Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Pernikahan dan Membangun Keluarga yang Baik Dalam


Islam

Oleh :
Bagas Ramdhani
Rini Khairunnisa
Vieri Ahmad Haidir

TEKNIK ELEKTROMEDIK
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
dan rahmatNya makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini berjudul “Pernikahan dan Membangun Keluarga Yang Baik


Dalam Islam”. Penulisan makalah ini betujuan untuk memenuhi mata kuliah
“Agama”. Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi,
oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan membimbing sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan


khusunya bagi penulis. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan sehingga kami mengharap kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, Agustus 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH............................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................. 1
1.3 TUJUAN ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
2.1 ARTI PERNIKAHAN.................................................................................. 3
2.2 HUKUM HUKUM PERNIKAHAN............................................................ 3
2.4 SYARAT DAN RUKUN PERNIKAHAN................................................... 5
2.4 PERNIKAHAN YANG DIHARAMKAN................................................... 6
2.5 TATA CARA PERNIKAHAN DALAM ISLAM........................................ 8
2.6 HIKMAH PERNIKAHAN DALAM KEHIDUPAN…………………….. 10
2.7 ARTI KELUARGA DALAM ISLAM ……………………….…... ……... 10
2.8 MEMBANGUN KELUARGA YANG BAIK DALAM ISLAM………… 12

BAB III PENUTUP....................................................................................................


3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………… 14
3.2 SARAN…………………………………………………………………… 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Allah telah menciptakan semua hal saling berpasang-pasangan termasuk


manusia, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan sehingga mereka bisa
membentuk keluarga sesuai dengan perintah Allah dan petunjuk Rasulallah SAW.
Sebelum membentuk keluarga, laki-laki dan perempuan harus disatukan di dalam
suatu hubungan yang disebut pernikahan terlebih dahulu. Menikah sangat dianjurkan
dalam islam karena di dalam pernikahan banyak sekali manfaatnya.
Menikah sendiri memiliki pengertiannya, menurut bahasa berarti menghimpun
atau mengumpulkan. Pengertian nikah menurut istilah adalah suatu ikatan lahir batin
antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim sebagai suami istri
dengan tujuan membina suatu rumah tangga yang bahagia berdasarkan tuntunan
Allah Swt.
Tujuan pernikahan itu sendiri ialah untuk mencegah perbuatan yang dilarang
allah swt. Dan juga untuk memenuhi kebutuhan naluri manusia, maka jalan yang sah
untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad melalui proses pernikahan secara
sah, bukan dengan cara-cara yang melanggar hukum, baik hukum Islam maupun
hukum masyarakat, seperti pacaran dan sex bebas.
Setelah menikah dan menghasilkan keturunan, pada akhirnya kita memiliki
keluarga sendiri. Dalam keluarga sebagai kepala keluarga harus mampu
membimbing dan membina anggota keluarganya menuju hal yang baik.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran perannya sendiri dalam keluarga.
Saling membantu dan menghormati satu sama lain membuat hubungan keluarga
menjadi erat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bedasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan makalah ini adalah :
1. Apa itu pernikahan ?
2. Bagaimana hukum-hukum pernikahan ?
3. Apa saja syarat dan rukun nikah ?
4. Apa saja pernikahan yang diharamkan dalam islam ?
5. Bagaimana tata cara pernikahan dalam islam ?
6. Apa saja hikmah pernikahan dalam kehidupan ?
7. Apa arti keluarga dalam islam ?
8. Bagaimana membangun keluarga yang baik dalam islam ?

1
1.3 TUJUAN

Tujuan penyusun membuat makalah ini adalah untuk mengetahui :


1. Mengetahui arti dari pernikahan.
2. Mengetahui hukum-hukum pernikahan.
3. Mengetahui syarat dan rukun nikah.
4. Mengetahui pernikahan yang diharamkan dalam islam.
5. Mengetahui tata cara pernikahan dalam islam.
6. Mengetahui hikmah pernikahan dalam kehidupan.
7. Mengetahui arti keluarga dalam islam.
8. Mengetahui cara membangun keluarga yang baik dalam islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ARTI PERNIKAHAN


Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Kata dasar dari pernikahan
adalah nikah. Kata nikah memiliki persamaan dengan kata kawin. Menurut
bahasa Indonesia, kata nikah berarti berkumpul atau bersatu. Dalam istilah
syari’at, nikah itu berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk
mengikatkan diri antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan serta
menghalalkan pergaulan antara keduanya dengan dasar suka rela dan
persetujuan bersama, demi terwujudnya keluarga (rumah tangga) bahagia,
sakinah, mawaddah, dan rahmah yang diridhai oleh Allah SWT, dan
dilangsungkan menurut ketentuan syari’at-syari’at Islam.1
Menikah sendiri merupakan hal yang dilakukan Nabi Muhammad saw dan
menyarankan agar setiap umatnya melaksanakan pernikahan Rasulullah saw
bersabda:
Dari Anas bin Malik ra., bahwasanya Nabi saw. memuji Allah SWT dan
menyanjung-Nya, beliau bersabda: “Akan tetapi aku shalat, tidur, berpuasa,
makan, dan menikahi wanita, barang siapa yang tidak suka perbuatanku, maka
bukanlah dia dari golonganku”. (HR. Al-Bukhari dan muslim)

2.2 HUKUM HUKUM PERNIKAHAN


Hukum hukum pernikahan dalam islam berbeda tergantung situasi dan
kondisi seorang muslim. Hukum hukum pernikahan sedikit berbeda antara laki-
laki dengan perempuan, salah satunya adalah laki-laki yang belum dalam
keadaan cukup tidak diwajibkan melaksankan pernikahan. Adapun hukum
hukum pernikahan diantaranya :

1. Wajib
Menikah menjadi wajib ketika seseorang sudah dalam keadaan mampu atau
cukup secara finansial ataupun dalam keadaan tidak dapat menahan diri
untuk melakukan perzinahan, maka diwajiban baginya untuk menikah,
Abdullah bin Mas’ud berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW kepada kami
: “Hai golongan orang-orang muda! Siapa-siapa dari kamu mampu
berkawin, hendaklah dia berkawin, karena yang demikian lebih
menundukkan pandangan mata dan lebih memelihara kemaluan, dan barang

1
Afdhal Husnuzan, "Makalah Pernikahan", diakses dari
https://id.scribd.com/doc/75339859/MAKALAH-PERNIKAHAN, pada tanggal 28/08/2018
3
siapa tidak mampu, maka hendaklah ia bersaum, karena ia itu pengebiri
bagimu”.

2. Sunnah
Hukum menikah menjadi sunnah ketika seseorang yang sudah mampu secara
finansial tetapi bisa menahan dirinya untuk menghindari zina maka tidak
diwajibkan untuk melakukan pernikahan, namun islam menganjurkan untuk
menikah ketika sudah mampu. Rasulullah SAW bersabda: "Nikah itu
sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku !"(HR. Ibnu
Majah, dari Aisyah r.a.).

3. Haram
Haram atau tidak diperbolehkan melaksanakan pernikahan seseorang yang
keadaanya belum mencukupi, Imam Al-Qurtubi berkata : “ Bila seorang
laki-laki sadar tidak mampu membelanjai istrinya atau membayar maharnya
atau memenuhi hak-hak istrinya, maka tidaklah boleh ia kawin, sebelum ia
terus terang menjelaskan keadaannya kepada istrinya atau sampai datang
saatnya ia mampu memenuhi hak-hak istrinya ”.

Adapun hal hal lain yang membuat pernikahan menjadi haram seprti menikah
dengan saudara sedarah, pernikahan antara wanita muslim dengan pria non
muslim.

4. Makruh
Pernikahan maksruh hukumnya jika dilaksanakan oleh orang yang memiliki
cukup kemampuan atau tanggung jawab untuk berumahtangga serta ia dapat
menahan dirinya dari perbuatan zina sehingga jika tidak menikah ia tidak
akan tergelincir dalam perbuatan zina. Pernikahan hukumnya makruh karena
meskipun ia memiliki keinginan untuk menikah tetapi tidak memiliki
keinginan atau tekad yang kuat untuk memenuhi kewajiban suami terhadap
istri maupun kewajiban istri terhadap suami.2

5. Mubah
Suatu pernikahan hukumnya mubah atau boleh dilaksanakan jika seseorang
memiliki kemampuan untuk menikah namun ia dapat tergelincir dalam
perbuatan zina jika tidak melakukannnya. Pernikahan bersifat mubah jika ia
menikah hanya untuk memenuhi syahwatnya saja dan bukan bertujuan untuk
membina rumah tangga sesuai syariat islam namun ia juga tidak
dikhwatirkan akan menelantarkan istrinya.3

2
Anggi Rosalia, "Hukum Hukum Pernikahan", diakses dari
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-pernikahan, pada tanggal 28/08/2018
3
Ibid
4
2.3 SYARAT DAN RUKUN PERNIKAHAN
Dalam pernikahan terdapat syarat dan rukun, kedua hal ini harus dipenuhi
ketika ingin melangsungkan pernikahan. Rukun nikah adalah unsur-unsur yang
harus dipenuhi untuk melangsungkan suatu pernikahan. Rukun nikah terdiri atas:
a. Calon suami, syaratnya antara lain beragama Islam, benar-benar pria, tidak
karena terpaksa, bukan mahram (perempuan calon istri), tidak sedang ihram haji
atau umrah, dan usia sekurang-kurangnya 19 tahun.
b. Calon istri, syaratnya antara lain beragama Islam, benar-benar perempuan,
tidak karena terpaksa, halal bagi calon suami, tidak bersuami, tidak sedang ihram
haji atau umrah, dan usia sekurang-kurangnya 16 tahun.
c. Sigat akad, yang terdiri atas ijab dan kabul. Ijab dan kabul ini dilakukan
olehy wali mempelai perempuan dan mempelai laki-laki. Ijab diucapkan wali
mempelai perempuan dan kabul diucapkan wali mempelai laki-laki.
d. Wali mempelai perempuan, syaratnya laki-laki, beragama islam, baligh
(dewasa), berakal sehat, merdeka (tidak sedang ditahan), adil, dan tidak sedang
ihram haji atau umrah. Wali inilah yang menikahkan mempelai perempuan atau
mengizinkan pernikahannya.
Sabda Nabi Muhammad saw.:
Dari Aisyah ra., Rasulullah saw. bersbda: “perempuan mana saja yang menikah
tanpa izin walinya, maka pernikahan itu batal (tidak sah)”. (HR. Al-Arba’ah
kecuali An-Nasa’i)
Mengenai susunan dan urutan yang menjadi wali adalah sebagai berikut:
1) Bapak kandung, bapak tiri tidak sah menjadi wali.
2) Kakek, yaitu bapak dari bapak mempelai perempuan.
3) Saudara laki-laki kandung.
4) Saudara laklaki sebapak.
5) Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung.
6) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak.
7) Paman (saudara laki-laki bapak).
8) Anak laki-laki paman.
9) Hakim. Wali hakim berlaku apabila wali yang tersebut di atas semuanya
tidak ada, sedang berhalangan, atau menyerahkan kewaliannya kepada hakim.

5
e. Dua orang saksi, syaratnya laki-laki, beragama islam, baligh (dewasa),
berakal sehat, merdeka (tidak sedang ditahan), adil, dan tidak sedang ihram haji
atau umrah. Pernikahan yang dilakukan tanpa saksi adalah tidak sah.

Sabda Nabi Muhammad saw.:


Dari Aisyah ra., Rasulullah saw. bersabda: “Tidak sah nikah melainkan dengan
wali dan dua orang saksi yang adil.” (HR. Ibnu Hiban)4

Tidak seperti rukun nikah syarat nikah tidak berhubungan langusung dengan
pernikahan adapun syarat-syarat pernikahan dalam islam adalah sebagai berikut:
1. Adanya persetujuan antara kedua calon mempelai
2. Bagi calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin
dari kedua orang tuanya
3. Antara kedua calon mempelai tidak ada larangan untuk menikah
4. Masing-masing tidak terkait tali perkawinan, kecuali bagi calon mempelai laki-
laki bila mendapat izin dari pengadilan (atas persetujuan isterinya)
5. Kedua calon pengantin tidak pernah terjadi dua kali perceraian
.6. Telah lepas dari masa iddah atau jangka waktu tunggu karena putusnya
perkawinan.5

2.4 PERNIKAHAN YANG DIHARAMKAN


Pernikahan yang terlarang adalah pernikahan yang di haramkan oleh agama
Islam. Adapun penikahan yang terlarang adalah sebagai berikut:

1. Nikah Mut’ah

Nikah mut’ah adalah pernikahan yang diniatkan dan diakadkan untuk


sementara waktu saja (hanya untuk bersenang-senang), misalnya seminggu, satu
bulan, atau dua bulan. Masa berlakunya pernikahan dinyatakan terbatas. Nikah
mut’ah telah dilarang oleh rasulullah saw. sebagaimana dijelaskan dalam suatu
hadits:

4
alkhawaritzmi, "Makalah Pernikahan", diakses dari
https://alkhawaritzmi.files.wordpress.com/2008/12/makalah-pernikahan.doc, pada tanggal
28/08/2018
5
Afdhal Husnuzan, "Makalah Pernikahan", diakses dari
https://id.scribd.com/doc/75339859/MAKALAH-PERNIKAHAN, pada tanggal 28/08/2018
6
Dari Rabi’ bin Sabrah al-Juhani bahwasannya bapaknya
meriwayatkan, ketika dia bersama rasulullah saw., beliau bersabda:
“wahai sekalian manusia, dulu pernah aku izinkan kepada kamu
sekalian perkawinan mut’ah, tetapi ketahuilah sesungguhnya Allah
telah mengharamkannya sampai hari kiamat”. (HR. Muslim)

2. Nikah syigar

Nikah syigar adalah apabila seorang laki-laki mengawinkan anak


perempuannya dengan tujuan agar seorang laki-laki lain menikahkan anak
perempuannya kepada laki-laki (pertama) tanpa mas kawin (pertukaran anak
perempuan). Perkawinan ini dilarang dengan sabda Rasulullah saw.

Dari Ibnu Umar ra., sesungguhnya Rasulullah saw. melarang


perkawinan syigar. (HR. Muslim)

3. Nikah Muhallil

Nikah muhallil adalah pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki terhadap


seorang perempuan yang tidak ditalak ba’in, dengan bermaksud pernikahan tersebut
membuka jalan bagi mantan suami (pertama) untuk nikah kembali dengan bekas
istrinya tersebut setelah cerai dan habis masa idah.

Dikatakan muhallil karena dianggap membuat halal bekas suami yang


menalak ba’in untuk mengawini bekas istrinya. Pernikahan ini dilarang oleh
rasulullah saw. dengan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud:

Dari Ibnu Abbas ra., Rasulullah saw. melaknat muhallil (yang


mengawini setelah ba’in) dan muhallil lalu (bekas suami pertama
yang akan mengawini kembali). (HR. Al-Kamsah kecuali Nasai)

4. Kawin dengan pezina


Seorang laki-laki yang baik-baik tidak diperbolehkan (haram) mengawini
perempuan pezina. Wanita pezina hanya diperbolehkan kawin dengan laki-laki
pezina, kecuali kalau perempuan itu benar-benar bertobat.

7
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an.

“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan
oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu
diharamkan atas oran-orang yang mu'min” (Q.S An-Nur/24:3)

Akan tetapi, kalau perempuan pezina tersebut sudah bertobat, halallah


perkawinan yang dilakukannya. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw.:

Dari Abu Ubaidah bin abdullah dari ayahnya berkata: “Bersabda rasulullah saw.:
Orang yang bertobat dari dosa tidak ada lagi dosa baginya.” (HR. Ibnu Majah)

Dengan demikian, secara lahiriah perempuan pezina kalau benar-benar


bertobat, maka dapat kawin dengan laki-laki yang bukan pezina (baik-baik)6

2.5 TATA CARA PERNIKAHAN DALAM ISLAM


Proses pernikahan dalam islam berlangsung dalam beberapa tahap diantarnya
:
1. Khitbah (Peminangan)
Khitbah atau peminangan adalah proses meminta atau bisa disebut melamar yang
dilakukan oleh keluarga laki-laki terhadap keluarga perempuan yang akan ia nikahi
nanti. Hal ini dimaksudkan sebagai penegasan bahwa sang perempuan telah resmi
menjadi calon istri dari seorang laki-laki yang artinya jika pinangan lelaki tersebut
diterima oleh pihak keluarga perempuan maka perempuan tersebut tidak boleh
dipinang atau menerima pinangan dari laki-laki lain, kecuali pinangan dari laki-laki
pertama dibatalkan secara baik-baik dan telah diterima oleh kedua belah pihak
keluarga
Sebuah hadis menjelaskan tentang hal ini dimana Umar radhiyallaahu ‘anhuma
menceritakan bahwa:

6
alkhawaritzmi, "Makalah Pernikahan", diakses dari
https://alkhawaritzmi.files.wordpress.com/2008/12/makalah-pernikahan.doc, pada tanggal
28/08/2018
8
“Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang membeli barang yang
sedang ditawar (untuk dibeli) oleh saudaranya, dan melarang seseorang meminang
wanita yang telah dipinang sampai orang yang meminangnya itu meninggalkannya
atau mengizinkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam perkara meminang seseorang, laki-laki shalih sangat dianjurkan untuk


mencari wanita muslimah yang baik agamanya. Demikian pula dengan orangtua atau
wali dari kaum wanita, mereka berkewajiban untuk mencari laki-laki shalih untuk
dinikahkan dengan anak wanitanya tersebut.

Abu Hatim al-Muzani radhiyallaahu ‘anhu menceritakan bahwa:


“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Jika datang kepada kalian
seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan
anak kalian). Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang
besar.” (HR at-Tirmidzi)

2. Shalat Istikharah
Setelah pihak laki-laki dan wanita telah saling melihat satu sama lain dalam proses
khitbah atau peminangan, maka sebelum memberikan jawaban untuk menerima atau
melanjutkan lamaran tersebut ke tahap selanjutnya sangat dianjurkan untuk
melakukan shalat istikharah bagi keduanya memohon petunjuk kepada Allah
subhana hua ta’ala.

3. Aqad Nikah
Jika prosesi khitbah telah mendapatkan jawaban maka langkah selanjutnya adalah
akad nikah yakni prosesi tersakral dan terinti yang membuat sepasang manusia yang
tadinya asing menjadi satu, menjadi sah dalam ikatan pernikahan yang halal dimana
mempelai pria akan mengucapkan ijab qabul terhadap wali dari mempelai wanita
dan akan ditentukan dengan pengesahan dari seluruh saksi serta diakhiri dengan doa
ataupun makan-makan bersama sebagai bentuk syukur atas keberhasilan aqad nikah.
Sebelum prosesi akad tentunya perlu diadakan rapat atau musyawarah kedua belah
pihak keluarga untuk mempersiapkan dan menyesuaikan adat dan teknis dari aqad
nikah.

4. Walimah
Walimatul ‘urus adalah sebuah resepsi atau pesta pernikahan yang dilakukan sebagai
bentuk syukur dan berbagi kebahagiaan dengan mengundang saudara dan teman
lainnya. Meskipun begitu cara dan kemewahan dari resepsi ini disesuaikan dengan
kemampuan keluarga dari kedua mempelai.

9
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
”Selenggarakanlah walimah meskipun hanya dengan menyembelih seekor kambing”
(HR al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, an-Nasa’i, at-Tirmidzi, Ahmad, ath-Thayalisi
dan lainnya)7
2.6 HIKMAH PERNIKAHAN DALAM KEHIDUPAN
Pernikahan itu sendiri memiliki banyak hikmah diantaranya, yaitu:
1. Terpenuhinya kebutuhan biologis secara terpuji dan sah
Dengan melakukan penikahan tentunya kita sudah sah secara agama
untuk memenuhi kebutuhan biologis.

2. Mempunyai keturunan/generasi yang baik


Dengan pernikahan diharapkan sepasang manusia mendapatkan
keturunan dengan harapan keturunan tersebut menjadi anak yang baik
serta memberikan manfaat baik untuk agama, keluarga dan lingkungan
sekitar.

3. Mengikat tali silahturahmi antar keluarga


Menikah juga dapat memperteguh tali silahturahmi antar keluarga
pasangan, bahkan juga dapat memperkuat hubungan dalam masyarakat.

4. Menumbuhkan rasa tanggungjawab


Menikah juga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab baik dari
wanita atau pria, seorang pria biasanya setelah menikah akan lebih rajin
bekerja dengan tujuan untuk menafkahi istrinya, begitu juga dengan
wanita akan lebih rajin memasak atau merapihkan rumah dengan tujuan
membuat sang suami senang.

2.7 ARTI KELUARGA DALAM ISLAM


Dalam Islam, keluarga merupakan bagian terpenting karena dalam
keluargalah seseorang mengetahui dan belajar agama sejak kecil, baik diajarkan oleh
orangtuanya ataupun oleh anggota keluarga yang lain. Beberapa peran keluarga
dalam Islam, yaitu:
1. Menanamkan ajaran dalam Islam
Dalam keluarga, seorang suami istri akan menjalankan dan
membangun rumah tangga sesuai dengan ajaran Islam, dan ajaran Islam
itu juga akan diturunkan kepada anak-anaknya dengan harapan anak akan
menjadi soleh/soleha. Dari sebuah keluarga, seorang anak akan melihat
bagaimana kedua orangtuanya beribadah mulai dari sholat, berpuasa,
zakat, dan kegiatan ibadah yang lainnya
7
Iswatun,"Tata Cara Pernikahan", diakses dari
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/tata-cara-pernikahan-dalam-islam, pada tanggal
28/08/2018
10
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia.” (Qs Al isra : 23)

2. Memberikan rasa tenang


Keluarga adalah orang terdekat dimana setiap anggota keluarga dapat
berkeluh kesah, menceritakan permasalahan yang sedang dihadapi,
keluarga juga sebagai tempat perlindungan utama yang paling aman,
misalnya seorang anak mendpatkan perlakuan tak enak dari temannya, ia
akan menceritakan hal tersebut pada kedua orang tuaya terlebih dahulu
meskipun keadaan keluarga setiap orang berbeda-beda.

3. Menjaga dari siksa api neraka


Keluarga adalah tempat dimana nilai-nilai islam dan ajaran agama
diajarkan untuk pertama kali dan dalam keluarga juga, orangtua serta
anak-anaknya akan menjaga satu sama lain dari perbuatan maksiat dan
saling mengingatkan. Seperti yang disebutkan dalam QS At Tahrim ayat
6 bahwa seorang muslim harus menjaga dirinya dan keluarganya dari
perbuatan dosa dan siksa api neraka.

Hai orang-orang beriman ! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari


(kemungkinan siksaan) api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya adalah para malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan ( QS Altahrim : 6)

11
4. Menjaga kemuliaan dan wibawa manusia
Menjaga nama baik keluarga adalah tugas setiap manusia karena saat
manusia berbuat kesalahan maka hal tersebut juga tidak hanya
ditimpakan pada dirinya melainkan juga kepada keluarganya. Memiliki
sebuah keluarga membuat seseorang bertanggung jawab tidak hanya pada
dirinya tetapi juga kepada keluarganya.

Seorang pria maupun wanita bisa menjaga kehormatannya jika mereka


menikah dan membangun sebuah keluarga sehingga pernikahan tersebut
bisa membantu seseorang memenuhi kebutuhannya tanpa harus
terperosok dalam maksiat seperti halnya perbuatan zina (baca cara
bertaubat dari zina dan hukum zina tangan) Seperti yang disebutkan
dalam Surat Albaqarah ayat 187 dikatakan bahwa suami istri adalah
pakaian satu sama lain dan hal tersebut artinya suami istri menjaga
kehormatan keduanya satu sama lain.

5. Melanjutkan keturunan dan memperoleh keberkahan


Salah satu tujuan pernikahan dan membentuk keluarga adalah untuk
memiliki keturunan yang baik dan saleh. Memiliki anak yang saleh dan
shalehah adalah karunia dan berkah Allah SWT kepada setiap orangtua.
Membangun sebuah rumah tangga dan keluarga pada dasarnya adalah
jalan menuju keberkahan karena didalam keluarga ada orangtua dan ridha
Allah SWT adalah juga merupakan ridha orangtua.8

2.8 MEMBANGUN KELUARGA YANG BAIK DALAM ISLAM


Sebagai seorang muslim tentunya setelah menikah kita mengharapkan
memiliki keluarga yang islami, yaitu keluarga yang didalamnya terdapat penegakan-
penegakan ajaran Islam. Tujuan dari keluarga islami sendiri, yaitu terciptanya
keluarga yang sakinah, dimana keluarga sakinah adalah keluarga yang didasari oleh
cinta dan kasih sayang (mawaddah dan warohmah) dari Allah SWT. (QS. AL-FATH
AYAT 4)
Bebarapa cara untuk membangun kelurga yang islami, yaitu :
1. Membangun rumah tangga atas dasar ibadah
Ibadah merupakan hal terpenting dalam membangun keluarga yang
islami, dimana semua anggota keluarga, mulai dari orang tua, hingga anak
mendapatkan didikan mengenai beribadah kepada Allah SWT. Hal tersebut
akan menciptakan rasa damai serta terciptanya ketentraman dalam keluarga.
2. Menjadikan orang tua sebagai teladan
Anak- anak membutuhkan figure/tokoh yang bisa dijadikan teladan
dalam menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Hal ini menjadi
tugas dan kewajiban bagi orang tua untuk mendidik serta mencontohkan,

8
Anggi Rosalia, "Keluarga Dalam Islam” diakses dari https://dalamislam.com/info-islami/keluarga-
dalam-islam, pada tanggal 30/08/2018
12
dimana kelak orang tua akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat atas
hal apa saja yang telah mereka ajarkan pada anaknya.

3. Menciptakan perasaan saling tolong menolong


Alangkah baiknya jika setiap anggota keluarga menciptakan perasaan
tolong menolong dan peduli terhadap anggota keluarga yang lain bukan
menjadi apatis, misalnya membantu saat ada salah satu anggota keluarga
yang kesusahan, mengingatkan jika melakukan kesalahan, saling
menasehati satu sama lain,

4. Menjaga hubungan baik dengan lingkungan


Akan sangan baik jika sebuah keluarga juga memiliki hubungan yang
baik dengan lingkungan sekitar. Dengan begitu keluarga akan
mengetahui hal apa saja yang terjadi dengan lingkungan sekitar, dan juga
dapat menjaga tali silaturahmi dengan masyarakat.9

BAB III
9
Anggtai Dewi, "Membangun Keluarga Islami", diakses dari
http://anggitadewipratiwi.blogspot.com/2012/10/membangun-keluarga-islami.html, pada tanggal
30/08/2018
13
PENUTUPAN
3.1 SIMPULAN
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu
serta anak. Untuk membina sebuah keluarga diperlukan proses yang disebut dengan
pernikahan, dimana pernikahan yang dimaksud yaitu pernikahan yang sah secara
agama dan negara. Pernikahan dilakukan dengan berbagai proses seperti khitbah,
akad nikah, serta walimah (resepsi).
Setelah melakukan pernikahan diharapkan memiliki keluarga yang islami,
membangun keluarga yang islami tidaklah mudah perlu menghadapi tantangan dan
rintangan baik dari dalam anggota keluarga, ataupun dari luar.

3.2 SARAN
Diharapkan untuk seseorang yang telah mempunyai kemampuan lahir dan
bathin untuk menyegerakan menikah, karena menikah merupakan salah satu jalan
untuk menyempurnakan agama, serta cara untuk menjauhi perbuatan zina.
Serta diharapkan untuk umat muslim yang telah berkeluarga dapat menjaga
dan membina keluarganya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan Islam,
dimana dibutuhkan peran serta kesadaran dari setiap anggota keluarga.

14

Anda mungkin juga menyukai