Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERNIKAHAN DALAM ISLAM

Disusun Oleh : Kelompok 11


1. Ikhwanul Fadli Tarigan 5203322007
2. Rizki Maulana 5202122002
3. Imam Kana Putra 5201122009

Dosen Pengampu : Dinul Islami, S.H.I., M.A.


Mata Kuliah : Pendidikan Aagama Islam

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGRI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul “Pernikahan Dalam Agama Islam”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
emoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan 14 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………......................................................………..2
BAB I : PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah …………………………………......................................................……..4
BAB II : PEMBAHASAN
PERNIKAHAN
Pengertian pernikahan …….................................................................…………………………………5
Peminangan (Khitbah)……………………………………….................................................................6
Tujuan Pernikahan….…………………………………………..............................................................7
Manfaat Pernikahan………………………………………….................................................................8
Syarat-syarat pernikahan……………………………………..................................................................9
Hukum Pernikahan………………………………………….................................................................10
Mahar……………………………………………………….................................................................11
Thalak……………………………………………………….................................................................11
Hukum-hukum Thalak…………………………………….…..............................................................12
Masa Iddah…………………………………………………….............................................................14
Hikmah Iddah…………………………………………….....................................................................14
BAB III PENUTUPAN
Kesimpulan ……………………………………………………….......................................................15
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………......................................................16
BAB I
PENDAHULUA
Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam dirinya. Pernikahan
merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang manusia. Sesungguhnya Islam telah
memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan memasuki jenjang pernikahan, lengkap dengan
tata cara atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang tergolong ahli ibadah, tidak akan
memilih tata cara yang lain.
Setiap Makhluk pasti ingin berkembang biak dan memiliki keturunan, tetapi yang membedakan
Manusia dengan makhluk – makhluk lainnya adalah ikatan pernikahan. Allah S.W.T menganjurkan
Manusia untuk menikah agar dapat mempertahankan keberadaannya dan mengendalikan
perkembangbiakan dengan cara yang sesuai dan menurut kaiadah norma Agama, Laki-laki dan
perempuan memiliki fitrah yang saling membutuhkan satu sama lain.
BAB II
PEMBAHASAAN
PERNIKAHAN
Pengertian Pernikahan
Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga dapat berarti
Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan
oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai peraturan yang diwajibkan
oleh Islam. Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang dalam
penggunaannya pula juga dapat diartikan sebagai pernikahan, Allah s.w.t. menjadikan manusia itu
saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.
Pernikahan bukan saja merupakan satu jalan untuk membangun rumah tangga dan melanjutkan
keturunan. Pernikahan juga dipandang sebagai jalan untuk meningkatkan ukhuwah islamiyah dan
memperluas serta memperkuat tali silaturahmi diantara manusia. Secara etimologi bahasa Indonesia
pernikahan berasal dari kata nikah, yang kemudian diberi imbuhan awalan “per” dan akhiran “an”.
Pernikahan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti diartikan sebagai perjanjian antara laki-laki
dan perempuan untuk menjadi suami istri. Pernikahan dalam islam juga berkaitan dengan pengertian
mahram (baca muhrim dalam islam) dan wanita yang haram dinikahi.
2. Peminangan (Khitbah)
Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan untuk
melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua pihak. Meminang merupakan
adat kebiasaan masyarakat Melayu yang telah dihalalkan oleh Islam. Peminangan juga merupakan
awal proses pernikahan. Hukum peminangan adalah harus dan hendaknya bukan dari istri orang,
bukan saudara sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan tunangan orang. Pemberian seperti cincin kepada
wanita semasa peminangan merupakan tanda ikatan pertunangan. Apabila terjadi ingkar janji yang
disebabkan oleh sang laki-laki, pemberian tidak perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh wanita,
maka hendaknya dikembalikan, namun persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan dilakukan.
Melihat calon suami dan calon istri adalah sunat, karena tidak mau penyesalan terjadi setelah
berumahtangga. Anggota yang diperbolehkan untuk dilihat untuk seorang wanita ialah wajah dan
kedua tangannya saja.
Hadist Rasullullah mengenai kebenaran untuk melihat tunangan dan meminang:
“Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-laki yang hendak menikah
dengan seorang perempuan: “Apakah kamu telah melihatnya?jawabnya tidak(kata lelaki itu kepada
Rasullullah).Pergilah untuk melihatnya supaya pernikahan kamu terjamin kekekalan.” (Hadis Riwayat
Tarmizi dan Nasai)
Hadis Rasullullah mengenai larangan meminang wanita yang telah bertunangan:
“Daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasullullah SAW telah bersabda: “Kamu tidak boleh meminang
tunangan saudara kamu sehingga pada akhirnya dia membuat ketetapan untuk memutuskannya”.
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim(Asy-Syaikhan))
3.Tujuan Pernikahan
Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini adalah dengan
‘aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan,
seperti cara-cara orang sekarang ini; dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo,
dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.

Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan Pandangan


Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya adalah untuk membentengi
martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang dapat merendahkan dan merusak martabat
manusia yang luhur. Islam memandang pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif
untuk me-melihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.

Investasi di Akhirat
Anak yang diperoleh dari sebuah pernikahan tentunya sebagai investasi kedua orangtua di akhirat. Hal
itu karena anak yang sholeh dan sholehah akan memberikan peluang bagi kedua orangtuanya untuk
memperoleh surga di akhirat nanti. Berbekal segala ilmu dalam beragama yang diperoleh selama di
dunia, bekal doa dari anak merupakan hal yang dapat diharapkan kelak.

Melaksanakan Sunah Rasul


Tentu saja tujuan pernikahan yang utama ialah menjauhkan dari perbuatan maksiat. Namun sebagai
seorang muslim tentu saja kita memiliki panutan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Dan ada
baiknya kita mengikuti apa yang dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah. Dan pernikahan
merupakan salah satu sunnah dari Rasulullah.
4.Manfaat Pernikahan
Mendatangkan keberkahan
pernikahan akan mendorong seseorang terutama suami untuk sungguh-sungguh untuk mencari nafkah
yang banyak dan halal untuk anak dan istrinya, sehingga dengan kerja kerasnya akan menimbulkan
kemakmuran, kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup berumah tangga.

Memperluas persaudaraan
pernikahan dalam arti luasa tidak hanya menyatukan dan memperluas kekerabatan diantara dua
keluarga besar yaitu keluarga laki-laki dan keluarga perempuan. terlebih lagi jika terjadi pernikahan di
luar suku, daerah maka kekerabatan akan semakin luas, karena menyatukan kedua suku yang berbeda
tradisi dan kebudayaan.

Meningkatkan kesungguhan mencari nafkah


Nikah dapat mendorong seseorang terutama laki-laki untuk bersungguh-sungguh dalam mencari
rezeki yang banyak dan halal, sebab laki-laki lah yang harus bertanggung jawab terhadap istri dan
anak-anaknya, baik yang berkaitan dengan jasmani maupun rohani mereka.

Menciptakan keturunan yang baik


Nikah merupakan jalan terbaik untuk menciptakan keturunan yang baik dan mulia sekaligus
merupakan upaya menjaga kelangsungan hidup sesuai dengan ajaran agama.

Penyempurna Agama
Melaksanakan pernikahan berarti sudah menyempurnakan separuh dari agama sehingga melengkapi
takwa kita yang juga diimbangi dengan melakukan separuh ibadah lainnya.
Rasulullah SAW bersabda: “Jika seseorang menikah maka berarti dia telah menyempurnakan separuh
agamanya. Maka bertaqwalah pada paruh yang lain”. Hal senada telah diriwayatkan dari Anas ra,
beliau berkata: “Apabila seorang hamba menikah, maka telah sempurna separuh agamanya, maka
takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya“.
5.Syarat – Syarat Pernikahan
Beragama Islam bagi mempelai Laki-laki dan Perempuan
Pernikahan yang didasarkan pada syariat Islam, maka haruslah mempelai laki-laki dan perempuan
beragama Islam. Nggak akan sah pernikahan tersebut jika seorang muslim menikahi non muslim
dengan menggunakan tata cara ijab dan qabul secara Islam.

Bukan Laki-laki mahram bagi calon Istri


pernikahan merupakan bersatunya sepasang laki-laki dan perempuan yang nggak mempunyai ikatan
darah. Diharamkan bagi pernikahan jika mempelai perempuan merupakan mahrom mempelai laki-laki
dari pihak ayah. Oleh karena itu mengecek riwayat keluarga juga diperlukan sebelum terjadinya
pernikahan.

Mengetahui Wali akad nikah


Penentuan wali juga penting untuk dilakukan sebelum menikah. Bagi seorang laki-laki, mengetahui
asal usul seorang perempuan juga diperlukan. Apabila ayah dari mempelai perempuan sudah
meninggal bisa diwakilkan oleh kakeknya. Pada syariat Islam, terdapat wali hakim yang bisa menjadi
wali dalam sebuah pernikahan.

Tidak sedang melaksanakan Haji


Ibadah haji merupakan ibadah yang segala sesuatunya dilipat gandakan. Akan tetapi saat seseorang
melakukan ibadah haji nggak diperkenankan untuk melakukan pernikahan.

Tidak Karena paksaan


Saat pernikahan terjadi, nggak ada paksaan dari pihak manapun. Oleh karena itu pernikahan harus
didasarkan pada inisiatif dan keikhlasan kedua mempelai untuk hidup bersama. Jika dahulu
pernikahan terjadi karena dorongan pihak perempuan, sekarang pernikahan merupakan pilihan dari
kedua mempelai untuk memulai hidup bersama.
6.Hukum Pernikahan
Menurut sebagian besar Ulama, hukum asal menikah adalah mubah, yang artinya boleh dikerjakan
dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan jika tidak dikerjakan tidak
mendapatkan dosa. Namun menurut saya pribadi karena Nabiullah Muhammad SAW melakukannya,
itu dapat diartikan juga bahwa pernikahan itu sunnah berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan
oleh Beliau. Akan tetapi hukum pernikahan dapat berubah menjadi sunnah, wajib, makruh bahkan
haram, tergantung kondisi orang yang akan menikah tersebut.

Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah


Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani, mental maupun meteriil dan mampu
menahan perbuatan zina walaupun dia tidak segera menikah. Sebagaimana sabda Rasullullah SAW :
Wahai para pemuda, jika diantara kalian sudah memiliki kemampuan untuk menikah, maka hendaklah
dia menikah, karena pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata dan lebih dapat memelihara
kelamin (kehormatan); dan barang siapa tidak mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa
itu menjadi penjaga baginya.” (HR. Bukhari Muslim)

Pernikahan Yang Dihukumi Wajib


Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani, maupun mental dan ia
khawatir apabila ia tidak segera menikah ia khawatir akan berbuat zina. Maka wajib baginya untuk
segera menikah.

Pernikahan Yang Dihukumi Makruh


Hukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani, rohani, mental maupun meteriil dalam
menafkahi keluarganya kelak.

Pernikahan Yang Dihukumi Haram


Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak dalam pernikahan tersebut, baik menyakiti
jasmani, rohani maupun menyakiti secara materiil.
7.Mahar
Mahar atau maskawin adalah suatu pemberian dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan yang
merupakan salah satu syarat sah dalam sebuah pernikahan atau perkawinan. hukum memberikan
mahar adalah wajib bagi laki-laki, walaupun mahar bukan termasuk syarat atau rukun nikah. Mahar
dalam sebuah pernikahan dianggap penting karena selain diwajibkan oleh agama mahar juga
merupakan tanda kesungguhan dan penghargaan dari pihak laki-laki sebagai calon suami kepada
calon istrinya. namun pemberian mahar ini tidak berarti bahwa calon suami telah membeli calon
istrinya dari orang tuanya. karena sebesar apapun mahar yang diberikan oleh calon suami tidak dapat
disetarakan dengan harkat dan martabat seseorang.
Pemberian mahar yang utama harus didasarkan kepada nilai dan manfaat yang terkandung
didalamnya. Karena islam menyerahkan masalah ini masing-masing sesuai dengan kemampuan dan
adat yang berlaku di dalam masyarakat, dengan syarat tidak berbentuk sesuatu yang mendatangkan
mudharat, membahayakan atau berasal dari usaha yang haram.

8.Thalak ( Perceraian )
Di dalam Islam, penceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh Islam tetapi dibolehkan
dengan alasan dan sebab-sebab tertentu.Talak menurut bahasa bermaksud melepaskan ikatan dan
menurut syarak pula, talak membawa maksud melepaskan ikatan perkahwinan dengan lafaz talak dan
seumpamanya. Talak merupakan suatu jalan penyelesaian yang terakhir sekiranya suami dan isteri
tidak dapat hidup bersama dan mencari kata sepakat untuk mecari kebahagian berumahtangga. Talak
merupakan perkara yang dibenci Allah s.w.t tetapi dibenarkan.
9.Hukum Thalak
Thalak yang hukumnya Wajib
Talak bisa menjadi wajib apabila ditemui beberapa kondisi berikut :

1. Jika suami isteri memiliki kemungkinan damai yang amat kecil atau sulit untuk didamaikan
melalui proses mediasi.
2. Sebelum perceraian terjadi biasanya ada dua orang wakil dari pihak suami atau isteri yang
akan membantu proses mediasi. Namun apabila mediasi ini gagal maka cerai bisa menjadi
wajib hukumnya.
3. Jika pengadilan menjatuhkan pendapat sekiranya talak lebih baik dijatuhkan daripada
meneruskan pernikahan. Jika suami tidak dapat mengucapkan talak sementara talak wajib
hukumnya maka suami akan berdosa.
4. Talak juga wajib hukumnya bagi suami yang meng-ila’ istrinya yakni suami bersumpah untuk
tidak menggauli istrinya. Masa ila ini ditangguhakn hingga empat bulan dan apabila setelah
empat bulan berlalu suami enggan kembali kepada istrinya maka hakim berhak untuk
memaksa suami mengikrarkan talak.

Thalak Sunnah
Talak hukumnya sunnah apabila dijatuhkan kepada suami dengan ikhlas demi kebaikan istrinya dan
untuk mencegah kemudharatan apabila istrinya tetap tinggal bersamanya. Biasanya hal ini terjadi
apabila sebenarnya suami masih mencintai istrinya sementara sang istri sudah tidak bisa mencintai
suaminya sehingga berakibat istri tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik. Talak yang
dijatuhkan suami demi kemaslahatan istrinya hukumnya sunnah. Ada beberapa kondisi dimana talak
hukumnya sunnah :
1. Suami tidak mampu menanggung nafkah istri baik secara lahir maupun secara batin dan tidak
mampu memenuhi kewajiban suami terhadap istri.
2. Isteri tidak dapat menjaga kehormatan serta harkat dan martabat dirinya atau terdapat ciri-ciri
istri yang durhakadalam dirinya. Istri yang seperti ini sebenarnya bisa dihindari dengan
mengetahui ciri wanita yang baik untuk dinikahi.
Thalak yang hukumnya Makruh
Talak hukumnya makruh jika suami menjatuhkan perkataan talak terhadap istrinya tanpa sebab yang
jelas dan keadaan rumah tangga yang baik-baik saja. Selain itu talak juga hukunmya makruh apabila
istri yang diceraikan memilki sifat yang baik dan taat kepada suaminya serta memiliki ciri-ciri istri
shalehah.

Thalak yang hukumnya Mubah


Talak yang hukumnya mubah adalah talak dimana suami memiliki keinginan untuk menceraikan
istrinya dikarenakan sudah tidak mencintai istrinya atau jika sang istri tidak dapat mematuhi suami
serta berperangai buruk. Jika suami tidak dapat menahan dan bersikap sabar maka talaq hukumnya
mubah atau boleh dilakukan. Hal ini juga bisa terjadi pabila suami lemah nafsunya atau istri yang
tidak lagi subur ( belum datang masa haid atau telah selesai masa haid)
Thalak yang hukumnya Haram
Talak bisa menjadi haram apabila talak yang dijatuhkan suami tidak sesuai dengan petunjuk syariat
islam. Hal ini berarti, talak yang dijatuhkan pada kondisi dimana talak tersebut dilarang untuk
diucapkan. Kondisi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. Suami menceraikan istri saat istri masih dalam masa haid.


2. Suami menjatuhkan talak pada istri setelah ia disetubuhi tanpa diketahui hamil atau tidak.
3. Suami yang sedang sakit dan cerainya bertujuan supaya istri tidak mendapatkan hak atas
hartanya.
4. Suami mentalak istri dengan tiga talak sekaligus. Hal ini tidak sah meskipun jika talak satu
diucapkan tiga kali atau lebih.
10.Masa Idddah
Masa ‘iddah adalah istilah yang diambil dari bahasa Arab dari kata (‫ )الِع َّد ة‬yang bermakna perhitungan
(‫[)اِإل ْح َص اء‬1] . Dinamakan demikian karena seorang menghitung masa suci atau bulan secara umum
dalam menentukan selesainya masa iddah. Menurut istilah para ulama, masa ‘iddah ialah sebutan atau
nama suatu masa di mana seorang wanita menanti atau menangguhkan perkawinan setelah ia
ditinggalkan mati oleh suaminya atau setelah diceraikan baik dengan menunggu kelahiran bayinya,
atau berakhirnya beberapa quru’, atau berakhirnya beberapa bulan yang sudah ditentukan.

11.HIKMAH ‘IDDAH
Para ulama memberikan keterangan tentang hikmah pensyariatan masa ‘iddah, diantaranya:
1. Untuk memastikan apakah wanita tersebut sedang hamil atau tidak.
2. Syariat Islam telah mensyariatkan masa ‘iddah untuk menghindari ketidakjelasan garis keturunan
yang muncul jika seorang wanita ditekan untuk segera menikah.
3. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menunjukkan betapa agung dan mulianya sebuah akad pernikahan.
4. Masa ‘iddah disyari’atkan agar kaum pria dan wanita berpikir ulang jika hendak memutuskan tali
kekeluargaan, terutama dalam kasus perceraian.
5. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menjaga hak janin berupa nafkah dan lainnya apabila wanita yang
dicerai sedang hamil.

Dalil dari al-Qur`ân yaitu firman Allâh Azza wa Jalla :

‫َو اْلُم َطَّلَقاُت َيَتَر َّبْص َن ِبَأْنُفِس ِهَّن َثاَل َثَة ُقُروٍء‬

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’ [al-Baqarah/2:228]
Sedangkan dalil dari sunnah banyak sekali, diantaranya :
‫َع ْن ُأِّم َس َلَم َة َز ْو ِج الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأَّن اْمَر َأًة ِم ْن َأْس َلَم ُيَقاُل َلَها ُس َبْيَع ُة َكاَنْت َتْح َت َز ْو ِج َها ُتُو ِّفَي َع ْنَها َوِهَي ُحْبَلى َفَخ َطَبَها َأُبو‬
‫الَّسَناِبِل ْبُن َبْعَك ٍك َفَأَبْت َأْن َتْنِكَح ُه َفَقاَل َوِهَّللا َم ا َيْص ُلُح َأْن َتْنِكِح يِه َح َّتى َتْع َتِّدي آِخ َر اَأْلَج َلْيِن َفَم ُكَثْت َقِريًبا ِم ْن َع ْش ِر َلَياٍل ُثَّم َج اَء ْت الَّنِبَّي‬
‫َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَقاَل اْنِكِح ي‬
Dari Ummu Salamah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya seorang wanita dari Aslam
bernama Subai’ah ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan hamil. Lalu Abu Sanâbil bin Ba’kak
melamarnya, namun ia menolak menikah dengannya. Ada yang berkata, “Demi Allâh, dia tidak boleh
menikah dengannya hingga menjalani masa iddah yang paling panjang dari dua masa iddah. Setelah
sepuluh malam berlalu, ia mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Menikahlah!” [HR al-Bukhâri no. 4906].
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

 Sehingga dapat di simpulkan bahwa Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi
manusia untuk berkembang biak, memiliki keturunan, mempertahankan keberadaannya
dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan oleh Agama Islam sehingga kita bisa
berkembang biak dengan baik dan benar menurut Islam.

 Tanpa Pernikahan dan aturan-aturan Islam, maka manusia kemungkinan akan berzina,
berganti-ganti pasangan, melakukan seks bebas sehingga mereka akan mirip seperti binatang
yang selalu berganti-ganti pasangan.
DAFTAR PUSTAKA

Munarki, Abu. Membangun Rumah Tangga dalam Islam, Pekanbaru : PT. Berlian Putih,2006
Abdullah, Samsul. Tatacara Pernikahan, Jakarta: PT. Gramedia,2011
http://wikiplediaIndonesia.com/01/pernikahansecaraIslam.htmp
http://admin.blogspot.com/2009/01/iddah
https://www.liputan6.com/citizen6/read/3873005/tujuan-pernikahan-dalam-islam-kamu-yang-berniat-
menikah-wajib-tahu
https://www.popbela.com/relationship/married/rosita-meinita/rukun-dan-syarat-sah-nikah/full
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/fiqih-pernikahan
http://aldy-firdani.blogspot.com/2014/01/makalah-pernikahan-dalam-agama-islam.html
https://thegorbalsla.com/syarat-dan-rukun-nikah/
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-talak-dalam-pernikahan
https://almanhaj.or.id/3668-masa-iddah-dalam-islam.html
https://www.muslimpintar.com/pengertian-mahar-dan-macam-macam-mahar-pernikahan/

Anda mungkin juga menyukai