Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PERMASALAHAN PERKAWINAN PASANGAN

BERBEDA AGAMA YANG ADA DI INDONESIA


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Hukum Perdata
Dosen Pengampu : Dr. Azhari, S.H., MCL, M.A.

Disusun Oleh :
Annisa Zilzia
2103101010085

KELAS H
PRODI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul PERKAWINAN PASANGAN YANG BERBEDA AGAMA DI
INDONESIA ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan saya menulis makalah ini ialah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Hukum Perdata. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang PERKAWINAN BERBEDA AGAMA bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Azhari, S.H., MCL, M.A.,
selaku dosen mata kuliah Hukum Perdata yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga membantu saya dalam menyelesaikan tugas
MAKALAH PERKAWINAN PASANGAN YANG BERBEDA AGAMA DI
INDONESIA ini.

Saya sangat menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu pula, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan dan hargai demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, Maret 2022

Annisa Zilzia 2 | P a g e
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
1. PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5
1.3 Tujuan Pembahasan.............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
2.1 Pengertian Perkawinan........................................................................................5
2.1.1 Pengertian Perkawinan..................................................................................5
2.1.2 Pengertian Perkawinan Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974..5
2.1.3 Pengertian Perkawinan Menurut Kompilasi Hukum Islam........................5
Pengertian Pernikahan Beda Agama......................................................................6
2.2 jjnn..........................................................................................................................6
BAB III PENUTUP..........................................................................................................6
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................6
3.2 Saran.......................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................7

3|Page
BAB I

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan perbuatan hukum yang dapat dilaksanakan oleh
subyek hukum yang memenuhi syarat. Allah menciptakan makhluk-Nya
berpasang-pasangan, seperti manusia yang dijadikan laki-laki dan perempuan.
Berbeda dengan makhluk-Nya yang lain, manusia memiliki kelebihan untuk
menentukan pilihannya seperti memilih siapa yang mereka pilih untuk
melangsungkan perkawinan. Namun manusia juga diberi tanggung jawab atas
segala tindakannya. Karena itu pula harus ada kesepadanan sehingga mempelai
merasa nyaman dan tidak merasa terbebani untuk mewujudkan tujuan
pernikahan.1
Perkawinan beda agama adalah isu yang sangat sensitif karena
berhubungan dengan hubungan antaragama, terlebih lagi di negara Indonesia yang
melarang perkawinan beda agama seperti yang telah ditetapkan dalam hukum
materil Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan peraturan
pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Hukum
formalnya ditetapkan pada Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang
Peradilan Agama. Sedangkan aturan yang menjadi pedoman bagi hakim di
Indonesia juga sebagai aturan pelengkap telah diteapkan dan disebarluaskan
melalui Indtruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum
Islam.2
Belum lagi mayoritas masyarakat Indonesia yang menganut agama Islam
yang mana oleh Islam dengan keras menentang hubungan perkawinan beda
agama. Menurut Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi
Hukum Islam, umat Islam di Indonesia itu dilarang keras kawin dengan umat
agama lain selain Islam, kecuali salah satu pihak mengalah (mempelai pria
nonmuslim terlebih dahulu masuk Islam). Dengan begitu, kedua pihak dapat
dinikahkan di depan pencatat nikah di Kantor Urusan Agama setempat.
Disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Perkawinan,
perkawinan adalah sah apabila dilangsungkan menurut hukum masing-masing
agama dan kepercayaan itu. Sahnya perkawinan tergantung pada agama dan
kepercayaan pasangan yang menikah. Dengan disahkannya Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, maka perkawinan
pasangan yang berbeda agama yang perkawinannya ditetapkan oleh pengadilan,

1
Asrorun Ni”am Sholeh, Fatwa-Fatwa Dan Keluarga, cet. 2, (Jakarta: Graha Pramuda, 2008),
hlm. 12.
2
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-undang Perkawinan), cet. 2, (Jakarta: Prenada Media, 2007), hlm. 1.

4|Page
perkawinan tersebut dicatat pada Pejabat Pencataan Sipil. Namun pencatatan
perkawinan bukan hal yang menentukan sah atau tidaknya suatu perkawinan.3
Namun perkawinan pasangan berbeda agama sudah sangat marak saat ini,
mereka mulai menempuh berbagai cara seperti melaksanakan perkawinannya di
luar negeri agar tidak melanggar ketentuan yang ditetapkan di Indonesia untuk
menyiasati supaya pernikahan mereka dapat dicatat di Kantor Catatan Sipil di
Indonesia saat mereka kembali nantidengan maksud menyeludupi Undang-undang
perkawinan yg mengacu pada Pasal 56 Undang-undang Perkawinan
Dampak dari penyeludupan hukum ini akan terlihat jelas nanti jika
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimanakah akibat hukum dari perkawinan pasangan yang berbeda
agama.

1.3 Tujuan Pembahasan
 Untuk mengetahui

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkawinan
2.1.1 Pengertian Perkawinan
Perkawinan adalah perbuatan hukum yang membentuk sebuah keluarga yang
merupakan unit terkrcil dan fundamental bagi pembinaan masyarakat yang
diaksanakan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Ikatan
perkawinan bukan hanya sekedar hubungan perdata sesame manusia sewaktu
hidup di dunia saja, namun ikatan pernikahan merupakan ikatan lahir batin
yang tanggung jawabnya akan terus berlanjut di akhirat kelak. Maka dari itu,
perkawinan harus berdasarkan ketentuan agama dan hukum.4
2.1.2 Pengertian Perkawinan Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974
Menurut Bab 1 Pasal 1 Tentang Perkawinan, dinyatakan bahwa
berdasarkan sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya, bukan
hanya unsur lahir/jasmani saja, namun unsur batin/rohani juga berperan sangat

3
Wahyono Darmabrata, Tinjauan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tantang Perkawinan
beserta Undang-undang dan Peraturan Pelaksanaannya, (Jakarta: Gimata Jaya, 2003). Hlm 3.
4
Bakri A. Rahman dan Ahmad Sukardja, Hukum Perkawinan Menurut Islam, Undang-Undang
Perkawinan dan Hukum Perdata/BW, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1981), hlm. 7.

5|Page
penting karena punya hubungan erat dengan agama. Dengan tujuan
membentuk dan membina keluarga yang bahagia dan kekal. Karena
membentuk keluarga bahagia yang rapat hubungan dengan keturuna juga
merupakan tujuan perkawinan termasuk kewajiban orang tua dalam hal
pemeliharaan dan pendidikan keturunannya.5
Menurut Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2), Perkawinan sah jika
dilaksanakan menuru agama dan kepercayaan masing-masing. Oleh karena
itu, hukum perkawinan Islam hanya berlaku bagi umat Islam.
2.1.3 Pengertian Perkawinan Menurut Kompilasi Hukum Islam
Dalam hukum Islam, pernikahan adalah akad yang kuat atau
mitaaqaan ghalizaan untuk mena’ati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah, yang bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah
tangga Sakinah (tentram), lalu mawaddah (saling mencintai), dan yang
terakhir rahmah (saling mengasihi) (Pasal 2 jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum
Islam).6
2.2 Pengertian Pernikahan Beda Agama
Perkawinan beda agama yang dimaksud dalam makalah ini adalah umat
Islam yang menikah dengan umat agama lain/non-muslim. Diamana saat
pernikahan dilaksanakan mempelai masih mempertahankan agama atau
kepercayaan masing-masing.

2.3 Akibat Hukum Perkawinan Beda Agama


Keabsahan Perkawinan Beda Agama
2.4 Anak

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

5
Soedharyo Soimin, Hukum Orang dan Keluarga, cet. 2, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm.4.
6
Neng Djubaedah, Sulaikin Lubis, dan Farida Prihartini, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia,
(Jakarta: Hecca Publishing bekerja sama dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2005) hlm. 33.

6|Page
DAFTAR PUSTAKA
Crc 089 Dalam hal konferensi hak anak

Konferensi nasional tt hak anak. Smw agt pbb yg sudah, wajib mmberi perlindungan kpd
nak. Indo udah merav crc bisa didirikan hukum internasional di Indonesia

Crc (filosofi) sbg paying smw negara untk mmbuat uud perlimdungan anak . uud 2015
gaboleh bertengatanga dg crc

keput

7|Page

Anda mungkin juga menyukai