Dosen Pengampu :
Hatoli, S.,Sy, M.H
OLEH:
INDAH YULIANA
NIM. 302.2019.012
YUWANTO
NIM 302.2019.054
SEMESTER : 2B
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dn karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata Islam program studi Hukum Tata
Negara. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga maupun para pengikutnya yang setia
hingga akhir zaman. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini menjadi
lebih baik lagi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hatoli,
S.Sy., MH selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Perdata Islam yang telah
mempercayakan dan memberi penulis tugas makalah ini. Semoga makalah ini bisa
bermanfat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman:
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkawinan............................................................................3
B. Tujuan Perkawinan..................................................................................4
1. Menurut Al-Qur’an...........................................................................4
2. Menurut Hadist..................................................................................6
3. Menurut Akal....................................................................................7
C. Prinsip – Prinsip Perkawinan..................................................................8
1. Prinsip Perkawinan Menurut UU 1 Tahun 1974...............................8
2. Beberapa Prinsip-Prinsip Dalam Perkawinan Ajaran Islam.............9
D. Dasar – Dasar Perkawinan......................................................................11
1. Pasal 2...............................................................................................11
2. Pasal 3...............................................................................................11
3. Pasal 4...............................................................................................11
4. Pasal 5...............................................................................................11
5. Pasal 6...............................................................................................12
6. Pasal 7...............................................................................................12
7. Pasal 8...............................................................................................13
8. Pasal 9...............................................................................................13
9. Pasal 10.............................................................................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................14
B. Saran........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada prinsipnya perkawinan adalah suatu akad, untuk
menghalalkan hubungan serta membatasi hak dan kewajiban, tolong
menolong antara pria dengan wanita yang antara keduanya bukan
muhrim. Apabila di tinjau dari segi hukum, jelas bahwa pernikahan
adalah suatu akad yang suci dan luhur antara pria dengan wanita, yang
menjadi sebab sahnya status sebagai suami isteri dan dihalalkan hubungan
seksual dengan tujuan mencapai keluarga sakinah, mawadah serta saling
menyantuni antara keduanya.
Suatu akad perkawinan menurut Hukum Islam ada yang sah ada
yang tidak sah. Hal ini dikarenakan, akad yang sah adalah akad yang
dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun-rukun yang lengkap, sesuai
dengan ketentuan agama. Sebaliknya akad yang tidak sah, adalah akad
yang dilaksanakan tidak sesuai dengan syarat-syarat serta rukun-rukun
perkawinan. Akan tetapi pada kenyataan ada perkawinan-perkawinan
yang dilakukan hanya dengan Hukum Agamanya saja. Perkawinan ini
sering disebut Perkawinan Siri, yaitu perkawinan yang tidak terdapat bukti
otentik, sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum. Undang-undang
Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, merupakan salah satu wujud
aturan tata tertib pernikahan yang dimiliki oleh negara Indonesia sebagai
bangsa yang berdaulat, di samping aturan-aturan tata tertib pernikahan
yang lain yaitu Hukum Adat dan Hukum Agama.
Agar terjaminnya ketertiban pranata pernikahan dalam masyarakat,
maka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, menentukan bahwa setiap
perkawinan harus dicatat oleh petugas yang berwenang. Namun kenyataan
memperlihatkan fenomena yang berbeda. Hal ini tampak dari maraknya
pernikahan siri atau pernikahan di bawah tangan yang terjadi di tengah
masyarakat.
1
2
B. Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, dalam
ditarik rumusan masalah yang perlu diketahui yaitu :
1. Penegrtian perkawinan?
2. Apa tujuan perkawinan?
3. Apa saja prinsip dan dasar – dasar perkawinan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkawinan
Negara Republik Indonesia, sebagai negara yang berdasarkan
Pancasila, di mana sila yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
maka perkawinan dianggap mempunyai hubungan yang erat sekali dengan
agama atau kerohanian, sehingga perkawinan bukan saja mengandung
unsur lahir atau jasmani, tetapi unsur batin atau rohani juga mempunyai
peranan yang sangat penting.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata “nikah”
sebagai Perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami isteri
atau sering diartikan pula sebagai perkawinan. Mulanya kata “nikah”
berasal dari bahasa Arab. Sedangkan di dalam Al-Quran menggunakan
kata“zawwaja” dan kata “zauwj”, yang berarti pasangan. Hal ini
dikarenakan pernikahan menjadikan seseorang memiliki pasangan.1
Para pakar hukum perkawinan Indonesia juga memberikan definisi
tentang perkawinan antara lain menurut :
1. Menurut Wirjono Prodjodikoro, perkawinan adalah Peraturan
yang digunakan untuk mengatur perkawinan inilah yang
menimbulkan pengertian perkawinan.
2. Menurut Sajuti Thalib, perkawinan adalah suatu perjanjian
yang suci dan luas dan kokoh untuk hidup bersama secara sah
antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan membentuk
keluarga yang kekal, santun menyantuni, kasih-mengasihi,
tentram dan bahagia.
3. Menurut Prof. Ibrahim Hosen, nikah menurut arti asli kata
dapat juga berarti akad dengannya menjadi halal kelamin antara
pria dan wanita, sedangkan menurut arti lain bersetubuh.
1
Indonesia. Undang-Undang Tentang Perkawinan, UU Nomor 1 Tahun 1974 LN Nomor 1 Tahun
19974, TLN No. 3019.
3
4
B. Tujuan perkawinan
Perkawinanmerupakan pranata sosial yang telah ada sejak manusia
diciptakanoleh Allah SWT.Dari sini dapat dipahami bahwa sudah menjadi
fitrah manusia untuksaling berpasang-pasangan sehingga Allah
menetapkan jalan yang sah untuk itu, yakni melalui pranata yang
dinamakan perkawinan.19Nikah dalam Islam sebagai landasan pokok
dalam pembentukan keluarga.Kenapa nikah harus dilakukan, karena nikah
salah satu yang dilakukan manusia untukmencapai tujuan syari’at yakni
kemaslahatan dalam kehidupan. Ada tiga sumber alasan pokok kenapa
pernikahan harus dilakukan antara lain:
1. Menurut al-Qur’an
Ada satu ayat yang menonjol tentang hal pernikahan ini,
yaitu dalam suratal-A’raf: 189 yang berbunyi:
“Huwallażī khalaqakum min nafsiw wāḥidatiw wa ja'ala
min-hā zaujahā liyaskuna ilaihā, fa lammā tagasysyāhā ḥamalat
ḥamlan khafīfan fa marrat bih, fa lammā aṡqalad da'awallāha
rabbahumā la`in ātaitanā ṣāliḥal lanakụnanna minasy-syākirīn”2
2
Indonesia. Undang-Undang Tentang Perkawinan, UU Nomor 1 Tahun 1974 LN Nomor 1 Tahun
19974, TLN No. 3019.
5
3
Indonesia. Undang-Undang Tentang Perkawinan, UU Nomor 1 Tahun 1974 LN Nomor 1 Tahun
19974, TLN No. 3019.
6
4
_______ Undang-undang Dasar Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan Pancasila Ketetapan
MPR No. II/MPR/1993 Garis-garis Besar Haluan Negara, BP 7 Pusat 1993
7
5
_______ Undang-undang Dasar Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan Pancasila Ketetapan
MPR No. II/MPR/1993 Garis-garis Besar Haluan Negara, BP 7 Pusat 1993
8
6
________ Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan, Undang-undang Nomor 1 1974 Tentang
Perkawinan, PP Nomor 9 Tahun 1975 LN Nomor 12 Tahun 1975, TLN No. 3050.
9
calon suami istri yang masih dibawah umur, karena perkawinan itu
mempunyai hubungan dengan masalah kependudukan, maka untuk
mengerem lajunya kelahiran yang lebih tinggi, harus dicegah
terjadinya perkawinan antara calon suami istri yang masih dibawah
umur. Sebab batas umur yang lebuh rendah bagi seorang wanita
untuk kawin, mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi, jika
dibandingkan dengan batas umur yang lebih tinggi, berhubungan
dengan itu, maka Undang-Udang Perkawinan ini menentukan batas
umur untuk kawin baik bagi pria maupun bagi wanita, ialah 19
tahun bagi pria dan 16 tahun bagi wanita.
e. Karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal dan sejahtera, maka Undang-Undang ini
menganut prinsip untuk mempersukar tejadinya perceraian. Untuk
memungkin perceraian harus ada alasan-alasan tertentu (pasal 19
Peraturan Pemerintah N. 9 tahun 1975) serta harus dilakukan di
depan sidang Pengadilan Agama bagi orang Islam dan Pengadilan
Negeri bagi golongan luar Islam.
f. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami baik dalam kehidupan rumah tangga maupun
dalam pergaulan bermasyarakat, sehingga dengan demikian segala
sesuatu dalam keluarga dapat dirundingkan dan diputuskan
bersama suami istri.7
2. Beberapa Prinsip-Prinsip Dalam Perkawinan Ajaran Islam:
a. Harus ada persetujuan secara suka rela dari pihak-pihak yang
mengadakan perkawinan. Caranyanya adalah diadakan
peminangan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah kedua belah
pihak setuju untuk melaksanakan perkawinan atau tidak.
7
________ Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan, Undang-undang Nomor 1 1974 Tentang
Perkawinan, PP Nomor 9 Tahun 1975 LN Nomor 12 Tahun 1975, TLN No. 3050.
10
b. Tidak semua wanita dapat dikawini oleh seorang pria, sebab ada
ketentuan larangan-larangan perkawinan antara pria dan wanita
yang harus diindahkan.
c. Perkawinan harus dilaksanakan dengan memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu, baik yang menyangkut kedua belah pihak
maupun yang berhubungan dengan pelaksanaan perkawinan itu
sendiri.
d. Perkawinan pada dasarnya adalah untuk membentuk satu keluarga
atau rumah tangga tentram, damai, dan kekal untuk selam-
lamanya.
e. Hak dan kewajiban suami istri adalah seimbang dalam rumah
tangga, dimana tanggung jawab pimpinan keluarga ada pada
suami.
Kalau kita bandingkan prinsip-prinsip dalam perkawinan menurut
Hukum Islam dan menurut Undang-Udang Perkawinan, maka dapat
dikatakan sejalan dan tidak ada perbedaan yang prinsipil atau mendasar.
Prinsip-prinsip hukum perkawinan yang bersumber dari alquran dan
alhadist, yang kemudian di tuangkan dalam garis-garis hukum melalui
8
undang-undanhg no 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan kompilasi
hukum islam tahun 1991 mengandung 7 asas kaidah hukum yaitu sebagai
berikut:
1) Asas membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
2) Asas keaabsahan perkawinan di dasarkan pada hukum agama dan
kepercayaan bagi pihak yang melaksanakan perkawinan dan harus
di catat oleh petugas yang berwenang
3) Asas monogami terbuka
4) Asas calon suami dan isteri telah matang jiwa raganya dapat
mel;angsungkan perkawinan, agar mewujudkan tujuan perkawinan
8
________ Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan, Undang-undang Nomor 1 1974 Tentang
Perkawinan, PP Nomor 9 Tahun 1975 LN Nomor 12 Tahun 1975, TLN No. 3050.
11
secara baik dan mendapat keturunan yang baik dan sehat sehingga
tidak berfikifr kepada perceraian
5) Asas mempersulit terjadinya perceraian
6) Asas keseimbangan hak dan kewajiban antara suami dan isteri baik
dalam kehidupan rumah tangga dan kehidupan masyrakat
7) Asas pencatatan perkawinan.
9
________ Petunjuk Mahkamah Agung Mengenai Pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1974 dan PP
No. 9 Tahun 1975, Nomor MA/Pemb./0807/75.
12
10
________ Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975, dalam Undang-Undang Pokok
Perkawinan Beserta Peraturan Perkawinan Khusus Anggota ABRI, Anggota POLRI Pegawai
Kejakasaan Pegawai Negri Sipil, Jakarta: Bumi Aksara, 1989, hlm. 38-39.
13
7. Pasal 8
Putusnya perkawinan selain cerai mati hanya dapat dibuktikan
dengan surat cerai berupa putusan Pengadilan Agama baik yang
berbentuk putusan perceraian,ikrar talak, khuluk atau putusan taklik
talak.
8. Pasal 9
1) Apabila bukti sebagaimana pada pasal 8 tidak ditemukan karena
hilang dan sebagainya, dapat dimintakan salinannya kepada
Pengadilan Agama.
2) Dalam hal surat bukti yang dimaksud dala ayat (1) tidak dapat
diperoleh, maka dapat diajukan permohonan ke Pengadilan Agama.
9. Pasal 10
Rujuk hanya dapat dibuktikan dengan kutipan Buku Pendaftaran
Rujuk yang dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah.11
________ Petunjuk Mahkamah Agung Mengenai Pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1974 dan PP
11
A. Kesimpulan
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri untuk membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ikatan lahir
adalah hubungan formal yang dapat dilihat karena dibentuk menurut
undang-undang, yang mengikat kedua pihak dan pihak lain dalam
masyarakat sedangkan Ikatan batin adalah hubungan tidak formal yang
dibentuk dengan kemauan bersama yang sungguh-sungguh mengikat
kedua pihak. Pernikahan usia muda berarti pernikahan yang dilaksanakan
di bawah umur enam belas tahun. Undang-Undang perkawinan No. 1
Tahun1974, pasal 1 merumuskan arti perkawinan sebagai ikatan lahir batin
antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.
B. Saran
1. Perlu adanya penyuluhan-penyuluhan hukum perkawinan kepada
masyarakat . Khususnya masyarakat adat agar tidak bertentangan
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.
2. Perlu dilakukannya pengawasan terhadap pembagian harta kekayaan.
Berhubung pembagian harta tersebut berkaitan erat dengan prinsip
keadilan.
3. Perlu dilakukannya unifikasi hukum perkawinan, berhubung hukum
perkawinan tersebut berkaitan erat dengan kehidupan sosial
keagamaan, namun di harapkan pengunifikasiannya dilakukan secara
berhati-hati dan bertahap, jangan sampai menyinggung perasaan
sesuatu golongan hukum tertentu.
14
DAFTAR PUSTAKA
15