Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HUKUM PEMILIHAN UMUM

ASAS PEMILIHAN UMUM

Dosen Pengampu :
Azmi, MH

OLEH:

NAMA:
FAJAR HARISTA
NIM. 302.2019.011
Semester : VI
Kelompok : 03

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN
SAMBAS
2022 M/ 1443 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perizinan program studi Hukum Pemilihan
Umum. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga maupun para pengikutnya yang setia
hingga akhir zaman. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini menjadi
lebih baik lagi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Azmi, Mh
selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Pemilihan Umum yang telah
mempercayakan dan memberi penulis tugas makalah ini. Semoga makalah ini bisa
bermanfat bagi penulis dan pembaca.

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman :
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan............................................................................3
B. Langsung..............................................................................................4
C. Umum..................................................................................................4
D. Bebas....................................................................................................4
E. Rahasia.................................................................................................4
F. Juju.......................................................................................................4
G. Adil......................................................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................6
B. Saran....................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota DPR,
DPD, Presiden dan wakil presiden, dan untuk memilih anggota DPRD yang
dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Sedangkan Pilkada pada dasarnya
sama dengan pilpres. Keduanya diselenggarakan untuk memilih pemimpin
secara langsung. Pilkada dilakukan untuk memilih kepala daerah. Kepala
daerah tersebut antara lain Gubernur-wakil gubernur, Bupati-wakil bupati,
dan Wali kota-wakil wali kota. Pilkada dilakukan pada lingkup tertentu.
Pemilu dan pilkada di indonesia dilaksanakan 5 tahun sekali, jadi untuk
menambah wawasan peserta didik proses pemilu dan pilkada diajarkan sejak
mereka duduk dibangku sekolah dasar walaupun mereka belum bisa memilih
setidaknya mereka sudah mengetahui dan memahami apa itu pemilu dan
pilkada dan nanti setelah mereka sudah berusia 17 tahun mereka sudah
memiliki dasar pengetahuan sehingga mereka tinggal mempraktekkannya.
Adapun syarar-syarat agar bisa mengikuti pemilu dan pilkada ialah warga
negara indonesia, telah berusia 17 tahun ataupun sudah pernah menikah, sehat
jasmani dan rohani, dan tidak sedang terkasus pidana. Dalam penyelengaraan
pemilu ada beberapa tahapan yaitu: pendaftaran pemilih, pendaftaran peserta
pemilu,penetapan peserta pemilu, kampanye peserta pemilu serta pemungutan
dan penghitungan suara. Untuk lebih jelasnya disini pemakalah akan
membahas ,pengertian pemilu dan pilkada, sejarah pemilu dan pilkada di
indonesia, asas-asas pemilu dan pilkada, dan penyelenggaraan pemilu dan
pilkada.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan asas ?
2. Apa yang dimaksud dengan langsung ?
3. Apa yang dimaksud dengan umum ?
4. Apa yang dimaksud dengan bebas ?
5. Apa yang dimaksud dengan rahasia ?
6. Apa yang dimaksud dengan jujur ?
7. Apa yang dimaksud dengan adil ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asas
Pemilu diibaratkan seperti permainan sepak bola. Apabila setiap pemain
bola itu dibiarkan menggunakan segala taktik dan cara sesuka hatinya tanpa
mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh wasit permainan itu, maka sudah
pasti pemain akan meninggalkan permainan sepak bola itu dan mengantinya
dengan adu tinju, juga diikuti oleh para penonton dari kedua belahpihak yang
bertanding.1
Demikian juga halnya dengan Pemilu, seandainya seorang calon itu boleh
menggunakan segala cara dan taktik yang kotor dan tidak mengikuti pedoman
peraturan pelaksana yang bertujuan ingin menjatuhkan calon lawannya, maka
tidak ada maknanya Pemilu itu dilaksanakan. Salah satu di antaranya adalah
disebabkan siapa yang kuat, kaya dan mempunyai banyak uang sudah pasti
akan menang.Tetapi suara yang diperoleh oleh caloncalon yang menggunakan
cara dan taktik seperti itu biasanya tidak ikhlas dari hati nurani para pemilih.
Suara itu datang dari hati yang dipenuhi oleh uang yang diberi atau dijanjikan
kepada para pemilih.
Mungkin juga hati sudah diikat oleh jasa yang telah diberikan calon, atau
karena rasa takut karena intervensi calon kepada si pemilih. Pemilu semacam
itu sudah tentu tidak bebas dan tidak adil. Keputusannya tidak boleh diterima
dan dihormati oleh siapapun, karena akan menyebabkan kekacauan yang
akhirnya akan membuat sebuah negara yang diktator untuk mengawal
ketenteraman dalam negeri.2
Pemilu hendaknya dilaksanakan secara bebas dan bersih, yaitu Pemilu
yang memberi kebebasan kepada setiap pemilih untuk memberi suaranya
kepada para calon atau partai politik menurut pilihannya sendiri.Ini berarti
segala taktik dan cara yang berdasarkan politik uang, ikatan jasa dan
intervensi haruslah dilarang oleh undang-undang. Perlu regulasi (pengaturan)
mengenai batasan yang jelas yang menyatakan pelaksanaan
kampanyekampanye pemilihan umum boleh dilaksanakan.
Konstitusi Indonesia mengatur mengenai Pemilu di Indonesia di dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 22E, untuk menjamin hak rakyat
Indonesia dalam memilih pemimpin dan wakil pilihan mereka. Dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 22E dijelaskan Pemilu dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali
1
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
2
Budiyanto. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara. Jakarta: Erlangga.

3
4

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara


Pemilihan Umum.
Pelaksanaan Pemilu di Indonesia menganut asas “Luber” yang merupakan
singkatan dari “Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia”. Asas “Luber” sudah
ada sejak zaman Orde Baru. Kemudian di era reformasi berkembang pula
asas “Jurdil” yang merupakan singkatan dari “Jujur dan Adil”.3

B. Langsung
Langsung, artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung
memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa
perantara.

C. Umum
Umum, bahwa pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi
persyaratanminimal dalam usia, yaitu sudah genap berusia 17 tahun atau
sudah pernah kain. Berhak memilih dalam pemilihan dan yang telah berusia
21 tahun berhak dipilih. Jadi pemilihan bersifat umum, bearti pemilihan yang
berlaku menyeluruh bagi setiap/semua warga negara, menurut persyaratan
lain-lain, yang teknis atau politis, tetapi semata-mata dihubungkan dengan
adanya praktek pelaksanaan dan tujuan pemilihan serta fungsi badan /
lembaga yang disusun.4

D. Bebas
Bebas, bahwa setiap warga negara yang berhak memilih dalam
menggunakan haknya dijamin keamanannya untuk melakukan pemilihan
sesuai dengan hati nuraninya tanpa adanya pengaruh, tekanan atau paksaan
dari siapapun dengan cara apapun.

E. Rahasia
Rahasia, bahwa pemilihan dijamin oleh peraturan dan tidak akan dikatehui
oleh pihak siapapun dengan jalan apapun, siapapun yang dipilihnya.
Pemilihan memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat
diketahui oleh orang lain kepada siapa suaranya diberikan(secret ballot).

F. Jujur
Jujur, dalam penyelenggaraan pemilu, penyelenggaraan pelaksana,
pemerintah dan partai politik peserta pemilu, pengawas dan pemantau pemilu,

3
Budiarjo, Mariam. 1998. Partisipasi dan partai politik. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
4
Dani, Wahyu rama. 2010. Parisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pelaksanaan Pemilu
Pahun 2009 di Desa Puguh Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Semarang : Unnes.
5

termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung,
harus bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundangundangan yang
berlaku.

G. Adil
Adil, dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik
peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan
pihak manapun.5

5
Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam perkembangannya, demokrasi sebagai pemerintahan oleh rakyat
secara sepenuhnya hanya mungkin terjadi pada negara yang wilayahnya dan
jumlah warganya sangat kecil, seperti di negara kota (polis) pada masa
Yunani Kuno. Hal ini melahirkan sistem demokrasi perwakilan yang
bertujuan agar kepentingan dan kehendak warga negara tetap dapat menjadi
bahwa pembuatan keputusan melalui orang-orang yang mewakili mereka.
Didalam gagasan demokrasi perwakilan kekuasaan tertinggi (kedaulatan)
tetap ditangan rakyat, tetapi dijalankan oleh wakil-wakil rakyat yang dipilih
oleh rakyat sendiri. Agar wakil-wakil rakyat tersebut benarbenar dapat
bertindak atas nama rakyat maka wakilwakil rakyat itu harus ditentukan
sendiri oleh rakyat. Demokrasi perwakilan yang konstitusional merupakan
cara untuk melaksanakan demokrasi. Dahl berpendapat bahwa demokrasi
perwakilan merupakan bentuk demokrasi dalam skala besar yang
membutuhkan lembaga-lembaga politik tertentu sebagai jaminan
terlaksananya demokrasi.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis yakin bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, sehingga mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun agar penulis mendapatkan
membelajaran baru. Dan semoga makalah ini dapat menjadi tempat
mendapatkan ilmu pengetahuan baru.

6
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Budiyanto. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara. Jakarta: Erlangga.
Budiarjo, Mariam. 1998. Partisipasi dan partai politik. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.
Dani, Wahyu rama. 2010. Parisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pelaksanaan
Pemilu Pahun 2009 di Desa Puguh Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.
Semarang : Unnes.
Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Handoko, Wira. 2010. Pergeseran perilaku memilih pada pemilu legislatif tahun
2009 (studi kasus di kecamatan punung kabupaten pacitan). FKIP: UMS
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba
Humanika.
Hermawan, Eman. 2001. Politik Membela Yang Benar Teori Kritik Dan Nalar.
Yogyakarta: Klik dan DKN Garda Bangsa.
Karim, M. Rusli. 1991. Pemilu demokratis kompetitif. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Kusnardi Moh. Dan Harmailiy Ibrahim. 1994. Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia. Jakarta : Sinar Bakti.

Anda mungkin juga menyukai