama Islam”.

Berdasarkan ketentuan ini dapat diketahui bahwa tidak ada

perkawinan beda agama, bagi pihak-pihak yang ingin melaksanakan

perkawinannya, mereka harus memilih agama yang dianut oleh pihak istri

atau pihak suami. Tidak ada lagi setelah nikah di Kantor Urusan Agama

Kecamatan lalu pindah menikah di Gereja atau Catatan Sipil.6

Sah atau tidaknya perkawinan ditentukan oleh hukum agama

masing-masing calon mempelai. Sedangkan pencatatan tiap-tiap

perkawinan itu merupakan persyaratan formil administratif. Tidak adanya

pengaturan perkawinan beda agama secara tegas dan eksplisit dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan termasuk

pencatatannya mengakibatkan terjadinya ketidakpastian hukum. Apabila

benar-benar terjadi kasus seperti itu, maka status hukum perkawinan

tersebut menjadi tidak jelas.7

Meskipun perkawinan beda agama ini tidak diatur secara jelas

dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, tetapi

6
htps://www.hukumonline.com/berita/a/inilah-babak-akhir-judicial-review-kawin-
beda-agama- lt55828be906c8b/
7
It. Imam Hurmain, Pernikahan Lintas…Op.Cit., hlm. 7
5

fenomena seperti ini terus terjadi di kalangan masyarakat Indonesia

meskipun sudah ada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

68/PUU/XII/2014 yang menolak tegas adanya pernikahan beda agama.

Mahkamah Konstitusi (MK) menolak pengujian Pasal 2 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mengenai syarat

sahnya perkawinan terkait kawin beda agama. Mahkamah menganggap

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan sama sekali tidak bertentangan dengan Undang- Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945).

Menurut Mahkamah Pasal 2 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan memberi

legitimasi kepada negara mencampuradukkan administrasi dan

pelaksanaan ajaran agama serta mendikte penafsiran agama dan

kepercayaan dalam bidang perkawinan. Menurut Mahkamah, dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD NRI

1945, agama menjadi landasan dan negara mempunyai kepentingan

dalam hal perkawinan. Karena itu, perkawinan tidak boleh hanya dilihat

dari aspek formal semata, tetapi juga harus dilihat dari aspek spiritual dan

sosial. Agama menetapkan tentang keabsahan perkawinan, sedangkan

undang-undang menetapkan keabsahan administratif yang dilakukan oleh

negara. “Permohonan para pemohon tidak beralasan menurut hukum”.8

Umumnya, selain undang-undang atau peraturan-peraturan yang

berkaitan dengan perkawinan beda agama yang berlaku di Indonesia,

8
Rusli & R. Tama, Perkawinan Antar…Op.Cit., hlm. 37-38
6

ajaran agama sedikit banyaknya juga menjadi penghalang pernikahan.

Sehingga diantara mereka sebagian besar berinisiatif melakukan

perkawinan di luar negeri, atau cara lain yaitu mengadakan perkawinan

menurut agama kedua belah pihak.9 Selain itu, banyak juga pasangan

yang melaksanakan akad perkawinan beda agama di Kantor Catatan Sipil.

Namun, pihak-pihak yang akan melaksanakan akad harus membawa surat

dispensasi dari Pegawai Pencatat Nikah atau dari Departemen Agama.

Atau ada juga yang meminta permohonan pencatatan dari pengadilan

apabila ada Kantor Catatan Sipil yang menolak agar dapat diberikan izin

melangsungkan perkawinan agama dan perkawinan tersebut dapat

dicatatkan sehingga pernikahan beda agama tersebut dapat berlangsung.

Dengan demikian, apabila ada dua orang yang berbeda agama

(Islam dan Kristen) akan mengadakan perkawinan dapat melakukan

dengan dua cara, yaitu calon isteri menyatakan menundukan diri pada

agama yang dianut oleh calon suami atau masing-masing pihak tetap

mempertahankan agama yang dianutnya, dengan memintakan

permohonan di Pengadilan Negeri untuk dapat melakukan perkawinan

beda agama dan dapat mencatatkan perkawinan di Kantor Catatan Sipil.

Di samping itu, mereka dapat bermusyawarah untuk memilih hukum

mana yang akan dipakai, kalau tidak ada kesepakatan, maka hukum

suami yang akan dipakai.

9
O.S, Eoh, Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek, Raja Grafindo Persada,
Jakarta,2001, hal. 18-19
7

Nyatanya dilihat dari realitas yang ada di masyarakat,

perkawinan beda agama relatif banyak terjadi seperti keterangan di atas.

Dan juga salah satunya berdasarkan adanya permohonan izin kepada

pengadilan untuk melangsungkan perkawinan beda agama secara sah di

Kantor Catatan Sipil dan mencatatkannya serta mendaftarkan perkawinan

tersebut, dengan meminta putusan pengadilan. Contohnya dapat dilihat

dari salah satu putusan pengadilan yang membolehkan para pemohonnya

untuk melakukan perkawinan beda agama dan dilakukan di Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil dimana para pemohon tetap

mempertahankan agamanya masing-masing (Kristen dan Islam), yaitu

Putusan Pengadilan Negeri MakasarNomor: 622/Pdt.P/2018/PN.Mks.

Dari putusan itu hakim mengabulkanpermohonan dari para pemohon agar

dapat melangsungkan perkawinan beda agama, dan memerintahkan

kepada Kantor Catatan Sipil untuk dapat mencatatatkan dan menikahkan

pasangan tersebut. Seharusnya, putusan tersebut bertentangan dengan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Bahwasanya

dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan menyebutkan bahwa: “Perkawinan adalah sah, apabila

dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dankepercayaannya

itu. Dan juga sudah ada Putusan Mahkamah Konstitusi yang menolak

secara tegas adanya perkawinan beda agama yang terdapat dalam Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 68/PUU/XII/2014.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis


8

tertarik menulis skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Perkawinan Beda

Agama (Studi Terhadap Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

Nomor: 508/Pdt.P/2022/PN.JKT.SEL.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat di

rumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana keabsahan perkawinan beda agama berdasarkan pada

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan?

2. Bagaimana implikasi hukum terhadap penetapan pengadilan tentang

perkawinan beda agama?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana keabsahan perkawinan beda agama

berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan.

2. Untuk mengetahui bagaimana implikasi hukumnya terhadap penetapan

pengadilan tentang perkawinan beda agama.


9

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di tulis tentunya ingin memberikan manfaat kepada

berbagai pihak, di antaranya:

a. Secara Teoritis
a. Adapun manfaat dari penelitian ini khususnya bagi mahasiswa selaku

peneliti adalah untuk menambah wawasan serta mengembangkan

pengetahuan tentang perkawinan beda agama.

b. Menambah sumber kepustakaan tentang analisis penetapan Pengadilan

mengenai permohonan izin kawin beda agama bagi perpustakaan

Universitas Pamulang.

b. Secara Praktis
a. Diharapkan dapat di gunakan sebagai bahan masukan untuk

menambah ilmu pengetahuan pembaca atau masyarakat serta dapat

membantu memecahkan masalah mungkin atau sedang di hadapi oleh

masyarakat terutama menyangkut masalah mengenai Pernikahan Beda

Agama.

b. Dapat di jadikan refrensi dalam pembuatan sebuah produk hukum yang

terkait dengan kepastian hukum. Dan juga dapat di jadikan pedoman

dalam melaksanakan izin penetapan Perkawinan beda agama di

Pengadilan Negri.

E. Kerangka Teori
Untuk menganalisis Penetapan Pengadilan maka di perlukan

beberapa landasan teoritis yang relvan dengan permasalahan yang di bahas.


10

Adapun beberapa landasan teori yang di gunakan dalam penelitian

ini.antara lain:

1. Teori kesadaran hukum

Kesadaran hukum menurut wignjosoebroto adalah kesediaan masyarakat

dalam berperilaku sesuai dengan aturan hukum yang telah di tetapkan.

Dalam kesadaran hukum memiliki dua dimensi, yaitu kognitif dan

afektif. Kognitif merupakan pengetahuan tentang hukum yang mengatur

perilaku tertentu baik di larang maupun di perintahkan sesuai recht.

2. Teori Hukum

Teori Hukum menurut Jan Gijssels dan Mark Hocke adalah ilmu yang

bersifat menerangkan atau menjelaskan tentang hukum. Teori hukum

merupakan disiplin mandiri yang perkembanganya di pengaruhi dan

sangat terkait dengan ajaran hukum umum. Merka memandang bahwa

ada kesinmabungan antara ajaran hukum umum dalam dua aspek

sebagai berikut.10

a. Teori hukum sebagai kelanjutan dari ajaran hukum umum

memilik objek disiplin mandiri, di antaranya dogmatic hukum di

satu sisi dan filsafat hukum di sisi lain. Dewasa teoiri hukum ini

di akui sebagai disiplin ketiga disamping untuk melengkapi

filsafat hukum

10
O.S, Eoh, Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek, Raja Grafindo Persada,
Jakarta,2001, hal. 18-19
11

dan dogmatic hukum, masing masing memiliki wilayah dan nilai

sendiri-sendiri.

b. Teori hukum dipandang sebagai ilmu a-normatif yang bebas nilai,

yang membedakan dengan disiplin ilmu lain.

F. Orisinalitas Penelitian

Dalam pembuatan proposal skiripsi ini penulis mempunyai beberapa

refrensi beberapa karya tulis di bawah bertujuan untuk menunjukan

perbedaan dengan skripsi yang penulis buat:

Penelitian pertama berjudul “Pelaksanaan Perkawinan Beda Agama (

Studi Terhadap Penetapan Pengadilan Negri Makasar Nomor:


11
622/Pdt.P/2018/PN.Mks.)” Pada Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan

metode Penelitian Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut

adalah bagaimana keabsahan perkawinan beda agama berdasarkan Undang-

Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bagaimana implikasi hokum

terhadap penetapan pengadilan tentang perkawinan beda agama

Penelitian kedua berjudul “Analisis Yuridis Terhadap Perkawinan

Beda Agama Yang Di Sahkan Oleh Pengadilan Negri (Penetapan Nomor

916/Pdt.P/2022/PN Sby) Pada tahun 2022.12 Penelitian ini menggunakan

metode Penelitian Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut

11
Sheika Azzahra, Pelaksanaan Perkawinan Beda Agama ( Studi Terhadap
Penetapan PengadilanNegeri Makasar Nomor: 622/Pdt.P/2018/PN.Mks.). Skripsi Fakultas
Hukum Universitas Islam Indonesia, 2020.
12
Muhammad Rafi Rahmanullahharirama, Analisis Yuridis Terhadap
Perkawinan Beda Agama Yang Di Sahkan Oleh Pengadilan Negri
(Penetapan Nomor 916/Pdt.P/2022/PN Sby) Skripsi Fakultas Hukum Universitas
Lampung, 2020.
12

adalah bagaimana Perkawinan beda agama bisa dilegalkan atau disahkan di

wilayah pengadilan tersebut.

Penelitian ketiga berjudul “Pencatatan Perkawinan Beda Agama

Dalam Penetapan Pengadilan Negri Jakarta Selatan (Studi Analisis Terhadap

Penetapan No. 131/Pdt.P/2021/PN Jkt.Sel) Pada tahun 2022.13 Penelitian ini

menggunakan metode Penelitian Permasalahan yang diangkat dalam

penelitian tersebut adalah bagaimana Perkawinan beda agama bisa dilegalkan

atau disahkan di wilayah pengadilan tersebut.

Di dalam penelitian tersebut memang ada beberapa kesamaan dengan

penelitan yang akan penulis teliti yaitu berkaitan dengan Perkawinan Beda

Agama, namun permasalahan yang di teliti oleh ketiga Penelitian terdahulu

hanya berfokus ke pada keabsahan dari pada perkawinan beda agama itu

sendiri. Sedangkan di dalam penelitian ini penulis mencoba mencari

permasalahan berbeda.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan yang jelas tentang arah dan tujuan penulisan skripsi

ini, maka secara garis besar dapat digambarkan sistematika penulisan skripsi

sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan gambaran singkat mengenaiisi skripsi yang

terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

13
Fiftahul Rizki, Pencatatan Perkawinan Beda Agama Dalam Penetapan Pengadilan
Negri Jakarta Selatan (Studi Analisis Terhadap Penetapan No. 131/Pdt.P/2021/PN Jkt.Sel) Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2022.
13

Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Orisinalitas Penelitian,

Sistematika Penulisan.

BAB II. PELAKSANAAN PERKAWINAN BEDA AGAMA

Pada bab ini adalah Tinjauan kajian pustaka, dalam bab ini penulis

akan menuliskan beberapa hal yang menjadi acuan dalam

penulisan mengenai Tinjauan Umum tentang pengertian

perkawinan, Tinjauan umum tentang asas-asas perkawinan,

Tinjauan umum tentang syarat sah perkawinan.

BAB III. METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi mengenai Jenis Penelitian, Spesifikasi

Penelitian,Sumber dan Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data ,

Teknik Analisa Data.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

Pada bab ini berisi Hasil Penelitian dan Analisis.

BAB V. PENUTUP

Pada bab ini berisi Kesimpulan dan Saran.


14
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan Umum Tentang Perkwinan Beda Agama.

1. Pengertian Perkawinan
a.
2. Asas-Asas Perkawinan
1.
2.
3. Syarat Sah Perkawinan

B. Tinjauan Umum Tentangg Perkawinan


a. Pengertian Perkawinan Beda Agama Menurut Agama Islam
b. Pengertian Perkawinan Beda Agama Menurut Agama Protestan
c. Pengertian Perkawinan Beda Agama Menurut Agama Hindu
d. Pengertian Perkawinan Beda Agama Menurut Agama Budha

14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Yuridis Normatif. Dimana
metode yuridis normatif ini melakukan pendekatan tidak hanya dari kaidah-
kaidah hukum yang berlaku saja tapi juga melihat keadaan yang ada di
dalam masyarakat.Faktor normatif disini didasarkan pada beberapa peraturan
Perundang-undangan yang dimungkinkan memuat tentang aturan
Perkawinan.Dalam penelitian ini akan melihat kesesuaian antara peraturan
yang berlaku dengan realita yang ada di lapangan. Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinandan Kompilasi Hukum Islam.
Pendekatan Normatif dalam penelitian ini dilakukan untuk mengkaji dan
menganalisis secara mendalam terhadap kebijakan hakim dan khususnya
pemerintah dalam hal memberikan kepastian hukum dan penegakan
ketentuan perundang-undangan dengan jelas agar suatu perkara yang bersifat
ambigu dihilangkan.
B. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu untuk
menggambarkan, menemukan fakta-fakta hukum secara menyeluruh, dan
mengkaji secara sistematis pengaturan nasional dan kebijakan Hakim
dalam suatu peradilan yang berkaitan dengan pengaturan mengenai
perkawinan bedaa gama.
C. Sumber Dan Jenis Data
Penelitian ini penulis akan menggunakan sumber data dan metode
pengumpulan data. Jenis dan Sumber data yang digunakan dalam
penelitian iniadalah data primer dan data sekunder.
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data atau data yang diperoleh dari lapangan
melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang dilakukan di
lapangan di tempat yang menjadi objek penelitian untuk mencari data

15
1

ataupun informasi.
2. Sumber data sekunder adalah sumber yang diperoleh melalui
kepustakaan dengan mekanisme membaca, mengkaji serta
mempelajari buku-buku yang relevan dengan objek yang diteliti. Data
sekunder diselenggarakan untuk mendukung keterangan menunjang
kelengkapan data primer dalam penelitian ini adalah sumber data dari
dokumen atau literatur penunjang, seperti : a.Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan. c. INPRES No.1/1999 tentang Kompilasi Hukum Islam.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) 1980/2005.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam


penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
(Sugiyono, 2008:62).
Dalam hal ini penulis menggunakan Teknik pengumpulan data seperti:

1) Studi Pustaka
Data diperoleh dengan cara studi pustaka (library research), melalui
peraturan perundang-undangan terkait , dan data penelitian yang berupa
buku- buku, teori hukum yang berkaitan dengan masalah yang diteliti,
yaitu bahan- bahan atau pustaka-pustaka yang berkaitan dengan
masalah perkawinan khususnya perkawinan beda agama.

2) Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan
jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara
pengumpul data (pewawancara) engan sumber data (responden) (Adi,
2005:72). Wawancara yang peneliti lakukan untuk menambah data
sekunder. Melalui metode wawancara, diharapkan peneliti memperoleh
gambaran mengenai permohonan izin melangsungkan perkawinan beda
agama. Dalam hal ini penulis melakukan Tanya jawab kepada Hakim
Pengadilan Negeri Magelang dan Hakim Pengadilan Negeri Ungaran.
Ada tiga cara untuk melakukan interview : (Ashofa, 2007:59)
a. Melalui percakapan informal (interview bebas)
b. Menggunakan pedoman wawancara
1

c. Menggunakan pedoman buku

E. Teknik Analisa Data


Berdasarkan sifat penelitian ini yang menggunakan metode penelitian
Deskriptif Analisis, analisis data yang dipergunakan adalah metode
pendekatankualitatif terhadap data primer dan data sekunder. Deskriptif
tersebut, meliputiisi dan struktur hukum positif, yaitu kegiatan yang
dilakukan oleh penulis untukmenentukan isi atau makna aturan hukum yang
dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi
objek kajian.
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengumpulkan data-
data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukantema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data- data. Setelah data terkumpul, dilakukan analisis secara
deskriptif kualitatif dengan melalui 3 (tiga) tahap yaitu :
1. Reduksi Data

Yaitu analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat,


membuang hal-hal yang tidak penting dari penelitian lapangan.

2. Menyajikan Data

Yaitu sekumpulan informasi yang memungkinkan kesimpulan riset


dapat dilaksanakan.

3. Menarik Kesimpulan

Setelah memahami berbagai hal dengan melakukan pencatatan


peralatan- peralatan, pernyataan-pernyataan, alur sebab akibat
akhirnya dapat ditarik kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA

1
Sution Usman Adji, Kawin Lari dan Kawin Antar Agama, Liberty, Yogyakarta, 1989, hlm.

1
Sirman Dahwal, Hukum Perkawinan Beda Agama dalam Teori dan Praktiknya di
Indonesia,Mandar Maju, Bandung, 2016, hlm. 9
1
Rusli & R. Tama, Perkawinan Antar Agama dan Masalahnya, Pinoir Jaya, Bandung,
1986, hlm.11

1
It. Imam Hurmain, Pernikahan Lintas Agama Dalam Perspektif Jaringan Islam Liberal
(Analisis terhadap Pemikiran JIL Tentang Pernikahan Lintas Agama), “Makalah”, Disampaikan
dalam Diskusi Rutin yang Diselenggarakan F.U.S. UIN. Riau, Tanggal 5 Desember 2007, hlm.17
1
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Kencana prenada
MediaGroup, Jakarta, 2008, hlm. 28

1
htps://www.hukumonline.com/berita/a/inilah-babak-akhir-judicial-review-kawin-
beda-agama- lt55828be906c8b/
1
It. Imam Hurmain, Pernikahan Lintas…Op.Cit., hlm. 7

1
Rusli & R. Tama, Perkawinan Antar…Op.Cit., hlm. 37-38
1
O.S, Eoh, Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek, Raja Grafindo Persada,
Jakarta,2001, hal. 18-19
1
O.S, Eoh, Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek, Raja Grafindo Persada,
Jakarta,2001, hal. 18-19

1
Lysa Setiabudi, Pelaksanaan Perkawinan Beda Agama ( Studi Terhadap Penetapan
Pengadilan Negeri Makasar Nomor: 622/Pdt.P/2018/PN.Mks.). Skripsi Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang, 2016.
1
1

18
19

Anda mungkin juga menyukai