Anda di halaman 1dari 8

RANCANGAN PENELITIAN UNTUK PENULISAN SKRIPSI

A. JUDUL : ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI


SURABAYA NOMOR 916/PDT.P/2022/PN SBY TENTANG
PERKAWINAN BEDA AGAMA

B. IDENTITAS MAHASISWA

Nama : Ghivanni Dzikra

NPM : 1903101010360

Angkatan : 2019

Program Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Hukum Perdata

Jumlah SKS Yang Diperoleh : 130

Sudah/Belum Lulus Mata Kuliah Wajib : Sudah

Alamat : Jalan. Meureubo No.18,

Kopelma Darussalam, Banda

Aceh

C. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam

kehidupan manusia , karena perkawinan tidak hanya menyangkut tabiat dan

hajat pribadi kedua calon suami istri, tetapi juga menyangkut urusan suatu

lembaga yang luhur, yaitu rumah tangga.

Perkawinan tidah hanya berkaitan pada hubungan pribadi antara kedua

belah pihak akan tetapi melibatkan juga dengan permasalahan

agama,permasalhan sosial, dan permasalahan hukum. Permasalahan Agama

yang menyangkut perkawinan, dapat kita lihat bahwa dalam setiap Agama
tentunya mempunyai ketentuan-ketentuan yang mengatur masalah

perkawinan, sehingga pada prinsipnya diatur dan tunduk pada ketentuan-

ketentuan dari Agama yang dianut oleh pasangan yang akan

melangsungkan perkawinan. Permasalahan sosial yang berkaitan

dengan perkawinan, adalah merupakan cara pandang masyarakat pada

umumnya mengenai pelaksanaan perkawinan, yang akan membawa

dampak tertentu pada pasangan yang akan melangsungkan

perkawinan dalam lingkungan masyarakatnya. Dari sudut pandang

hukum, perkawinan terjadi disebabkan oleh adanya hubungan antar

manusia, dari hubungan antar manusia untuk membentuk suatu ikatan

pekawinan inilah menyebabkan timbulnya suatu perbuatan hukum1.

Karena dianggap pentingnya perkawinan, pemerintah Indonesia kini

telah melahirkan pengaturan perkawinan yang tercantum pada Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) sebagai tambahan

yang dikhususkan bagi warga Negara Indonesia yang beragama Islam.

Tercantum pada pasal 1 Undang –Undang Nomor. 1 tahun 1974 tentang

perkawinan (UU Perkawinan) dijelaskan Perkawinan ialah ikatan lahir dan batin

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha esa.2 Perkawinan menekankan kecukupan melalui dua

faktor: (A) Perkawinan harus dilaksanakan menurut syarat dan tata cara yang

ditetapkan oleh undang-undang (hukum negara). (B) Hukum agama. Artinya

jika perkawinan dilakukan hanya menurut ketentuan hukum negara, tanpa

memperhatikan peraturan agama, maka perkawinan tersebut dianggap tidak sah

dan sebaliknya.

1
Hamdan Nasution,” Analisis Atas Keabsahan Perkawinan Beda Agama .” JURNAL HUKUM
KAIDAH, Voume :19, Nomor : 1
2
UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR.1 TAHUN 1974
Indonesia merupakan negara yang heterogen. Terutama tentang suku,

budaya dan agama. Keragaman dalam masyarakat adalah sunatullah yang

digunakan untuk melihat realitas sosial, pandangan politik dan sebagainya3. Di

Indonesia memiliki agama-agama yang diakui negara seperti Islam, Kristen

Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Adanya multi keyakinan atau

kepercayaan dapat membuka kemungkinan terjadinya hubungan yang berlanjut

hingga ke jenjang perkawinan beda agama. Fenomena perkawinan beda agama

bukanlah hal baru di Indonesia. Pada tahun 1986, ada insiden yang sangat

terkenal. Yakni, pernikahan Islami Andy Vonny Gani P. dan Christian

Andrianus Petrus Hendrik Nelwan, yang mana dalam kasus ini adanya

penetapan dari hakim Mahkamah Agung dalam putusan nomor

1400/K.Pdt/1986 tentang perkawinan beda agama tersebut memberi izin dengan

pertimbangan kekosongan kepastian hukum dan perkara harus segera

diputuskan4.

Hal inilah yang melatarbelakangi terjadinya permasalahan dalam

penerapan prinsip Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan, yang tidak dijelaskan secara rinci dan jelas

menggambarkan perkawinan beda agama dan seagama, melainkan untuk

melengkapi bunyi pasal tersebut maka umat muslim di Indonesia telah memiliki

pengaturan tersendirinya yaitu Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang mana

dalam salah satu isinya menjelaskan tentang melarang secara tegas perkawinan

beda agama yang dimuat pada pasal 40 huruf (c) yang berbunyi bahwa laki-laki

muslim dilarang menikahi wanita non-muslim. Hazairin mengungkapkan bahwa

bagi orang Islam tidak ada kemungkinan untuk kawin dengan melanggar hukum

3
Muhammad Julijanto, Agama Agenda Demokrasi dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Deepublish,
2015), hlm, 4
4
Amal Zainun Na’im, “Analisis Putusan Perkawinan Beda Agama Prespektif Teori Hukum Progresif
(Studi Komparasi Putusan Mahkamah Agung Nomor. 1400k/Pdt/1986 dan Nomor 1977K/Pdt/2017)” Tesis,
Program Magister Al-Ahwal As-Syakhsiyah Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2019
agamanya sendiri5, seperti halnya agama Katolik, agama Kristen juga melarang

adanya perkawinan beda agama6.

Putusan itu kini menjadi sebuah yurisprudensi bagi Pengadilan Negeri

lain dalam memutuskan perkara yang sama. Salah satunya Pengadilan Negeri

Surabaya yang tertuang pada Penetapan Nomor 916/Pdt.P/2022/PN Sby.

Pemohon I (RIZAL ADIKARA) dan Pemohon II (EKA DEBORA

SIDAURUK) dalam permohonannya meminta izin untuk melangsungkan

perkawinan meski dengan keyakinan berbeda dengan alasan pernikahannya di

Dukcapil Kota Surabaya ditolak, yang mana mereka sebelumnya telah

melangsungkan pernikahan secara agama Islam dan Kristen7.

Publikasi UU No. 23 Tahun 2006 terkait Administrasi Kependudukan

(Adminduk (Adminduk) menimbulkan pembahasan tersendiri, salah satunya

melibatkan masyarakat Indonesia yang ingin melangsungkan perkawinan beda

agama. Hal ini dipicu dengan adanya penjelasan Pasal 35 huruf (a) yang

berbunyi “Pencatatan pekawinan juga berlaku bagi perkawinan yang ditetapkan

oleh Pengadilan”. Uraian pasal ini juga terdapat dalam Pasal 35 huruf a

Undang-undang Administrasi Kependudukan yaitu perkawinan yang ditetapkan

oleh Pengadilan merupakan perkawinan yang dilakukan antar umat beda

agama8. Ketentuan-ketentuan ini pada dasarnya memberikan kemungkinan

5
Zaidah Nur Rosidah,“Sinkronisasi Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Perkawinan Beda
Agama” , Jurnal Al-Ahkam, Volume 23 Nomor I (April 2013), hlm, 2

6
Agus Setiabudi, “Akibat Hukum Perkawinan beda agama Menurut Undang- Undang No. 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan”.

7
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwihs4TH2sr4AhWI7XMBHcJX
AcgQFnoECBYQAQ&url=https%3A%2F%2Fkumparan.com%2Fkumparannews%2Ffakta-fakta-pn-
surabaya-izinkan-pasangan-nikah-beda-agama

8
Undang-undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Adminduk) pasal 35
huruf (a)
untuk didaftarkannya perkawinan antara dua orang yang berbeda agama setelah

adanya putusan pengadilan tentang hal ini.

Namun jika melihat Kembali fenomena belakangan ini, di mana

pasangan yang berbeda agama dapat melangsungkan perkawinan dengan masih

memegang teguh pada agamanya masing-masing, sehingga kini akan

memunculkan sebuah masalah dalam pencatatannya di kantor catatan sipil, hal

semacam ini timbul karena belum adanya pengaturan secara rinci dan jelas yang

mengatur perkawinan beda agama.

Ketidak tegasan Negara menjadi salah satu alasan mengapa perkawinan

beda agama banyak terjadi di Indonesia. Karena kita tahu bahwa negara dan

pemerintah tidak terobsesi dalam melarang perkawinan beda agama. Sikap

bimbang pemerintah terhadap regulasi beda agama sebenarnya sudah jelas yang

dapat dilihat dalam praktik.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan diatas,

atas dasar inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan kajian

lebih lanjut dengan judul penelitian “ Analisis Putusan Pengadilan Negeri

Surabaya Nomor 916/Pdt.P/2022/PN Sby Tentang Perkawinan Beda Agama “ .

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah diuraikan diatas,

maka masalah penelitian yang penulis dapat rumuskan adalah sebagai berikut:

1. Apa dasar pertimbangan majelis hakim dalam mengabulkan permohonan

perkawinan beda agama pada putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor

916/Pdt.P/2022/PN Sby ?
2. Bagaimana akibat hukum yang timbul karena adanya Putusan Pengadilan

Negeri Surabaya Nomor 916/Pdt.P/2022/PN Sby ?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pertimbangan Majelis Hakim pada

putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 916/Pdt.P/2022/PN Sby

2. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum karena adanya putusan

Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 916/Pdt.P/2022/PN Sby

4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan mampu memberikan

manfaat, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis:

a. Manfaat Teoritis

Kegunaan ditinjau dari segi teoritis yaitu untuk menjadi bahan bacaan

mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, yang bertujuan untuk

memperkaya pengetahuan khususnya yang berfokus pada hukum perdata

sehingga dalam penelitian ini mahasiswa dapat membaca dan memahami

tentang perkawinan beda agama di Indonesia.

b. Manfaat Praktis

Kegunaan ditinjau dari segi praktis yaitu untuk menjadi bahan

pertimbangan atau masukan informasi yang lebih spesifik dan memberikan


solusi khususnya dalam menanggulangi maraknya perkawinan beda agama

di Indonesia. Penelitian ini juga dilakukan selain untuk memperluas

pengetahuan dan wawasan yang penulis harapkan. Penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran tentang penegakan

hukum dalam penanganan perkara perdata. Hal ini juga menjadi salah satu

bahan referensi literatur hukum perdata sebagai referensi untuk penelitian

selanjutnya.
8

Anda mungkin juga menyukai