PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
IRWAN RAMADHANI
101190218
Pembimbing:
NAHROWI. M.H.
NIP 199310172020121014
1
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1986), 222.
2
Martha Eri Safira, Hukum Perdata (Ponorogo: CV. Nata Karya, 2017), 35.
1
2
3
Penjelasan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
4
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 & Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi (Jakarta: Kepaniteraan
dan Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi RI, 2020), 38.
5
Sri Wahyuni, "Perkawinan Beda Agama di Indonesia dan Hak Asasi Manusia." IN
RIGHT: Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusia, 1 (2017), 138.
6
Lihat Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
3
7
Jane Marlen Makalew, “Akibat Hukum dari Perkawinan Beda Agama di Indonesia,” Lex
Privatum, 2 (2013), 132.
8
Aulil Amri, "Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam," Media
Syari'ah: Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial, 1 (2020), 51.
4
9
Ellyvon Pranita, “PN Tangerang Terima Permohonan Register Perkawinan Beda Agama
Islam-Kristen,” dalam https://megapolitan.kompas.com/read/2022/12/03/06421981/pn-tangerang-
terima-permohonan-register-perkawinan-beda-agama-islam/ , (diakses pada tanggal 29 Januari
2023, jam 10.11).
10
Putusan Pengadilan Negeri Tangerang Nomor 1041/Pdt.P/2022/PN.Tng.
11
Ari Sandita Murti, “PN Jaksel Izinkan Pasangan Beda Agama Catatkan Pernikahan ke
Dukcapil,” dalam https://metro.sindonews.com/read/884507/170/pn-jaksel-izinkan-pasangan-beda-
agama-catatkan-pernikahan-ke-dukcapil-1663106977/ , (diakses pada tanggal 29 Januari 2023,
jam 14.06).
12
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 508/Pdt.P/2022/PN.Jkt.Sel.
5
Lalu, sesudah awal tahun 2022 atau beberapa bulan sebelum perkara
di atas, Pengadilan Negeri Surabaya mengesahkan pernikahan beda agama
bagi pasangan Muslim dan Kristen. Hakim memerintahkan Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mendaftarkan pernikahan tersebut.
Hal itu tertuang dalam Perkara Nomor 916/Pdt.P/2022/PN.Sby yang
dimuat dalam Sistem Informasi Pelayanan Perkara (SIPP) Pengadilan
Negeri Surabaya. Para pemohon terdiri dari pria dengan inisial RA dan
wanita dengan inisial EDS. RA beragama Islam sedangkan EDS beragama
Kristen. Mereka menikah pada Maret 2022 menurut agama masing-
masing. Namun, ketika hendak mendaftar di Kantor Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kota Madya Surabaya, mereka ditolak. Keduanya
kemudian mengajukan syarat ke Pengadilan Negeri Surabaya agar mereka
bisa menikah beda agama.13 Dalam Putusan Nomor
916/Pdt.P/2022/PN.Sby, hakim tunggal Imam Supriyadi menetapkan amar
yang berbunyi:
"Memberikan izin kepada Para Pemohon untuk melangsungkan
perkawinan beda agama di hadapan pejabat Kantor Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Madya Surabaya."14
Terkait amar tersebut, belum diketahui dasar hukum maupun
pertimbangan hakim secara jelas yang menjurus terhadap amar pemberian
izin pelangsungan perkawinan beda agama di hadapan pejabat Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) ini. Sehingga, putusan ini
menimbulkan kontrovensi dan mengundang berbagai komentar di publik
maupun media. Hal tersebut berbeda dengan 2 putusan diatas yang hanya
mengizinkan pencatatan saja. Merujuk terhadap aturan pencatatan
perkawinan beda agama yang tedapat pada Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, dimana pasal 35
menyebutkan bahwa:
“Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
berlaku pula bagi: huruf a. perkawinan yang ditetapkan oleh
13
Andi Saputra, “PN Surabaya Izinkan Pernikahan Beda Agama Pasangan Islam-Kristen
Ini,” dalam https://news.detik.com/berita/d-6136422/pn-surabaya-izinkan-pernikahan-beda-agama-
pasangan-islam-kristen-ini/ , (diakses pada tanggal 5 Desember 2022, jam 22.01).
14
Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 916/Pdt.P/2022/PN.Sby.
6
B. Rumusan Masalah
Untuk mengatur pembahasan ini secara sistematis, maka harus
dirumuskan masalah. Berdasarkan kronologi permasalahan yang
disampaikan pada latar belakang di atas. Maka dapat dirumuskan
masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana penemuan hukum terhadap pertimbangan hakim secara
formil dalam menetapkan izin perkawinan beda agama pada perkara
Nomor 916/Pdt.P/2022/PN.Sby di Pengadilan Negeri Surabaya?
15
Pasal 35 huruf (a) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, beserta Penjelasannya.
7
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menentukan hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan penemuan hukum terhadap tinjauan hukum
hakim tentang alasan dan pertimbangan hukum formil hakim dalam
menetapkan izin perkawinan beda agama pada perkara Nomor
916/Pdt.P/2022/PN.Sby di Pengadilan Negeri Surabaya.
2. Untuk mendeskripsikan penemuan hukum terhadap hal-hal yang
menjadi dasar dan pertimbangan hukum materiil hakim dalam
menetapkan izin perkawinan beda agama pada perkara Nomor
916/Pdt.P/2022/PN.Sby diPengadilan Negeri Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi
ilmiah untuk memperkaya literatur dan pengetahuan khususnya
tentang pertimbangan hukum hakim terkait perkawinan beda agama.
Selain itu, juga dapat digunakan sebagai referensi teori untuk
penelitian selanjutnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi atau sumber baru, atau dapat dijadikan referensi untuk
memecahkan masalah yang serupa.
b. Bagi Instansi, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
gambaran yang jelas atas pertimbangan hakim dalam menetapkan
8
E. Telaah Pustaka
Penelitian sebelumnya menjadi acuan bagi peneliti. Peneliti
menggunakan penelitian sebelumnya sebagai acuan dalam menyelesaikan
penelitiannya. Penelitian terdahulu berguna untuk mengkaji bagaimana
metode penelitian dan hasil penelitian dilakukan, penelitian terdahulu
digunakan sebagai acuan bagi peneliti ketika menganalisis penelitian.
Berdasarkan tinjauan literatur peneliti, ada beberapa penelitian tentang
tema pernikahan beda agama, yaitu:
Pertama, Fauzan Alsadilla Hermawan. “Perkawinan Beda Agama
(Studi Penetapan Pengadilan Negeri Purwokerto
Nomor:54/Pdt.P/2019/PN. Pwt).”16 Karya tulis ini berjenis skripsi dengan
rumusan masalah yaitu, bagaimanakah keabsahan, pelaksanaan dan
pencatatan perkawinan beda agama. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah normatif- legal atau yuridis normatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perkawinan beda agama yang dilakukan oleh
pemohon dan menganut agama Katolik adalah sah dan diakui secara
hukum. Kedua, pelaksanaan perkawinan beda agama bersumber dari
ajaran agama Katolik yang diatur dalam Bab VII Hukum Kanonik Tahun
1983 dan Bab Perkawinan Pastoral Keuskupan Jawa, dilanjutkan dengan
pencatatan perkawinan oleh pegawai
16
Fauzan Alsadilla Hermawan, “Perkawinan Beda Agama (Studi Penetapan Pengadilan
Negeri Purwokerto Nomor: 54/Pdt.P/2019/PN. Pwt),” Skripsi (Purwokerto: Universitas Jenderal
Sudirman, 2020).
9
17
Anggreini Carolina Palandi. “Analisa Yuridis Perkawinan Beda Agama Di Indonesia,”
Lex Privatum, 2 (2013), 196.
10
18
Nur Asiah, “Kajian Hukum Terhadap Perkawinan Beda Agama Menurut Undang-
Undang Perkawinan Dan Hukum Islam,” Samudra Keadilan, 2 (2015), 204.
19
Nurdhina Hakim, “Akibat Hukum Perkawinan Beda Agama Ditinjau Dari Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Hukum Islam,” Skripsi (Jember:
Universitas Jember, 2007).
11
agama dalam hal waris dan nasab anak. Metodologi yang digunakan dalam
penyusunan karya ini adalah pendekatan hukum normatif. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah perkawinan beda agama tidak sah. Berdasarkan
hukum Islam berdasarkan Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 221 yang
menyatakan bahwa perkawinan beda agama dilarang. masalah ini
ditegaskan oleh hukum positif dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Tentu saja, karena tidak sahnya
perkawinan beda agama, hal itu juga mempunyai akibat hukumnya sendiri,
yaitu dalam kaitannya dengan pewarisan dan garis keturunan anak. Anak
yang lahir dari perkawinan yang tidak sah ini juga bukan anak sah dari
bapaknya, mereka hanya memiliki hubungan keluarga dengan ibunya. Hal
ini mengakibatkan anak yang lahir dari perkawinan beda agama tidak
mendapatkan hak waris dari ayahnya.
Persamaan skripsi diatas dengan penelitian yang akan dilakukan
penulis adalah sama-sama meneliti tentang perkawinan beda agama yang
ditinjau dari hukum/yuridis. Perbedaannya terletak pada jenis dan fokus
penelitian. Skripsi diatas berjenis yuridis normatif dan berfokus pada
hukum dan akibatnya, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti
berjenis yuridis empiris dan berfokus pada pertimbangan hakim terhadap
amar putusan pemberian izin melangsungkan perkawinan beda agama.
Kelima, Muhamad Azhar Akbar. “Perkawinan beda Agama dalam
Putusan MK Nomor 68/PUU-XII tahun 2014.” 20 Karya tulis ini berjenis
tesis dengan rumusan masalah, yaitu : 1. Bagaimana pertimbangan hukum
yang digunakan oleh majelis hakim pada Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 68/PUU-XII tahun 2014? 2. Bagaimana penemuan hukum pada
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 68/PUU-XII tahun 2014? 3.
Bagaimana akibat hukum dari Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
68/PUU-XII tahun 2014 terhadap perkawinan beda agama di Indonesia?.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi.
20
Muhamad Azhar Akbar, “Perkawinan beda Agama dalam Putusan MK Nomor 68/PUU-
XII tahun 2014,” Tesis (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2019).
12
F. Kajian Teori
1. Sumber Hukum
a. Pengertian Sumber Hukum
Menurut C.S.T. Kansil, Sumber hukum adalah segala sesuatu
yang darinya timbul peraturan-peraturan yang mempunyai
kekuatan mengikat dan memaksa, yakni aturan yang apabila
dilanggar memiliki hukuman berat dan nyata bagi pelanggar.
Segala sesuatu
14
21
Arifin Abdullah, "Kajian Yuridis Sumber-Sumber Hukum," Al-Iqtishadiah: Jurnal
Hukum Ekonomi Syariah, 2 (2021), 155.
22
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Kencana, 2008), 255.
23
Endrik Safudin, Dasar-Dasar Ilmu Hukum (Malang: Setara Press, 2017), 32-33.
15
24
Ibid., 33.
25
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, 46.
26
Abid Zamzami dan Isdiana Kusuma Ayu. "Filosofi Penemuan Hukum Dalam Konstruksi
Putusan Mahkamah Agung No. 46 P/HUM/2018," Jurnal Hukum Peratun, 1 (2019), 81.
16
27
Safudin, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, 41.
28
Ibid., 41-42.
29
Ismail Rumadan, "Penafsiran hakim terhadap ketentuan pidana minimum khusus dalam
Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi," Jurnal Hukum dan Peradilan, 3 (2018), 382.
17
30
Susiana Soeganda, "Implementasi Pasal 10 Ayat (1) Jo Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Yang Mewajibkan Hakim Untuk
Menemukan Hukum Dikaitkan Dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor
46/PUU-XIV/2016." JURNAL HUKUM MEDIA JUSTITIA NUSANTARA, 2 (2018), 63-64.
31
Pramono Suko Legowo, "Relevansi Pendidikan Hukum Dengan Penegakan Hukum
Berdasar Pancasila Pada Awal Berdirinya Negara," Soedirman Law Review, 4 (2021), 564.
32
M. Alpi Syahrin, et. al. "Upaya Menemukan Konsep Ideal Tentang Fungsi Mahkamah
Konstitusi," Eksekusi: Journal Of Law,2 (2019), 128.
18
33
Martha Eri Safira, Hukum Acara Perdata (Ponorogo: CV Nata Karya, 2017), 132.
34
Ibid.
35
Ibid.
19
1) Tahap Mengkonstatir
Pada tahap ini, hakim memeriksa atau menemukan
apakah ada tidaknya peristiwa tersebut yang diajukan ke hakim.
Bukti diperlukan untuk menetapkan ini dan oleh karena itu
hakim harus mengandalkan bukti hukum. Penyajian alat bukti
dalam perkara perdata diatur dalam Pasal 164 HIR/Pasal 284
RBg. Menurut pasal ini, alat bukti terdiri dari alat bukti tertulis,
saksi, perspektif Hukum, persangkaan, pengakuan dan sumpah.
2) Tahap Mengkualifikasi
Pada tahap ini, hakim melakukan kualifikasi dengan
mengevaluasi peristiwa-peristiwa tertentu yang dianggap
benar- benar terjadi termasuk persoalan hukum hubungan atau
hubungan tersebut sebagai atau bagaimana menemukan hukum
atas peristiwa tersebut. Dengan kata lain mengkualifisir berarti
menggolongkan atau mengelompokkan suatu peristiwa tertentu
ke dalam kelompok atau kategori peristiwa hukum. Jika
peristiwa itu terbukti dan aturan hukumnya jelas dan tegas,
maka hukum mudah diterapkan, tetapi jika undang-undang
tidak jelas atau undang-undang tidak tetap, hakim bukan perlu
lagi mencari hukumnya, tetapi hakim harus membuat
hukumnya, yang jelas tidak diperbolehkan bertentangan dengan
seluruh tatanan hukum perundang-undangan serta memenuhi
pendapat dan kebutuhan masyarakat.
3) Tahap Mengkonstituir
Pada tahap ini hakim menentukan hukumnya dan
memberikan keadilan kepada pihak yang terlibat. Keadilan
yang diputuskan oleh hakim bukanlah buah dari kecerdasan
hakim, melainkan jiwa hakim itu sendiri. Dalam memeriksa
suatu perkara, hakim harus menetapkan hukumnya atas
peristiwa tertentu agar putusan hakim menjadi hukum (the
judge made the law). Hakim di sini menggunakan silogisme,
yaitu. menarik
20
36
Agus Riyanto dan Rizki Tri Anugrah Bhakti, "Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah
oleh Pengadilan Agama Kota Batam Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-
X/2012," Perspektif Hukum, 2 (2018), 286-287.
37
Kurnia Oetama Noviansyah dan Fully Handayani Ridwan, "Keabsahan dan Autentisitas
Akta Perjanjian Sewa-Menyewa: Analisis Putusan Pengadilan Negeri Rantau Prapat No. 26/Pdt.
G/2020/Pn RAP," Jurnal Pendidikan dan Konseling, 6 (2022), 4758.
21
38
Markus Suryoutomo dan Mahmuda Pancawisma Febriharini, "Penemuan Hukum
(Rechtsvinding) Hakim Dalam Perkara Perdata Sebagai Aspek Mengisi Kekosongan Hukum,"
Jurnal Ilmiah Hukum Dan Dinamika Masyarakat, 1 (2020), 106-107.
39
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, 66-67.
22
i) Interpretasi Multidisipliner
Seorang hakim juga harus mempelajari satu atau lebih
disiplin ilmu di luar hukum. Dengan kata lain, hakim
membutuhkan pengawasan dan bantuan dari disiplin ilmu
lain untuk membuat keputusan yang paling adil yang
memberikan kepastian kepada pihak yang berperkara.
Kemungkinan interpretasi multidisipliner ini akan sering
terjadi di masa depan, karena era global kasus kriminal saat
ini mulai berubah dan telah muncul. Misalnya kejahatan
dunia maya, kejahatan keuangan, kejahatan terorisme, dll.
j) Interpretasi Komparatif
Interpretasi komparatif adalah metode interpretasi
yang membandingkan tatanan hukum yang berbeda.
Dengan membandingkan, kita ingin mendapatkan kejelasan
tentang arti dari ketentuan hukum itu. Metode interpretasi
ini digunakan oleh hakim dalam kasus-kasus yang
menggunakan dasar hukum positif yang dibuat oleh
perjanjian hukum internasional. Hal ini penting, karena
dengan keseragaman pelaksanaan maka terwujud suatu
kesatuan hukum yang darinya timbul perjanjian-perjanjian
internasional sebagai hukum objektif atau norma hukum
umum beberapa negara. Penerapan metode ini di luar
hukum perjanjian internasional terbatas. Misalnya, jika
timbul perselisihan dalam suatu transaksi ekonomi, kontrak
dagang antara produsen barang Indonesia dan pembeli
(buyer) asing, hakim harus mencari arti kata yang
dipersengketakan menurut hukum Indonesia dan negara
pembeli (buyer) barang, seperti Australia, hakim
membandingkan kata-kata yang disengketakan menurut
hukum Indonesia dan hukum Australia.
25
40
Muhammad Nur Kholis Al Amin, et. al. "Metode Interpretasi Hukum Aplikasi Dalam
Hukum Keluarga Islam Dan Ekonomi Syariah," Asas Wa Tandhim: Jurnal Hukum, Pendidikan
Dan Sosial Keagamaan, 1 (2023), 23-28.
26
G. Metode Penelitian
Metode berarti menurut cara atau metode tertentu, sedangkan
penelitian adalah kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis yang
dilakukan secara metodis, sistematis, dan konsisten.43 Menurut Beni
Ahmad
41
Rizki Pradana Hidayatulah, "Penemuan Hukum Oleh Hakim Perspektif Maqashid
Syariah," TERAJU: Jurnal Syariah dan Hukum, 1 (2020), 91-92.
42
Habibul Umam Taqiuddin, "Penalaran Hukum (Legal Reasoning) Dalam Putusan Hakim,"
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan, 2 (2019), 196.
43
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 13.
27
44
Ibid., 16.
45
Kornelius Benuf dan Muhamad Azhar, “Metodologi Penelitian Hukum sebagai Instrumen
Mengurai Permasalahan Hukum Kontemporer,” Jurnal Gema Keadilan, 1 (Juni 2020), 28.
46
Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), 52.
28
47
Uswatun Hasanah, "Pengaruh perceraian orangtua bagi psikologis anak." Jurnal Analisis
Gender dan Agama, 1 (2020): 18.
48
Arifin, Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan (Malang:
Kalimasahada Press, 1994), 6.
29
49
Sandu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015), 67.
50
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), 106.
51
Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, 68.
30
52
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2019),,
194.
53
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 58.
31
c. Dokumentasi
Dokumen dalah catatan yang dituangkan dalam bentuk lisan,
tulisan dan karya bentuk dari peristiwa yang sudah lampau.54
Metode dokumentasi dilakukan dengan memperoleh data dengan
menelusuri informasi jumlah permohonan perkawinan beda agama
yang diajukan di Pengadilan Negeri Surabaya dan salinan putusan
hakim atas putusan perkawinan beda agama yang diizinkan di
Pengadilan Negeri Surabaya.
6. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan selama
pengumpulan data dalam jangka waktu tertentu dan setelah
pengumpulan data selesai. Selama wawancara, peneliti menganalisis
tanggapan dari orang yang diwawancarai. Jika jawaban tidak
memuaskan setelah analisis, peneliti melanjutkan pertanyaan lagi
sampai pada tahap tertentu diperoleh informasi yang dianggap dapat
diandalkan. Miles dan Huberman mengemukakan agar kegiatan
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan dilanjutkan
sampai selesai agar datanya jenuh. Kegiatan dalam analisis data
yaitu:55
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data berarti meringkas, memilih dan mengurutkan
pokok-pokok permasalahan, memfokuskan pada topik-topik
penting, mencari tema dan pola yaitu informasi umum yang
diperoleh selama penelitian dilakukan di Pengadilan Negeri
Surabaya. Data yang telah direduksi memberikan gambaran yang
jelas dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data kedepan
dan mencarinya saat dibutuhkan.56
54
Umar Sidiq dan Moh Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan
(Ponorogo: CV. Nata Karya, 2019), 72.
55
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 321.
56
Ibid., 323.
32
57
Ibid., 325.
58
Ibid., 329.
59
Ibid., 361-362.
60
Ibid., 365.
61
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2019),
330.
33
62
Ibid., 127-134.
63
Ibid., 137.
34
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pemahaman terhadap topik yang dibahas dalam
kajian, peneliti memaparkan sistem penulisan dari penelitian yang mana
terbagi menjadi 5 (lima) bab. Sistem penulisan adalah sebagai berikut:
Bab I adalah bab pendahuluan. Bab ini merupakan pola dasar dari
keseluruhan kajian skripsi yang menjadi latar belakang penulisan skripsi
ini. Bab pendahuluan ini berisi sub-bab: latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, metode
penelitian dan sistematika pembahasan. Jadi, sangat penting adanya bab ini
dalam penulisan skripsi karena berfungsi menjelaskan kemana arah
penelitian ini.
Bab II adalah bab teori. Pada bab kedua ini akan diuraikan teori
sumber hukum dan penemuan hukum. Dalam bab ini, peneliti menjelaskan
gambaran umum sumber hukum yang berupa hukum formil dan materiil.
Selain itu, bab ini juga menjelaskan secara umum tentang pengertian
penemuan hukum, ruang lingkup penemuan hukum, aliran dalam
menemukan hukum oleh hakim dan metode-metode yang digunakan oleh
hakim sebagai dasar penjatuhan putusan dalam suatu perkara. Metode
yang dibahas adalah metode interpretrasi hukum dan metode argumentasi
hukum. Bab III adalah bab data. Bab ini merupakan pemaparan hasil studi
lapangan berupa putusan hakim Pengadilan Negeri Surabaya tentang
permohonan izin perkawinan beda agama pada perkara nomor
916/Pdt.P/2022/PN.Sby. Poin pertama akan membahas deskripsi Perkara
Nomor 916/Pdt.P/2022/PN.Sby tentang permohonan izin perkawinan beda
35
Jakarta:
Balai Pustaka, 1986.
Safira, Martha Eri. Hukum Perdata. Ponorogo: CV. Nata Karya, 2017.
Amin, Muhammad Nur Kholis Al, et. al. "Metode Interpretasi Hukum
Aplikasi Dalam Hukum Keluarga Islam Dan Ekonomi Syariah." Asas
Wa Tandhim: Jurnal Hukum, Pendidikan Dan Sosial Keagamaan, 1.
2023.
Syahrin, M. Alpi, et. al. "Upaya Menemukan Konsep Ideal Tentang Fungsi
Mahkamah Konstitusi." Eksekusi: Journal Of Law, 2. 2019.
Referensi Internet:
Murti, Ari Sandita. “PN Jaksel Izinkan Pasangan Beda Agama Catatkan
Pernikahan ke Dukcapil.” Dalam https://metro.sindonews.com/
read/884507/170/pn-jaksel-izinkan-pasangan-beda-agama-catatkan-
pernikahan-ke-dukcapil-1663106977/ , (diakses pada tanggal 29
Januari 2023, jam 14.06).