Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MUNAKAHAT “PERNIKAHAN DALAM ISLAM”


Makalah ini Disusun guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Fiqh

Semester Genap/ Tahun 2022


Dosen Pengampu: Ainun Yudhistira, S.H.I., M.H.I.

Disusun oleh:

Kelompok 3 – PBA 2D
Sabingatun Dewi Masitoh (213121116)

Rizqi Nur Kharisa (213121127)


Dwi Anifah Khoirunnisa (213121135)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH


UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA

2022

i
DAFTAR ISI
Cover .................................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................. ii


Kata Pengantar ...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................


A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................

A. Pengertian ................................................................................................ 2
B. Hukum Nikah .......................................................................................... 3
C. Tujuan Pernikahan .................................................................................. 3
D. Syarat Sah Nikah ..................................................................................... 5
E. Rukun Nikah ........................................................................................... 6
F. Pernikahan yang Dilarang Islam ............................................................. 7
G. Poligami .................................................................................................. 8
H. Talaq ........................................................................................................ 8
I. Pernikahan Via VC? Sahkah? ................................................................. 9

BAB III PENUTUP ..............................................................................................

A. Kesimpulan ........................................................................................... 11
B. Kritik dan Saran .................................................................................... 11

DARTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah swt. karena rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul Munakahat “Pernikahan dalam Islam”.
guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Fiqh semester 2. Tak lupa shalawat
dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan mengingat
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis dalam menyusun makalah.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Ainun
Yudhistira, S.H.I., M.H.I., dosen pengampu mata kuliah Fiqh yang telah memberi
tugas dan juga membimbing.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi penulis dan
pembaca.

Kartasura, 19 Februari 2022

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernikahan atau dalam bahasa arab munakahat adalah suatu peristiwa
atau momen sakral dimana dua orang manusia yang berlawanan jenis membuat
suatu janji suci untuk bisa hidup berdampingan sampai ajal menjemput dan
memisahkan mereka. Janji tersebut harus disertai dengan tanggung jawab,
komitmen dan kasih sayang di dalamnya, agar tercipta keluarga yang harmonis
dan saling menyayangi serta menghargai satu sama lain. Sehingga
menghasilkan keturunan yang sholeh dan seholehah untuk mereka serta ketika
dalam sebuah keluarga tercipta kondisi saling sayang menyayangi maka Allah
SWT pun ikut memandang keluarga tersebut dengan kasih dan sayang.
Dalam agama Islam, pernikahan merupakan ibadah yang mulia dan suci.
Untuk itu, menikah tidak boleh dilakukan secara sembarangan karena ini
merupakan bentuk ibadah terpanjang dan selayaknya dapat dijaga hingga maut
memisahkan. Penting mengetahui bagaimana pernikahan diatur dalam Islam
khususnya mulai dari syarat sah, rukunnya, dan lainnya. Jangan sampai salah
atau malah bahkan melakukan pernikahan yang dilarang agama. Atau malah
salah dalam menjalaninya hingga berakhir perceraian. Bukankah perceraian
dibenci oleh Allah?
Oleh karena itu, penulis termotivasi membahas topik bagaimana
berbagai hal yang sangat erat kaitannya dalam pernikahan dalam Islam. Penulis
mengambil judul Munakahat “Pernikahan dalam Islam”. Dalam makalah ini
penulis juga mengangkat sebuah isu pernikahan yang masih hangat-hangatnya
disinggung. Berharap mampu menghasilkan penyelesaian atau solusi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hukum nikah dalam Islam?
2. Apa tujuan menikah dalam Islam?
3. Apa syarat sahnya menikah dalam Islam?
4. Apa rukunnya menikah dalam Islam?
5. Apa saja pernikahan yang dilarang dalam Islam?
6. Bagaimana poligami dalam Islam?
7. Jelaskan hal-hal penting dalam talaq?
C. Tujuan
1. Mengetahui hukum nikah dalam Islam.
2. Mengetahui tujuan menikah dalam Islam.
3. Mengetahui syarat sahnya menikah dalam Islam.
4. Mengetahui rukunnya menikah dalam Islam.
5. Mengetahui apa saja pernikahan yang dilarang dalam Islam.
6. Mengetahui poligami dalam Islam.
7. Mengetahui hal-hal penting dalam talaq.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kata “munakahat” termasuk yang terdapat dalam bahasa Arab yang
berasal dari akar kata na-ka-ha, yang artinya nikah. Berikut penjelasan
pengertian nikah (pernikahan).
▪ Kata nikah berasal dari bahasa Arab, yaitu “An-nikah”. Secara bahasa, “An-
nikah” memiliki arti bersatu, berkumpul, dan berhubungam.
▪ Menurut KBBI, nikah adalah perjanjian perkawinan antara laki-laki dan
perempuan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.
▪ Secara istilah, pernikahan adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara
laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya.
▪ UU No. 1 tahun 1974 pasal 1 dinyatakan bahwa “perkawinan ialah ikatan
lahir batin, antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. 1
▪ Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 2 dinyatakan bahwa “perkawinan
menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau
mitssaqanghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah. Selanjutnya pasal 3 menjelaskan bahwa “Perkawinan
bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah dan rahmah”2
▪ Beberapa ahli ulama yang sering dikenal dengan empat mahzab fikih.
1. Imam Maliki
Imam Maliki mengatakan bahwa pernikahan adalah sebuah akad yang dapat
mengubah hubungan seksual seorang perempuan yang bukan mahram,
budak, dan majusi menjadi hubungan seksual yang halal dengan shighat.
2. Imam Hanafi
Imam Hanafi menyatakan bahwa pernikahan adalah seseorang yang
mendapatkan hak untuk melakukan hubungan biologis seksual dengan
seorang perempuan. Dalam hal ini, seorang perempuan itu merupakan
perempuan dengan hukum tidak ada halangan sesuai dengan syari’i untuk
dinikahi.
3. Imam Syafi’i
Imam Syafi’I menyatakan bahwa pernikahan adalah suatu akad yang
memberikan hak untuk melakukan hubungan seksual dengan mengucapkan
lafadz nikah, tazwij atau lafadz lain dengan makna yang sama.

1
Undang-Undang RI. Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
2
Departemen Agama R.I. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagan Agama Islam, Kompilasi
Hukum Islam di Indonesia.2000. h. 14.l

2
4. Imam Hambali
Imam Hambali menngungkapkan bahwa pernikahan adalah sebuah proses
terjadinya akad perkawinan dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan
dalam lafadz nikah atau kata-kata yang memiliki persamaan makna.
▪ Pengertian pernikahan secara umum adalah suatu ikatan lahir batin antara
seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk hidup bersama yang
dilangsungkan menurut ketentuan syariat Islam. Dari pernikahan itu,
muncul hak dan kewajiban yang mesti dipenuhi masing-masing pasangan.
B. Hukum Nikah
Adapun hukum menikah, dalam pernikahan berlaku hukum taklifi yang lima:
1. Wajib bagi orang yang sudah mampu nikah,sedangkan nafsunya telah
mendesak. Untuk melakukan persetubuhan yang dikhawatirkan akan
terjerumus dalam perzinahan.
2. Haram bagi orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nafkah lahir dan
batin kepada calon istrinya, sedangkan nafsunya belum mendesak.
3. Sunnah bagi orang yang nafsunya telah mendesak dan mempunyai
untuknikah,tetapi ia masih dapat menahan diri dari berbuat haram.
4. Makruh bagi orang yang lemah syahwatnya dan tidak mampu memberi
belanja/kebutuhan calon istrinya.
5. Mubah bagi orang tidak terdesak oleh alas an-alasan yang mewajibkan
segera nikah atau karena alas an-alasan yang mengharamkan untuk nikah.
C. Tujuan Pernikahan
a. Melaksanakan Perintah Allah
Dalam Islam, tujuan pertama atau tujuan utama dari pernikahan
adalah melaksanakan perintah Allah. Dengan melaksanakan perintah Allah,
maka umat Muslim akanmendapatkan pahala sekaligus kebahagiaan.
Kebahagiaan ini menyangkut semua hal termasuk rezeki, sehingga bagi
Umat Muslim yang sudah menikah tak perlu khawatir tentang rezeki.
Tujuan pernikahan untuk melaksanakan perintah Allah terkandung di dalam
Al-Quran Surah An-Nur 24:32
َٰ ‫ض ِل ِۗۦه َوٱلل ُه َٰ َوسِ عٌعَلِي ٌ۟م أٱْل َ َٰيَ َمىَٰمِنكُ أم َو‬
۟‫ٱلصلِحِ ينَمِ أن ِعبَا ِدكُ أم َوإِ َمآئِكُ ْۚ أمإِنيَ۟كُونُوا۟ َوأَن ِكحُوا‬ ‫فُقَ َرآ َءيُ أغنِ ِه ُمٱلل ُهمِ نفَ أ‬

Artinya: Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara


kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba
sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan
memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah
Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.
b. Melaksanakan Sunah Rasul
Selain melaksanakan perintah Allah, tujuan menikah berikutnya
adalah melaksanakan sunah Rasul. Dengan melaksanakan sunah Rasul,
maka seorang hamba dapat terhindar dari perbuatan zina. Tidak hanya itu,
seorang yang menikah juga mendapatkan pahala karena sudah

3
melaksanakan sunah Rasul. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata
bahwa Rasulullah bersabda:
،‫قالوا وفيبضعأحدكمصدقة‬:،‫أياتيأحدناشهوتهويكونلهفيهاأجر؟قال يارسوالهلل‬:
‫أكانعليهفيهاوز ۟ر؟‬،‫فكذلكإذاوضعهافيالحاللكانلهأجر أرأيتملووضعهافيحرام‬
Artinya:
… Seseorang di antara kalian bersetubuh dengan istrinya adalah
sedekah!” (Mendengar sabda Rasulullah, para sahabat keheranan) lalu
bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah salah seorang dari kita
melampiaskan syahwatnya terhadap istrinya akan mendapat pahala?’ Nabi
shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Bagaimana menurut kalian jika
ia (seorang suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah ia
berdosa? Begitu pula jika ia bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang
halal), dia akan memperoleh pahala’ (HR. Bukhari dan Muslim).
c. Mencegah dari Perbuatan Zina
Seperti yang sudah diketahui oleh banyak orang bahwa dengan
menikah berarti sama halnya menjaga kehormatan diri sendiri, sehingga kita
bisa untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama Islam. Selain itu,
suatu pernikahan bisa membuat diri kita bisa menjaga pandangan dan
terhindar dari perbuatan zina, sehingga kita bisa menjalani ibadah
pernikahan lebih baik.
d. Menyempurnakan Separuh Agama
Terlaksananya pernikahan berarti sama halnya dengan
menyempurnakan separuh agama Islam. Dengan kata lain, menikah bisa
menambah pahala seorang hamba. Dalam hal ini, menyempurnakan agama
bisa diartikan sebagai menjaga kemaluan dan perutnya. Seperti yang
diungkapkan oleh para ulama bahwa pada umumnya rusaknya suatu agama
seseorang sering berasal dari kemaluan dan perutnya. Oleh sebab itu,
menikah bisa membuat laki-laki dan perempuan (suami istri) bisa menjaga
kemaluan dan perutnya agar terhindar dari perbuatan zina. Dari Anas bin
Malik radhiyallahu’anhu, ia berkata bahwa Rasullah bersabda: Jika
seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya.
Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya. (HR. Al-
Baihaqi).
e. Mendapatkan Keturunan
Setiap umat Muslim yang melakukan pernikahan pasti memiliki
tujuan untuk memiliki keturunan dengan harapan dapat menjadi penerus
keluarga. Memiliki keturunan akan menambah kebahagiaan bagi rumah
tangga yang sedang dibangun. Selain itu, memiliki keturunan bisa menjadi
bekal pahala untuk suami istri di kemudian hari.Dari Anas Ibnu Malik
radhiyallahu’anhu, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda yang artinya:
Anas Ibnu Malik Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu
‘alaihi wa Sallam memerintahkan kami berkeluarga dan sangat melarang

4
kami membujang. Beliau bersabda: “Nikahilah perempuan yang subur dan
penyayang, sebab dengan jumlahmu yang banyak aku akan berbangga di
hadapan para Nabi pada hari kiamat.” Riwayat Ahmad. Hadits shahih
menurut Ibnu Hibban.
Tidak hanya memiliki keturunan saja, bagi pasangan suami istri
pasti sangat menginginkan keturunan yang saleh atau salehah. Anak yang
saleh bisa memberikan rezeki kepada suami istri yang telah menjadi orang
tua. Rezeki itu bisa dirasakan di dunia atau di akhirat nanti setelah
menghembuskan napas terakhir. Tujuan untuk mendapatkan anak yang
saleh ini terkandung di dalam Al-Quran Surah An-Nahl 16:72

‫ممنَٱلط ِي َٰ َب ْۚتِ۟أ َفَ ِب أٱل َٰ َبطِ ِليُؤأ مِ نُون ََو ِبنِ أع َمتِٱلل ِه ُه أ۟م‬
ِ ُ‫مم أنأ َ أز َٰ َو ِجكُم َبنِين ََو َحفَدَةً َو َرزَ قَك‬ َ ‫مم أنأَنفُسِ كُ أمأ َ أز َٰ َوج‬
ِ ُ‫ًاو َج َعلَلَك‬ ِ ُ‫َوٱلل ُه َج َعلَلَك‬
َ۟‫يَ أ۟كفُ ُرون‬

Artinya: Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari
jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari
pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka
beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?
f. Untuk Membangun Keluarga yang Bahagia
Tujuan utama menikah lainnya adalah membangun keluarga yang
bahagia, sehingga bisa hidup bersama dan menua bersama hingga
menghembuskan napas terakhir. Terjadinya suatu pernikahan pasti akan
membuat seseorang menjadi lebih bahagia dan hati menjadi tenang. Rasa
bahagia dan hati menjadi tenang membuat kehidupan seseorang menjadi
lebih tentram. Tujuan pernikahan untuk mendapatkan jiwa dan kehidupan
yang menjadi tentram sudah terkandung di dalam Al-Quran SurahAr-Rum
30:21
۟‫مم أنأَنفُسِ كُ أمأ َ أز َٰ َوج ًِالتَ أسكُن ُٓوا‬ ‫او َجعَلَبَ أينَكُمم َودةً َو َرحأ َم ْۚةًإِنفِى َٰذَ ِل َك َل َءا َٰيَت ٍِلقَ أومٍ يَتَفَك ُرونَ۟ َو أ‬
ِ ُ‫مِن َءا َٰيَتِ ِٓۦهأَ أن َخلَقَلَك‬ َ ‫إِلَ أي َه‬
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya.
D. Syarat Sah Nikah
Dalam Islam, syarat sah pernikahan terdiri dari beberapa hal, di antaranya:
1. Calon Pengantin Beragama Islam. Apabila salah satu calon mempelai belum
beragama Islam, maka pernikahan tidak akan sah. Oleh sebab itu, jika salah
satu calon mempelai belum beragama Islam, ia harus beragama Islam
terlebih dahulu.
2. Mengetahui Wali Akad Nikah Bagi Perempuan. Apabila dari keturunan
nasab tidak ada yang bisa menjadi wali, maka bisa digantikan dengan wali
hakim sebagai syarat sah pernikahan.
3. Bukan Mahram (Pernikahan akan dinyatakan tidak sah, jika kedua
mempelai merupakan mahram).

5
4. Sedang Tidak Melakukan Ibadah Haji atau Ihram.Para ulama melarang jika
sedang melaksanakan ibadah haji atau ihram untuk melakukan pernikahan.
Para ulama menyatakan hal ini berdasarkan seorang ulama bermazhab
Syafi’I yang terkandung di dalam kitab Fathul Qarib al-Mujib. Di dalam
kitab itu disebut bahwa salah satu larangan haji adalah tidak boleh
melaksanakan akad nikah atau wali dalam pernikahan:“Kedelapan (dari
sepuluh perkara yang dilarang ketika ihram) yaitu akad nikah. Akad nikah
diharamkan bagi orang yang sedang ihram, bagi dirinya maupun bagi
orang lain (menjadi wali).”Selain itu, pernikahan tidak boleh dilakukan saat
sedang melaksanakan haji juga terdapat di hadist Bukhari: “Rasulullah
bersabda bahwa seorang yang sedang ber-ihram tidak boleh menikahkan,
tidak boleh dinikahkan, dan tidak boleh mengkhitbah.”
5. Dilakukan bukan atas karenapaksaan. Dengan kata lain, suatu proses
pernikahan harus berdasarkan keinginan/persetujuan dari calon pengantin
laki-laki atau calon pengantin perempuan.
E. Rukun Nikah
1. Adanya Calon Pengantin
2. Adanya Wali
Berdasarkan sabda Rasulullah Sallallahu `Alaihi Wasallam: “ Wanita mana
saja yang menikah tanpa izin walinya maka nikahnya batal…batal.. batal.”
(HR Abu Daud, At-Tirmidzy dan Ibnu Majah)ngantinalon pengantin
perempuan harus dihadiri oleh wali atau wali hakim. Berikut beberapa yang
bisa dijadikan wali nikah.
✓ Ayah
✓ Kakek. Kakek yang dimaksud dalam hal ini ialah kakek dari pihak ayah.
✓ Saudara lelaki kandung. Yakni saudara lelaki mempelai wanita yang
tunggal ayah dan ibu. Ia bisa merupakan kakak maupun adik.
✓ Saudara lelaki seayah. Yakni saudara lelaki mempelai wanita yang
tunggal ayah namun beda ibu.
✓ Paman. Paman yang dimaksud di sini ialah saudara lelaki ayah.
3. Dihadiri Saksi
Rasulullah sallallahu `Alaihi Wasallam bersabda: “Tidak ada nikah kecuali
dengan wali dan dua saksi yang adil.”(HR Al-Baihaqi Dan Ad-
Daaruquthni. Asy-Syaukani dalam Nailul Athaar berkata : “Hadist di
kuatkandengan hadits-hadits lain.”)
4. Diucapkan Ijab
Ijab diucapkan oleh wali dari calon pengantin perempuan atau yang menjadi
wakilnya.
5. Diucapkan Qabul dari pengantin Laki-Laki
Calon pengantin laki-laki mengucapkan qabul di depan saksi dan wali
dengan penuh keyakinan.
6. Mahar (Mas Kawin)

6
Mahar merupakan tanda kesungguhan seorang laki-laki untuk menikahi
seorang wanita.Mahar juga merupakan pemberian seorang laki-laki kepada
perempuan yang dinikahinya, yang selanjutnya akan menjadi hak milik istri
secara penuh. Kita bebas menentukan bentuk dan jumlah mahar yang kita
inginkan karena tidak ada batasan mahar dalam syari’at Islam, yang
disunnahkan adalah mahar itu disesuaikan dengan kemampuan pihak calon
suami. Dalam Islam menganjurkan agar meringankan mahar. Rasulullah
saw. Bersabda: “Sebaik-baik mahar adalah mahar yang paling mudah
(ringan).”(H.R. Al-Hakim: 2692)
F. Pernikahan yang Dilarang
▪ Nikah Mut’ah (nikah kontrak)
Seperti disebutkan dalam hadis Nabi, yang memiliki arti:
“Bahwasanya Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang (nikah) mut’ah pada hari (perang)
Khaibar dan (melarang) memakan (daging) keledai yang jinak.” (HR.
Muslim)
▪ Nikah Sighar
Disebutkan dalam sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam hadis riwayat Abu
Hurairahr.a, berkata:
“Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang nikah syighar. Ibnu Namir menambahkan, “Nikah
syighar adalah seorang yang mengatakan kepada orang lain, ‘Nikahkanlah
aku dengan anak perempuanmu, maka aku akan menikahkanmu dengan
anak perempuanku’, atau ‘Nikahkanlah aku dengan saudara
perempuanmu, maka aku akan menikahkanmu dengan saudara
perempuanku’.” (HR. Muslim).
▪ Nikah Tahlil
Nikah tahlil adalah menikahi wanita yang telah ditalak tiga kali, dan setelah
masa `iddahnya selesai lalu menceraikannya dan mengembalikannya
kepada suami pertamanya. Ini adalah salah satu perbuatan keji yang dibenci
oleh Allah. Seperti sebuah hadis dari Abu Dawud dan Ibnu Majah, yang
artinya:
“Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutuk orang yang menjadi muhallil (suami pertama) dan
muhallallah (suami sementara).”
▪ Nikah dalam Masa Iddah
Seperti firman Allah SWT dalam potongan ayat dalam QS. Al-Baqarah ayat
235, yang berbunyi:
ُ‫َالن َكاحِ َحت َٰى َي أبلُغ أَال ِكتَا ُبأ َ َجلَ ۟ه‬
ِ ‫ع أق َدة‬
ُ ‫َو َالتَ أع ِز ُموا‬
Artinya: “… dan janganlah kamu menetapkan akad nikah sebelum habis
masa idahnya.”
▪ Nikah Poliandri
Islam tidak melarang poligami. Tapi lain hal dengan kasus poliandri.
Pernikahan ini jelas dilarang oleh Islam, di mana perempuan menikahi laki-
laki lebih dari satu. Salah satu penyebab dilarangnya pernikahan poliandri

7
ini karena dapat menghancurkan fondasi dari masyarakat yang sehat. Sama
halnya dengan pernikahan syighar, poliandri dianggap banyak memberikan
dampak buruk terhadap seorang istri yang tentunya bisa berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak-anaknya.
Potongan ayat dalam QS. An-Nisa ayat 24 yang menyebutkan tentang
larangan pernikahan ini, yang berbunyi:
۟‫علَ أي ُك ْۚ أم‬
َ ۟‫۟ٱَّلل‬
ِ ‫ب‬ َ َ‫۟ٱلن َسآءِ ۟ ِإال۟ َما۟ َملَكَتأ ۟أَ أي َٰ َمنُكُ أم۟ۖ۟ ِك َٰت‬
ِ َ‫ص َٰنَتُ ۟مِن‬
َ ‫َو أٱل ُمحأ‬
Artinya: “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami,
kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu)
sebagai ketetapan-Nya atas kamu.”
Ayat ini menerangkan bahwa salah satu kriteria wanita yang haram untuk
dinikahi adalah perempuan yang sudah memiliki suami.
G. Poligami

۟‫ممنَٱلنِ َسآءِ َمثأنَى ََٰوث ُ َٰلَثَ َو ُر َٰبَ ۖ َعفَإِ أنخِ أف۟ت ُ أمأَالتَ أع ِدلُوا‬ َ ‫ِىٱليَ َٰتَ َم َٰىفَٱن ِكحُوا َما‬
ِ ُ‫طابَلَك‬ ‫َو ِإ أنخِ أفت ُ أمأَالت ُ أقسِ طُواف أ‬
َٰ
۟ ُ‫ف َٰ ََوحِ دَةًأَ أو َما َملَ َكتأأ َ أي َٰ َمنُكُ ْۚ أمذَ ِل َكأَدأنَ َٰ ٓىأَال۟تَعُول‬
‫وا‬
Artinya: Jika kamu tidak yakin dapat berlaku adil cukupkanlah dengan isteri
satu saja, namun apabila kamu benar-benar yakin akan dapat berlaku adil,
Silahkan menikahi perempuan dua atau tiga atau empat sebagai isterimu. (Q.S
An-Nisa/4:3)
Allah swt. memberi peluang untuk beristeri sampai empat orang, tetapi
peluang itu dibarengi oleh syarat-syarat yang sebenarnya cukup berat untuk
ditunaikan kecuali oleh orang-orang tertentu saja. Al Qur’an membolehkan
poligami, namun tidak menentukan persyaratan apapun secara tegas, kecuali
hanya memberikan warning: “apakah kamu yakin apabila berpoligami,
nantinya akan mampu berlaku adil, karena adil itu tidak mudah.
H. Talaq
Talaq adalah salah satu bentuk pemutusan hubungan ikatan perkawinan
karena sebab-sebab tertentu yang tidak memungkinkan lagi bagi suami istri
meneruskan hidup berumah tangga dalam Islam. Arti talak itu sendiri
menurut Kompilasi Hukum Islam (“KHI”) adalah ikrar suami di hadapan
Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya
perkawinan.3Merujuk pada definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa talak yang
diakui secara hukum negara adalah talak yang diucapkan oleh suami di hadapan
Pengadilan Agama.Tiga hal perlu diperhatikan dalam talaq:
▪ Talak satu dan talak dua adalah talak yang masih dapat dirujuk.
Apabila suami menjatuhkan talak satu atau talak dua sebagaimana dimaksud
di atas, maka ia dan istri yang ditalaknya itu masih bisa rujuk atau kawin
kembali. Menurut Sayuti, yang dimaksud dengan rujuk kembali ialah

3
Pasal 117 KHI

8
kembali terjadi hubungan suami-istri antara suami yang telah menjatuhkan
talak kepada istrinya dengan istri yang telah ditalak-nya itu dengan cara
yang sederhana, yakni suami mengucapkan “saya kembali kepadamu” di
hadapan 2 orang saksi laki-laki yang adil.
▪ Masa Iddah
Masa iddah adalah waktu yang berlaku bagi seorang istri yang putus
perkawinannya dari bekas suaminya. Masa Iddah dikenal pula dengan
sebutan waktu tunggu.4Waktu tunggu bagi seorang janda ditentukan sebagai
berikut:
✓ Suami meninggal, walaupun qabla al dukhul masa iddahnya130 hari.
✓ Perceraian, dalam kondisi perempuan sedang haid masa iddahnya3 kali
suci, minimal 90 hari.
✓ Perceraian, dalam kondisi perempuan sedang tidak haid masa
iddahnya90 hari.
✓ Perceraian atau suami meninggal, dalam kondisi perempuan sedang
hamil masa iddahnyasampaimelahirkan.
▪ Talaq Tiga
Ketentuan mengenai talak tiga diatur dalam Al Qur’an surahAl-Baqarah
2:230
ُ‫ظنآأَنيُقِي َما ُحدُودَٱلل ۗ ِه َوت أِل َك ُح ۟د‬
َ ‫طلقَ َهاف ََال ُجنَا َحعَلَ أي ِه َمآأَنيَت ََرا َجعَ۟آإِن‬ َ ‫طلقَ َهاف ََالتَحِ لُّلَهُۥمِ ۢنبَ أعدُ َحت َٰىتَن ِك َحزَ أوجًا‬
َ ‫غي َأر ۗهُۥفَإِن‬ َ ‫فَإِن‬
َ۟ ‫ودُٱلل ِهيُبَيِنُ َها ِلقَ أومٍ يَ أعلَ ُم‬
‫ون‬
Artinya: Kemudian jika dia menceraikannya (setelah talak yang kedua),
maka perempuan itu tidak halal lagi baginya sebelum dia menikah dengan
suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka
tidak ada dosa bagi keduanya (suami pertama dan bekas istri) untuk
menikah kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan
hukum-hukum Allah. Itulah ketentuan-ketentuan Allah yang diterangkan-
Nya kepada orang-orang yang berpengetahuan.
Terkait ayat tersebut, Sayuti menerangkan, dalam hal suami
menjatuhkan talak tiga, maka agar keduanya dapat menikah kembali, perlu
adanya muhallil atau orang yang menghalalkan. Maksudnya, si istri harus
kawin dahulu dengan seorang laki-laki lain, yang disebut muhallil. Kalau
keduanya kemudian bercerai, maka barulah mantan pasangan suami-istri
yang berpisah akibat talak tiga tersebut dapat kawin kembali.
I. Pernikahan Via VC? Sahkah?
Dalam Islam, keabsahan akad nikah tergantung pada pemenuhan rukun
dan syaratnya. Bila memenuhi maka sah; dan bila tidak memenuhi maka tidak
sah.
Dalam rukun ijab qobul ada yang mengartikan harus dalam satu tempat, ada
pula yang mengartikan tak harus dalam satu tempat. Imam Syafi'i lebih cenderung
memandangnya dalam arti fisik. Wali dan calon suami harus berada dalam satu ruangan

4
Pasal 153 ayat (1) KHI

9
sehingga mereka dapat saling memandang. Hal ini dimaksudkan agar kedua pihak
saling mendengar dan memahami secara jelas ijab dan kabul yang mereka ucapkan.
Sehingga ijab dan kabul benar-benar sejalan dan bersambung.
Menurut Imam Syafi'i, dua orang saksi juga harus melihat secara langsung dua
orang yang berakad. Dua orang saksi tidak cukup hanya mendengar ucapan ijab dan
kabul yang diucapkan oleh mereka. Kepastian itu diperoleh saksi melalui penglihatan
dan pendengaran yang sempurna. Meskipun keabsahan suatu ucapan atau perkataan
dapat dipastikan dengan pendengaran yang jelas, namun kepastian itu harus diperoleh
dengan melihat secara langsung wali dan calon suami.
Rumusan hukum yang menetapkan ketidakabsahan akad nikah via video
call merupakan rumusan yang sangat berhati-hati seiring dengan prinsip fiqih:
‘Al-Abdha’ yuhtathu laha fauqa ghairiha” (Urusan kehalalan wanita bagi laki-
laki lain harus diperlakukan secara lebih hati-hati daripada urusan lainnya.”5
Sementara pendapat berbeda diungkapkan Majelis Tarjih PP
Muhammadiyah dalam kumpulan fatwanya. Menurut Majelis Tarjih, yang
dimaksud dengan ijab kabul dilakukan dalam satu majelis adalah ijab dan kabul
terjadi dalam satu waktu. Yang lebih dipentingkan adalah kesinambungan
waktu bukan tempat. Menurut Majelis Tarjih, para ulama imam mazhab sepakat
tentang sahnya akad ijab dan kabul yang dilakukan oleh dua pihak yang
berjauhan melalui sarana surat atau utusan. Misalnya ijab dan kabul dilakukan
melalui surat atau utusan dari wali yang dikirimkan kepada calon suami.
Jika akad ijab dan kabul melalui surat, calon suami membaca surat yang
berisi ijab dari wali di hadapan para saksi, lalu segera mengucapkan kabul,
maka akad dipandang dilakukan dalam satu majelis. Jika akad ijab dan kabul
melalui utusan, utusan menyampaikan ijab dari wali pada calon suami di
hadapan para saksi, setelah itu calon suami segera mengucapkan kabul, maka
akad dipandang telah dilakukan dalam satu majelis. Oleh sebab itu, jika akad
ijab dan qabul melalui surat atau utusan disepakati kebolehannya oleh ulama
mazhab, maka akad ijab dan kabul menggunakan fasilitas telepon dan video call
lebih layak untuk dibolehkan.
Kelebihan video call yang lain, para pihak yakni wali dan calon suami
mengetahui secara pasti kalau yang melakukan akad ijab dan qabul betul-betul
pihak-pihak terkait. Sedangkan melalui surat atau utusan, bisa saja terjadi
pemalsuan.

5Abu Bakr ibn as-Sayyid Muhammad Syattha ad-Dimyathi, Hasyiyah I’anah at-Thalibin ‘ala Hall
Alfazh Fath al-Mu’in, [Bairut: Dar al-Fikr, tth.], juz III, halaman 86

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pernikahan adalah ibadah terpanjang yang pahala menikah adalah
pahala yang bertumpuk-tumpuk sebab dengan menikah aktivitas apa saja yang
dilakukan suami dan isteri jadi pahala. Jadi menikah adalah ibadah yang banyak
pahala dan sekaligus mendatangkan kebahagiaan. Agama Islam mengatur
dengan detail mengenai pernikahan. Terdapat syarat sah yang harus dipenuhi,
rukun yang harus dilaksanakan, begitupula dalam hal poligami dan talaq. Jika
dilihat sekilah mungkin akan berpikir kenapa pernikahan diatur-atur
sedemikian. Namun, jika sudah mempelajari atau mengetahui bagaimana
pernikahan dalam Islam sesungguhnya indah. Banyak manfaat yang diambil.
Perceraian, kdrt, rusaknya nasab tidak akan terjadi. Hanya kebahagiaan dan
pahala yang ada jika benar-benar menerapkan pernikahan yang sesuai syariat
islam.
B. Kritik dan Saran
Penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih banyak
ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Penulis berharap kritik dan saran
yang dapat dari pembaca. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan
perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa
sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca. Atas kritik dan
sarannya penulis mengucapkan terima kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ardhian, Reza Fitra, Satrio A., Setyawan B. (2015). Poligami dalam Hukum
Islam dan Hukum Positif Indonesia serta Urgensi Pemberian Izin
Poligam di Pengadilan Agama. Privat Law Vol. III No 2. Hal. 2, 3.
Departemen Agama R.I. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagan Agama
Islam, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.2000. Hal. 14.l
Sayuti Thalib. (1986). Hukum Kekeluargaan Indonesia. UI-Press: Jakarta. Hal
101, 102.
Suryani, Amelia O. (2021). Hukum Islam Pernikahan.
Undang-Undang RI. Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Wibisana, Wahyu. (2016). Pernikahan dalam Islam. Jurnal Pendidikan Agama
Islam -Ta’lim Vol. 14 No. 2. Hal. 3-5.

12

Anda mungkin juga menyukai