Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………......................................................………..2
BAB I : PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah …………………………………......................................................……..4
BAB II : PEMBAHASAN
PERNIKAHAN
Pengertian pernikahan …….................................................................…………………………………5
Peminangan (Khitbah)……………………………………….................................................................6
Tujuan Pernikahan….…………………………………………..............................................................7
Manfaat Pernikahan………………………………………….................................................................8
Syarat-syarat pernikahan……………………………………..................................................................9
Hukum Pernikahan………………………………………….................................................................10
Mahar……………………………………………………….................................................................11
Thalak……………………………………………………….................................................................11
Hukum-hukum Thalak…………………………………….…..............................................................12
Masa Iddah…………………………………………………….............................................................14
Hikmah Iddah…………………………………………….....................................................................14
BAB III PENUTUPAN
Kesimpulan ……………………………………………………….......................................................15
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………......................................................16
BAB I
PENDAHULUA
Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam dirinya. Pernikahan
merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang manusia. Sesungguhnya Islam telah
memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan memasuki jenjang pernikahan, lengkap dengan
tata cara atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang tergolong ahli ibadah, tidak akan
memilih tata cara yang lain.
Setiap Makhluk pasti ingin berkembang biak dan memiliki keturunan, tetapi yang membedakan
Manusia dengan makhluk – makhluk lainnya adalah ikatan pernikahan. Allah S.W.T menganjurkan
Manusia untuk menikah agar dapat mempertahankan keberadaannya dan mengendalikan
perkembangbiakan dengan cara yang sesuai dan menurut kaiadah norma Agama, Laki-laki dan
perempuan memiliki fitrah yang saling membutuhkan satu sama lain.
BAB II
PEMBAHASAAN
PERNIKAHAN
Pengertian Pernikahan
Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga dapat berarti
Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan
oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai peraturan yang diwajibkan
oleh Islam. Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang dalam
penggunaannya pula juga dapat diartikan sebagai pernikahan, Allah s.w.t. menjadikan manusia itu
saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.
Pernikahan bukan saja merupakan satu jalan untuk membangun rumah tangga dan melanjutkan
keturunan. Pernikahan juga dipandang sebagai jalan untuk meningkatkan ukhuwah islamiyah dan
memperluas serta memperkuat tali silaturahmi diantara manusia. Secara etimologi bahasa Indonesia
pernikahan berasal dari kata nikah, yang kemudian diberi imbuhan awalan “per” dan akhiran “an”.
Pernikahan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti diartikan sebagai perjanjian antara laki-laki
dan perempuan untuk menjadi suami istri. Pernikahan dalam islam juga berkaitan dengan pengertian
mahram (baca muhrim dalam islam) dan wanita yang haram dinikahi.
2. Peminangan (Khitbah)
Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan untuk
melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua pihak. Meminang merupakan
adat kebiasaan masyarakat Melayu yang telah dihalalkan oleh Islam. Peminangan juga merupakan
awal proses pernikahan. Hukum peminangan adalah harus dan hendaknya bukan dari istri orang,
bukan saudara sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan tunangan orang. Pemberian seperti cincin kepada
wanita semasa peminangan merupakan tanda ikatan pertunangan. Apabila terjadi ingkar janji yang
disebabkan oleh sang laki-laki, pemberian tidak perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh wanita,
maka hendaknya dikembalikan, namun persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan dilakukan.
Melihat calon suami dan calon istri adalah sunat, karena tidak mau penyesalan terjadi setelah
berumahtangga. Anggota yang diperbolehkan untuk dilihat untuk seorang wanita ialah wajah dan
kedua tangannya saja.
Hadist Rasullullah mengenai kebenaran untuk melihat tunangan dan meminang:
“Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-laki yang hendak menikah
dengan seorang perempuan: “Apakah kamu telah melihatnya?jawabnya tidak(kata lelaki itu kepada
Rasullullah).Pergilah untuk melihatnya supaya pernikahan kamu terjamin kekekalan.” (Hadis Riwayat
Tarmizi dan Nasai)
Hadis Rasullullah mengenai larangan meminang wanita yang telah bertunangan:
“Daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasullullah SAW telah bersabda: “Kamu tidak boleh meminang
tunangan saudara kamu sehingga pada akhirnya dia membuat ketetapan untuk memutuskannya”.
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim(Asy-Syaikhan))
3.Tujuan Pernikahan
Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini adalah dengan
‘aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan,
seperti cara-cara orang sekarang ini; dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo,
dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.
Investasi di Akhirat
Anak yang diperoleh dari sebuah pernikahan tentunya sebagai investasi kedua orangtua di akhirat. Hal
itu karena anak yang sholeh dan sholehah akan memberikan peluang bagi kedua orangtuanya untuk
memperoleh surga di akhirat nanti. Berbekal segala ilmu dalam beragama yang diperoleh selama di
dunia, bekal doa dari anak merupakan hal yang dapat diharapkan kelak.
Memperluas persaudaraan
pernikahan dalam arti luasa tidak hanya menyatukan dan memperluas kekerabatan diantara dua
keluarga besar yaitu keluarga laki-laki dan keluarga perempuan. terlebih lagi jika terjadi pernikahan di
luar suku, daerah maka kekerabatan akan semakin luas, karena menyatukan kedua suku yang berbeda
tradisi dan kebudayaan.
Penyempurna Agama
Melaksanakan pernikahan berarti sudah menyempurnakan separuh dari agama sehingga melengkapi
takwa kita yang juga diimbangi dengan melakukan separuh ibadah lainnya.
Rasulullah SAW bersabda: “Jika seseorang menikah maka berarti dia telah menyempurnakan separuh
agamanya. Maka bertaqwalah pada paruh yang lain”. Hal senada telah diriwayatkan dari Anas ra,
beliau berkata: “Apabila seorang hamba menikah, maka telah sempurna separuh agamanya, maka
takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya“.
5.Syarat – Syarat Pernikahan
Beragama Islam bagi mempelai Laki-laki dan Perempuan
Pernikahan yang didasarkan pada syariat Islam, maka haruslah mempelai laki-laki dan perempuan
beragama Islam. Nggak akan sah pernikahan tersebut jika seorang muslim menikahi non muslim
dengan menggunakan tata cara ijab dan qabul secara Islam.
8.Thalak ( Perceraian )
Di dalam Islam, penceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh Islam tetapi dibolehkan
dengan alasan dan sebab-sebab tertentu.Talak menurut bahasa bermaksud melepaskan ikatan dan
menurut syarak pula, talak membawa maksud melepaskan ikatan perkahwinan dengan lafaz talak dan
seumpamanya. Talak merupakan suatu jalan penyelesaian yang terakhir sekiranya suami dan isteri
tidak dapat hidup bersama dan mencari kata sepakat untuk mecari kebahagian berumahtangga. Talak
merupakan perkara yang dibenci Allah s.w.t tetapi dibenarkan.
9.Hukum Thalak
Thalak yang hukumnya Wajib
Talak bisa menjadi wajib apabila ditemui beberapa kondisi berikut :
1. Jika suami isteri memiliki kemungkinan damai yang amat kecil atau sulit untuk didamaikan
melalui proses mediasi.
2. Sebelum perceraian terjadi biasanya ada dua orang wakil dari pihak suami atau isteri yang
akan membantu proses mediasi. Namun apabila mediasi ini gagal maka cerai bisa menjadi
wajib hukumnya.
3. Jika pengadilan menjatuhkan pendapat sekiranya talak lebih baik dijatuhkan daripada
meneruskan pernikahan. Jika suami tidak dapat mengucapkan talak sementara talak wajib
hukumnya maka suami akan berdosa.
4. Talak juga wajib hukumnya bagi suami yang meng-ila’ istrinya yakni suami bersumpah untuk
tidak menggauli istrinya. Masa ila ini ditangguhakn hingga empat bulan dan apabila setelah
empat bulan berlalu suami enggan kembali kepada istrinya maka hakim berhak untuk
memaksa suami mengikrarkan talak.
Thalak Sunnah
Talak hukumnya sunnah apabila dijatuhkan kepada suami dengan ikhlas demi kebaikan istrinya dan
untuk mencegah kemudharatan apabila istrinya tetap tinggal bersamanya. Biasanya hal ini terjadi
apabila sebenarnya suami masih mencintai istrinya sementara sang istri sudah tidak bisa mencintai
suaminya sehingga berakibat istri tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik. Talak yang
dijatuhkan suami demi kemaslahatan istrinya hukumnya sunnah. Ada beberapa kondisi dimana talak
hukumnya sunnah :
1. Suami tidak mampu menanggung nafkah istri baik secara lahir maupun secara batin dan tidak
mampu memenuhi kewajiban suami terhadap istri.
2. Isteri tidak dapat menjaga kehormatan serta harkat dan martabat dirinya atau terdapat ciri-ciri
istri yang durhakadalam dirinya. Istri yang seperti ini sebenarnya bisa dihindari dengan
mengetahui ciri wanita yang baik untuk dinikahi.
Thalak yang hukumnya Makruh
Talak hukumnya makruh jika suami menjatuhkan perkataan talak terhadap istrinya tanpa sebab yang
jelas dan keadaan rumah tangga yang baik-baik saja. Selain itu talak juga hukunmya makruh apabila
istri yang diceraikan memilki sifat yang baik dan taat kepada suaminya serta memiliki ciri-ciri istri
shalehah.
11.HIKMAH ‘IDDAH
Para ulama memberikan keterangan tentang hikmah pensyariatan masa ‘iddah, diantaranya:
1. Untuk memastikan apakah wanita tersebut sedang hamil atau tidak.
2. Syariat Islam telah mensyariatkan masa ‘iddah untuk menghindari ketidakjelasan garis keturunan
yang muncul jika seorang wanita ditekan untuk segera menikah.
3. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menunjukkan betapa agung dan mulianya sebuah akad pernikahan.
4. Masa ‘iddah disyari’atkan agar kaum pria dan wanita berpikir ulang jika hendak memutuskan tali
kekeluargaan, terutama dalam kasus perceraian.
5. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menjaga hak janin berupa nafkah dan lainnya apabila wanita yang
dicerai sedang hamil.
َو اْلُم َطَّلَقاُت َيَتَر َّبْص َن ِبَأْنُفِس ِهَّن َثاَل َثَة ُقُروٍء
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’ [al-Baqarah/2:228]
Sedangkan dalil dari sunnah banyak sekali, diantaranya :
َع ْن ُأِّم َس َلَم َة َز ْو ِج الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأَّن اْمَر َأًة ِم ْن َأْس َلَم ُيَقاُل َلَها ُس َبْيَع ُة َكاَنْت َتْح َت َز ْو ِج َها ُتُو ِّفَي َع ْنَها َوِهَي ُحْبَلى َفَخ َطَبَها َأُبو
الَّسَناِبِل ْبُن َبْعَك ٍك َفَأَبْت َأْن َتْنِكَح ُه َفَقاَل َوِهَّللا َم ا َيْص ُلُح َأْن َتْنِكِح يِه َح َّتى َتْع َتِّدي آِخ َر اَأْلَج َلْيِن َفَم ُكَثْت َقِريًبا ِم ْن َع ْش ِر َلَياٍل ُثَّم َج اَء ْت الَّنِبَّي
َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَقاَل اْنِكِح ي
Dari Ummu Salamah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya seorang wanita dari Aslam
bernama Subai’ah ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan hamil. Lalu Abu Sanâbil bin Ba’kak
melamarnya, namun ia menolak menikah dengannya. Ada yang berkata, “Demi Allâh, dia tidak boleh
menikah dengannya hingga menjalani masa iddah yang paling panjang dari dua masa iddah. Setelah
sepuluh malam berlalu, ia mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Menikahlah!” [HR al-Bukhâri no. 4906].
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sehingga dapat di simpulkan bahwa Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi
manusia untuk berkembang biak, memiliki keturunan, mempertahankan keberadaannya
dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan oleh Agama Islam sehingga kita bisa
berkembang biak dengan baik dan benar menurut Islam.
Tanpa Pernikahan dan aturan-aturan Islam, maka manusia kemungkinan akan berzina,
berganti-ganti pasangan, melakukan seks bebas sehingga mereka akan mirip seperti binatang
yang selalu berganti-ganti pasangan.
DAFTAR PUSTAKA
Munarki, Abu. Membangun Rumah Tangga dalam Islam, Pekanbaru : PT. Berlian Putih,2006
Abdullah, Samsul. Tatacara Pernikahan, Jakarta: PT. Gramedia,2011
http://wikiplediaIndonesia.com/01/pernikahansecaraIslam.htmp
http://admin.blogspot.com/2009/01/iddah
https://www.liputan6.com/citizen6/read/3873005/tujuan-pernikahan-dalam-islam-kamu-yang-berniat-
menikah-wajib-tahu
https://www.popbela.com/relationship/married/rosita-meinita/rukun-dan-syarat-sah-nikah/full
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/fiqih-pernikahan
http://aldy-firdani.blogspot.com/2014/01/makalah-pernikahan-dalam-agama-islam.html
https://thegorbalsla.com/syarat-dan-rukun-nikah/
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-talak-dalam-pernikahan
https://almanhaj.or.id/3668-masa-iddah-dalam-islam.html
https://www.muslimpintar.com/pengertian-mahar-dan-macam-macam-mahar-pernikahan/