Anda di halaman 1dari 3

TATA CARA AKAD PERNIKAHAN BEDA AGAMA

Sebenarnya tidak ada pengaturan hukum yang tegas terkait pernikahan beda agama di


Indonesia. Menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (“UU Perkawinan”), perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Ini berarti tidak ada perkawinan di luar
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu (Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU
Perkawinan).
Selain itu perlu diketahui bahwa baik Kantor Urusan Agama maupun Kantor Catatan Sipil
hanya bertindak sebagai pencatat perkawinan sebagaimana dikatakan dalam Pasal 2 Peraturan
Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan dan Pasal 34 Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan.
 
Akan tetapi seperti pernah dijelaskan dalam artikel Kawin Beda Agama Menurut
Hukum Indonesia,1 ada yurisprudensi Mahkamah Agung (MA) yaitu Putusan MA No. 1400
K/Pdt/1986. Putusan tersebut antara lain menyatakan bahwa Kantor Catatan Sipil saat itu
diperkenankan untuk melangsungkan perkawinan beda agama. Berikut adalah tata cara
pernikahan beda agama :

A. Tata Cara Pernikahan Beda Agama

Dijabarkan oleh Guru Besar Hukum Perdata Universitas Indonesia Prof. Wahyono
Darmabrata, ada 4 cara yang sering digunakan oleh pasangan beda agama untuk melangsungkan
pernikahan di Indonesia.

1. Melalui Penetapan Pengadilan2

Ini adalah salah satu cara yang kerap dilakukan pasangan beda agama karena
tergolong lebih logika dibandingkan dengan memaksakan pilihan agama yang berbeda
pada pasangan.

Menggunakan dasar hukum Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 1400


K/Pdt/1986, maka kantor catatan sipil punya kuasa hukum untuk melangsungkan
pernikahan beda agama. Pasangan boleh memilih menikah di salah satu lembaga agama,
lalu mengajukan berkas- berkas yang dibutuhkan untuk melanjutkan prosesi pernikahan.
Setelah itu, pasangan boleh mengajukan penetapan pernikahan ke pengadilan negeri
setempat dengan melampirkan surat bukti nikah terdahulu untuk diterbitkan akta
pernikahan. Berikut adalah prosedur pernikahan beda agama :

1
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4fbe3488e83de/perkawinan-beda-agama--di-kantor-catatan-
sipil-atau-di-luar-negeri/
2
https://lifepal.co.id/media/pernikahan-beda-agama-prosedur-rincian-biaya/
a) Memilih menikah dengan lembaga salah satu agama
b) Menyiapkan semua berkas yang ditentukan layaknya menikah seagama
c) Langsungkan pernikahan dengan diresmikan pemuka agama terkait
d) Minta penetapan pernikahan ke pengadilan negeri setempat dengan bukti surat nikah dari
lembaga agama yang bersangkutan
e) Bawa surat penetapan pengadilan ke kantor catatan sipil untuk diterbitkan akta
pernikahan

2. Perkawinan Menurut Masing-Masing Agama3


Perkawinan ini sesuai dengan UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 2
ayat (2) dimana pasangan boleh melangsungkan pernikahan sesuai dengan agama
masing- masing, misalnya menikah sesuai agama laki- laki terlebih dahulu dan disusul
dengan pernikahan pihak perempuan atau sebaliknya.

3. Perkawinan Tunduk Pada Salah Satu Hukum Agama


Penundukan diri terhadap salah satu hukum agama mempelai mungkin lebih sering
digunakan. Dalam agama Islam, diperbolehkan laki-laki Islam menikahi wanita non-
Islam, yang termasuk ahlul kitab. Ayat Al-Quran inilah yang dipraktekkan sungguh oleh
lembaga-lembaga seperti Yayasan Paramadina, Wahid Institute, dan Indonesian
Conference on Religion and Peace (ICRP), bahkan diperluas jadi memperbolehkan kawin
beda agama bagi wanita muslim.

4. Menikah di Luar Negeri


Menikah di luar negeri tentunya akan menggunakan hukum luar negeri, tergantung
dengan negara yang dipilih. Pastinya kalian harus mempertimbangkan bukan hanya dari
segi agama tetapi juga urusan pengadilan sipil untuk kemudian hari, misalnya untuk
perceraian.

3
http://thebridedept.com/nikah-beda-agama-ini-cara-pengurusannya/
Dalam pertimbangannya, MA mengatakan bahwa dengan diajukannya permohonan untuk
melangsungkan perkawinan kepada Kepala Kantor Catatan Sipil di Jakarta, harus ditafsirkan
bahwa pemohon berkehendak untuk melangsungkan perkawinan tidak secara Islam dan dengan
demikian harus ditafsirkan pula bahwa dengan mengajukan permohonan itu pemohon sudah
tidak menghiraukan lagi status agamanya (agama Islam). Sehingga Pasal 8 huruf f UU
Perkawinan tidak lagi merupakan halangan untuk dilangsungkannya perkawinan yang mereka
kehendaki, dan dalam hal/keadaan yang demikian seharusnya Kantor Catatan Sipil sebagai satu-
satunya instansi yang berwenang untuk melangsungkan atau membantu melangsungkan
perkawinan yang kedua calon suami istri tidak beragama Islam wajib menerima permohonan
pemohon.
Jadi, pada dasarnya secara ketentuan perundang-undangan tidak bisa dilakukan pernikahan
beda agama di Kantor Catatan Sipil. Akan tetapi dengan adanya yurisprudensi MA, pernikahan
beda agama di Kantor Catatan Sipil dimungkinkan. Demikian penjelasan dari kami, semoga
bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai